PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

PERTEMUAN 7 A. Kompetensi Mahasiswa memahami proses perencanaan saluran irigasi dan menghitung kapasitas saluran irigasi.

tidak ditetapkan air bawah tanah, karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian (Sri Harto, 1993).

BAB-2 JARINGAN IRIGASI

IRIGASI AIR. Bangunan-bangunan Irigasi PROGRAM STUDI S-I TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI

JARINGAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

BAB VII PERENCANAAN JARINGAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Kita tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISAIN SALURAN IRIGASI. E f f e n d y Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya Jln. Srijaya Negara Bukit Besar Palembang 30139

TINJAUAN PUSTAKA. Gambaran Umum Daerah Irigasi Ular Kabupaten Serdang Bedagai

SISTEM DRAINASE UNTUK MENANGGULANGI BANJIR DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL (STUDI KASUS : JL. PDAM SUNGGAL DEPAN PAM TIRTANADI)

I I ~ L- PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi

Perencanaan Saluran Irigasi Primer di Desa Maroko Kabupaten Yahukimo Provinsi Papua

KAJIAN EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI SALURAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI BEGASING

BAB I PENDAHULUAN. merata pada tingkat harga yang terjangkau masyarakat. Sehubungan dengan

1.5. Potensi Sumber Air Tawar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang dihasilkan dibawa oleh udara yang bergerak.dalam kondisi yang

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

BAB I PENDAHULUAN. dengan penguapan suhu tanaman akan relatif tetap terjaga. Daerah Irigasi di Sumatera Utara adalah Daerah Irigasi Sungai Ular.

BAB I PENDAHULUAN. Air mempunyai arti yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah sebagai

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong Sawo No. 8 Surabaya

Pengaruh Pergeseran Jadwal Tanam Terhadap Produktivitas Padi di Daerah Irigasi Krueng Aceh

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

Ada empat unsur fungsional pokok dalam suatu jaringan irigasi, yaitu :

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Bendung adalah suatu bangunan yang dibangun melintang sungai

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan jumlah air didalam tanah (Suharjono, 1994).

Oleh : Surendro NRP :

KONTROL PERHITUNGAN DIMENSI SALURAN PRIMER DAN DIMENSI KOLAM OLAK BANGUNAN TERJUN 13 SALURAN SEKUNDER DI BENDUNG NAMU SIRA SIRA

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR IRIGASI MELALUI PEMBANGUNAN LONG STORAGE

DESAIN BANGUNAN IRIGASI

REKAYASA SUMBERDAYA AIR (WATER RESOURCES ENGINEERING ) OPERASI WADUK

PERENCANAAN HIDROLIS BANGUNAN PENGUKUR DEBIT PADA DAERAH IRIGASI WANGUNDIREJA JAWA BARAT ABSTRAK

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

Mengenalkan kepada Peserta beberapa contoh bangunan irigasi, khususnya bangunan sadap, bangunan pembawa, serta bangunan pembagi.

KAJIAN SISTEM DRAINASE KOTA BIMA NUSA TENGGARA BARAT

PERENCANAAN JARINGAN IRIGASI BERDASARKAN HUJAN EFEKTIF DI DESA REMPANGA - KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

STUDI PERENCANAAN SALURAN TERSIER DENGAN TINJAUAN KECEPATAN MINIMUM ALIRAN DI DAERAH IRIGASI KEDUNG BRUBUS KECAMATAN PILANGKENCENG, KABUPATEN MADIUN.

Gambar 7. Peta Ikhtisar Irigasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

BAB IV KAJIAN DAN PEMBAHASAN

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

1. BAB I PENDAHULUAN

Demikian semoga tulisan ini dapat bermanfaat, bagi kami pada khususnya dan pada para pembaca pada umumnya.

IDENTIFIKASI SALURAN PRIMER DAN SEKUNDER DAERAH IRIGASI KUNYIT KABUPATEN TANAH LAUT

BAB I PENDAHULUAN. (suspended sediment) atau dengan pengukuran langsung di waduk (Asdak, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. meninggikan taraf muka air sungai dan membendung aliran sungai sehingga aliran

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB III METODE ANALISIS

ANALISA DEBIT DAN SEDIMEN PADA SALURAN SEKUNDER IRIGASI PASANG SURUT DI LOKASI DESA TELANG SARI KECAMATAN TANJUNG LAGO KABUPATEN BANYUASIN

GORONG-GORONG Anita Winarni Dwi Ratna Komala Novita Priatiningsih

TUGAS AKHIR DAMPAK SISTEM DRAINASE PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA NATURA TERHADAP SALURAN LONTAR, KECAMATAN SAMBIKEREP, SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pola jaringan drainase dan dasar serta teknis pembuatan sistem drainase di

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan, dan perbaikan sarana irigasi. seluruhnya mencapai ± 3017 Ha di Kabupaten Deli Serdang, Kecamatan P. Sei.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI SISTEM JARINGAN IRIGASI TERSIER SUMBER TALON DESA BATUAMPAR KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP.

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka mengenai teori-teori ataupun rumus-rumus yang. acuan penulisan dan pembuatan program,

EVALUASI KANTONG LUMPUR DI.AEK SIGEAON PADA BENDUNG AEK SIGEAON KABUPATEN TAPANULI UTARA PROPINSI SUMATERA UTARA

Perencanaan Sistem Drainase Perumahan Grand City Balikpapan

Bab 1 Pendahuluan I - 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN AIR IRIGASI COLO BARAT (DENGAN ADANYA PENGEMBANGAN AREAL) T E S I S

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1991 tentang Sungai ( Lembaran Negara Tahun 1991 Nomor 35, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3441 ); 10.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam kehidupan seharihari

Tabel Posisi titik acuan (BM, dalam meter) di lokasi MIFEE

ABSTRAK. Kata kunci: Waduk Muara Nusa Dua, Pola Operasi, Debit Andalan, Kebutuhan air baku, Simulasi

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN DRAINASE TERHADAP BANJIR PADA KAWASAN JALAN SAPAN KOTA PALANGKARAYA. Novrianti Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

PERENCANAAN SISTEM DRAINASE PERUMAHAN GRAND CITY BALIKPAPAN

PROGRAM PENDIDIKAN EKSTENSION DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Sawah yang mengalami kekeringan

Transkripsi:

PERENCANAAN IRIGASI DAN BANGUNAN AIR YOGI OKTOPIANTO 6309875 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 20

BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang pertanian menjadi prioritas utama. Berdasarkan UU No.7 tahun 996 tentang pangan menyatakan bahwa perwujudan ketahanan pangan merupakan kewajiban pemerintah bersama masyarakat (Partowijoto, 2003). Pembangunan saluran irigasi sebagai penunjang penyediaan bahan pangan nasional tentu sangat diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh dari sumber air permukaan. Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif dan ekonomis (Sudjarwadi, 990). Air merupakan sumber daya alam yang terbaharui melalui daur hidrologi. Namun keberadaan air sangat bervariasi tergantung lokasi dan musim. Ketersediaan air di daerah tropis (dekat dengan katulistiwa) sangat besar dibandingkan dengan daerah lain misalnya daerah gurun atau padang pasir. Ketersediaan air pada saat musim basah (Oktober s/d April) lebih besar dibandingkan pada saat musim kering (April s/d Oktober), dikarenakan pada musim kering ketersediaan airnya sudah mulai berkurang. Rekayasa manusia untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air adalah dengan merubah distribusi air alami menjadi distribusi air secara buatan yaitu diantaranya dengan membangun waduk. Waduk merupakan suatu bangunan air yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada saat musim basah supaya kemudian dapat dimanfaatkan pada saat debit rendah saat musim kering. Distribusi kebutuhan air irigasi pada tiap daerah akan diatur melalui waduk tersebut.

Dengan perencanaan saluran dan pintu air sepanjang wilayah penyaluran, air irigasi kemudian di salurkan. Analisis kebutuhan air irigasi merupakan salah satu tahap penting yang diperlukan dalam perencanaan dan pengelolaan sistern irigasi. Kebutuhan air tanaman didefinisikan sebagai jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman pada suatu periode untuk dapat tumbuh dan produksi secara normal. Kebutuhan air nyata untuk areal usaha pertanian meliputi evapotranspirasi (ET), sejumlah air yang dibutuhkan untuk pengoperasian secara khusus seperti penyiapan lahan dan penggantian air, serta kehilangan selama pemakaian. Dalam makalah ini kami menganalisa kebutuhan air irigasi di daerah Kusamba Bali, dengan wilayah petak sawah keseluruhan yang harus di aliri seluas 747,852 ha. Perencanaan tersebut meliputi perencanaan debit saluran air, perencanaan dimensi saluran, perencanaan pintu air, skema irigasi dan juga diagram alir perencanaan..2. DEFINISI IRIGASI Irigasi didefinisikan sebagai suatu cara pemberian air, baik secara alamiah ataupun buatan kepada tanah dengan tujuan untuk memberi kelembapan yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Secara alamiah :. Secara alamiah air disuplai kepada tanaman melalui air hujan. 2. Cara alamiah lainnya, adalah melalui genangan air akibat banjir dari sungai, yang akan menggenangi suatu daerah selama musim hujan, sehingga tanah yang ada dapat siap ditanami pada musim kemarau. Secara buatan : Ketika penggunaan air ini mengikutkan pekerjaan rekayasa teknik dalam skala yang cukup besar, maka hal tersebut disebut irigasi buatan (Artificial Irrigation). 2

Irigasi buatan secara umum dapat dibagi dalam 2 (dua) bagian, yaitu :. Irigasi Pompa (Lift Irrigation), dimana air diangkat dari sumber air yang rendah ke tempat yang lebih tinggi, baik secara mekanis maupun manual. 2. Irigasi Aliran (Flow Irrigation), dimana air dialirkan ke lahan pertanian secara gravitasi dari sumber pengambilan air..2. TUJUAN dan MANFAAT IRIGASI.2.. Tujuan Irigasi. Sesuai dengan definisi irigasinya, maka tujuan irigasi pada suatu daerah adalah upaya rekayasa teknis untuk penyediaaan dan pengaturan air dalam menunjang proses produksi pertanian, dari sumber air ke daerah yang memerlukan serta mendistribusikan secara teknis dan sistematis..2.2. Manfaat Irigasi. Adapun manfaat dari suatu sistem irigasi, adalah : a. Untuk membasahi tanah, yaitu pembasahan tanah pada daerah yang curah hujannya kurang atau tidak menentu. b. Untuk mengatur pembasahan tanah, agar daerah pertanian dapat diairi sepanjang waktu pada saat dibutuhkan, baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. c. Untuk menyuburkan tanah, dengan mengalirkan air yang mengandung lumpur dan zat-zat hara penyubur tanaman pada daerah pertanian tersebut, sehingga tanah menjadi subur. d. Untuk kolmatase, yaitu meninggikan tanah yang rendah / rawa dengan pengendapan lumpur yang dikandung oleh air irigasi. e. Untuk pengelontoran air, yaitu dengan mengunakan air irigasi, maka kotoran / pencemaran / limbah / sampah yang terkandung di permukaan tanah dapat digelontor ketempat yang telah 2

disediakan (saluran drainase) untuk diproses penjernihan secara teknis atau alamiah. f. Pada daerah dingin, dengan mengalirkan air yang suhunya lebih tinggi dari pada tanah, sehingga dimungkinkan untuk mengadakan proses pertanian pada musim tersebut..3. KELEBIHAN IRIGASI Kelebihan dari pada dibangunannya suatu sistem irigasi dan bangunan-nya, secara umum adalah sebagai berikut : a. Mengatasi kekurangan pangan. b. Meningkatkan produksi dan nilai jual hasil tanaman. c. Peningkatan kesejahteraan masyarakat. d. Pembangkit Tenaga Listrik. e. Transportasi Air (Inland Navigation). f. Efek terhadap Kesehatan. g. Supply Air Baku. h. Peningkatan Komunikasi / Transportasi..3. DIAGRAM POHON IRIGASI Data mengenai luas lahan pertanian dan debit aliran irigasi dapat disajikan dalam bentuk diagram pohon dan tabel ( lihat pada halaman gambar pendukung ). 2

BAB II PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dijelaskan pembangunan jaringan irigasi di daerah Kusamba Bali. Flowchart Perencanaan Jaringan Irigasi

2.. PERENCANAAN PETAK Ada dua jenis petak yang akan dialiri yaitu petak tersier sebanyak 5 petak dan petak sekunder sebanyak 3 petak. 2. Petak Tersier Petak tersier yang kami bangun untuk daerah Kusamba adalah sebanyak 5 petak sawah dengan perencanaan sebagai berikut : ) Ukuran luas petak masing masing yaitu, 3,462 Ha, 54,869 Ha, 28,803 Ha, 57,365 Ha dan 00,439 Ha. 2) Letak petak berada dibelakang pintu sadap dan hanya menerima air dari bangunan sadap. 3) Rencana petak secara keseluruhan dapat mudah untuk dialiri air dan mudah pula air buangan mengalir ke saluran drainasi. 4) Bentuk petaknya tidak sama antara lebar dan panjangnya. 2. Petak Sekunder Petak sekunder yang kami bangun untuk daerah Kusamba adalah sebanyak 3 petak sawah dengan perencanaan sebagai berikut : ) Ukuran luas petak masing masing yaitu, 97,059 Ha, 62,2 Ha, dan 59,828 Ha. 2) Setiap petak sekunder hanya menerima air dari satu bangunan bagi yang terletak di saluran induk atau saluran sekunder lainnya, serta tidak mendapat air suplesi dari saluran lain. 3) Rencana saluran sekunder terletak melalui punggung, untuk memudahkan mengalirnya air irigasi ke sebelah kanan dan kiri, dan air dapat mengairi keseluruh daerah yang akan diairi. 2

Gambar 2. Denah petak sawah beserta keterangan Dimana : Petak sawah = petak sekunder Petak sawah 2 = petak sekunder 2 Petak sawah 3 = petak sekunder 3 Petak sawah 4 = petak tersier Petak sawah 5 = petak tersier 2 Petak sawah 6 = petak tersier 3

Petak sawah 7 = petak tersier 4 Petak sawah 8 = petak tersier 5 2.3. PERENCANAAN DEBIT SALURAN 2.3. Mencari Debit air irigasi di setiap petak sawah : Untuk menghitung besarnya debit air yang dibutuhkan untuk setiap petak, data yang dibutuhkan adalah data luas (A) dari masing-masing petak dan besarnya kebutuhan air semua petak sawah (Ir). Dimana diketahui nilai kebutuhan air semua petak sawah (Ir) =,38 lt/dt.ha Rumus untuk mencari debit air pada petak sawah yaitu: Q sawah = A. Ir Dimana : Qsawah A Ir = kebutuhan air / debit air irigasi di petak sawah = luas petak sawah yang aliri = kebutuhan air irigasi di tiap petak sawah Tabel 2.. Kebutuhan air irigasi di setiap petak sawah SAWAH A (Ha) Q (lt/dtk) Q (m 3 /dtk) 07,834 48,824 0,48824 2 69,03 95,238 0,095238 3 66,475 9,736 0,09736 4 26,069 95,722 0,95722 5 63,739 98,955 0,098955

6 60,695 94,649 0,094649 7 43,4 222,85 0,22285 8,599 73,257 0,73257 2.3.2 Menghitung debit aliran air irigasi pada setiap saluran Untuk menghitung besarnya debit air yang mengalir pada setiap saluran irigasi data yang dibutuhkan yaitu nilai efisiensi (e) dan debit air yang mengalir pada tiap petak (Qp). Untuk efisiensi debit saluran irigasi dipakai standar efisiensi debit saluran atau factor kehilangan, yaitu :. Pada petak tersier, e = 0,8 2. Pada saluran sekunder, e = 0,9 3. Pada saluran primer, e = 0,9 Rumus mencari debit air (Qs) untuk tiap saluran irigasi yaitu : Qs = Qp/e Contoh Perhitungan: Debit Aliran Irigasi di Saluran Sekunder 6 Luas Sawah petak tersier 5 :,599 ha A =,599 x 90% = 00,439 ha Efisiensi Tersier = 0,8 Efisiensi Sekunder = 0,9 Ir =,38 Q = 00,439x,38 0,8 = 73, 257 lt/det

Q saluran Sekunder = = Qtersier 0,9 = 92, 508 lt/det = 0,92608 m³ 73,257 0,9 Data perhitungan debit air pada setiap saluran irigasi dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Debit aliran air irigasi di setiap saluran Saluran Nilai Efisiensi (e) Q (m³/det) Primer 0,9 0,2348 Primer 2 0,9 0,9637 Primer 3 0,9 0,8796 Sekunder 0,9 0,4882 Sekunder 2 0,9 0,09524 Sekunder 3 0,9 0,0974 Sekunder 4 0,9 0,54933 Sekunder 5 0,9 0,30246 Sekunder 6 0,9 0,925 Tersier 0,8 0,9572 Tersier 2 0,8 0,09465 Tersier 3 0,8 0,2229 Tersier 4 0,8 0,09896 Tersier 5 0,8 0,7326 2.4. PERENCANAAN PENAMPANG SALURAN

2.4. Menghitung Perencanaan Dimensi Saluran rigasi Didalam perhitungan dimensi suatu saluran baik itu saluran pembawa (saluran primer, sekunder, tersier dan kwartener) maupun saluran pembuangan, pada dasarnya sama. Rumus yang saat ini biasa digunakan adalah rumus Strickler : Q = v A v = k.r 2/3. I /2 R = AO A = bh + mh2 I = vk.r232 O = b + 2h +m2 b / h = n Tabel 2.3 Debit aliran air irigasi di setiap saluran

Q (m3/detik) b : h Kecepatan air (v) untuk tanah lempung biasa (m/detik) m Keterangan 0,000 0,050,0 Min. 0,25 : Catatan : 0,050 0,50,0 0,25 0,30 : *bmin = 0,30 m 0,50 0,300,0 0,30 0,35 : *Q = A*V 0,300 0,400,5 0,35 0,40 : Q = debit air, m 3 /det 0,400 0,500,5 0,40 0,45 : A = luas basah, m2 0,500 0,750 2,0 0,45 0,50 : V = kecepatan air, m/det 0,750,500 2,0 0,50 0,55 : V = k*r 2/3 *I /2,500 3,000 2,5 0,55 0,60 :,5 R = jari-jari hidrolis = A:O 3,000 4,500 3,0 0,60 0,65 :,5 O = keliling basah 4,500 6,000 3,5 0,65 0,70 :,5 I = kemiringan saluran 6,000 7,500 4,0 K 0,70T :,5 W Lahar Saluran (koefisien h/b (wakingjagaantanggul Tanggul- (talud) kekasaran) Tersier-kuartier 40 : 0,30,00 Sekunder Q = 0,50 m 3 /det 40 : 0,40,00 Primer + sekunder Q = 0,5 m 3 /det 40 : 2 0,50,50 Q = - 2 m 3 /det 40 : 2,5 0,60,50

Contoh Perhitungan Dimensi saluran primer : Q =,23488 m 3 /dtk Dari tabel didapat : b/h = 2 b =2h v = 0,532 m/s m = : k = 40 w = 0,6 A = bh + mh 2 = 2h.h +.h 2 = 3h 2 O = b + 2h+m2 = 2h + 2h+2 = 4,828h R = AO=3h24,828h=0,62h Q = va = 0,532 x3h 2 =,596h 2,23488 =,596h 2 h = 0.879 m Maka didapat : h = 0.879 m A = 2.38 m 2 b = 2h =,758 m O = 4,244 m R = 0.546 m I=vk.R232= 0,532 40 0,5462=0,00039 Untuk perhitungan dimensi saluran lainnya, dapat diihat di Tabel 2.4

3

2.4.2 Menghitung Perencanaan Bangunan Pintu Air Irigasi Lebar Meja (m) Tinggi Energi (m) Besar Debit (m³/det) 0,50 0,33 0,00-0,6 0,50 0,50 0,03-0,30 0,75 0,50 0,04-0,45,00 0,50 0,05-0,60,25 0,50 0,07-0,75,50 0,50 0,08-0,90 Contoh Perhitungan:. Saluran Primer dengan Pintu Romijn Untuk Perencanaan dibatasi dengan syarat teknis sebagai berikut: Untuk satu pintu biasa diambil : Lebar pintu (b) =.5 m Qmaks =,23488 m 3 /dtk Hmaks (tinggi muka air diatas ambang) = 0.5 m Maka : Jika diambil pintu : Q =,7*b*h 3/2 b =.5 m,23488 =,7*(0.5)*h 3/2 h = (,23488/(,7*.5)) 2/3 = 0,64 m h = 0,64 m hmaks = 0,5 m (No OK Tidak memenuhi syarat) Jika diambil 2 pintu : Q = Q/2 =,23488/2 = 0,6744 m 3 /dtk Dicoba dengan tinggi muka air (h) = 0,5 m Q =,7*b*h 3/2 h = 0,5 m 4

0,6744 =,7*b*0,5 3/2 b =,02 m diamil b =, m < b mks =,5 m oke Dicek : Tinggi h : Q =,7*b*h 3/2 b =, m 0,6744 =,7*,*h 3/2 = h 0,476 < h maks =0,5 m oke Debit : Q =,7*(,)*(0.5) 3/2 = 0.665034 m 3 /dtk > 0,6744 m 3 /dtk OK Untuk 2 pintu Q = 2 * 0.665034 =,330068 >,23488 m 3 /dtk OK Jadi, dimensi pintu air untuk saluran saluran Primer adalah : Dua buah pintu romijn dengan ketentuan masing-masing pintu: Lebar pintu (b) =, m Qmak =,23488 m 3 /dtk Tinggi muka air diatas ambang (h maks) = 0,5 m. Saluran Sekunder dengan Pintu Romijn adalah sbb : Rumus Pintu Romijn : Q =,7 * b* h3/2 Untuk Perencanaan dibatasi dengan syarat teknis sbb: Untuk satu pintu biasa diambil : Lebar pintu (b) = 0.5 m Qmaks = 0.48824.m 3 /dtk Hmaks (tinggi muka air diatas ambang) = 0.33 m Maka : Jika diambil pintu : Q =,7*b*h 3/2 b = 0.5 m 5

0.48824 =,7*(0.5)*h 3/2 h = (0.48824/(,7*0.5)) 2/3 = 0.32 m h = 0.32 m hmaks = 0.33 m (OK ambil pintu) h ~ 0,32 dicek : untuk pintu : Debit : Q =,7*(0.5)*(0.32) 3/2 = 0.62082835 m 3 /dtk > 0.5477532 m 3 /dtk OK Jadi, dimensi pintu air untuk saluran saluran sekunder adalah : Satu buah pintu romijn dengan ketentuan : Lebar pintu (b) = 0,5 m Qmak = 0,6208 m 3 /dtk Tinggi muka air diatas ambang (h maks) = 0,32 *Perhitungan pintu air untuk saluran yang lainnya sama seperti diatas, dan hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Perencanaan Dimensi Bangunan Pintu Air Irigasi Saluran Q (m³) B (m) H Cek Debit Hitung Rencana Qpasang Ket Primer.23488. 0.476 0.5.33007 Ok ( 2 pintu) Primer 2 0.9637. 0.52 0.4.920 Ok ( 2 pintu) Primer 3 0.8796.5 0.487 0.4 0.90686 Ok ( pintu) Sekunder 0.4882 0.5 0.32 0.32 0.5477 Ok ( pintu) Sekunder 2 0.09524 0.5 0.232 0.3 0.4049 Ok ( pintu) Sekunder 3 0.0974 0.5 0.226 0.3 0.4049 Ok ( pintu) Sekunder 4 0.54933 0.469 0.5 0.60457 Ok ( pintu) Sekunder 5 0.30246 0.35 0.4 0.43260 Ok ( pintu) Sekunder 6 0.925 0.5 0.37 0.4 0.2630 Ok ( pintu) Tersier 0.9572 0.5 0.37 0.3 0.2630 Ok ( pintu) Tersier 2 0.09465 0.5 0.23 0.3 0.4049 Ok ( pintu) Tersier 3 0.2229 0.5 0.407 0.5 0.30229 Ok ( pintu) Tersier 4 0.09896 0.5 0.237 0.3 0.4049 Ok ( pintu) Tersier 5 0.7326 0.5 0.345 0.4 0.2630 Ok ( pintu) 6

7