BAB II TINJAUAN PUSTAKA. serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KONSEP DASAR KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB II LANDASAN TEORI. pencegahan dan pengawasan dalam melakukan berbagai hal. berkaitan dengan pekerjaan. Mangkunegara (2011:161), Keselamatan kerja

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

1. Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena memakai APD yang kurang tepatdan perawatannya yang tidak baik

Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produktivitas adalah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap kinerja

PEMBELAJARAN V ALAT PELINDUNG DIRI

BAB I PENDAHULUAN. cara mengurangi biaya yang dianggap kurang penting dikeluarkan

BAB V PEMBAHASAN. TM PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Madiun telah diperoleh

Angka kecelakaan kerja di Indonesia tahun 2010 hingga Juli mencapai kasus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Bagi kebanyakan orang di Indonesia maupun di dunia, bekerja adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN Universitas Kristen Maranatha

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA

BAB IV HASIL DAN ANALISA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA BAB I TENTANG ISTILAH-ISTILAH. Pasal 1

Kata Kunci: Keselamatan Kerja, Kesehatan Kerja, Produktivitas Karyawan, Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Kota Batu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen Proyek Konstruksi dan Peran Manajer. satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pabrik (plant atau factory) adalah tempat di mana faktor-faktor industri

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu dapat digunakan sebagai pendukung penelitian :

PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PT X LAMPUNG TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

Undang-undang Nomor I Tahun 1970

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MENERAPKAN PROSEDUR KEAMANAN, KESELAMATAN DAN KESEHATAN DI TEMPAT KERJA

Menerapkan Keselamatan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup (MKLH)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan memiliki bermacam-macam arti, masing-masing bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengelola, mengatur, dan memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi. secara produktif untuk tercapainya tujuan perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. membantu tercapainya tujuan perusahaan dalam bidang yang dibutuhkan.

KESEHATAN KERJA. oleh; Syamsul Rizal Sinulingga, MPH

PEMBELAJARAN IV PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan dikembangkan.oleh karena itu karyawan harus mendapatkan

BAB IV IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi Penjelasan Materi Pelatihan Desain Materi Pelatihan 1

RUANG LINGKUP KESELAMATAN & KESEHATAN KERJA ( K3 ) Keselamatan & Kesehatan Kerja

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TAHUN 2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI

BAB I PENDAHULUAN. tentang ketenaga kerjaan yakni penyegelan asset perusahaan jika melanggar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mangkunegara (2008:162) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya (manpower, material, machines, money, method), serta membutuhkan

Kompetensi Dasar : Mengikuti prosedur lingkungan kerja tentang kesehatan, keselamatan dan keamanan

Definisi dan Tujuan keselamatan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN INSPEKTOR LAPANGAN PEKERJAAN JALAN (SITE INSPECTOR OF ROADS)

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia berusaha mengambil manfaat materi yang tersedia. depan dan perubahan dalam arti pembaharuan.

MODUL SIB 01 : KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Psikologi Sumber Daya Manusia. HR Maintenance. Communication, Counseling, K3, Insentif, Kesejahteraan karyawan, Disiplin, Social Assurance

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang mampu menjalankan tugas dan tanggung jawab tersebut

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu dipelihara dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1 BAB I KONSEP PENILAIAN Bagaimana Instruktur akan Menilai Tipe Penilaian...2

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

12. Peraturan Uap Tahun 1930 atau Stoom Verordening 1930;

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional, dilakukan oleh setiap perusahaan secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja. adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

NOMOR 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Alat Pelindung Diri Kuliah 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu bangunan yang membutuhkan sumber daya, baik biaya, tenaga kerja,

BAB II LANDASAN TEORITIS. Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti

PERANGKAT RPP SMK. Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lingkungan Hidup KELAS X / SEMESTER I

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN. Jakarta, 3 Mei DEPARTEMEN TENAGA KERJA. DIREKTORAT PEMBINAAN NORMA-NORMA KESELAMATAN KERJA, HYGIENE PERUSAHAN dan KESEHATAN KERJA.

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)

MODUL 10 SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA. (Prinsip Keselamatan Kerja)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Implementasi Kartu observasi bahaya atau HOC (Hazard Observation Card) Implementasi merupakan aspek yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya selalu menginginkan

Secara sederhana yang dimaksud dengan APD adalah :

BAB II LANDASAN TEORI

K3 Konstruksi Bangunan

TENTANG KESELAMATAN KERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. organisasi atau perusahaan, karena manusia merupakan aset hidup yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi telah menciptakan suatu lingkungan bisnis yang semakin kompetitif bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

Tujuan Dari Sistem Manajemen K3

K3LH MATERI 5 MENERAPKAN KAIDAH ATURAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

SL : Selalu KD : Kadang-kadang SR : Sering TP : Tidak Pernah

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA PROYEK PEMBANGUNAN BANGUNAN GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. bertahan dan berkompetisi. Salah satu hal yang dapat ditempuh perusahaan agar

Transkripsi:

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Hubungan Industrial Ghani (2003:70), Hubungan Industrial (HI) adalah interaksi yang melibatkan pekerja/ serikat pekerja dengan pengusaha dan pemerintah sebagai satu kesatuan system dalam menyelenggarakan, melaksanakan, dan mengawasi jalannya hubungan ketenagakerjaan, dimana pekerja bertindak sebagai produsen jasa tenaga kerja, pengusaha sebagai konsumen, sekaligus pemberi kerja, dan pemerintah bertugas menciptakan koridor dan iklim yang kondusif agar segala sesuatunya berjalan sesuai dengan ketentuan/perundang-undangan yang berlaku. Hubungan industrial merupakan suatu hubungan yang dilakukan antara pengusaha, para pekerja, dan pemerintah dalam suatu organisasi, untuk menciptakan dan memelihara keamanan dan ketentraman kerja di perusahaan, sehingga pengusaha dan para pekerja dapat menyelesaikan hak dan kewajibannyaa dengan lebih baik. 2.1.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 2.1.2.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Mangkunegara (2000:161) keselamatan dan kesehatan kerja adalah kondisi yang aman atau selamat dari penderiataan, kerusakan atau kerugian ditempat kerja. Resiko keselamatan kerja merupakan aspek-aspek dari dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari kondisi yang bebas dari fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan kerja merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang

7 bekerja melebihi periode waktu yang telah ditentukan, lingkungan kerja dapat menyebabkan atau membuat stress emosi dan gangguan fisik. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor : PER/MEN/1996, dalam penerapan sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja wajib melaksanakan ketentuan ketentuan sebagai berikut : a. Menetapkan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja serta menjamin komitmen terhadap penerapan sistem keselamatan dan kesehatan kerja. b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, sasaran, penerapan kesehatan dan keselamatan kerja. c. Menerapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan tujuan dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja. d. Mengukur, memantau, mengevaluasi kinerja keselamatan dan kesehatan kerja serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan. e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja keselamatan dan kesehatan kerja. 1. Keselamatan Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan, Perlindungan tersebut bermaksud agar tenaga kerja secara aman melakukan kerjaannya sehari-hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal disekitarnya dan pada dirinya yang

8 dapat menimpa atau mengganggu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian program keselamatan kerja adalah menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja (Mangkunegara, 2000:161). Dari uraian tersebut diatas, maka pada dasarnya usaha untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja pada karyawan dilakukan 2 cara yaitu: a. Usaha preventif atau mencegah Preventif atau mencegah berarti mengendalikan atau menghambat sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja sehingga dapat mengurangi atau tidak menimbulkan bahaya bagi para karyawan. Langkah-langkah pencegahan itu dapat dibedakan, yaitu: 1) Subsitusi (mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya) 2) Isolasi (memberi isolasi/alat pemisah terhadap sumber bahaya) 3) Pengendalian secara teknis terhadap sumber-sumber bahaya. 4) Pemakaian alat pelindung perorangan (eye protection, safety hat and cap, gas respirator, dust respirator, dan lain-lain). 5) Petunjuk dan peringatan ditempat kerja. 6) Latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. b. Usaha represif atau kuratif Kegiatan yang bersifat kuratif berarti mengatasi kejadian atau kecelakaan yang disebabkan oleh sumber-sumber bahaya yang terdapat di tempat kerja. Pada saat terjadi kecelakaan atau kejadian lainnya sangat dirasakan arti pentingnya persiapan baik fisik maupun mental para karyawan sebagai suatu kesatuan atau team kerja sama dalam rangka mengatasi dan menghadapinya. Selain itu terutama

9 persiapan alat atau sarana lainnya yang secara langsung didukung oleh pimpinan organisasi perusahaan. 2. Kesehatan Kerja Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha, karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan karyawan akan mampu bekerja lebih lama. Pengertian program kesehatan kerja: Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. (Mangkunegara, 2000:161). Resiko kesehatan merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik. Adapun usaha-usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: a. Mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan tersebut, terutama bagi organisasi-organisasi yang mempunyai tingkat kecelakaan yang tinggi, dibawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai (Mangkunegara, 2000:163 ) yaitu :

10 1) Keadaan Tempat Lingkungan Kerja, Terdiri dari: penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya, ruang kerja yang terlalu padat dan sesak, pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya, pengaturan udara, pergantian udara diruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor, berdebu, dan berbau tidak enak), suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. 2) Pengaturan Penerangan Terdiri dari: pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat, ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang. 3) Pemakaian Peralatan Kerja Terdiri dari: pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak, penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik. 4) Kondisi Fisik dan Mental Pegawai Terdiri dari: kerusakan alat indera, stamina pegawai yang usang atau rusak, emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko.

11 2.1.2.2 Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3 adalah : a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan. b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran. c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan. d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadiankejadian lain yang berbahaya. e. Memberi pertolongan pada kecelakaan. f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran. h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan. i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai. j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik. k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup. l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban. m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya. n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang. o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

12 p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang. q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya. r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya. s. kecelakaannya menjadi bertambah tinggi. Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1 Undang- Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas: 1. Keselamatan dan kesehatan kerja 2. Moral dan kesusilaan Banyak elemen dan faktor-faktor yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kerja agar pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dalam perusahaan dapat berjalan efektif, dan berikut adalah elemen-elemen pelaksanaan program keselamatan dan kesehatan kerja PT. Inalum, Kuala Tanjung 1. Jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja para tenaga kerja harus diprioritaskan atau diutamakan dan diperhitungkan agar tenaga kerja merasa ada jaminan atas pekerjaan yang mereka lakukan, baik yang beresiko maupun tidak. 2. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah pelatihan yang disusun untuk memberi bekal kepada personil yang ditunjuk perusahaan untuk dapat menerapkan K3 di tempat kerja. 3. Alat Pelindung Diri

13 Yang menjadi dasar hukum dari alat pelindung diri ini adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Bab IX Pasal 13 tentang Kewajiban Bila Memasuki Tempat kerja yang berbunyi: Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. Pada umumnya alat-alat tersebut terdiri dari: a. Safety Helmet, berfungsi sebagai pelindung kepala dari benda yang bisa mengenai kepala secara langsung. b. Tali Keselamatan (Safety Belt), berfungsi sebagai alat pengaman ketika menggunakan alat transportasi ataupun peralatan lain yang serupa (mobil, pesawat, alat berat, dan lain-lain) c. Sepatu Karet (Sepatu Boot), berfungsi sebagai alat pengaman saat bekerja di tempat yang becek ataupun berlumpur. d. Sepatu Pelindung (Safety Shoes), berfungsi untuk mencegah kecelakaan fatal yang menimpa kaki karena tertimpa benda tajam atau berat, benda panas, cairan kimia, dan sebagainya. e. Sarung Tangan, berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi yang dapat mengakibatkan cedera tangan. f. Tali Pengaman (Safety Harness), berfungsi sebagai pengaman saat bekerja di ketinggian. g. Penutup Telinga (Ear Plug/Ear Muff), berfungsi sebagai pelindung telinga pada saat bekerja di tempat yang bising. h. Kacamata Pengaman (Safety Glasses), berfungsi sebagai pelindung mata ketika bekerja (misal mengelas).

14 i. Masker (Respirator), berfungsi sebagai penyaring udara yang dihirup saat bekerja di tempat dengan kualitas udara yang buruk (misal berdebu, beracun, berasap, dan sebagainya). j. Pelindung Wajah (Face Shield), berfungsi sebagai pelindung wajah dari percikan benda asing saat bekerja (misal pekerjaan menggerinda). k. Jas Hujan (Rain Coat), berfungsi melindungi diri dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada saat hujan atau sedang mencuci alat). 4. Beban Kerja Beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu 5. Jam Kerja Untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan untuk karyawan dengan 5 hari kerja dalam satu minggu, kewajiban bekerja mereka adalah 8 jam dalam satu hari dan 40 jam dalam satu minggu. Sedangkan menurut Mangkunegara (2000:162) usaha-usaha dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut: 1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kebakaran dan peledakan. 2. Memberikan peralatan perlindungan diri untuk pegawai yang bekerja pada lingkungan yang menggunakan peralatan yang berbahaya. 3. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkandan mencegah kebisingan. 4. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit.

15 5. Memelihara kebersihan dan ketertiban serta keserasian lingkungan kerja. 6. Menciptakan suasana kerja yang menggairahkan semangat kerja pegawai. 2.1.2.3 Tujuan dan Manfaat Program K3 Mangkunegara (2000: 162), tujuan keselamatan dan kesehatan kerja meliputi: 1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial dan psikologis. 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja yang digunakan sebaiknya seefektif mungkin. 3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamananya. 4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5. Agar meningkat kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja. 6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. 2.1.3 Undang undang tentang K3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003, Paragraf 5: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Pasal 86 1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. keselamatan dan kesehatan kerja; b. moral dan kesusilaan; dan c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama.

16 2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang undangan yang berlaku. Pasal 87 1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. 2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1970, Bab IX Kewajiban Bila Memasuki Tempat Kerja, Pasal 13 Barangsiapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan. 2.1.4 Kinerja Karyawan 2.1.4.1 Pengertian Kinerja Karyawan Menurut Armstong dan Baron (Wibowo, 2007:7), Prestasi Kerja atau Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. Menurut Mangkunegara (2009:9) bahwa Kinerja adalah karyawan (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

17 Menurut Mangkuprawira (2009:219) beberapa pengertian berikut akan memperkaya informasi mengenai prestasi atau kinerja yaitu : 1. Kinerja merupakan seperangkat hasil kerja yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta. 2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja. 3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan. 4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. 5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan. 6. Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan suskes jika yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. 7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu, yakni : (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu. 8. Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan. 9. Kinerja sebagi fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A) < motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = f (A x M x O ). Artinya : kinerja merupakan fungsi dari bentuk kemampuan, motivasi, dan kesempatan.

18 Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan sebuah laporan hasil kerja karyawan selama periode tertentu pada suatu jangka waktu yang telah ditetapkan manajemen perusahaan. 2.1.4.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Steers (Sutrisno, 2011: 150), umumnya orang percaya bahwa prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu : 1. Kemampuan, perangai, dan minat seorang pekerja. 2. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja. 3. Tingkat motivasi kerja. Walaupun setiap faktor secara sendiri-sendiri dapat juga mempunyai arti yang penting, tetapi kombinasi ketiga tersebut sangat menentukan tingkat hasil tiap pekerja, yang pada gilirannya membantu prestasi organisasi secara keseluruhan. Menurut Mangkuprawira (2009:222) unsur-unsur yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan yaitu : 1. Unsur instrinsik (Xi): a. Tingkat pendidikan Dapat dilihat dari penguasaan pengetahuan, sikap, keterampilan, dan penguasaan bidang ilmu tertentu, kecerdasan intelektualnya (misalnya dalam hal menggunakan rumus-rumus matematika) akan diikuti oleh sikap menghadapi permasalahan dan keterampilan menganalisis, dan mencari alternatif pendekatan masalah. b. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang dikuasi tidak terbatas pada bidang ilmu-ilmu keras, tetapi juga lunak misainya pengetahuan tentang komunikasi, inisiatif, kreativitas, dan konflik. 19 c. Sikap motivasi terhadap kerja Makin tinggi penghargaan dan dorongan seseorang terhadap pelaksanaan pekerjaanya semakin tinggi prestasi kerjanya. 2. Unsur Ekstrinsik (Xe) : a. Lingkungan Keluarga b. Lingkungan sosial-budaya c. Lingkungan ekonomi d. Lingkungan belajar e. Lingkungan kerja termasuk budaya kerja f. Teknologi 2.1.4.3 Aspek-Aspek yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Menurut Umar (Mangkunegara, 2009:18) aspek-aspek kinerja yaitu : 1. Mutu pekerjaan 2. Kejujuran karyawan 3. Inisiatif 4. Kehadiran 5. Sikap 6. Kerjasama 7. Kehandalan 8. Pengetahuan tentang pekerjaan

20 9. Tanggung jawab 10. Pemanfaatan waktu kerja Ada beberapa pengukuran atau indikator-indikator kinerja pegawai menurut Gomes (2003 : 142) adalah sebagai berikut : 1. Quantity of work : Jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu periode waktu yang ditentukan. 2. Quality of work : kualitas kerja yang dicapai berdasarkan syarat-syarat kesesuaian dan kesiapannya. 3. Job Knowledge : Luasnya pengetahuan mengenai pekerjaan dan keterampilannya. 4. Creativeness : Keaslian gagasan-gagasan yang dimunculkan dari tindakantindakan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang timbul. 5. Cooperation : kesediaan untuk bekerja sama dengan orang lain (sesama anggota organisasi). 6. Dependability : Kesadaran dan dapat dipercaya dalam hal kehadiran dan penyelesaian kerja tepat pada waktunya. 7. Initiative : Semangat untuk melaksanakan tugas-tugas baru dan dalam memperbesar tanggung jawabnya. 8. Personal Qualities : Menyangkut kepribadian, kepemimpinan, keramah-tamahan, dan integritas pribadi. 2.1.5 Pengaruh Antara K3 dengan Kinerja Karyawan Kondisi lingkungan kerja yang aman dan nyaman dapat membuat karyawan menjadi sehat dan produktif. Semakin produktif karyawan akan meningkatkan kinerja dan semakin tinggi hasil kerja. Perhatian yang khusus kepada keselamatan dan kesehatan kerja akan selaras

dengan fungsi manajemen sumber daya manusia yaitu: mempertahankan dan atau meningkatkan kondisi fisik, mental dan sikap karyawan agar mereka tetap loyal dan bekerja secara produktif untuk menunjang tujuan perusahaan. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya mencari dan mengungkapkan keselamatan dan secara optimal yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan meneliti mengenai pengendalian kecelakaan sudah dilakukan perusahaan dengan cermat sehingga dapat menurunkan angka kecelakaan kerja tersebut. Manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yang efektif menuntut adanya komitmen perusahaan terhadap kondisi kerja yang aman. Akan tetapi, lebih penting lagi jika program keselamatan dan kesehatan kerja tersebut didesain dan dikelola dengan baik sehingga dapat mengurangi biaya yang akan dikeluarkan perusahaan yang berhubungan dengan kecelakaan kerja, misalnya kompensasi pekerja dan denda yang ditimbulkan. Respon dan usaha yang baik dari manajemen akan mengurangi tingkat kecelakaan dalam perusahaan. 2.2 Penelitian Terdahulu Nurmalinda (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Serta Lingkungan Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT. Sinar Sosro Tanjung Morawa Medan, hasil penelitian ini menunjukkan Produktivitas kerja karyawan merupakan faktor utama bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Ada beberapa faktor yang berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja karyawan, antara lain: keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja. Dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan kerja diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. Kesimpulan dari penelitian ini adalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) serta lingkungan 21 22

23 kerja berpengaruh highly significant terhadap produktivitas kerja karyawan dan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja(k3) berhubungan sedang dengan peranan pimpinan. Paramita dan Andi (2012) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap prestasi kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) APJ Semarang Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap prestasi kerja karyawan yang dimediasi variabel motivasi kerja. Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis jalur. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan kerja dan kesejahteraan (K3) berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh variabel motivasi kerja. PT. PLN (Persero) APJ Semarang seharusnya untuk meningkatkan K3 bagi karyawan agar motivasi kerja mereka menjadi lebih tinggi, sehingga mereka dapat memberikan performa yang maksimal. Kurniawan (2009) dalam penelitian yang berjudul Pengaruh Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada karyawan PT. Bentoel prima Malang). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jaminan keselamatan dan kerja para karyawan secara langsung memberikan perasaan yang aman sehingga karyawan dapat bekerja tanpa adanya perasaa tertekan dengan kondisi atau keadaan sekitarnya. Sebagai upaya dalam memberikan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja yaitu dengan memberikan perlindungan bagi para karyawan sehingga mereka dapat terhindar dari bahaya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan operasional perusahaan dan dalam usaha untuk meningkatkan kinerja karyawan.

24 2.3 Kerangka Konseptual Menurut Mangkunegara (2000:161) Pengertian Keselamatan kerja menunjukkan pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja, terdiri atas: mengganti alat/sarana yang kurang/tidak berbahaya, pemakaian alat pelindung perorangan, petunjuk dan peringatan ditempat kerja, dan latihan dan pendidikan keselamatan dan kesehatan kerja. Sementara Program kesehatan kerja menunjukkan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja, terdiri dari mengatur suhu, kelembaban, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan, mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit, dan memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. Menurut Gomes (2003:135) Kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi suatu pekerjaan tertentu atau kegiatan selama suatu periode waktu tertentu, terdiri dari: kualitas, kuantitas, inisiatif, kerjasama dan kehandalan. Berdasarkan uraian tersebut maka dibuat kerangka konseptualnya yang dapat dilihat pada Gambar 2.1. Program Keselamatan Kerja (X1) Program Kesehatan Kerja (X2) Kinerja Karyawan (Y) Sumber: Mangkunegara (2000) dan Ghomes (2003), (Data Diolah, 2013) Gambar: 2.1 Kerangka Konseptual

25 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah yang telah penulis uraikan, maka hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh antara program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada PT. Inalum, Kuala Tanjung.