BAB III METODELOGI PENELITIAN. mengintepretasikan hasil penelitian menggunakan kata kata yang di rangkai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post

13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan

BAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

CRITICAL THEORIES Bagian II

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.

BAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2

BAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. sistematis dan logis tentang pencarian data yang berkenaan dengan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah kualitatif (data yang tidak berupa angka-angka) 35

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai representasi materialisme pada program Take Me Out

BAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Pandangan konstruktivis memelihat realitas sebagai hasil konstruksi

dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang spesifik. Paradigma ini meliputi asumsi asumsi tentang berbagai hal dari

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif),

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed

BAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak

JURGEN HABERMAS: TEORI KRITIS DENGAN PARADIGMA KOMUNIKASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola



BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertipe deskriptif dengan menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digali sedalam-dalamnya serta tidak mengutamakan jumlah populasi atau sampling.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. justru melakukan penyadaran kritis masyarakat terhadap sistem dan struktur sosial

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1989: 33).

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.

BAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam komunikasi, manusia menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan

BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori/Metode Logotype Logo Logogram

12Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Sejarah semiotika, tanda dan penanda, macam-macam semiotika, dan bahasa sebagai penanda.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Penentuan dan teknik yang digunakan haruslah dapat mencerminkan

BAB III. Metode Penelitian. Universitas Frankfurt Jerman yang digawangi oleh kalangan neo-marxis Jerman.

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

REPRESENTASI MAKNA LESBIANISME DALAM PESAN NOVEL GERHANA KEMBAR KARYA CLARA Ng Oleh : Damai Ryanti Purba

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 6 KESIMPULAN, REFLEKSI, DAN REKOMENDASI. Bab ini akan mendiskusikan kesimpulan atas temuan, refleksi, dan juga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat Interpretatif dengan menggunakan pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di dalam mencari fakta fakta melalui kegiatan penelitian yang dilakukannya. Jadi,

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata

BAB III METODE PENELITIAN. Barthes. Sebagai sebuah penelitian deskriptif, penelitian ini hanya memaparkan situasi atau

BAB III METODE PENELITIAN. menerangkan metode-metode atau cara-cara. Sedangkan penelitian

Semiotika, Tanda dan Makna

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. zaman semakin berkembang pula teknologi. merupakan bentuk kegiatan komunikasi non personal yang disampaikan lewat

BAB I PENDAHULUAN. ialah komunikasi melalui tanda (sign) yang mempunyai makna dan arti yang

Membongkar Makna Pesan Verbal Dalam Lagu Dangdut Kontemporer (Analisis Semiotika Dalam Lirik Lagu Hamil Duluan Yang Dipopulerkan oleh Tuty Wibowo)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Program Studi Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Jl. Babarsari No 6 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

Transkripsi:

BAB III METODELOGI PENELITIAN 1.1 Paradigma Dalam penelitian kali ini untuk mengungkap sebuah permasalahan maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang cenderung mengintepretasikan hasil penelitian menggunakan kata kata yang di rangkai hingga menjadi suatu kalimat dan disusun menjadi sebuah paragraf dan semua itu akan mengungkap hasil penelitian yang akan di teliti oleh peneliti. Pendekatan kualitatif memiliki dua paradigma didalamnya yang dapat digunakan yakni paradigma konstruktivis dan paradigma kritis, kedua paradigma ini sebenarnya dapat di implementasikan dalam penelitian kualitatif apa saja hanya saja penetapan paradigma ini sesuai dengan apa yang ingin peneliti ungkap dan sejauh mana peneliti akan pengungkapnya. Jika Konstruktifis hanya mengungkap komponen bagaimana maka paradigma kritis dapat mengungkapkan komponen mengapa. Konstrutivistik berasumsi bahwa tidak dapat terpisahnya subjek dan objek komunikasi hal ini bertolak belakang dengan paradigma positivistik yang berasumsi bahwa subjek dan objek komunikasi adalah dua hal yang dapat terpisahkan. Konstrutivisme diambil dari kata konstruksi yakni merancang, apa yang dirancang? Disini pesan yang dirancang jadi konstrutivisme disebut juga sebagai pengkajian terhadap Bagaimana pesan di konstruksikan atau di susun.misalnya dapat dilihat dari teori agenda setting bagaimana berita disusun 43

44 pada sebuah program berita teresterial, segmen satu berisi tentang apa, segmen dua berisi tentang apa dan sebagainya. Diperkuat dengan pernyataan Von Glasersfeld dalam bukunya Bettencourt konstruktivisme adalah salah satu filsafat ilmu pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstrusi (bentukan) kita sendiri. 1 Bertolak belakang dari paradigma positivisme, menurut Driver dan Bell ilmu pengetahuan bukan hanya kumpulan hukum atau daftar fakta.ilmu pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang di temukan secara bebas (Einstein & Infeld dalam Bettencourt, 1989). 2 Dalam pernyataan ini sangat bertolak belakang dengan positivisme yang mewajibkan seluruh ilmu pengetahuan bila ingin diakui harus berdasarkan aspek rasional dan dengan bukti empiris yang tepat serta diuji berdasarkan sistematis. Paradigma kritis atau teori kritik masyarakat (Kritische Theorie der Gesellschaft) adalah produk dari sekolompok neo marxis jerman yang tidak puas terhadap teori marxian (Bernstein, 1995; Kellner 1993). 3 Pada awalnya teori kritis lahir atas dasar kritik atas kapitalisme dan determinasi oleh para kaum marjinal.akan tetapi saat ini teori kritis sudah menyebar di berbagai aspek seperti kritik atas positivisme yang disebut sebagai post positivisme, kritik atas sosiologi, serta kritik atas masyarakat modern. 1 Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 154 2 Elvinaro.Ardianto & Bambang Q-Anees. Filsafat Ilmu Komunikasi.(Bandung; Simbiosa Rekatama Media, 2011).hlm 153 3 Syaiful Halim..Postkomodikasi Media. (Yogyakarta; Jalasutra,2013). Hal 13

45 Dalam ilmu komunikasi yang dihubungkan dengan teori kritis, bahwa telah terjadi pengkritikan terhadap paradigma konstrutivisme yang kurang sensitif terhadap proses produksi dan reproduksi makna, konstrutivisme hanya berkonsentrasi pada pembentukan teks akan tetapi teori kritis lebih dalam lagi yakni memiliki konsentrasi pada komunikator lebih tepatnya pembongkaran ideologi komunikator, bukan lagi pembongkaran atas motiv komunikator tetapi ke tahta lebih tingginya yakni sebuah ideologi. Bukan sekedar bagaimana pesan tersebut di konstruksikan tapi bagaimana dibalik pesan tersebut terdapat pemaknaan yang tersimpan. Jurgen Habermas adalah salah seorang tokoh dari Filsafat Kritis. Ciri khas dari filsafat kritisnya adalah, bahwa ia selalu berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata. Pemikiran kritis merefleksikan masyarakat serta dirinya sendiri dalam konteks dialektika struktur-struktur penindasan dan emansipasi. Filsafat ini tidak mengisolasikan diri dalam menara gading teori murni. Pemikiran kritis merasa diri bertanggung jawab terhadap keadaan sosial yang nyata 4 Aliran pemikiran kritis ini mulai berkembang sekitar tahun dua puluhan. Tokoh-tokohnya antara lain Georg Lukacs, Karl Korsch, Ernst Bloch, Antonio Gramsci dan seterusnya. Salah satu aliran dalam pemikiran kritis adalah Teori Kritis Masyarakat. Teori Kritis ini dikembangkan sejak tahun 30-an oleh tokoh-tokoh yang semula bekerja di Institut fur Sozialforschung pada Universitas Frankfurt. Mereka itu adalah Marx Horkheimer, Theodor W. 4 Franz Magnis-Suseno. 1992. Filsafat Sebagai Ilmu Kritis. Yogyakarta: Kanisius. Hal 176.

46 Adorno dan Herbert Marcuse serta anggota-anggota lainnya. Kelompok ini kemudian dikenal dengan sebutan Mazhab Frankfurt 5 Jugern Habermas adalah pewaris dan pembaharu Teori Kritis. Meskipun ia sendiri tidak lagi dapat dikatakan termasuk Mazhab Frankfurt, arah penelitian Habermas justru membuat subur gaya pemikiran Frankfurt itu bagi filsafat dan ilmu-ilmu sosial pada umumnya. Uraian singkat ini akan mencoba menelusuri perkembangan pemikirannya Dengan begitu peneliti memilih menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma kritis karena peneliti ingin mengungkapkan ideologi apa yang sebenarnya diusung oleh subjek kajian yaitu dalam hal ini adalah program televisi. Selain usungan itu peneliti ingin mengungkap ideologi apa yang ingin di terapkan kepada masyarakat agar masyarat terpengaruh. Hal hal ini dapat dilihat dari teks teks yang di tampilkan oleh awak media. Teks tersebut bukan berarti hanya tulisan tetapi segala bentuk tanda seperti raut muka, bahasa tubuh, cara berpakaian, pemilihan bahasam suara latar dan sebagainya yang dihadirkan dilayar kaca. 3.2 Tipe Penelitian Mengacu dari paradigma yang saya gunakan maka pada penelitian ini,peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, peranan yang terjadi pada saat pra produksi, produksi hingga paska produksi, pendekatan yang menulis gunakan untuk penelitian ini adalah kualitatif. Jenis penelitian yang diambil ini adalah penelitian semiotika yang 5 Ibid. Hlm 177

47 mencoba mengupas mengenai sebuah tanda. Semiotika berada pada dua sisi paradigma yakni paradigma konstruktif dan paradigma kriktis, dimana sesuai dengan paradigma yang saya gunakan adalah paradigma kritis maka semiotika yang saya gunakan pula adalah semiotika kritis mengacu pada semiotika Roland Barthes yang sering disebut semiotika post strukturalis. Oleh karena itu tipe penilitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dimana deskriptif berarti mencoba menjabarkan ideologi terhadap mitologisasi yang terimplementasikan dari gambar gambar serta teks yang di tunjukkan dalam film tersebut. 1.3 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian semiotika untuk mengungkap berbagai ideologi sebagai dari latar belakang dibuatnya film ini. Dengan semiotika peneliti mengkaji numena dibalik ideologi dilihat dari gambar gambar yang ditonjolkan serta dari teks teks yang diperlihatkan.teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung, dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (Yusita Kusumarini,2006).

48 Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Semiotika Roland Barthes lah yang dianggap paling cocok dan paling tepat untuk mengkaji dan mengungkap kasus ini. Roland Barthes lahir di Cherbuourg pada tahun 1915, dibesarkan di dua kota di Prancis yaitu di Bayonne sebuah kota kecil dekat pantai Atlantik di sebelah barat daya Prancis dan di Paris. Ia berasal dari keluarga kelas menengan Protestan. 6 Pada awalnya system semiology Saussure, para ahli membedakan berbagai tingkatan yang saling memengaruhi.semiology structural dikembangkan dengan cara lain oleh Hjelmslev, kemudian oleh Greimas, dan aliran Paris nya. Aliran yang terkenal antara berbagai pemegang peran (subjek dan objek tindakan, oengirim dan penerima pesan, dan sebagainnya) dalam teks tertentu.setelah Hjemslev dan Greimas, Semiologi Saussure mencapai puncaknya di tangan seorang ilmuwan Prancis yang mengembangkan teori Saussure mengenai tanda pada berbagai bidang, yaitu Roland Barthes. Akan tetapi, di tangan Roland Barthes pula, semiology struktural mulai beranjak ke tradisi post struktural.beranjak dari struktur teks menuju analisis orientasi pembaca dan lainnya. 6 Rusmana Dadan. 2014. Filsafat Semiotika. Bandung : Pustaka Setia. Hlm 181

49 Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal).di sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya, interaksi antara konvensi dalam teks dengan konvensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya.gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification, mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal). Disinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signifier-signified yang diusung Saussure. Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. Mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang

50 memiliki makna konotasi kemudian berkembang menjadi makna denotasi, maka makna denotasi tersebut akan menjadi mitos. Misalnya: Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi keramat karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi keramat ini kemudian berkembang menjadi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin, sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi menjadi sebuah konotasi tapi berubah menjadi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua.pada tahap ini, pohon beringin yang keramat akhirnya dianggap sebagai sebuah Mitos. Produksi makna dari pembaca akan menghasilkan kejamakan. Tugas para semiology atau pembaca adalah menunjukkan sebanyak mungkin makna yang mungking dihasilkan. Barhes menyebut proses ini sebagai semiology yang memasuki dapur makna (Barthes, 1988: 158) 1. Signifier 2. Signified (Penanda) (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif) 4. Connotative Signifier 5. Connotative Signified (Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif) 6. Connotative Sign (Tanda Konotatif) Gambar 1 : Peta semiotika post strukturalis Roland barthes

51 Dari peta Barthes di atas, terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2).Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda denotatif juga merupakan penanda konotif (4).Denotasi menempati tingkatan pertama dan Barthes mengasosiasikan terhadap ketertutupan Makna. Dengan kata lain, suatu kata yang pertama mewakili ide atau gagasan atau sebenar benarnya makna. Denotatif adalah aspek makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pemikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara dan pendengar. 7 1.4 Unit Analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu semiotika maka subjek penelitiannya adalah film The Hunger Games : Mockingjay Part 1. Penggunaan subjek ini karena berdasarkan pada metode yang digunakan untuk mengupas penelitian ini, karena dalam semiotika mengandalkan teknik pengumpulan data observasi jadi subjek penelitiannya adalah dalam bentuk kepingan DVD. Dengan subjek penelitian seperti ini maka tampak bahwa objek penelitian yang akan menjadi fokus saya adalah mengenai adanya mitologisasi yang dibentuk melalui media untuk membentuk suatu identitas dalam sebuah simbol untuk melakukan pemberontakan melalui film propos. 7 Ibid. hlm 201

52 1.5 Teknik Pengumpulan Data 1.5.1 Data Primer Sumber data premier adalah sumber data utama yang dilakukan melalui observasi. observasi dalam ilmu komunikasi, penelitian dengan metode pengamatan atau observasi biasanya dilakukan untuk melacak secara sistematis dan langsung gejala gejala komunikasi terkait persoalan persoalan sosial, politisi dan kulural masyarakat. Pada konteks ini langsungdiartikan sebagai bahwa peneliti hadir dan mengamati kejadian di lokasi. Akan tetapi selama peneliti berada di dalam suatu lokasi ini bisa menjadi dua tipe yaitu observasi partisipan dan observasi non partisipan. 8 Dalam penelitian ini observasi non partisipan lah yang saya gunakan melalui DVD film The Hunger Games : Mockingjay part 1 bagaimana gambar demi gambar tersebut di susun dan di berikan paduan dialog, musik serta didukung dengan akting dan riasan wajah serta pakaian yang digunakan dan tak lupa pula mimik serta gestur tubuh yang digunakan. Hal hal tersebut dapat mengidentifikasikan dan merujuk pada suatu hal apakah itu mitologisasi atau bukan. 3.5.2 Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data tambahan yang digunakan sebagai penopang dan penguat penelitian ini. pengambilan data sekunder digunakan dengan cara membaca, mempelajari dan memahami berbagai 8 Parwito. Penelitian Komunikasi Kualitatif.Yogyakarta.(Yogyakarta: LkiS). Hal 111

53 macam jurnal, buku buku, dan internet yang menyangkut mengenai pemaknaan tanda, agar lebih dapat lagi secara spesifik menginterpretasikan tanda tanda dengan tepat. 1.6 Teknik Analisis Data Merujuk pada teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi dan menggunakan metode penelitian semiotika yang memfokuskan pada semiotika post strukturalis Roland Barthes, maka cara menganalisis data dalam penelitian ini, yaitu dengan menonton film The Hunger Games : Mockingjay part 1 yang dianalisis adalah penggambaran mitologisasi dalam film The Hunger Games : Mockingjay part 1.Dan mulai menganalisis datanya dengan teori rujukan yang di keluarkan Roland Barthes yaitu dengan memisahkan tanda, petanda, konotatif dan denotatif. 1. Signifier 2. Signified (Penanda) (Petanda) 3. Denotative Sign (Tanda Denotatif) 4. Connotative Signifier 5. Connotative Signified (Penanda Konotatif) (Petanda Konotatif) 6. Connotative Sign

54 (Tanda Konotatif) Gambar 2 : Peta semiotika post strukturalis Roland barthes Mencoba menempatkan penanda dan pertanda awal lalu mengungkapp penanda dan petanda akhirnya yang disebut sebagai penanda konotatif dan petanda konotatif, yang nantinya akan menemukan sebuah ideologi di baliknya.