BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan UU Pasar Modal Nomor 8 tahun 1995 Pasal 1 butir 13, Pasar Modal didefinisikan sebagai Kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Saat ini keberadaan pasar modal di Indonesia memiliki peran penting dalam membangun perekonomian nasional. Pasar modal memiliki fungsi ekonomi dimana pasar modal menyediakan fasilitas yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Namun, di sisi lain pasar modal juga memiliki fungsi keuangan karena memberikan kesempatan bagi para pemilik dana untuk memperoleh hasil (return) dari dana yang diinvestasikan sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih. Mengingat prospek pasar modal yang berpotensi untuk memberikan harapan kepada berbagai pihak, maka sudah seharusnya aspek perlindungan hukum terhadap pemegang saham pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Dalam rangka menciptakan iklim yang kondusif bagi pihak-pihak yang berkepentingan di pasar modal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pihak yang memiliki kewenangan dalam pengaturan dan pengawasan pada industri pasar modal dan jasa non keuangan, senantiasa berupaya melaksanakan tugasnya dengan baik. 1
Salah satu prinsip yang dikedepankan oleh OJK adalah prinsip keterbukaan informasi secara penuh. Dalam UU Pasar Modal, Prinsip Keterbukaan didefinisikan sebagai: Pedoman umum yang mensyaratkan para pelaku pasar modal, diantaranya Emiten, Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada UU Pasar Modal untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat seluruh Informasi Material mengenai usahanya atau efeknya yang dapat mempengaruhi keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan atau harga dari Efek tersebut 1. Sedangkan, menurut Bacelius Ruru (sebagaimana dikutip dalam Chairi, 2003), keterbukaan (disclosure) merupakan kewajiban perusahaan untuk menyampaikan pertanggungjawaban baik dalam bentuk laporan keuangan berkala maupun laporan kejadian penting lainnya, dimana informasi tersebut harus akurat, tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan. Prinsip keterbukaan ini secara tidak langsung menuntut para pelaku pasar modal, seperti emiten agar menerapkan tata kelola perusahaan yang baik. Kewajiban atas keterbukaan informasi yang diatur oleh OJK adalah keterbukaan atas informasi atau fakta yang bersifat material. Salah satu laporan yang wajib diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada OJK adalah laporan yang bersifat insidetil khusus. Salah satunya adalah laporan emiten dalam rangka pelaksanaan aksi korporasi. Basir dan Fakhruddin (dalam Nasution, 2011) mengemukakan aksi korporasi sebagai istilah dalam pasar modal yang menunjukkan aktivitas strategi emiten yang dapat berpengaruh terhadap 1 Republik Indonesia, UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Pasal. 1 butir 25. 2
kepentingan pemegang saham. Pengaruh tersebut diwujudkan dalam bentuk perubahan jumlah saham yang beredar maupun harga saham di pasar. Dalam beberapa jenis aksi korporasi, OJK mewajibkan adanya persetujuan dari pemegang saham melalui suatu rapat umum baik Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) ataupun Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB). Aksi korporasi senantiasa menjadi berita favorit bagi investor di pasar modal. Hal ini dikarenakan aksi korporasi seringkali diterjemahkan sebagai sinyal positif adanya peningkatan kinerja perusahaan. Dimana peningkatan kinerja tersebut diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja saham perusahaan di bursa. Pada umumnya, informasi mengenai aksi korporasi memiliki pengaruh signifikan terhadap pergerakan harga saham di bursa. Reaksi pasar terhadap aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman aksi korporasi yang mengandung kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar. Beberapa penelitian terdahulu mengenai pengumuman aksi korporasi menunjukkan adanya kandungan informasi pada pengumuman tersebut yang menyebabkan pasar bereaksi. Salah satunya adalah aksi korporasi pemecahan saham atau yang lebih dikenal dengan stock split. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ika dan Purwaningsih (2008) menunjukkan bahwa terdapat abnormal return yang signifikan pada hari t-4 dan t-3 pada pengumuman stock split. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman stock split memiliki kandungan 3
informasi yang menimbulkan reaksi pasar. Selain itu, penelitian yang dilakukan Prawoto (2006) menunjukkan bahwa pasar bereaksi terhadap adanya pengumuman efektif aksi korporasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) yang dilakukan oleh 43 sampel emiten. Pengumuman atas pelaksanaan aksi korporasi yang dianggap merupakan informasi atau fakta material wajib disampaikan kepada publik dan dilaporkan kepada OJK dalam jangka waktu yang ditentukan. Hal ini tentunya dilakukan untuk memberikan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dengan emiten yang bersangkutan. Salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten dan wajib untuk dilakukan keterbukaan informasi kepada publik adalah aksi korporasi atas transaksi dengan pihak afiliasi dan benturan kepentingan. OJK secara khusus mengatur pelaksanaan aksi korporasi transaksi afiliasi melalui Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang ditetapkan pada 25 November 2009. Dalam peraturan tersebut, transaksi afiliasi didefinisikan sebagai Transaksi yang dilakukan oleh Perusahaan atau Perusahaan Terkendali dengan Afiliasi dari Perusahaan atau Afiliasi dari anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama Perusahaan. Dimana transaksi afiliasi dapat menyebabkan terjadinya benturan kepentingan yang mengakibatkan keuntungan maupun kerugian ekonomis bagi pihak-pihak tertentu. Ketika perusahaan melakukan transaksi dengan pihak afiliasi, seperti direksi, komisaris, atau pemegang saham tertentu, maka memungkinkan 4
terjadinya benturan kepentingan. Hal ini terjadi karena transaksi tersebut mungkin dilakukan atau difasilitasi oleh direksi, komisaris maupun pemegang saham tertentu berdasarkan kekuasaannya. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, direksi dapat mengambil keputusan untuk bertransaksi demi kepentingannya atau kepentingan pihak lain, bukan demi perusahaan. Hal yang demikian tentu saja melanggar prinsip fiduciary duty yang melekat di pundak pengurus perusahaan. Dalam hal ini, keterbukaan informasi transaksi afiliasi sangat diperlukan guna meminimalisasi terjadinya potensi kerugian ekonomis bagi pihak lain yang juga memiliki kepentingan di perusahaan, seperti pemegang saham minoritas. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu tentang adanya kandungan informasi pada pengumuman aksi korporasi dan adanya kewajiban dari pihak regulator untuk melakukan keterbukaan informasi atas aksi korporasi, dalam hal ini, transaksi afiliasi, mendorong penulis melakukan penelitian untuk menganalisis Reaksi Pasar Terhadap Keterbukaan Informasi Transaksi Afiliasi Oleh Emiten. 1.2 Rumusan Masalah Prinsip Keterbukaan Informasi merupakan salah satu prinsip dasar yang wajib diterapkan dalam pelaksanaan kegiatan di pasar modal. Tujuannya adalah memberikan perlindungan bagi investor maupun calon investor terutama investor publik. Pencapaian tujuan prinsip keterbukaan untuk perlindungan investor dapat terpenuhi sepanjang informasi yang disampaikan kepada investor memenuhi unsur kelengkapan data keuangan dan non keuangan emiten yang mengandung 5
informasi atau fakta material. Selain itu, unsur ketepatan waktu penyampaian informasi kepada publik juga menjadi faktor penting. Dengan keterbukaan informasi demikian dapat menghindarkan investor dari bentuk-bentuk penipuan atau manipulasi yang dilakukan oleh emiten. Transaksi afiliasi merupakan salah satu aksi korporasi yang dilakukan oleh emiten. Hal yang membedakan transaksi afiliasi dengan transaksi lainnya yang lazim dilakukan oleh emiten adalah kemungkinan terjadinya benturan kepentingan. Transaksi yang mengandung benturan kepentingan adalah transaksi yang dapat merugikan perusahaan dan atau pihak tertentu. Benturan kepentingan mungkin terjadi karena adanya dominasi dari pihak manajemen, seperti direksi atau komisaris dan pemegang saham utama terhadap jalannya kegiatan perusahaan yang dapat merugikan pemegang saham publik. Dalam rangka pengawasan terhadap transaksi afiliasi, OJK dalam Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.E.1 mengatur bahwa emiten wajib mengumumkan keterbukaan informasi atas setiap Transaksi afiliasi kepada masyarakat dan menyampaikan bukti pengumuman dan dokumen pendukungnya kepada OJK paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua) setelah terjadinya transaksi. Hal yang menarik adalah tidak semua transaksi dikategorikan sebagai transaksi yang harus diumumkan kepada publik. Dalam Peraturan dimaksud diatur secara rinci bahwa terdapat pengecualian untuk transaksi afiliasi tertentu sehingga transaksi tersebut tidak diwajibkan untuk diumumkan dan hanya dilaporkan kepada OJK. Hal ini mengandung arti bahwa, transaksi afiliasi yang dikategorikan 6
harus diumumkan kepada publik merupakan transaksi yang relevan dan penting untuk diketahui oleh masyarakat. Berpijak dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah pengujian terhadap kandungan informasi dari pengumuman transaksi afiliasi yang dilakukan oleh emiten. Jika pengumuman tersebut memiliki kandungan informasi (information content), maka diharapkan pasar akan bereaksi melalui adanya abnormal return pada periode di sekitar pengumuman tersebut disampaikan. Reaksi pasar yang terjadi akan menggambarkan bahwa informasi atas transaksi afiliasi signifikan untuk diketahui oleh masyarakat pasar modal. 1.3 Pertanyaan dan Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: Apakah pasar bereaksi terhadap pengumuman aksi korporasi emiten, yaitu transaksi dengan pihak afiliasi, yang tercermin pada terdapatnya abnormal return saham pada periode pengamatan? Dari pertanyaan penelitian yang telah ditetapkan, penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui ada tidaknya kandungan informasi pada keterbukaan informasi atas transaksi afiliasi yang dilakukan emiten yang ditunjukkan dengan adanya reaksi di pasar. 7
1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberikan masukan dan tambahan literatur yang berfungsi sebagai fondasi penelitian bagi akademisi yang tertarik untuk melakukan penelitian secara lebih lanjut di bidang pasar modal; 2. Memberikan bahan masukan bagi praktisi, dalam hal ini emiten dan atau perusahaan publik yang akan melakukan aksi korporasi berupa transaksi afiliasi di pasar modal. Selain itu, penelitian ini juga memberikan informasi kepada praktisi mengenai aksi korporasi yang diatur oleh OJK; 3. Memberikan bahan masukan bagi OJK sebagai pihak regulator dalam hal pengaturan dan pengawasan, khususnya terkait keterbukaan informasi atas transaksi afiliasi dan benturan kepentingan. 1.5 Batasan Penelitian Pembatasan ruang lingkup pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengumuman atas aksi korporasi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah transaksi afiliasi yang diwajibkan untuk diumumkan kepada publik dan dilaporkan kepada OJK sesuai dengan Peraturan Bapepam dan LK Nomor. IX.E.1 tentang Transaksi Afiliasi dan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu Angka 2 Butir a. Adapun transaksi afiliasi dalam peraturan tersebut didefinisikan sebagai aktivitas dalam rangka: a. memberikan dan/atau mendapat pinjaman; 8
b. memperoleh, melepaskan, atau menggunakan aset termasuk dalam rangka menjamin; c. memperoleh, melepaskan, atau menggunakan jasa atau Efek suatu perusahaan atau perusahaan terkendali; d. mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas sebagaimana dimaksud dalam huruf (a), (b), dan (c). 2. Pengujian dalam penelitian ini dilakukan terhadap setiap transaksi afiliasi yang terjadi dan diumumkan ke publik, bukan terhadap setiap emiten yang melakukan transaksi afiliasi; 3. Pengamatan dianalisis melalui pergerakan harga saham, dimana periode yang digunakan adalah 21 hari yaitu 5 hari sebelum tanggal pengumuman, pada saat pengumuman dan 15 hari setelah tanggal pengumuman; 4. Data harga saham diperoleh dari harga penutupan harian (closing price), pada transaksi perdagangan di BEI periode 2010-2012. 1.6 Sistematika Penulisan Penyusunan laporan penelitian ini terdiri dari lima bagian utama, yaitu: BAB I PENDAHULUAN Bagian ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan dalam penelitian dan sistematika penulisan. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bagian ini berisi landasan teori yang merupakan kajian pustaka dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dan menjadi acuan penelitian ini. Berdasarkan teori-teori dan penelitian-penelitian terdahulu akan dikembangkan hipotesis penelitian. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bagian ini menjelaskan mengenai desain penelitian yang akan digunakan, identifikasi variabel operasional, populasi dan teknik pengambilan sampel dalam penelitian, teknik pengumpulan data, serta metode analisis data yang digunakan dalam penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini menjelaskan tentang deskripsi/karakteristik data, hasil uji hipotesis, dan pembahasan tentang hasil uji hipotesis. BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN & IMPLIKASI Bagian ini menjelaskan tentang simpulan dari hasil uji hipotesis, keterbatasan yang dihadapi oleh penulis dalam melaksanakan penelitian serta implikasinya yang dapat memperkuat praktik di luar lingkungan pendidikan. 10