PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

ETIKA PERGAULAN DI MASYARAKAT

Budaya (kearifan local) Sebagai Landasan Pendidikan Indonesia Untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa

INTEGRASI KEARIFAN LOKAL DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEKOLAH DASAR

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

TEORI PERTIMBANGAN SOSIAL Oleh : I Ketut Sudarsana Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

Pendidikan Pancasila. Berisi tentang Pancasila dan Implementasinya (Bag. 1) Dosen : Sukarno B N, S.Kom, M.Kom. Modul ke:

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Manusia Sebagai Makhluk Sosial dan Budaya

PANCASILA PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PERSIAPAN KKN PPM Materi Pembekalan KKN PPM/Bud/2011

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Clarry Sadadalam

Abstract. Balinese society are bound by two village system, they are village

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

PANCASILA. Makna dan Aktualisasi Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Hari Raya Nyepi tahun Baru Saka 1935, Jakarta, 7 April 2013 Minggu, 07 April 2013

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN. dan berakhlak adalah tugas dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK

Bab 5. Ringkasan. Humanisme merupakan aliran dalam filsafat yang memandang manusia itu

BAB IV. 1. Makna dan Nilai wariwaa dalam adat. Pada umumnya kehidupan manusia tidak terlepas dari adat istiadat,

PERTEMUAN KE 6 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

13MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Makna dan aktualisasi sila Persatuan Indonesia dalam kehidupan bernegara. Drs. Sugeng Baskoro,M.M. Modul ke: Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

KONSEP PENDIDIKAN. Imam Gunawan

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN

I. PENDAHULUAN. ihwal yang selayaknya dikerjakan dan yang selayaknya dihindari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

Sambutan Presiden RI pada Hari Anak Nasional, 23 Juli 2010 Jumat, 23 Juli 2010

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

PEDOMAN PRAKTIKUM.

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, yang isinya disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

2015 INTERNALISASI NILAI KEARIFAN LOKAL PAD A MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB X PANCASILA DALAM PARADIGMA KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA

MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP. Nama : Musafak NPM :

12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)


Kewarganegaraan. Pengembangan dan Pemeliharaan sikap dan nilai-nilai kewarganegaraan. Uly Amrina ST, MM. Kode : Semester 1 2 SKS.

PERAN ORANG TUA DALAM MENANAMKAN NILAI-NILAI KEAGAMAAN BAGI ANAK USIA DINI DALAM KELUARGA. Oleh Ni Wayan Restiti Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. lawan jenis, menikmati hiburan di tempat-tempat spesial dan narkoba menjadi

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

PANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU

PENDIDIKAN DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dan perpindahan lokasi kerja dari satu tempat ke tempat lain (Sears dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan Negara. Sejarah telah

TESIS. Oleh I WAYAN BUDIARTA, S.Pd

PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBAGANGAN ILMU

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PERFILMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada (Yamin, 2010:64). Tetapi terkadang dalam

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

I. PENDAHULUAN. tinggi yang mencapai puncaknya. Seiring berkembangnya zaman, rasa. nasionalisme dikalangan pemuda kini semakin memudar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

Kode Etik Guru Indonesia

Transkripsi:

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERILAKU PRIMORDIALISME Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Email : imadepurana@yahoo.co.id Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Pendidikan pada hakikatnya mengandung tiga jenis kegiatan, antara lain sebagai berikut. (1) Mendidik adalah membentuk kepribadian individu atau kelompok. (2) Mengajar adalah menanamkan kemampuan berpengetahuan. (3) Melatih adalah memupuk supaya terampil mempraktikkan kemampuannya di masyarakat. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Pendidikan merupakan upaya sadar yang diarahkan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik di segala aspek kehidupan. Namun, kenyataannya masih saja ada pemikiran atas ide yang mengutamakan kepentingan suatu kelompok atau komunitas dalam masyarakat. Oleh karena itu, pengetahuan ilmu agama dan kebudayaan mutlak diperlukan. Kata kunci: Pendidikan, prilaku, primordialisme I. PENDAHULUAN Di hadapan kita terbentang dasa warsa terpenting dalam sejarah peradaban, suatu periode inovasi teknologi yang mempesona, peluang ekonomi yang tidak pernah terjadi menjadi dasa warsa yang tidak sama dengan yang pernah terjadi sebelumnya karena telah mencapai puncaknya dalam milenium tersebut, yaitu pada tahun 2000. Kecenderungan-kecenderungan akan hal itu secara langsung maupun tidak langsung akan memengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pendidikan. Pendidikan merupakan aspek kehidupan yang pasti dipengaruhi oleh kuantitas dan kualitas dari aspek kehidupan yang lain. Dantes (1999) menyatakan bahwa pendidikan merupakan masalah semua orang, karena melalui sentuhan pendidikan proses pemanusiaan itu terjadi. Pada dasarnya manusia mempunyai potensi menjadi baik begitu juga sebaliknya memiliki kecenderungan berbuat tidak baik, maka diperlukan upaya untuk mewujudkan harkat dan martabat

kemanusiaan yang tertinggi pada masing-masing individu. Pendidikan merupakan proses memanusiakan manusia. Manusia tidak dengan sendirinya memanusia, seperti binatang dengan sendirinya membinatang. Maka dari itu, manusia harus mendapatkan sentuhan pendidikan serta hidup di lingkungan peradaban manusia agar dia bisa menjadi manusia. Pendidikan merupakan upaya sadar yang diarahkan untuk mencapai perbaikan di segala aspek kehidupan. Dalam upaya pendidikan itulah keterlibatan orang tua (sebagai pendidik pertama, utama, dan kodrat), orang dewasa lainnya, tokoh masyarakat serta guru, sangat nyata terlihat. II. PEMBAHASAN Diyakini bahwa kehidupan manusia saat ini sudah jauh berubah dari kehidupan masyarakat sebelumnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa manusia ke dalam kehidupan modern. Karena itu kemajuan IPTEK diakui atau tidak telah benar-benar mengubah tatanan kehidupan yang serba mudah dan nyaman. Namun, di belakang perubahan dan tatanan kehidupan yang bersifat materi itu, sering melahirkan konflik nilai yang berkepanjangan, dengan berbagai jenis kompleksitasnya. Konflik nilai terjadi sebagai akibat adanya perubahan perilaku manusia yang terkadang bertolak belakang dengan nilai-nilai kehidupan yang semestinya menjadi rujukan kebajikan manusia. Contoh konflik nilai ini merupakan satu dari sekian banyak permasalahan nilai yang dihadapi bangsa kita. Kejadian-kejadian seperti konflik antarbanjar, antarkelompok pemuda, antarsuku, antarras, antaragama, antargolongan, antarorganisasi, antarkeluarga atau antarpribadi, selalu menyertakan konflik antar nilai. Baik besar maupun kecil, sifat konflik mulai lahir karena permasalahan yang sama. Konflik adalah cerminan kehidupan manusia yang tidak konsisten dalam memperjuangkan kebenaran, kebaikan, keadilan, dan juga sebagai cerminan ketidakmampuan manusia dalam membangun hubungan yang harmonis dengan sesama, alam, dan Tuhan (konsep Tri Hita Karana). Sementara di lain pihak Bali pada khususnya dan kemajuan bangsa pada umumnya, memerlukan manusia yang cerdas dan beradab yang secara bersama-sama terlibat aktif dalam mewujudkan cita-cita, yaitu tercapainya masyarakat sejahtera dan demokratis. Manusia yang cerdas dan beradab adalah manusia yang bukan hanya menguasai kebudayaannya, tetapi juga kehidupan yang didasarkan pada tatanan nilai-nilai moral.

Primordialisme merupakan pemikiran atas ide yang mengutamakan kepentingan suatu kelompok atau komunitas, yang juga merupakan proses pemikiran yang terdapat dalam unsurunsur masyarakat (Kusumohamidjoyo, 2000:21-29). Pemikiran primordialisme akan berdampak positif terhadap norma-norma kehidupan apabila nilai-nilai dalam pendidikan mampu diterapkan sesuai dengan aturan-aturan atau normanorma yang ada. Dengan demikian sentimen primordial menurut (Geertz, 1973) sebagai penghambat terhadap perkembangan rasa kebangsaan yang didasarkan pada nasionalisme dapat diarahkan kepada integrative revolution yaitu suatu gerak integrasi masyarakat ke dalam ikatan cultural yang lebih luas menuju transformasi sosial budaya. Transformasi dan tradisi, yaitu masyarakat dan bangsa yang memiliki kecenderungan pluralisme dan primordialisme karena mampu melakukan transformasi/perubahan nilai (Locher, 1975). Nilai-nilai yang dimaksud adalah nilai solidaritas sosial budaya. Seperti di Bali ada nilai solidaritas sosial berbudaya Bali, yang telah ada dan dilaksanakan oleh masyarakat Bali sejak dulu hingga sekarang. Keberadaan dan berkembangnya nilai-nilai solidaritas sosial berbudaya Bali tercermin dengan adanya ungkapan-ungkapan seperti: Paras paros harpanaya salunglung sabayantaka (senantiasa ada dalam kebersamaan, baik dalam suka maupun duka) Jele melah gelahang bareng (baik dan buruk hargai sebagai milik bersama) Matilesan dhewek (tahu diri) dan sebagainya. Konsep-konsep yang lain seperti Tri Hita Karana. Berdasarkan ajaran agama Hindu ada dua landasan etika Hindu yang bersifat mendasar, yaitu Yama Brata (Sudarsono, 2001) dan Niyama Brata (Swarsi, 1977). Nilai budi pekerti dalam agama Hindu: Tri Marga, Tri Warga, Catur Paramita, Rwa Welas Brata Sang Brahmana, Dasa Yama Brata (Sura, 2002). Di samping itu yang tidak kalah pentingnya dalam menekan tindakan negatif dari primordialisme adalah pematangan emosional dan spiritual. Salah satu sumber yang dapat dijadikan acuan, pentingnya pengetahuan yang benar dan diperoleh secara benar dapat dipahami pada Nitisatakam (Triguna, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Hindu Departemen Agama Republik Indonesia, dalam orasi ilmiah yang disampaikan pada saat Wisuda XVII, Universitas Dwijendra Denpasar (2006) di Inna Grand Bali Beach, sebagai berikut.

Pengetahuan ilmu agama dan kebudayaan adalah kecantikan yang paling agung dan merupakan harta yang tersembunyi. Ia adalah sumber dari semua kesenangan, kemasyuran, dan kebahagiaan. Ia adalah guru dari semua guru dan menjadi sahabat di negeri asing. Pengetahuan ilmu agama dan kebudayaan bagaikan Dewa yang dapat mengabulkan setiap keinginan. Pengetahuanlah yang dihormati oleh para raja, bukan kekayaan. Oleh karena itu, manusia tanpa pengetahuan yang benar bagaikan binatang. Pengetahuan yang benar berarti pengetahuan yang mampu membuat diri kita, keluarga dan lingkungan menjadi sejahtera dan bahagia. Pengetahuan yang benar juga berarti pengetahuan yang diperoleh secara benar. Dalam sumber yang sama dikemukakan sloka yang amat mendasar sebagai dasar etika untuk mematangkan emosional dan spiritual, yaitu sebagai berikut. - Busana kekayaan adalah keramahan. - Busana orang kuat adalah ucapan halus. - Busana pengetahuan adalah kedamaian. - Busana orang yang belajar buku-buku suci adalah kerendahan hati. - Busana tapa adalah tidak lekas marah. - Busana orang besar adalah sifat pemaaf. - Keindahan dharma adalah tidak mencela agama orang lain. III. SIMPULAN Berdasarkan uraian mengenai pengaruh tingkat pendidikan terhadap prilaku primordialisme, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Ada dua pengaruh tingkat pendidikan terhadap prilaku primordialisme, yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif terjadi apabila nilainilai dalam pendidikan dapat diterapkan sesuai dengan aturan-aturan atau norma-norma yang ada. Manusia secara ideal berdasarkan pengalaman dan perkembangannya telah mampu mengenali, memahami, menerima, mematuhi, bahkan telah mampu menjelmakan dan menampilkan norma kedewasaan dalam seluruh prilaku hidupnya, sehingga akan lebih mudah membedakan mana prilaku benar dan yang mana prilaku tidak benar.

Berpengaruh negatif terjadi apabila adanya sentimen primordialisme dan adanya kecenderungan pluralisme dan primordialisme untuk melakukan perubahan nilai moral yang dianggap ajeg (ajek) oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Dantes, 1999, Profil Guru Menyongsong Tahun 2010. Denpasar: Yayasan Dwijendra Denpasar Geertz, Clifford. 1963. Indonesian Cultures and Communities. New Haven: Coun Hraf Press. Kusumohamidjojo, 2000, Kebinekaan Masyarakat di Indonesia. Suatu Problematik Filsafat Kebudayaan. Jakarta: Gramedia Locher, G.W. 1975. Myth, Ideology, and Changing Society Explorations In The Anthropology of Religion, Essays in Honour of Jan Van Baal. W.E.A. Van Beck and J.H. Scherer. (Editor) The Hague, Martinus Nijhoff. Sudarsono, I.B.P. 2001, Ajaran Agama Hindu Sesana Brahmana Wangsa Walaka. Denpasar: Dharma Karya. Percetakan Masadara Sastra Swarsi, dkk. 1977, Peranan Pendidikan Dalam Pembinaan Budaya Daerah Bali. Jakarta: Depdikbud. Ditjen Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai-Nilai Tradisional Proyek Penelitian Pengkajian Dan Pembinaan Nilai. Sura, 2002, Pendidikan Budi Pekerti. Denpasar: Yayasan Dwijendra Denpasar Triguna, 2006, Memposisikan ESQ Dalam Sistem Pendidikan Tinggi (Orasi Ilmiah). Universitas Dwijendra Denpasar