IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

TINDAK TUTUR EKSPRESIF DALAM SLOGAN DI WILAYAH KOTA SURAKARTA. Naskah Publikasi

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BENTUK KALIMAT IMPERATIF OLEH GURU DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DI MTS MUHAMMADIYAH 4 TAWANGHARJO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BENTUK DAN POSISI TINDAK PERSUASIF DALAM WACANA SPANDUK DI LINGKUNGAN PEMERINTAHAN KOTA SURAKARTA: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN KALIMAT PERINTAH GURU DALAM PROSES KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR DI SD NEGERI 09 PANGGANG, KABUPATEN JEPARA

ANALISIS TINDAK TUTUR TIDAK LANGSUNG TIDAK LITERAL ANTARA PEMBELI DENGAN PENJUAL BUAH DI MOJOSONGO, SURAKARTA

ANALISIS PESAN BAHASA KELUHAN WARGA DESA PILANG KECAMATAN RANDUBLATUNG KABUPATEN BLORA SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

REALISASI BENTUK TINDAK TUTUR DIREKTIF MENYURUH DAN MENASIHATI GURU-MURID DI KALANGAN ANDIK TK DI KECAMATAN SRAGEN WETAN. Naskah Publikasi Ilmiah

TINDAK TUTUR PENOLAKAN PADA WACANA ARISAN KELUARGA DI KALANGAN MASYARAKAT BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS BENTUK TINDAK TUTUR PADA NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE-LIYE. Naskah Publikasi

ANALISIS TINDAK TUTUR PEDAGANG DI STASIUN BALAPAN SOLO NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak dapat hidup sendiri

MAKNA REFERENSIAL PADA NAMA LAUNDRY DI KELURAHAN GONILAN, KECAMATAN KARTASURA, KABUPATEN SUKOHARJO

ERIZA MUTAQIN A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi berfungsi sebagai hubungan antara seseorang dengan orang lain untuk mengetahui hal yang terjadi.

REALISASI TINDAK KESANTUNAN KOMISIF DI KALANGAN MASYARAKAT PEDAGANG PASAR TRADISIONAL NASKAH PUBLIKASI

TINDAK KESANTUNAN KOMISIF PADA IKLAN KENDARAAN BERMOTOR DI WILAYAH SURAKARTA. Naskah Publikasi

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DAN DAYA PRAGMATIK PADA IKLAN PRODUK KOSMETIK DI TELEVISI SKRIPSI

REALISASI TINDAK TUTUR REPRESENTATIF DAN DIREKTIF GURU DAN ANAK DIDIK DI TK 02 JATIWARNO, KECAMATAN JATIPURO, KABUPATEN KARANGANNYAR NASKAH PUBLIKASI

KARAKTERISTIK STRUKTUR PERCAKAPAN DAN KONTEKS PADA RUBRIK KARTUN OPINI DALAM HARIAN KOMPAS

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk menjaga kesopanan dalam bertutur atau mengucapkan bahasa

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

TINDAK TUTUR DIREKTIF PADA IKLAN SEPEDA MOTOR DI BOYOLALI. Naskah Publikasi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

TUTURAN EKSPRESIF PADA PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA DI BEBERAPA SD NEGERI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

TINDAK TUTUR ILOKUSI DIREKTIF PADA TUTURAN KHOTBAH SALAT JUMAT DI LINGKUNGAN MASJID KOTA SUKOHARJO

IMPLIKATUR PERCAKAPAN MAHASISWA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS ANDALAS. Tinjauan Pragmatik. Skripsi

Campur Kode pada Tuturan Siswa dalam Proses Pembelajaran Bahasa Jawa Kelas XI di SMK Batik Sakti 1 Kebumen

TINDAK PROVOKATIF DALAM SPANDUK DI WILAYAH KOTA SURAKARTA KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sesuai dengan norma norma dan nilai nilai sosial dan saling

TINDAK TUTUR KOMISIF PADA WACANA KAMPANYE TERBUKA DI KALANGAN BAKAL CALON KEPALA DESA DI KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. tindakan dalam tuturannya (Chaer dan Leoni. 1995:65).

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF DALAM TERJEMAHAN ALQURAN SURAT AT TAUBAH: KAJIAN PRAGMATIK NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi jual-beli. Hal ini dapat ditemukan dalam setiap transaksi jual-beli di

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

TINDAK TUTUR IMBAUAN DAN LARANGAN PADA WACANA PERSUASI DI TEMPAT-TEMPAT KOS DAERAH KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PELANGGARAN PRINSIP KESOPANAN DALAM REMBUK DESA DI KELURAHAN JATIROTO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

MODUS DAN IMPLIKATUR PADA IKLAN HANDPHONE DI TABLOID PULSA EDISI MEI-JULI 2011 NASKAH PUBLIKASI

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA LISAN MASYARAKAT DESA SOMOPURO KECAMATAN GIRIMARTO KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan ide, maksud, pikiran, lain-lain. Sarana komunikasi tersebut. masyarakat dan bahasa tidak dapat dipisahkan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

KAJIAN KESOPANAN DALAM TUTURAN TRANSAKSI PEMBIAYAAN DI PT BFI FINANCE TBK. CABANG SOLO NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya. Manusia berkomunikasi menggunakan bahasa. Bahasa merupakan

ANALISIS WACANA PERSUASIF DALAM SPANDUK YANG TERDAPAT DI WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI

TINDAK TUTUR DALAM DIALOG DRAMA KISAH CINTA 40 MENIT KARYA DIDI ARSANDI

TINDAK TUTUR DAN KESANTUNAN BERBAHASA DI KANTIN INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

TINDAK TUTUR EKSPRESIF PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN GURU DAN SISWA KELAS 1 SD TAHUN AJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

BENTUK DAN STRATEGI PENOLAKAN DI KALANGAN MASYARAKAT BERBUDAYA JAWA DI SOLO DALAM KONTEKS NONRESMI NASKAH PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. mengandung implikatur dalam kegiatan belajar mengajar Bahasa Indonesia di

1. PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan oleh masyarakat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

III. METODE PENELITIAN. dalam proses pembelajaran olahraga pada siswa kelas XI SMA Negeri 2

KAIDAH KESANTUNAN DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR: KAJIAN PRAGMATIK. Nanik Setyawati, S.S., M.Hum. Universitas PGRI Semarang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, Bahasa adalah

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

DESKRIPSI PENGGUNAAN JENIS KALIMAT PADA SISWA SDN BALEPANJANG 1 KABUPATEN WONOGIRI (KAJIAN SINTAKSIS)

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. pikirannya. Baik diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan maupun bahasa. informasi, gagasan, ide, pesan, maupun berita.

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. sarana mengungkapkan ide, gagasan, pikiran realitas, dan sebagainya. dalam berkomunikasi. Penggunaan bahasa tulis dalam komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan di dalam dunia sosial yang harus bergaul dengan

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM BAHASA IKLAN KAMPANYE CALON ANGGOTA LEGISLATIF TAHUN 2014 DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk dari suatu kalimat dalam kondisi tertentu dan. wacana. Tindak tutur dapat pula disebut tindak ujar.

I. PENDAHULUAN. sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, mulai dari sarana untuk menyampaikan informasi, memberi perintah, meminta

Diajukan Oleh: ALI MAHMUDI A

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

ANALISIS KALIMAT PERINTAH PADA CERITA ANAK DALAM SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-DESEMBER 2012

PRINSIP KESOPANAN DAN PARAMETER PRAGMATIK CERITA BERSAMBUNG ARA-ARA CENGKAR TANPA PINGGIR DALAM MAJALAH DJAKA LODANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan sebuah alat komunikasi. Alat komunikasi tersebut digunakan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra karena di dalamnya terdapat media untuk berinteraksi antara

KESANTUNAN MENOLAK DALAM INTERAKSI DI KALANGAN MAHASISWA DI SURAKARTA

ANALISIS TINDAK TUTUR DALAM NOVEL JARING KALAMANGGA KARYA SUPARTO BRATA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA ANTARA SANTRI DENGAN USTAD DALAM KEGIATAN TAMAN PENDIDIKAN ALQUR AN ALAZHAR PULUHAN JATINOM KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

Transkripsi:

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah NURUL RACHMAWATI A 310090115 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

IMPLIKATUR PERCAKAPAN PADA WACANA PEMBUKA RAPAT DINAS DI TINGKAT KELURAHAN BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Nurul Rachmawati, A 310090115, Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013, 12 halaman. Tujuan penelitian ini ada 2. (1) Menganalisis bentuk implikatur percakapan yang terjadi pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. (2) Menyebutkan faktor yang mengakibatkan adanya pemakaian implikatur percakapan yang terdapat pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Objek penelitian ini adalah implikatur percakapan pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Sumber data dalam penelitian ini adalah wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Penelitian ini menggunakan teknik simak, rekam, catat, dan cakap. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan metode padan ekstralingual, yaitu untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal lain di luar bahasa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa mengandung maksud mengajak atau menghimbau kepada mitra tutur. Untuk menyampaikan maksud tuturan tersebut, mitra tutur menggunakan berbagai modus atau cara. Modus yang digunakan adalah modus mengajak atau menghimbau, modus menyuruh atau memerintah, modus menyindir, modus melarang, dan modus menginformasikan. Jumlah tuturan yang mengandung modus mengajak atau menghimbau pada data ini berjumlah 8 data, menyuruh atau memerintah berjumlah 8, menyindir berjumlah 6 data, melarang berjumlah 3 data, serta menginformasikan berjumlah 7 data. Faktor yang mempengaruhi adanya pemakaian implikatur yang terdapat pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar beakang budaya Jawa. Faktor-faktor itu yakni tingkat formalitas hubungan antara penutur dan mitra tutur (tingkat keakraban penutur dengan mitra tutur, tingkat keangkeran mitra tutur, dan umur mitra tutur), tingkat status sosial mitra tutur, kehadiran O3, situasi emosi penutur, dan tujuan tutur penutur. Kata Kunci: implikatur percakapan, wacana, budaya Jawa. PENDAHULUAN Menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial, maka dalam kesehariannya manusia saling membutuhkan interaksi dengan sesama untuk 1

melangsungkan hidup mereka. Dalam berinteraksi sesama manusia, mereka menggunakan bahasa sebagai media komunikasi. Bahasa sebagai media penyampai informasi (pesan) dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Semua itu tidak akan berjalan sesuai dengan fungsinya, apabila dalam kegiatan komunikasi hanya melibatkan seorang partisipan saja, yakni penutur saja atau mitra tutur saja. Untuk itu diperlukan partisipan lain, sehingga ada penutur dan mitra tutur. Agar pesan yang ingin disampaikan oleh penutur dapat tersampaikan kepada mitra tutur. Selain itu, konteks (situasi), tempat pembicaraan, maupun siapa mitra tutur yang diajak bertutur juga harus diperhatikan. Bertutur dalam situasi rapat formal seperti rapat di tingkat RT, tingkat kelurahan, tingkat kecamatan, bahkan rapat komite sekolah sangat berbeda dengan bertutur dengan keluarga di rumah. Dalam berkomunikasi bahasa yang digunakan juga harus jelas, agar tidak menimbulkan persepsi atau penafsiran yang salah. Adanya maksud tuturan yang tersirat terkadang menyebabkan suatu pesan itu dapat atau tidak dapat diterima dengan baik oleh mitra tutur. Dari sinilah muncul istilah implikatur percakapan. implikatur berarti sesuatu yang diimplikasikan dalam suatu percakapan (Nadar, 2009:60). Kridalaksana (dalam Wijana dan Rohmadi, 2009:119) juga menjelaskan bahwa implikatur adalah konsep yang mengacu pada suatu yang diimplikasikan (implicated) oleh sebuah tuturan yang tidak dinyatakan secara eksplisit oleh tuturan. Implikatur adalah ujaran atau pernyataan yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan sebenarnya diucapkan. Oleh karena itu, biasanya penutur menggunakan bahasa yang halus, bahkan perumpamaan, supaya tidak menyindir dan menyinggung mitra tutur. Begitu pula dengan masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa yang masih kental dengan budaya dan adat Jawanya, yakni nilai-nilai luhur kesopanan dan penghormatan. Seorang penutur yang berlatar belakang budaya Jawa dalam berinteraksi akan lebih berhati-hati dan menggunakan kalimat-kalimat yang panjang bahkan rumit, untuk mengungkapkan sebuah maksud tuturan. Selain agar tidak menyinggung mitra tutur, senantiasa untuk menjaga citra diri mitra tutur dan 2

sekaligus dirinya penutur itu. Oleh karena itu, mereka akan menggunakan berbagai strategi kesopanan berbahasa dalam bertutur. Beberapa hal di atas membuat peneliti tertarik untuk meneliti tentang implikatur percakapan yang berhubungan dengan masyarakat budaya Jawa. Oleh karena itu, peneliti memilih judul Implikatur Percakapan Pada Wacana Pembuka Rapat Dinas di Tingkat Kelurahan Berlatar Belakang Budaya Jawa. Berdasarkan latar belakang di atas, ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. 1) Menganalisis bentuk implikatur percakapa yang terjadi pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya jawa. 2) Menyebutkan faktor apa saja yang mengakibatkan adanya pemakaian implikatur percakapan yang terdapat pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya jawa. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif analitis, karena penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implikatur percakapan pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya jawa. Sedangkan strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Untuk mencapai deskripsi yang kualitatif, penelitian ini menerapkan tiga tahapan strategi penelitian bahasa, yaitu (1) tahap penyediaan data, (2) tahap analisis data, dan (3) tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-8). Pada penyediaan data digunakan metode simak, rekam, catat, dan cakap. Hasil yang diperoleh kemudian diklasifikasikan sesuai modus dan maknanya. Data yang diklasifikasikan selanjutnya dianalisis. Pada penganalisisan digunakan metode padan. Sedangkan penyajian hasil analisis digunakan metode padan ekstralingual, yakni digunakan untuk menganalisis unsur yang bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal lain di luar bahasa (Mahsun, 2007: 114). 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Bentuk Implikatur Percakapan pada Wacana Pembuka Rapat Dinas di Tingkat Kelurahan Berlatar Belakang Budaya Jawa Setiap wacana mengandung implikatur. Akan tetapi, makna suatu wacana tersebut tidak dapat secara langsung ditemukan. Perlu adanya pengkajian maksud tuturan tersebut, agar makna yang dikandung jelas. Berdasarkan hasil analisis penulis dalam penelitian ini, ditemukan maksud dan tujuan tuturan yang terkandung di dalam wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang belakang budaya Jawa yaitu tuturan yang bermaksud mengajak atau menghimbau kepada mitra tutur. Akan tetapi, penutur mempunyai modus berbagai macam untuk menyatakan suatu maksud tersebut, antara lain modus mengajak, modus menyuruh, modus menyindir, modus melarang, dan modus menginformasikan. 1. Tuturan yang Bermaksud Mengajak untuk Menjaga Kesehatan Penutur ingin mengajak mitra tutur untuk melakukan sesuatu. Penutur ingin mengajak mitra tutur untuk menjaga kesehatan mereka, karena pada saat itu banyak yang terserang penyakit demam berdarah.. Akan tetapi untuk menyampaikan ajakan tersebut, penutur menggunakan berbagai modus, yaitu modus ajakan, modus larangan, modus memerintah, modus menyindir, dan modus menginformasikan. a. Menggunakan Modus Mengajak 1) Kula ngajak ibu-ibu wonten dukuh Kliwonan menika. Mangga sareng-sareng melakukan PSN! Konteks tuturan di atas terjadi karena banyak masyarakat dan mitra tutur di desa Kliwonan yang kurang sadar untuk melakukan gerakan PSN. Mereka menganggap gerakan PSN hanya dilakukan oleh penutur dan petugas puskesmas saja. Padahal gerakan PSN itu juga menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh mitra tutur bersama warga masyarakat yang lain. Oleh karena itu, penutur megajak mitra tutur dan warga masyarakat di desa Kliwonan ini untuk melakukan gerakan PSN. 4

Jadi, tidak ada istilah saling menunggu dan menyalahkan jika suatu saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Pada tuturan di atas penulis menemukan bahwa penutur tidak henti-hentinya mengajak mitra tutur untuk melakukan gerakan PSN. Penutur mempunyai maksud untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah mitra tutur agar bersih dan mitra tutur hidup sehat. Selain itu, penilaian dari pemerintah juga yang membuat penutur lebih bersemangat lagi menghimbau dan mengajak masyarakat bersama-sama meningkatkan dan menciptakan lingkungan yang bersih. Jika di lingkungan kelurahan Kliwonan bersih dan masyarakatnya sehat, maka puskesmas juga akan mendapatkan nilai yang bagus dan tanggapan positif dari pemerintah. b. Menggunakan Modus Melarang 2) Menguras itu jangan hanya disatne bu. Tapi harus digosok dindingnya! Karena telur-telur nyamuknya itu menempel di dinding itu. Konteks tuturan di atas terjadi karena penutur masih melihat mitra tutur yang menguras bak mandi hanya dibuang airnya saja. Tidak digosok sampai bersih, masih ada telur-telur yang menempel di dinding bak mandi. Oleh karena itu, penutur mengajak mitra tutur untuk menguras bak mandi secara benar dengan modus larangan. Pada tuturan di atas penulis menemukan bahwa penutur mengajak mitra tutur untuk membersihkan bak mandi secara benar. Namun, penutur menyampaikan tuturannya itu dengan modus melarang mitra tutur menguras bak mandi hanya dibuang airnya saja. Jika hanya dibuang airnya saja tanpa digosok, jentikjentik dan telur dari nyamuk itu masih menempel di dinding bak mandi. Maka, harus digosok bahkan dibiarkan dulu dengan rendaman sabun atau porselen. Oleh Karen itu, penutur berharap setelah mitra tutur mendengar tuturan ini akan menguras bak 5

mandi di rumah dengan benar. Setiap membersihkan bak mandi harus digosok supaya telur-telur dan jentik-jentik nyamuk benarbenar hilang. c. Menggunakan Modus Menyuruh atau Memerintah 3) Gentong itu harus ditutup yang rapat. Jangan sampai terbuka! Konteks tuturan di atas terjadi karena mitra tutur masih kurang rapat dalam menutup gentong mereka. Hanya ditutup saja, tidak melihat sudah rapat atau belum. Kotoran dan nyamuk masih bisa masuk ke dalam gentong atau tidak. Dapat menyebabkan penyakit atau tidak, kurang diperhatikan penutur. Pada tuturan di atas penulis menemukan bahwa penutur menyuruh mitra tutur untuk selalu menutup gentong atau tempat penampungan air. Penutur bertutur seperti itu karena penutur masih melihat ada beberapa mitra tutur yang tidak menutup gentong mereka di rumah. Hal yang ditakutkan penutur apabila gentong tidak dalam keadaan tertutup adalah gentong itu akan dijadikan sarang nyamuk maupun jentik-jentik. Jangka panjang dapat mengakibatkan penyakit bagi mitra tutur itu sendiri. Oleh karena itu, jika mitra tutur mendengar tuturan dari penutur ini, penutur berharap mitra tutur dapat melaksanakan di rumah mereka masing-masing. Tuturan itu bukan semata-mata ingin menyuruh mita tutur saja, tetapi penutur mempunyai maksud mengajak dan menghimbau mitra tutur untuk menjaga kesehatan mereka dengan cara yang paling mudah, yaitu menutup gentong mitra tutur secara rapat. d. Menggunakan Modus Menyindir 4) Kalau dia bersih-bersih terus, ya tidak seperti itu. Konteks tuturan di atas terjadi karena mitra tutur masih banyak yang kurang memperhatikan kebersihan rumah, keindahan rumah. Padahal kebersihan rumah merupakan langkah awal menjaga kesehatan mereka. Banyak yang terkena demam 6

berdarah karena kurangnya menjaga kebersian rumah. Oleh karena itu, penutur mengajak mitra tutur untuk selalu menjaga dan memperhatikan kebersihan rumah mereka. Pada tuturan di atas penulis menemukan bahwa penutur menyindir kepada mitra tutur yang malas untuk bersih-bersih rumah dan menjaga kebersihan rumah. Penutur bertutur seperti itu karena masih ada mitra tutur yang tidak mengindahkan kebersihan rumah mereka. Kurang mengetahui informasi tentang manfaat menjaga kebersihan rumah. Oleh karena itu, penutur berharap jika mitra tutur mendengar tuturan dan informasi ini akan lebih menggugah hati dan dirinya untuk bersama-sama mengajak keluarganya selalu menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah mereka. Penutur menyindir seperti itu karena penutur ingin mengajak mitra tutur untuk selalu menjaga kebersihan rumah, demi kesehatan. 2. Tuturan yang Bermaksud Mengajak untuk Disiplin Penutur ingin mengajak mitra tutur untuk lebih disiplin lagi dalam menghargai waktu dan orang lain. Akan tetapi untuk menyampaikan ajakan tersebut, penutur menggunakan berbagai modus, yaitu modus menyindir dan menginformasikan. a. Menggunakan Modus Menyindir 5) Kami jauh-jauh, meluangkan waktu dari Semarang, kemudian beliau ini begitu sibuknya dari Yogya untuk datang demi kepentingan bapak ibu semua. Konteks tuturan terjadi pada saat rapat pembahasan IPAL desa kliwonan hari Senin, tanggal 4 Maret 2013 pukul 11.00 WIB. Penutur adalah petugas petinjau masalah pengeloaan air limbah dari Semarang dan pegawai kabupaten, pegawai kecamatan, para pegawai kelurahan Kliwonan, serta para pengusaha batik di kelurahan Kliwonan. Penutur dan rombongan datang dari Semarang untuk meninjau dan menindak lanjuti masalah IPAL di kelurahan Kliwonan ini. Membicarakan 7

tentang pipa-pipa yang sudah dipasang tahun lalu, membicarakan dengan para pengusaha batik tentang masalahmasalah yang dialami yang berhubungan dengan pembuangan air limbah industri batik mereka. Dari tuturan di atas, penulis menemukan bahwa penutur mengajak disiplin mitra tutur untuk datang tepat waktu dengan modus menyindir dan mengungkapkan rasa kecewa kepada mitra tutur yang tidak mengindahkan pertemuan ini. Banyak mitra tutur yang tidak hadir pada siang hari itu. Padahal penutur berharap pertemuan kali ini dapat menghasilkan banyak hal dan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan pengelolaan air limbah batik dari para pengusaha. Akan tetapi, harapan dari penutur itu tidak bisa dilaksanakan. Mitra tutur kurang bisa diajak kerja sama untuk sama-sama membangun pengelolaan air limbah ini. Buktinya, diundang untuk rapat saja banyak yang tidak hadir. Hanya kurang lebih 20% saja yang hadir. Itu pun juga mengutus pegawainya. Jadi bukan pengusahanya sendiri yang datang. Ketika dimintai saran dan masukan juga tidak bisa memutuskan. b. Menggunakan Modus Menginformasikan 6) Akhir-akhir ini memang PBB sangat lambat dalam penarikannya. Konteks tuturan di atas terjadi karena penutur melihat kinerja mitra tutur dalam penarikan dan penyetoran pajak masih lambat. Sering mmendapat denda karena terlambat. Oleh karena itu, penutur bermaksud untuk mengajak mitra tutur untuk lebih disiplin lagi dalam penarikan dan penyetoran uang pajak. Pada tuturan di atas penulis menemukan bahwa modus penutur menginformasikan kepada mitra tutur tentang keterlambatan penarikan pajak dengan maksud mengajak mitra tutur untuk lebih disiplin lagi dalam mengurus uang pajak. Memang dari petugas atau anggota yang ditarik kurang tahu. 8

Oleh karena itu, mendengar tuturan ini mitra tutur yang bertugas menarik tagihan pajak dapat meningkatkan kedisiplinannya. Membuat cara dan strategi baru supaya pajak dapak dilaporkan dan disetorkan tepat pada waktunya, sehingga tidak terkena denda. 3. Tuturan yang Bermaksud Mengajak untuk Memilih Penutur ingin mengajak mitra tutur untuk memilih lagi dalam pemilu yang akan dilaksanakan oleh desa. Akan tetapi untuk menyampaikan ajakan tersebut, penutur menggunakan berbagai modus, yaitu modus menginformasikan dan modus melarang. a. Menggunakan Modus Menginformasikan 7) Mangke kanthi bismillah badhe nyalon malih, nggeh. Konteks tuturan di atas terjadi ketika penutur telah selesai menjabat sebagai lurah. Pada pemilu nanti penutur ingin mencalonkan diri kembali. Oleh karena itu, penutur mempunyai maksud untuk mengajak mitra tutur memilih kembali penutur sebagai lurah dalam periode berikutnya. Namun, penutur mengungkapkan maksudnya dengan menggunakan modus menginformasikan. Pada tuturan di atas penulis menemukan bahwa penutur menggunakan modus menginformasikan kepada mitra tutur tentang pencalonannya itu. Secara tidak langsung supaya mitra tutur dapat memilih kembali penutur dalam pemilu nanti. Mendengar tuturan ini mitra tutur diharapkan memikirkan pencalonan penutur dan dapat mengajak warga yang lain untuk kembali memilih penutur dalam pemilu nanti. Maksud tuturan itu dapat terlihat dari tuturan yang dituturkan penutur, Menika kula sagete nggeh namung pasrah kalih gusti Allah swt. Kok dados lurah ngantos 3 periode nggeh bu nggeh kok ngantos paribasane nganti nyenthelke omah po nyenthelke mobil po nyenthelke cendramata nggeh bu nggeh, niku nggeh mboten. Pada tuturan 9

lanjutan penutur itu dapat terlihat bahwa penutur menuturkan selama jadi lurah tidak pernah melakukan korupsi, sehingga mitra tutur dapat memikirkan itu. b. Menggunakan Modus Melarang 8) Mboten sah ndadak ngentenke nopo-nopo, mboten sah! Konteks tuturan di atas terjadi saat penutur memberikan sambutan terakhir kepada mitra tutur. Pada akhir masa jabatannya ini penutur tidak ingin merepotkan mitra tutur mengadakan acara apa pun. Penutur hanya ingin dukungannya saja dengan melarang mitra tutur untuk mengadakan acara perpisahan dengan penutur. Pada tuturan di atas, penulis menemukan bahwa penutur melarang mitra tutur untuk megadakan acara apa pun dalam rangka habis masa jabatan penutur sebagai lurah. Setelah mendengar tuturan ini, mitra tutur diharapkan untuk melepaskan penutur tanpa ada hal apa pun. Antara penutur dan mitra tutur tidak merasa saling berhutang atau merasa tidak enak satu dengan yang lainnya. Mitra tutur juga dapat bersikap biasa saja ketika penutur harus turun dari jabatan lurah dan menjadi masyarakat biasa seperti yang lain. Maksud lain yang diharapkan oleh penutur setelah mitra tutur mendengar tuturan ini, diharapkan mitra tutur juga dapat mendukung dan memilih kembali penutur di pemilu nanti. B. Faktor yang Mengakibatkan Adanya Pemakaian Implikatur Percakapan yang Terdapat pada Wacana Pembuka Rapat Dinas di Tingkat Kelurahan Berlatar Belakang Budaya Jawa Implikatur yang terdapat pada wacana pembuka rapat dinas merupakan strategi penutur dalam menyampaikan maksud tuturannya. Dalam menyampaikan maksud tuturan itu penutur menggunakan bermacam-macam modus penyampaian agar maksud penutur dapat diterima oleh mitra tutur. 10

Penggunaan implikatur percakapan pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor. 1. Tingkat Formalitas Hubungan Antara Penutur dan Mitra Tutur a. Tingkat keakraban penutur dengan mitra tutur Tingkat keakraban dapat dilihat dari keseharian penutur dengan mitra tutur. Penutur yang dekat dengan mitra tutur biasanya akan menggunakan bahasa yang lebih popular dan tidak terkesan formal. Hal ini dapat terlihat pada data menguras itu jangan hanya disatne bu. Tapi harus digosok dindingnya, karena telur-telur nyamuknya itu menempel di dinding itu. Sebaliknya penutur yang tidak dekat/ kurang akrab dengan mitra tutur biasanya cenderung menggunakan bahasa yang formal dan kaku. b. Tingkat keangkeran mitra tutur Tingkat keangkeran mitra tutur biasanya ditentukan oleh latar belakang status sosial mitra tutur yang ada. Latar belakang yang dimaksud di sini dapat berupa bentuk tubuh dan ekspresi wajah,cara berbahasa, tinggi-rendah jabatan dan pangkat yang dimiliki, serta kekuatan ekonomi. c. Umur mitra tutur Dalam kehidupan sosial orang Jawa, umur seseorang merupakan sesuatu yang sangat dihormati. Banyak sekali orang yang berbasa kepada orang lain semata-mata karena faktor usia. 2. Tingkat Status Sosial Mitra Tutur Tinggi rendahnya status sosial mitra tutur menentukan pemakaian kata-kata krama inggil dalam tuturan sambutan berbahasa Indonesia. Faktor-faktor objektif yang berhubungan dengan tinggi rendah status sosial ini menyebabkan diterapkannya kata-kata krama inggil. Misalkan penggunaan kata mangga sebagai wujud penghormatan kepada mitra tutur yang tingkat status sosialnya lebih tinggi. 11

3. Kehadiran O3 Kehadiran O3 yang dianggap sangat memperhatikan sopan santun seringkali dapat mengubah pilihan penggunaan tingkat tutur. Hal ini biasanya disebabkan oleh keinginan pembentukan citra penutur di depan O3. 4. Situasi Emosi Penutur Faktor situasi emosi penutur sangat berpengaruh terhadap cara bicara penutur kepada mitra tutur. Orang yang dalam keadaan tidak dapat menguasai emosinya sering lupa adat sopan santun dan kemudian menggunakan bahasa yang kurang santun. Misalkan pada tuturan sambutan oleh ibu Tuti, selaku petugas pengelolaan air limbah dari Semarang Kami jauh-jauh, meluangkan waktu dari Semarang, kemudian beliau ini begitu sibuknya dari Yogya untuk datang demi kepentingan bapak ibu semua. Tuturan ini dikatakan kurang santun karena bahasa yang digunakan cenderung menyindir mitra tutur secara langsung. 5. Tujuan Tutur Penutur Faktor ini berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh penutur melalui pembicaraannya dengan mitra tutur. Misalkan pada tuturan sambutan oleh ibu Kepala Desa Sidodadi Mangke kanthi bismillah badhe nyalon malih nggeh. Dari tuturan tersebut dapat dilihat bahwa penutur akan mencalonkan lagi sebagai kepala desa atau lurah. Secara tidak langsung supaya mitra tutur dapat memilih kembali penutur dalam pemilu nanti. Mendengar tuturan ini mitra tutur diharapkan memikirkan pencalonan penutur dan dapat mengajak warga yang lain untuk kembali memilih penutur dalam pemilu nanti. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa mengandung maksud mengajak atau 12

menghimbau kepada mitra tutur. Akan tetapi, untuk menyampaikan maksud tuturan tersbut mitra tutur menggunakan berbagai modus atau cara. Modus yang digunakan adalah modus mengajak atau menghimbau, modus menyuruh atau memerintah, modus menyindir, modus melarang, dan modus menginformasikan. Jumlah tuturan yang mengandung modus mengajak atau menghimbau pada data ini berjumlah 8 data, menyuruh atau memerintah berjumlah 8, menyindir berjumlah 6 data, melarang berjumlah 3 data, serta menginformasikan berjumlah 7 data. Faktor yang mempengaruhi adanya pemakaian implikatur yang terdapat pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa. Faktor-faktor itu yakni tingkat formalitas hubungan antara penutur dan mitra tutur (tingkat keakraban penutur dengan mitra tutur, tingkat keangkeran mitra tutur, dan umur mitra tutur), tingkat status sosial mitra tutur, kehadiran O3, situasi emosi penutur, dan tujuan tutur penutur. B. Saran Berdasarkan hasil analisis penelitian yang telah dilakukan mengenai implikatur percakapan pada wacana pembuka rapat dinas di tingkat kelurahan berlatar belakang budaya Jawa, saran yang dapat penulis berikan kepada pembaca ialah bagi peneliti bahasa, agar dapat menggunakan penelitian ini sebagai bahan perbandingan, khususnya dalam menganalisis implikatur percakapan. Bagi mahasiswa, agar dapat memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif demi kemajuan diri. DAFTAR PUSTAKA Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa (Tahapan, Strategi, Metode dan Tehnik). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta wacana University Press. Wijana dan Rohmadi. 2009. Analisis Wacana Pragmatik. Surakarta: Yuma Pustaka. 13