BAB I PENDAHULUAN. tujuan negara yang sudah tercantum dalam UUD 1945 alenia ke-4 yaitu untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. punggung negara, karena pemerintahan melaksanakan fungsi-fungsi penting

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia saat ini sedang memasuki masa pemulihan akibat krisis

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta penyelenggaraan negara yang bersih dari unsur-unsur KKN untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang sedang berkembang dengan pesat. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Reformasi telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. oaching

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. agar organisasi sektor publik memperhatikan value for money dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

BAB I PENDAHULUAN. Dengan diberlakukannya Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 mengenai. penyelenggaraan negara yang bersih, bebas KKN (Korupsi, Kolusi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan desentraliasasi fiskal, Indonesia menganut sistem pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian. Dalam penyelengaraan otonomi daerah, pemerintah diberikan

BAB I PENDAHULUAN. (government) menjadi kepemerintahan (governance). Pergeseran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era reformasi yang diikuti dengan diberlakukannya kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbagi menjadi kepulauan-kepulauan. Hal ini menjadikan Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. serta bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Upaya pengembangan tersebut sejalan dengan Undang-undang Nomor 28

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terhadap hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Kesadaran tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perubahan pada sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan dalam bentuk( penerapan hukum dan undang-undang) di kawasan. dalam melakukan aktivitas yang berkaitan dengan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi diawal 1998 dapat dikatakan tonggak perubahan bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan diterapkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. untuk lebih bersungguh-sungguh dalam melaksanakan program-program

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem tata kelola pemerintahan di Indonesia telah melewati serangkain

BAB I PENDAHULUAN. rangka memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir merupakan bagian dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) 105 Tahun 2000 tentang pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bagi bangsa ini. Tuntutan demokratisasi yang diinginkan oleh bangsa ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good governance. Hal ini memang wajar, karena beberapa penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja pemerintah merupakan salah satu isu yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

BAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman mengenai good governance mulai dikemukakan di Indonesia

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN. Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dilakukan, maka penulis

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. penerapan sistem pertanggung jawaban yang tepat, jelas, terukur, dan legitimate

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing organisasi tersebut, tidak terkecuali dengan Negara. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah merupakan suatu tuntutan yang perlu direspon oleh

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah daerah memiliki sistem penyelenggaraan yang merujuk pada otoritas administrasi dan pelayanan kepada publik disuatu daerah. UU Nomor 23 tahun 2014 mengenai pemerintah daerah, kepala daerah ialah sebagai penyelenggara unsur pemerintah daerah yang bertugas sebagai pemimpin pelaksanaan urusan pemerintah yang mempunyai kewenangan daerah otonom. Pemerintah daerah juga memiliki peranan kepada negara untuk mewujudkan tujuan negara yang sudah tercantum dalam UUD 1945 alenia ke-4 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dalan mewujudkan tujuan negara tersebut pemerintah harus mempunyai kinerja yang baik. Maka dari itu pemerintah harus memiliki strategi dalam menjalakan tugas dan tanggungjawabnya sebagai aparatur negara. Setelah strategi sudah tersusun maka dijabarkan dalam visi dan misi yang jelas agar nantinya mampu mewujudkan tujuan negara yang sudah dicantumkan dalam UUD 1945. Kemudian pemerintah dalam merealisasikan visi dan misinya biasanya dijabarkan lagi dalam suatu kegiatan maupun program. Penjabaran ini dimaksutkan agar pemerintah lebih mudah dalam merealisasikan visi dan misinya.

Dalam mencapai visi dan misi yang sudah ditetapkan perlunya pembagian wewenang dan pendelegasian tugas secara tepat. Pergeseran sistem pemerintah Republik Indonesia yang dulunya sentralisasi sekarang sudah menjadi sistem desentralisasi. Gordon dan Miller dalam Herawaty (2011) mengatakan bahwa desentralisasi dibutuhkan karena kondisi keuangan yang semakin kompleks dan tugas serta tanggung jawab pemerintah yang semakin besar sehingga diperlukannya pendistribusian otoritas dalam manajemen yang lebih rendah. Sistem ini juga didukung dengan dikeluarkan UU No.2/1999 tentang pemerintah daerah dan Undang-undang No.25/1999 tentang perimbangan keuangan pusat dan keuangan daerah yang berlaku mulai januari tahun 2001. Karena semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik yang dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat menilai bahwa pemerintah sering melakukan inefisiensi, pemborosan, dan selalu terdapat kebocoran dana. Maka dari itu masyarakat menuntut pemerintah agar dilakukannya akuntabilitas dan transparasi yang sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang menciptakan good governance. Good governance ialah pemerintah yang bersih dari praktik KKN, akuntabel, transparan, ekonomis, efektif dan responsif. Islam memandang kinerja melalui Al-Quran yang tercantum dalam surat Al-Qasas ayat 26 yang bunyinya:

ق ال ت ا ح د اه م ا ي ا ا ب ت اس ت ا ج ر ه ا ن خ ي ر م ن اس ت ا ج ر ت ال ق و ي الا م ين Artinya: Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Dalam surat Al-Qasas ayat 26 ini menjelaskan bahwa pilihlah seseorang yang bisa bertanggungjawab dan orang tersebut bisa dipercaya. Tugas aparatur negara ialah memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan itu aparatur negara harus memiliki sifat yang amanah dan bertanggungjawab. Dengan dua sifat tersebut maka dapat menciptakan hubungan pemerintah dan masyarakat bisa terjalin dengan baik, karena antara kedua belah pihak sudah saling percaya sehingga dapat terciptanya kinerja pemerintah yang baik (good governance). Menurut Mardiasmo (2006) terselengaranya kinerja pemerintah yang baik (good governance) merupakan kehendak dari publik. Serta dalam menciptakan good governance pemerintah harus memiliki beberapa karakteristik yaitu akuntabilitas, transparansi, efektif, efisien, consensus orientation, responsiveness dan equity. Dari beberapa karakteristik tersebut pemerintah harus mampu mewujudkan akuntabilitas, transparansi dan value for money. Peran pemerintah ialah sebagai penyelengara pelayanan publik yang harus melakukan akuntabilitas kinerja dan transparansi pengelolaan keuangan. Akuntabilitas tidak hanya sekedar kemampuan pemerintah dalam menujukkan bahwa uang publik telah dibelanjakan, namun akuntabilitas ialah kemampuan

pemerintah dalam menunjukkan uang publik sudah dibelanjakan secara ekonomis, efektif dan efisien. Serta akuntabilitas kinerja adalah suatu bentuk kewajiban instansi pemerintah daerah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan visi dan misi yang sudah ditetapkan (BPKP, 2003). Terbitnya UU No. 14 tahun 2008 mengenai kebebasan informasi publik. Pemerintah harus lebih trasnparan, akuntabel dan lebih mengutamakan kepentingan publik. Menurut Afryansyah (2013) salah satu bentuk transparansi ialah dengan mengungkapkan laporan keuangan di internet yang dimaksutkan agar publik mengetahui segala informasi yang berkaitan dengan keuangan selama satu periode berjalan. Serta penelitian yang dilakukan oleh Mardjiono (2009) di RSUD Kabupaten Temanggung menghasilkan bahwa pemanfaatan teknologi informasi memiliki pengaruh terhadap kinerja. Jatmiko & Kumara (2015) menyebutkan bahwa hampir semua instansi pemerintah daerah di Indonesia memiliki website resmi namun dalam pengungkapannya berbeda dari satu pemerintah dengan pemerintah lainnya. Dari total 34 provinsi hanya 30 provinsi yang dapat diakses, serta pengungkapan laporan keuangan rata-rata sebesar 43,5%, pengungkapan realisasi anggaran sebesar 60%, dan catatan pengungkapan laporan keuangan hanya 17%. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah belum memaksimalkan pemanfaatan teknologi internet dalam sistem pelaporan keuangan dan non keuangannya.

Dilihat dari website Kementrian Pendayagunaan Apartur Negara dan Reformasi Birokrasi, Provinsi DIY pada tahun 2015 mendapatkan peringkat pertama mengenai akuntabilitas kinerja pemerintah dengan nilai 80,68 dan mendapatkan predikat A (https://www.menpan.go.id). Berdasarkan penilaian Kemen PAN-RB pada Januari 2016, Kabupaten Gunungkidul mendapatkan nilai 60,60 dengan predikat B. Kabupaten Kulon Progo memperoleh nilai 68,11 dengan predikat B. Kota Yogyakarta memperoleh nilai 70,12 dengan predikat BB. Kabupaten Bantul memperoleh nilai 70,26 dengan predikat BB. dan Kabupaten Sleman memperoleh predikat BB dengan niali 70,90 (http://jateng.metrotvnews.com). Namun Kepala Bappeda Kulon Progo pada saat acara evaluasi APBD triwulan ke III pada November 2016 menyampaikan beberapa evaluasi kinerja kegiatan yang mengacu pada Sistem Informasi Monitoring dan Evaluasi (MonevKU) yang menyatakan bahwa realisasi belanja langsung pada triwulan ke-iii sebesar 43,92% sedangkan target anggaran kas sebesar 81,38% atau terjadi deviasi (gap) sebesar 37,46%. Serta beberapa pekerjaan fisik yang mengalami kemunduran dalam pelaksanaan lelang, adanya pemotongan DAK (Dana Alokasi Khusus) sebesar 10% dan sebagian rekanan belum mencairkan sesuai dengan termyn (http://bappeda.kulonprogokab.go.id). Dari permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa kinerja Pemerintah Daerah Kulon progo belum maksimal, maka dari itu diperlukannya pengukuran kinerja

Sesuai dengan TAP MPR No. IX/MPR/1998 tentang peneyelenggaraan pemerintah daerah yang terbebas dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Maka dikeluarkanlah Inpres nomor 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang wajib untuk menyusun perencanaan strategi, mengukur kinerjanya dan melaporkan capaian kinerjanya. Pengukuran kinerja merupakan faktor penting dalam organisasi sektor publik khususnya untuk menilai akuntabilitas organisasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sehingga masyarakat yang menerima pelayanan merasa puas akan pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Pengukuran kinerja ini dimaksutkan untuk memperbaiki kinerja pemerintah sehingga kinerja sektor publik menjadi ukuran untuk mengalokasikan sumber daya serta sebagai acuan untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan (Mardiasmo, 2009).. Pengukuran kinerja dapat dilakukan dengan metode value for money. pengukuran dengan metode value for money dilihat dari segi ekonomi, efisiensi dan efektifitas. Pengukuran kinerja dengan value for money tidak hanya dilihat dari output saja, namun juga mempertimbangkan input, output dan outcome secara bersamaan. Yang dimaksut dari input ialah dilihat dari segi ekonomi dengan kualitas dan kuantitas tertentu, jika output ialah dilihat dari segi efisien yang maksimal, sedangkan outcome ialah dilihat dari segi efektivitas program kerja yang dilaksanakan. Kinerja pemerintah dapat dikatakan baik ketika pemerintah mampu mengelola pemerintahannya sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat (Mahsun, 2006).

Menurut Mardiasmo (2006) pengukuran kinerja sering dikaitkan antara akuntabilitas dengan transparansi. Akuntabilitas pemerintahan dapat ditingkatkan dengan cara memperbaiki manajemen kinerja, serta perlunya pemahaman pegawai mengenai konsep kinerja. Konsep kinerja dapat dilihat dari 2 pendekatan yaitu perspektif birokrasi dan perspektif kelompok sasaran dan penerima jasa organisasi. Banyak peneliti mengungkapkan bahwa terdapat kaitannya antara akuntabilitas dan transparansi dalam meningkatkan kinerja pemerintah. Ismiarti (2013) menghasilkan penerapan akuntabilitas pengelolaan keuangan dapat meningkatkan kinerja pemerintah. Serta penelitian yang dilakukan oleh Ghozali dkk (2007) menghasilkan bahwa implementasi akuntabilitas dan transparansi memberikan kontrol yang baik bagi pemerintah dalam memberikan kinerja yang baik untuk melayani masyarakat. Hasil penelitian yang berbeda dilakukan oleh Ardhiarisca (2012) yang menghasilkan bahwa trasnparansi dan kewajaran tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja. Dari berbagai argumen diatas maka peneliti akan meneliti mengenai akuntabilitas dan transparansi mengenai pengelolaan keuangan, karena penerapan akuntabilitas dan transparansi mampu meningkatkan kinerja. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Auditya (2013) Namun adanya penambahan variabel yang akan diteliti yaitu pemanfaatan teknologi informasi. Penambahan variabel ini karena sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 56 tahun 2005 tentang pemanfaatan teknologi informasi agar terwujudnya pemerintah akuntabel dan transparan. Penelitian ini akan

dilakukan di SKPD Kabupaten Kulon Progo. Serta peneliti akan mengukur kinerja pemerintah dengan pendekatan Value For money yang dipandang dari segi ekonomis, efisien dan efektif. Menurut peneliti pendekatan value for money akan lebih intensif dalam pengukuran kinerja pemerintah. karena kinerja pemerintah tidak hanya diukur dari output saja, namun pengukuran kinerja harus diukur dengan input, output dan outcome secara bersamaan. Dari permasalahan yang sudah dipaparkan diatas maka judul penelitian yang akan dilakukan peneliti ialah Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi Pengelolaan Keuangan Dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Perspektif Pegawai Atas Kinerja Pemerintah Dengan Pendekatan Value For Money Pada SKPD Kulon Progo. B. Batasan Masalah Karena keterbatasan waktu dan pengetahuan maka peneliti ingin lebih fokus dalam meneliti kinerja pemerintah. Berikut batasan masalah dalam penelitian yang akan dibahas: 1. Penelitian hanya dilakukan di Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo yang berjumlah 24 SKPD. 2. Peneliti hanya membahas mengenai akuntabilitas, trasnparansi pengelolaan keuangan dan pemanfaatan teknologi informasi. 3. Pengukuran kinerja hanya dengan pendekatan Value For Money. C. Rumusan Masalah 1. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dengan pendekatan value for money?

2. Apakah transparansi pengelolaan keuangan berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dengan pendekatan value for money? 3. Apakah pemanfaatan teknologi informasi berpengaruh terhadap kinerja pemerintah daerah dengan pendekatan value for money D. Tujuan Penelitian Berikut tujuan dalam penelitian ini: 1. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris akuntabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah. 2. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris transparansi pengelolaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah. 3. Untuk menguji dan membuktikan secara empiris pemanfaatan teknologi informasi positif dan signifikan terhadap kinerja pemerintah. E. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Hasil dari penelitian ini semoga mampu memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat agar memperluas wawasan khususnya dalam akuntansi sektor publik yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dengan analisis Value for Money. 2. Praktis a. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini semoga mampu memberikan kontribusi dalam pemecahan masalah khususnya pada kinerja pemerintah kulon Progo sehingga mampu meningkatkan kinerjanya.

b. Bagi Masyarakat Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam lingkup kinerja pemerintah yang berkonsep Value For Money c. Bagi Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini semoga mampu memberikan acuan kepada perguruan tinggi untuk meningkatkan kinerjanya khususnya dalam bidang akuntansi.