BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

dokumen-dokumen yang mirip
2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mufidah (2012) umumnya permasalahan keseh atan pada

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI DI SDI DARUL MU MININ KOTA BANJARMASIN TAHUN 2017 ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Gigi dan mulut merupakan alat pencernaan mekanis manusia. Dalam

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai peranan atau fungsinya masing-masing. Peran dari. memperindah wajah (Suryawati, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. keseluruhan (Lossu dkk.,2015). Dengan memiliki gigi dan mulut yang sehat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (RisKesDas) tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa. dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

GASTER, Vol. 7, No. 2 Agustus 2010 ( )

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (World Health Organization) (2013), terjadi peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan yang semakin muncul di permukaan. Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia masih merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Middle childhood merupakan masa. usia tahun untuk anak laki-laki (Brown, 2005).

EFEKTIFITAS STRATEGI UPSTREAM TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU HIDUP SEHAT GIGI MELALUI KONSELING PADA SISWA/I KELAS I SDN 12 PONTIANAK KOTA

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit yang sangat umum dan menyebar di seluruh dunia di. mana angka prevalensinya semakin meningkat, walaupun

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas hidupnya harus berkembang dengan baik terutama anak-anak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 54 responden

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

Determinan Karies Gigi Pada Anak Sekolah Dasar Di Pulau Nusa Penida, Klungkung, Bali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebersihan gigi dan mulut. Perilaku pencegahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang. masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. progresif karena gigi terpajan lingkungan rongga mulut (Hartono dan. umum dan tersebar luas di sebagian penduduk dunia.

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan mulut merupakan hal penting untuk kesehatan secara umum dan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bahwa 90% dari anak didunia mengalami masalah kerusakan gigi. Hasil Riset Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

KERANGKA ACUAN KEGIATAN SIKAT GIGI MASSAL

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. kuman dan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit. Keluhan terhadap

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta perkembangan. Jika

BAB 1 PENDAHULUAN. jika gigi mengalami sakit akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN FREKWENSI MENYIKAT GIGI TERHADAP KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA SISWA KELAS IV SDN 28 MATARAM

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. karies karena struktur dan morfologi gigi sulung yang berbeda dari gigi tetap. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi (Notoadmodjo, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. utama bila dibandingkan dengan penyakit umum lainnya. Penyakit gigi yang paling banyak

PENGETAHUAN GURU PENJASKES DAN PERANANNYA DALAM PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TANJUNG SEKAYAM KABUPATEN SANGGAU

PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

Asnita Bungaria Simaremare, Rosdiana T Simaremare Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

ABSTRAK. knowledge, role of teacher, shcool dental hygiene

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) tahun 2014

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di Sekolah Dasar Negeri

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

SUMMARY. Jihan S. Nur NIM :

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB VI PEMBAHASAN. dasar. Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan. memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan

Faktor Manajemen Pelaksanaan UKGS Dan Peran Orangtua Terhadap Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. baik. Penelitian yang di lakukan Nugroho bahwa dari 27,1% responden yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi ke enam yang

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. (pedesaan) dan masyarakat urban (perkotaan). Terdapat beberapa perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara, atau disebut sebagai karsinoma mamae merupakan

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI WILAYAH PUSKESMAS POLONIA KECAMATAN MEDAN POLONIA TAHUN

BAB I. I. Pendahuluan. A. Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KESEHATAN GIGI MURID KELAS VI MADRASAH DINIYAH ISLAMIYAH MUHAMMADIYAH SEI KINDAUNG KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat termasuk di dalamnya adalah pelayanan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). Usia sekolah merupakan usia penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Masalah kesehatan gigi dan mulut merupakan masalah yang rentan dihadapi oleh kelompok anak usia sekolah dasar (SD) (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh Indonesia mengalami karies gigi yang belum ditangani. Hal tersebut muncul karena kurangnya pengetahuan pada anak terhadap pemeliharaan kesehatan gigi (Wahyu, 2012). Secara nasional di Indonesia penduduk yang tiap hari menyikat gigi mencapai 91,1%, dengan perincian menyikat saat mandi 68,1%, sesudah makan pagi 8,6%, sesudah bangun tidur 19,1%, dan sebelum tidur malam 20,9%. Sedangkan apabila dilakukan sesudah makan pagi dan xvii 1

2 sebelum tidur hanya ada 5,4% yang masuk kategori sikat gigi yang benar. (Kemenkes RI, 2013). Hasil Riskesdas (Riset kesehatan dasar) tahun 2013 menyatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia menyikat gigi pada saat mandi pagi dan sore (76,6%), sedangkan menyikat gigi setelah makan pagi dan sebelum tidur malam (2,3%) (Kemenkes RI, 2014). Data dari Dinas Kesehatan Provinsi Jateng (2012), menyatakan bahwa jumlah siswa SD/MI diperiksa dan memerlukan perawatan tahun 2012 sebanyak 268. 189 anak. Cakupan perawatan gigi dan mulut siswa SD/MI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 yaitu (53,6%). Pendidikan kesehatan adalah gambaran penting dan bagian dari peran perawat yang profesional dalam upaya melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit (preventif). Pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatangigi ini harus kita terapkan sejak dini kepada anak, khususnya kepada anak sekolah karena usia sekolah ini sangat peka untuk menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup sehat. Anak usia sekolah yang diajarkan tentang kebersihan gigi dan mulut serta cara menjaganya maka anak akan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan gigi mereka yaitu dengan menggosok gigi (Potter & Perry, 2005). Berbagai metode yang akan digunakan dalam penyuluhan kesehatan, diantaranya adalah kerja kelompok, diskusi, bimbingan, bermain peran, ceramah, demonstrasi, tanya jawab, dan lain-lain. Secara xviii

3 teori untuk perubahan yang diharapkan sesuai dengan metode yang digunakan. Pertama knowledge (pengetahuan), diantaranya meliputi ceramah, diskusi, seminar, dan lain-lain. Kedua attitude (sikap), meliputi diskusi kelompok, role playing, tanya jawab, film, video, tipe recorder, dan simulasi. Ketiga perilaku, meliputi latihan sendiri, demontrasi, eksperiment (Syafrudin, 2009). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ceramah dengan presentasi slide dan tanya jawab, serta demontrasi dengan phantom gigi. Metode ceramah ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah (Notoatmodjo, 2012). Metode ceramah dengan presentasi slide ini berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan disertai dengan tanya jawab, sedangkan metode demonstrasi dengan phantom gigi digunakan untuk meningkatkan motivasi. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yaitu menurut Suryaningsih (2012), bahwa dengan menggunakan metode demonstrasi terdapat peningkatan yang bermakna antara skor motivasi sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Salah satu kegiatan upaya untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut bagi anak sekolah adalah adanya Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). UKGS merupakan bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa terutama sekolah tingkat SD (Anonim, 2014). xix

4 Perawatan gigi sejak dini sangat penting untuk menghindari kerusakan gigi berlubang (gigi karies), keropos, dan pembengkakan pada gusi. Karies gigi merupakan masalah oral atau mulut yang utama yang terjadi pada anak-anak dan remaja. Usia yang paling rentan menderita karies gigi adalah 4 sampai 8 tahun untuk gigi primer dan 12 sampai 18 tahun untuk gigi sekunder atau permanen (Wong dkk.,2008). Selain dengan oral hygine, anak dapat dibujuk untuk melakukan pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi. Tetapi, kadangkala orangtua jarang membawa anaknya untuk melakukan pemeriksaan gigi ke dokter dengan alasan karena faktor ekonomi, atau orangtua sibuk dengan pekerjaannya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tulangow dkk. (2013) menunjukkan bahwa prevalensi karies lebih tinggi pada anak yang berasal dari tingkat pendidikan orangtua yang menengah yaitu berjumlah 61 responden (73,5%), dan tingkat pendidikan orangtua yang tinggi berjumlah 5 responden (6,0%). Hal ini terjadi karena anak banyak memakan makanan yang mengandung kardiogenik, dan kurangnya pengetahuan akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hastuti dan Annisa (2010) menjelaskan dari hasil penelitiannya bahwa dengan memberikan pendidikan kesehatan dilihat dari peningkatan pengetahuan responden, bahwa 13 responden (92,86%) mengalami peningkatan pengetahuan dari buruk menjadi baik, 1 responden (7,14%) mengalami peningkatan pengetahuan buruk menjadi cukup, 14 responden (87,5%) mengalami peningkatan pengetahuan kurang menjadi baik, dan 2 xx

5 responden (12,5%) mengalami peningkatan pengetahuan kurang menjadi cukup. Hal ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari dkk. (2012), bahwa pemberian pendidikan kesehatan dengan metode permainan simulasi ular tangga kepada anak tentang gosok gigi dapat meningkatkan pengetahuan anak, peningkatan sikap, dan tindakan. Penelitian Sumanti dkk. (2013) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan perawatan kesehatan gigi anak terdiri dari faktor internal (pengetahuan, sikap, dan motivasi), dan faktor eksternal (ketersediaan alat transportasi). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa yang paling berhubungan dengan perawatan kesehatan gigi anak yaitu variabel pengetahuan orang tua yaitu 65,90%. Pengetahuan orang tua terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut masih rendah. Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa pengetahuan mengenai kesehatan akan berpengaruh pada perilaku sebagai hasil jangka panjang dari pendidikan kesehatan. Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui panca indra yang dimilikinya seperti; mata, hidung, telinga, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010). Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumanti dkk. (2013) mengatakan bahwa motivasi dibutuhkan sebagai stimulus yang akan membentuk perilaku individu. Motivasi juga dapat memperkuat dan xxi

6 mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki. Motivasi merupakan pendorong untuk berbuat dan beraksi (Sunaryo, 2004). Berdasarkan wawancara dengan guru kelas 3 dan 4 SDN Karangdadap pada hari Jum at tanggal 05 Desember 2014, diketahui bahwa penyuluhan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dari petugas puskesmas belum pernah ada. Adapun untuk pemeriksaan gigi sudah pernah ada yang dilakukan oleh petugas puskesmas dan itupun hanya sekali dalam satu tahun.kemudian, dari 10 siswa yang diwawancarai pada saat itu, ternyata hanya sebagian kecil yang mengatakan tidak pernah menderita sakit gigi yaitu hanya 2 orang. Empat dari 10 siswa mengatakan bahwa mereka sebelum tidur menggosok gigi terlebih dahulu. Lima siswa yang lainnya mengatakan mereka hanya menggosok gigi pada saat mandi saja yaitu pagi dan sore, sedangkan pada saat mereka sebelum tidur tidak menggosok gigi dengan alasan karena malas. Bahkan, ada juga siswa yang mengatakan bahwa dia menggosok gigi hanya 1x dalam sehari yaitu pada saat mandi pagi sebelum berangkat ke sekolah dan itupun hanya satu orang siswa saja. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan motivasi mereka terhadap pemeliharaan kesehatan gigi masih kurang. Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas. xxii

7 B. Rumusan Masalah Seseorang dapat berperilaku sehat setelah orang tersebut memenuhi tiga hal yang diperlukan untuk berperilaku sehat yaitu pengetahuan yang tepat, motivasi, dan keterampilan untuk berperilaku sehat (Notoatmodjo, 2010). Begitupun, kebersihan gigi dan mulut dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah tingkat pengetahuan dan motivasi yang kurang. Hal ini dialami oleh siswa-siswi kelas 3 dan 4 SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas, bahwa sebagian besar gigi-gigi mereka berlubang dikarenakan mereka malas untuk menggosok gigi secara teratur, khususnya pada malam hari sebelum tidur, serta belum adanya pemberian penyuluhan pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah Bagaimanakah pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas. xxiii

8 2. Tujuan Khusus a. Untuk mendeskripsikan karakteristik responden (usia, jenis kelamin, dan status pendidikan orangtua). b. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas. c. Untuk mendeskripsikan motivasi anak sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas. d. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah di SDN Karangdadap Kabupaten Banyumas. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan tentang pemeliharaan kesehatan gigi terhadap pengetahuan dan motivasi pada anak usia sekolah. xxiv

9 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi, khususnya pada anak usia sekolah. b. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat memotivasi responden, bermanfaat dan diterapkan oleh responden dalam kehidupan sehari-hari, sebagai upaya dalam pemeliharan kesehatan gigi guna untuk mencegah terjadinya masalah pada gigi, khususnya gigi berlubang yang rentan terhadap anak seusia mereka. c. Bagi Institusi Pendidikan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi kepada sekolah tersebut untuk melakukan pemahaman tentang cara melakukan pemeliharaan kesehatan gigi secara benar. d. Bagi Pelayanan Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai masukan bagi tenaga kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan tentang peningkatan pengetahuan dan motivasi anak tentang pemeliharaan kesehatan gigi melalui pemberian penyuluhan kesehatan. e. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan pendidikan kesehatan. xxv

10 E. Penelitian Terkait 1. Penelitian Rahmawati dkk. (2011) dengan judul perilaku kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah dasar. Metode penelitian dengan menggunakan penelitian kuantitatif observasional dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini ibu dan anak usia SD di Kabupaten Banjar, sampel yang diambil 105 responden. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan tentang kesehatan gigi anak SD yang baik (54,8%); hanya 14,3% dari total ibu yang masuk dalam kategori kurang; sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut anak SD menunjukkan sebagaian besar berada pada kategori sedang (45,2%), sedangkan sebagian kecil ibu memiliki sikap kurang (14,3%); sebagian besar ibu memiliki perilaku kategori sedang terhadap kesehatan gigi dan mulut anak usia SD (42,9%); adapun hasil pengukuran lingkungan anak SD di Kab. Banjar pada kategori baik (56,3%). Sikap ibu dan lingkungan merupakan yang paling dominan memberikan kontribusi terhadap perilaku dan status kesehatan gigi dan mulut pada anak SD di Kabupaten Banjar. Persamaan pada penelitian ini adalah sama-sama meneliti perilaku terhadap kesehatan gigi. Adapun perbedaannya yaitu variabelnya, jumlah populasi, sampel penelitian dan metode penelitiannya. xxvi

11 2. Penelitian Sariningrum dan Irdawati (2009) dengan judul hubungan tingkat pendidikan, sikap, dan pengetahuan orang tua tentang kebersihan gigi dan mulut pada anak balita 3-5 tahun dengan tingkat kejadian karies di PAUD Jatipurno. Metode penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode survey yang menggunakan pendekatan cross sectional yaitu dengan menilai tingkat pengetahuan orang tua dan tingkat kejadian karies di PAUD Jatipurno. Populasi penelitian ini semua orang tua di PAUD Jatipurno. Sampel yang diambil 50 orang. Hasil penelitian adalah tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dan sikap orang tua terhadap kejadian karies pada anak balita di PAUD Jatipurno terdapat hubungan yang signifikan pengetahuan orang tua dengan kejadian karies pada anak balita di PAUD Jatipurno. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kesehatan gigi. Adapun perbedaannya adalah variabelnya, jumlah populasi, sampel penelitian, dan metode penelitian. 3. Penelitian Hastuti dan Annisa (2010) dengan judul perbedaan pengaruh pendidikan kesehatan gigi dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi pada anak di SD Negeri 2 Sambi Kecamatan Sambi Kabupaten Boyolali. Metode penelitian ini menggunakan penelitian Eksperimen Semu (Quasi Eksperimen) dengan rancangan one group post test. Jumlah sampel yang diambil 30 responden (usia sekolah 7-8 tahun). Hasil dari penelitian ini adalah pendidikan xxvii

12 kesehatan menggunakan metode ceramah dengan lembar balik dan metode demonstrasi dengan alat peraga gigi terbukti memiliki perbedaan, metode ceramah (-23,567>3,254) dan metode demontrasi (- 15,327>3,254), yang artinya bahwa ada pengaruh pendidikan pendidikan kesehatan gigi menggunakan metode ceramah dengan lembar balik dalam meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan gigi. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang kesehatan gigi. Adapun perbedaannya adalah variabelnya, jumlah populasi, sampel penelitian, dan metode penelitian. 4. Penelitian Sintawati dan Indirawati (2008), dengan judul faktor-faktor yang mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut masyarakat DKI Jakarta tahun 2007. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional, yang meliputi wilayah Jakarta Utara, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat. Sampel penelitian adalah penduduk berusia 15 tahun keatas diambil dari sampel Riskesdas yang meliputi 20 Puskesmas kecamatan dan kelurahan. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara pendidikan, kebiasaan merokok, dan beban tanggungan terhadap OHIS (Oral Hygiene Index Simplified), namun dengan analisis multivariate yang berpengaruh adalah pendidikan dengan OHIS (Oral Hygiene Index Simplified). xxviii

13 Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kesehatan gigi. Adapun perbedaannya adalah variabelnya, jumlah populasi, sampel penelitian, dan sampel penelitian. 5. Penelitian Gultom (2009) dengan judul pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu-ibu rumah tangga terhadap pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak balitanya, di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara tahun 2009. Metode menggunakan penelitian deskriptif jenis survei. Populasi penelitian ini sejumlah 1837 orang, dengan sampel penelitian 150 orang. Hasil penelitian ini 62,67% mengetahui kesehatan gigi susu mempengaruhi gigi permanen, 67,33% mengetahui sikat gigi yang baik bagi anak dan balita, 54,67 mengetahui menyikat gigi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Responden menunjukkan sikap baik untuk menyikat gigi anak sebelum tidur 98%, pemberian pasta gigi mulai 2 tahun 90,67%, tidak memberikan makanan dan minuman manis 76%, tindakan responeden yang menyikat gigi anak setelah sarapan dan sebelum tidur 38%, menggunakan sikat gigi khusus anak balita 46%. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama-sama meneliti tentang kesehatan gigi. Adapun perbedaannya adalah terdapat pada variabelnya, populasi, sampel penelitian, dan metode penelitian. xxix