KERAGAAN DAN SELEKSI GALUR KEDELAI HITAM HOMOSIGOT Ayda Krisnawati* dan M. Muchlish Adie Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jl. Raya Kendalpayak Km 8 PO Box 66 Malang Tlp./Fax: 0341-801468/0341-801496 *email: my_ayda@yahoo.com ABSTRAK Daya hasil merupakan karakter kompleks yang dipengaruhi oleh komponen hasil. Tujuan penelitian adalah menilai keragaan hasil dan komponen hasil serta memilih galur kedelai hitam homosigot. Bahan penelitian adalah 100 galur kedelai homosigot (termasuk varietas pembanding Detam 1 dan Mallika). Penelitian dilakukan di dua lokasi (Malang dan Banyuwangi), pada bulan Mei hingga Juli 2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok, dua ulangan. Setiap galur ditanam pada petak berukuran 1,2 m x 4,5 m, jarak tanam 40 cm x 15 cm dengan dua tanaman per rumpun. Pupuk Urea 50 kg, SP36 100 kg dan KCl 75 kg/ha diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan secara intensif sehingga tanaman tumbuh optimal. Pengamatan meliputi hasil dan komponen hasil, serta keragaan sifat kualitatif. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam. Pemilihan galur dilakukan melalui analisis gabungan dan analisis mandiri setiap lokasi. Sidik ragam tergabung menunjukkan interaksi yang nyata antara galur dengan lingkungan untuk karakter umur berbunga, umur masak, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan hasil biji. Interaksi yang nyata antara galur homosigot dengan lokasi mengindikasikan setiap galur memiliki daya adaptasi yang spesifik, sehingga seleksi harus dilakukan pada masing-masing lokasi. Batas seleksi di Malang adalah 2,45 t/ha dan terseleksi empat galur dengan umur masak 75 76 hari, bobot 100 biji 10,15 11,44 g, dan hasil biji 2,48 3,13 t/ha. Batas seleksi di Banyuwangi adalah 2,50 t/ha, terpilih 28 galur yang memiliki umur masak 80 89 hari, bobot 100 biji 10,41 15,92 g, dan hasil biji 2,52 3,96 t/ha. Sejumlah 31 galur kedelai hitam terpilih dari kedua lokasi perlu diseleksi kembali berdasarkan mutu biji dan dilanjutkan ke tahap pemuliaan selanjutnya. Kata kunci: kedelai hitam homosigot, seleksi, hasil, komponen hasil. ABSTRACT Performance and selection of black homozygous soybean lines. Yield is a complex character that is strongly influenced by yield components. The objective of the research was to assess the performance of yield and yield components and to select the homozygous black soybean lines. The research materials were 100 homozygous black soybean lines, including the check varieties of Detam 1 and Mallika. The study was conducted at two locations, i.e. Malang and Banyuwangi regions from May to July 2010. A randomized complete block design was applied. Each line was planted in a 1.2 m x 4.5 m plot, 40 cm x 15 cm plant distance, two plants/hill. Plant received 50 kg Urea, 100 kg, SP36 and KCl 75 kg ha -1. Pest, disease and weeds were intensivelly controlled. The observation was conducted on seed yield and yield components as well as qualitative traits performance. Locations and lines were significantly different for flowering and maturity dates, plant height, 100 seed weight and seed yield. This indicates that each line had a specific adaptation, and therefore selection was suggested for each location. Selection limit for Malang location was 2.45 t ha -1 that resulted in four lines with maturity from 75 to 76 days; 100 seed weight ranged from 10.15 to 11.44 g, and seed yield ranged from 2.48 t-3.13 t ha -1. Whilst the selection limit for Banyuwangi site was 2.50 t ha -1, Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 73
from where it was selected 28 lines with 80 to 89 maturity days; 100 seed weight ranged from 10.41 to 15.92 g, and seed yield was from 2.52-3.96 t ha -1. A total of 31 black soybean lines were selected from both locations, which need to be selected based on seed quality and proceed to the next step of breeding. Keywords: homozygous black soybean, selection, yield, yield components. PENDAHULUAN Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan kedelai hitam relatif meningkat di beberapa sentra produksi kedelai untuk keperluan industri, khususnya kecap. Kedelai hitam tidak hanya prospektif untuk bahan baku industri, namun juga berkandungan nutrisi tinggi. Dalam kurun waktu 94 tahun (1918 2012), di Indonesia baru berhasil dilepas tujuh varietas kedelai hitam yaitu Otau (dilepas 1918), No 27 (dilepas 1919), Merapi (dilepas 1938), Cikuray (dilepas 1992), Mallika (dilepas 2007), Detam-1 dan Detam-2 (dilepas 2008) dengan daya hasil antara 1,20-2,50 t/ha (Balitkabi 2008). Hal ini belum sebanding dengan permintaan, baik dari segi jumlah varietas maupun daya hasilnya. Untuk itu harus diantisipasi dengan menyediakan varietas kedelai hitam berdaya hasil tinggi dalam rangka memenuhi kebutuhan kedelai hitam yang semakin meningkat. Pembentukan varietas kedelai hitam melalui persilangan diharapkan dapat menghasilkan varietas unggul baru untuk memperbaiki varietas yang telah ada dan sekaligus dalam usaha peningkatan produksi. Persilangan antartetua yang tepat untuk memperbesar keragaman genetik masih menjadi pilihan utama dalam program pemuliaan kedelai. Besarnya keragaman genetik ditentukan oleh hubungan kekerabatan tetua yang digunakan dalam persilangan, banyaknya gen yang mengendalikan sifat, dan metode persilangan yang digunakan (Falconer 1972). Persilangan (hibridisasi) antara tetua-tetua pilihan bertujuan untuk mendapatkan keturunan (galur) yang mewarisi sifat-sifat baik dari kedua tetuanya. Keturunan dari persilangan merupakan populasi yang mengandung keragaman genetik, sehingga seleksi dapat diterapkan (Sumarno 1985). Namun, seleksi hanya akan berhasil bila pada bahan yang akan diseleksi terdapat keragaman dan sifat-sifat genetis yang diinginkan (Somaatmadja 1985). Keragaman genetik pada tanaman menyerbuk sendiri (seperti kedelai) seluruhnya bersifat aditif, sehingga rata-rata dari generasi tidak akan berubah dengan adanya silang dalam (inbreeding). Namun, keragaman genetik terbesar akibat persilangan akan diperoleh pada generasi F2 dan semakin lanjut generasi akan semakin mengarah pada peningkatan homosigositas dan diikuti oleh penurunan heterosigositas (Jensen 1980). Varietas kedelai dikembangkan dari galur murni yang bersifat homozigot-homogenus. Oleh karena itu dari populasi keturunan persilangan perlu dibentuk galur-galur murni sehingga dapat diuji daya hasilnya (Sumarno 1985). Penggaluran tanaman ditujukan untuk menilai penampilan fenotipik maupun genotipik karakter tanaman. Tanaman akan menunjukkan sifat-sifatnya, terutama pada lingkungan yang optimal. Karakter tanaman yang memiliki sifat pewarisan yang kuat mengindikasikan peran lingkungan tidak banyak berpengaruh terhadap penampilan karakter tersebut (Mc.Whirter 1979). Pengujian daya hasil merupakan tahap selanjutnya setelah pembentukan galur. Uji daya hasil pendahuluan merupakan tahap pengujian galur sebanyak mungkin agar peluang untuk memperoleh galur yang hasilnya tinggi cukup besar (Sumarno 1985). Uji daya hasil kedelai hitam pada berbagai lokasi (Adie et al. 2008; Lesta- 74 Krisnawati dan Adie: Keragaan dan Seleksi Galur Kedelai Hitam Homosigot
rina 2011) merupakan salah satu tahap untuk memperoleh varietas yang berdaya hasil tinggi dan adaptif pada berbagai agroekologi. Tujuan penelitian adalah menilai keragaan hasil dan komponen hasil serta memilih galur kedelai hitam homosigot. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian adalah 100 galur kedelai homosigot (termasuk varietas pembanding Detam 1 dan Mallika). Galur yang digunakan merupakan hasil persilangan antara varietas kedelai hitam dengan kedelai berkulit biji kuning. Penelitian dilakukan pada dua lokasi yakni di Malang dan Banyuwangi, dari bulan Mei hingga Juli 2010. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan dua ulangan. Setiap galur ditanam pada petak berukuran 1,2 m x 4,5 m, jarak tanam 40 cm x 15 cm dengan dua tanaman per rumpun. Pupuk Urea 50 kg, SP36 100 kg, dan KCl 75 kg diberikan seluruhnya pada saat tanam. Pengendalian gulma, hama dan penyakit dilakukan secara intensif sehingga tanaman tumbuh secara optimal. Pengamatan meliputi hasil, komponen hasil, dan sifat kualitatif. Data hasil pengamatan dianalisis menggunakan sidik ragam mengikuti cara Singh dan Chaudary (1979). Pemilihan galur dilakukan melalui analisis gabung (combined analysis over locations) dan analisis mandiri setiap lokasi. Pemilihan galur kedelai menggunakan tolok ukur (Allard 1960) atas dasar hasil biji, dengan intensitas seleksi 20% sebagai berikut: X s = x + k. sf di mana : X s = galur kedelai hitam terpilih berdaya hasil tinggi x = nilai tengah seluruh galur yang diuji K = intensitas seleksi dalam satuan baku sf = simpangan baku fenotipik HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian populasi kedelai homosigot dilakukan di Malang dan Banyuwangi. Kedua lokasi tersebut memiliki agroekologi yang berbeda, dan selama penelitian berlangsung, curah hujan relatif tinggi, sehingga umur masak menjadi lebih panjang. Galur homosigot masih memiliki keragaman genetik yang perlu diseleksi kembali, sebelum memasuki tahap uji daya hasil lanjut pada rentang lingkungan yang beragam. Karakter umur berbunga, umur masak, tinggi tanaman, jumlah cabang, jumlah buku, jumlah polong isi, jumlah polong hampa, bobot biji/tanaman, bobot 100 biji, dan hasil biji, memiliki ragam yang cukup besar (Tabel 1). Menilik Tabel 1 terlihat bahwa hasil biji dan bobot biji/tanaman di Banyuwangi lebih tinggi dibandingkan dengan di Malang. Namun umur masak di Banyuwangi 10 hari lebih lama dibandingkan dengan di Malang. Hasil biji di Malang rata-rata 1,83 t/ha dan di Banyuwangi 2,06 t/ha. Letak geografis Banyuwangi lebih rendah dibanding Malang, namun selama penelitian berlangsung curah hujan lebih tinggi di Banyuwangi dibandingkan di Malang. Jumlah buku tanaman di Banyuwangi lebih sedikit namun diikuti oleh lebih tingginya bobot 100 biji dan bobot biji/tanaman yang berdampak terhadap peningkatan hasil biji. Pola demikian sering ditemui pada penelitian kedelai, seperti pada pene- Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 75
litian Susanto (2004). Faktor lain yang berpengaruh terhadap hasil biji adalah lingkungan, iklim, dan perbedaan topografi. Artinya, setiap galur/varietas memiliki daya adaptasi yang berbeda, suatu varietas yang tumbuh dan berproduksi baik pada suatu lokasi belum tentu baik pula pada lokasi lain karena sifat tanah dan iklim yang berbeda (Sumarno dan Harnoto 1983; Baco et al. 1997). Varietas pembanding yang digunakan dalam penelitian ini adalah Detam 1 dan Mallika. Hasil biji varietas Detam 1, baik di Banyuwangi maupun Malang, lebih tinggi dibandingkan Mallika. Tabel 1. Rata-rata karakter agronomi galur kedelai hitam homosigot di Malang dan Banyuwangi, MK 2010. Karakter Malang Banyuwangi Umur berbunga (hr) 32 34 Umur masak (hr) 76 86 Tinggi tanaman (cm) 43,06 39,39 Jumlah cabang 3,87 3,17 Jumlah buku 18,83 9,37 Jumlah polong isi/tan 55,12 53,59 Jumlah polong hampa/tan 3,07 1,71 Bobot 100 biji (g) 11,04 12,59 Bobot biji/tanaman (g) 12,28 18,01 Hasil biji (t/ha) 1,83 2,06 Hasil sidik ragam terhadap populasi kedelai hitam homosigot menunjukkan interaksi yang nyata antara galur dengan lingkungan untuk karakter umur berbunga, umur masak, tinggi tanaman, bobot 100 biji dan hasil biji; sedangkan jumlah cabang, jumlah buku, jumlah polong isi dan polong hampa pengaruh interaksinya tidak nyata (Tabel 2). Interaksi yang nyata menunjukkan bahwa penampilan dan keunggulan dari setiap galur yang diuji berbeda antara di Malang dan Banyuwangi, sehingga seleksi dilakukan pada masing-masing lokasi. Tabel 2. Sidik ragam tergabung karakter agronomi dari galur kedelai hitam homosigot pada dua lokasi. MK 2010. Kuadrat tengah Karakter KK(%) Lokasi (L) Galur (G) L x G Umur berbunga (hr) 998,5600 ** 4,6258 ** 4,3276 ** 2,04 Umur masak (hr) 10598,7025 ** 13,4825 ** 6,9398 ** 1,50 Tinggi tanaman (cm) 1348,6521 ** 66,0640 * 59,7050 * 16,15 Jumlah cabang 49,5052 ** 1,5428 * 1,3836 tn 29,36 Jumlah buku 8955,1207 ** 13,1353 tn 11,8086 tn 24,39 Jumlah polong isi/tan 236,5751 tn 432,2246 ** 198,0961 tn 30,34 Jumlah polong hampa/tan 117,6465 ** 2,6276 tn 1,6805 tn 28,23 Bobot 100 biji (g) 239,9091 ** 4,5172 ** 2,1759 ** 9,51 Bobot biji/tanaman (g) 320,1952 tn 544,5586 tn 538,9551 tn 27,50 Hasil biji (t/ha) 5,3522 ** 0,5803 ** 0,4967 ** 28,09 *; ** dan tn = masing-masing nyata pada p=0,05, nyata pada p = 0,01; dan tidak nyata; KK = koefisien keragaman. 76 Krisnawati dan Adie: Keragaan dan Seleksi Galur Kedelai Hitam Homosigot
Galur berpengaruh nyata terhadap seluruh karakter yang diamati, kecuali jumlah buku, jumlah polong hampa, dan bobot biji/tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa 100 galur yang diuji memiliki ragam genetik yang berbeda, sehingga peluang seleksi untuk memperoleh galur yang diinginkan cukup besar. Pengaruh lokasi juga nyata terhadap hampir seluruh karakter, kecuali jumlah polong isi dan bobot biji/tanaman. Nilai koefisien keragaman (KK) beragam dari 1,50 hingga 30,34%. Sidik ragam pada masing-masing lokasi menunjukkan perbedaan respon dari galur yang diuji, yang diindikasikan oleh penampilan galur kedelai hitam di Banyuwangi yang lebih beragam dibandingkan dengan di Malang. Di Malang (Tabel 3), pengaruh galur tidak nyata untuk seluruh karakter, kecuali umur berbunga. Pola serupa mirip dengan pengaruh lokasi yang hanya nyata pada karakter umur masak dan tinggi tanaman. Nilai koefisien keragaman (KK) berkisar antara 2,23%-52,29%. Nilai KK tertinggi terdapat pada jumlah polong hampa per tanaman. Tabel 3. Karakter Sidik ragam gabungan karakter agronomi galur kedelai hitam homosigot. Malang, MK 2010. Kuadrat tengah KK (%) Ulangan Galur Umur berbunga (hr) 0,180 tn 1,6010 * 2,92 Umur masak (hr) 26,645 ** 2,276 tn 2,23 Tinggi tanaman (cm) 442,688 ** 31,603 tn 16,69 Jumlah cabang 0,746 tn 0,732 tn 22,11 Jumlah buku 22,372 tn 21,999 tn 24,90 Jumlah polong isi/tan 569,058 tn 178,350 tn 22,40 Jumlah polong hampa/tan 8,811 tn 1,723 tn 52,29 Bobot 100 biji (g) 2,754 tn 1,982 tn 13,12 Bobot biji/tanaman (g) 413,109 tn 1054,705 tn 22,72 Hasil biji (t/ha) 0,770 tn 0,282 tn 34,32 *; ** dan tn = masing-masing nyata pada p=0.05, nyata pada p = 0.01; dan tidak nyata KK = koefisien keragaman Di Banyuwangi, galur berpengaruh nyata terhadap semua karakter yang diamati, kecuali jumlah polong isi (Tabel 4). Pengaruh ulangan hanya nyata terhadap tinggi tanaman dan hasil biji, yang menunjukkan kecilnya perbedaan ulangan. Interaksi yang nyata antara galur homosigot dengan lokasi mengisyaratkan bahwa seleksi harus dilakukan pada masing-masing lokasi. Interaksi yang nyata juga mengindikasikan setiap galur memiliki daya adaptasi yang spesifik. Penentuan batas seleksi untuk masing-masing lokasi menggunakan pendekatan nilai tengah hasil biji seluruh galur, ditambah dengan perkalian antara ragam fenotipik dengan intensitas seleksi 20%. Galur kedelai hitam homosigot terpilih pada intensitas seleksi 20% disajikan pada Tabel 5. Di Malang, batas seleksi adalah 2,45 t/ha dan batas seleksi di Banyuwangi adalah 2,50 t/ha. Berdasarkan tolok ukur batas seleksi pada masing-masing lokasi, maka di Malang terseleksi empat galur dan di Banyuwangi 28 galur, dan hanya galur nomor 4 yang konsisten terpilih di dua lokasi. Menurut Kang (1990), galur yang mampu berproduksi konsisten tinggi di semua lokasi merupakan indikasi bahwa galur tersebut memiliki adaptasi umum yang baik, sehingga dapat dibudidayakan pada berbagai agroekosistem. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 77
Tabel 4. Karakter Sidik ragam gabungan karakter agronomi dari galur kedelai hitam homosigot di Banyuwangi, MK 2010. Kuadrat tengah KK (%) Ulangan Galur Umur berbunga (hr) 0,180 tn 7,352 ** 2,72 Umur masak (hr) 0,320 tn 11,735 ** 3,63 Tinggi tanaman (cm) 117,611 ** 94,167 ** 15,46 Jumlah cabang 0,845 tn 2,182 ** 37,39 Jumlah buku 0,980 tn 2,713 * 13,77 Jumlah polong isi/tan 394,805 tn 451,970 tn 36,92 Jumlah polong hampa/tan 1,346 tn 2,585 * 26,73 Bobot 100 biji (g) 0,427 tn 4,711 ** 5,18 Bobot biji/tanaman (g) 18,240 tn 28,808 ** 32,51 Hasil biji (t/ha) 9,253 ** 0,794 ** 21,85 *;** dan tn = masing-masing nyata pada p = 0,05, nyata pada p = 0,01; dan tidak nyata; KK = koefisien keragaman. Empat galur kedelai yang terpilih di Malang memiliki umur masak 75 76 hari, bobot 100 biji 10,15-11,44 g/100 biji, dan hasil biji 2,48 3,13 t/ha. Di Banyuwangi, sebanyak 28 galur kedelai terpilih memiliki umur masak 80-89 hari, bobot 100 biji 10,41-15,92 g/100 biji, dan hasil biji 2,52-3,96 t/ha. Total galur terpilih dari kedua lokasi adalah 31 galur yang merupakan galur generasi lanjut. Menurut Falconer dan MacKay (1996) dalam Wirnas (2006), karakter hasil dan komponen hasil dikendalikan oleh banyak gen yang ekspresinya sangat dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga perakitan kedelai hitam berdaya hasil tinggi dapat dilakukan melalui seleksi secara langsung terhadap hasil, atau tidak langsung melalui karakter lain yang terkait dengan hasil. 78 Krisnawati dan Adie: Keragaan dan Seleksi Galur Kedelai Hitam Homosigot
Tabel 5. Galur kedelai hitam homosigot terpilih dengan intensitas seleksi 20%. MT 2010 Galur homosigot Umur masak (hr) Bobot 100 bj (g) Hasil biji (t/ha) Mlg Ban Rata-rata Mlg Ban Rata-rata Mlg Ban Rata-rata 1 76 84 80 9,76 11,10 10,43 1,33 2,77 s 2,05 2 76 86 81 10,74 10,97 10,85 3,13 s 1,81 2,47 3 75 84 80 11,44 11,04 11,24 2,57 s 1,74 2,15 4 76 88 82 10,39 12,19 11,29 2,52 s 2,53 s 2,53 5 76 89 83 12,52 13,19 12,85 2,06 2,54 s 2,30 6 74 84 79 11,03 11,00 11,01 1,93 2,59 s 2,26 7 74 88 81 11,60 13,54 12,57 1,78 3,13 s 2,46 8 77 87 82 10,85 13,69 12,27 1,71 2,71 s 2,21 9 77 84 80 12,27 11,80 12,04 1,75 2,63 s 2,19 10 77 88 82 10,86 12,16 11,51 1,94 2,81 s 2,38 11 77 88 82 13,32 15,49 14,40 2,08 2,61 s 2,34 12 75 84 79 9,29 13,95 11,62 2,38 2,57 s 2,47 13 75 84 80 10,92 13,07 12,00 2,25 2,79 s 2,52 14 77 84 81 11,41 11,70 11,56 2,28 2,86 s 2,57 15 76 81 79 10,15 11,96 11,05 2,48 s 2,35 2,41 16 77 87 82 10,95 12,68 11,81 1,47 2,74 s 2,10 17 77 86 82 10,75 12,46 11,60 1,85 2,55 s 2,20 18 75 86 81 10,79 10,70 10,75 2,17 2,95 s 2,56 19 75 87 81 9,19 10,89 10,04 1,99 2,56 s 2,28 20 77 84 80 10,86 10,41 10,63 1,85 3,06 s 2,46 21 76 89 82 10,25 11,33 10,79 1,49 2,72 s 2,11 22 76 84 80 10,76 10,52 10,64 1,89 2,73 s 2,31 23 76 84 80 9,96 12,67 11,31 2,07 2,79 s 2,43 24 75 80 78 10,59 10,87 10,73 2,21 2,78 s 2,49 25 75 80 78 10,39 13,97 12,18 1,38 2,52 s 1,95 26 74 84 79 10,09 12,15 11,12 1,87 2,61 s 2,24 27 75 88 82 11,80 13,02 12,41 2,22 3,96 s 3,09 28 75 87 81 11,54 14,49 13,02 1,92 2,58 s 2,25 29 75 84 80 11,32 12,26 11,79 1,99 2,81 s 2,40 30 77 86 82 13,36 15,92 14,64 1,17 2,52 s 1,84 31 77 88 83 12,83 13,90 13,36 1,99 2,70 s 2,34 Detam 1 80 84 82 11,02 14,74 12,88 1,87 2,40 2,14 Mallika 73 84 79 11,85 14,13 12,99 1,54 2,28 1,91 Rata2 76 85 81 11,44 14,44 12,94 1,71 2,34 2,01 Xs 20% 2,45 2,50 Mlg = Malang; Ban = Banyuwangi s = galur homosigot terpilih pada intensitas seleksi 20%. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Interaksi yang nyata antara galur homosigot dan lokasi menunjukkan penampilan dan keunggulan dari setiap galur yang diuji berbeda di Malang dan Banyuwangi, sehingga seleksi dilakukan pada masing-masing lokasi. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 79
2. Batas seleksi di Malang adalah 2,45 t/ha dan berdasarkan tolok ukur batas seleksi tersebut maka di Malang hanya terseleksi empat galur dengan umur masak antara 75 76 hari, bobot 100 biji 10,15-11,44 g/100 biji, dan hasil biji 2,48 t/ha 3,13 t/ha. 3. Batas seleksi di Banyuwangi adalah 2,50 t/ha dan terpilih 28 galur yang memiliki umur masak 80-89 hari, bobot 100 biji 10,41-15,92 g/100 biji, dan hasil biji 2,52-3,96 t/ha. 4. Sejumlah 31 galur kedelai hitam generasi lanjut dari kedua lokasi perlu diseleksi kembali berdasarkan mutu biji dan dilanjutkan ke tahap pemuliaan selanjutnya, daya hasil pada berbagai lingkungan sentra produksi kedelai. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih penulis sampaikan kepada Program Insentif Riset Dasar Kementerian Riset dan Teknologi, yang telah membiayai penelitian ini pada tahun 2010. DAFTAR PUSTAKA Adie, M.M., Suyamto dan A. Krisnawati. 2008. Galur kedelai hitam prospektif untuk agroekologi Indonesia. Agrin 12 (2). Allard, R.W. 1960. Principles of plant breeding. John Wiley and Sons, Inc. New York. Baco, D., S. Saenong dan Djamaluddin. 1997. Cultivation technology of food crops to support agricultural development in South Sulawesi. Prosiding Seminar Regional Pengkajian Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi. Buku I. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kendari. Balitkabi (Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian). Deskripsi varietas unggul kacang-kacangan dan umbi-umbian. Malang 2008. 171p. Falconer, D. S. 1972. Introduction to quantitative genetics. The Ronald Press, New York. p. 312 322. Fehr, W. R. 1983. Applied Plant Breeding. Dept. of Agronomy, Iowa State Univ. Ames. 174 p. Jensen, N.F. 1980. Crop breeding as a design science. p. 23 29. In. Crop Breeding Am. Soc. Agron. D.R. (Ed.). USA. Kang, M.S. 1990. Understanding and utilization of genotype-by-environemnt interaction in plant breeding. p. 52 68. In. Genotype-by-environemnt interaction in plant breeding. M.S. Kang (Ed.). Lousiana State Univ. Agric. Center. Baton Rouge. Lestarina, L. 2011. Uji daya hasil galur-galur harapan kedelai hitam (Glycine max (l.) Merr.) pada lahan sawah di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertaninan Bogor. Bogor. 78p. Mc. Whirter, K.S. 1979. Breding of Cross Pollinated Crops. P. 79 110. In. R. Knight (eds). Plant Breeding. AA VCS, Brisbane. Singh, R. K dan B.D. Chaudhary. 1979. Biometrical methods in quantitative genetic analysis. Kalyani Publisher. New Delhi. Somaatmadja, S. 1985. Peningkatan Produksi Varietas Melalui Perakitan Kedelai, hal. 243-261. Dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, (eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Sumarno. 1985. Teknik Pemuliaan Kedelai, hal. 263-294. Dalam Somaatmadja, S., M. Ismunadji, Sumarno, M. Syam, S.O. Manurung dan Yuswadi, (eds). Kedelai. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor. Sumarno dan Harnoto. 1983. Kedelai dan Cara Bercocok Tanamnya. Buletin Teknik No. 6. Puslitbangtan. Bogor. 80 Krisnawati dan Adie: Keragaan dan Seleksi Galur Kedelai Hitam Homosigot
Susanto, G.W.A. 2004. Variasi genetik karakteristik kuantitatif galur-galur kedelai. Dalam Dukungan Pemuliaan terhadap Industri Perbenihan pada Era Pertanian Kompetitif. Prosiding Lokakarya Perhimpunan Ilmu Pemuliaan Indonesia VII. PERIPI bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. Wirnas. D, I. Widodo, Sobir, Trikoesoemaningtyas., dan D. Sopandie. 2006. Pemilihan Karakter Agronomi untuk Menyusun Indeks Seleksi pada 11 Populasi Kedelai Generasi F6. Bul. Agron. 34 (1):19 24. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 2012 81