III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan lokasi penelitian berdasarkan pada potensi hutan rakyat yang terdapat di desa/kelurahan yang bermitra dengan PT. Bina Kayu Lestari Group. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Leuwibudah dan Desa Mekarjaya Kecamatan Sukaraja Kabupaten Tasikmalaya, serta di Kelurahan Urug Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalay, pada tanggal 1 Juli 15 Agustus 2010. 3.2 Sasaran dan Alat Sasaran penelitian ini adalah petani hutan rakyat yang melakukan kemitraan dengan PT Bina Kayu Lestari (BKL) Group yang terbagi menjadi tiga kelompok petani mitra, yaitu petani yang bermitra secara langsung dengan PT. BKL Group dan dua kelompok petani yang bermitra melalui Perum Perhutani. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pedoman wawancara berupa catatan pertanyaan tertulis mengenai pokok masalah penelitian yang digunakan untuk pedoman wawancara kepada informan kunci. 2. Kuesioner digunakan untuk media mengumpulkan data. 3. Dokumen tertulis berupa Undang-Undang, Peraturan dan kebijakan, petunjuk pelaksana, petunjuk teknis dan lain sebagainya yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 4. Kamera digital digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan dan alat perekam untuk merekam saat wawancara. 3.3 Sumber Data Data yang dikumpulkan diperoleh dari berbagai sumber, yaitu: 1. Petani mitra ( responden), PT. Bina Kayu lestari Group, PT. Bina Inti Lestari, KPH Tasikmalaya dan LMDH Saronge. 2. Literatur dan publikasi lainnya.
3.4 Jenis Data Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder dari sasaran penelitian. Data primer meliputi keadaan umum responden yang diambil melalui wawancara dan kueisioner. Sedangkan data sekunder meliputi keadaan lingkungan biofisik tempat penelitian dan data lain yang relevan dengan penelitian. 3.5 Metode Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut: 1. Teknik Observasi, yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek peneliti. 2. Teknik Survei, yaitu cara pengumpulan data dengan melakukan wawancara dengan masyarakat serta pihak-pihak yang terkait dengan menggunakan responden. 3. Studi Pustaka, yaitu cara pengumpulan data dengan cara mempelajari literatur, laporan, karya ilmiah dan hasil penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian. 3.6 Metode Pengambilan Sampel Kriteria yang digunakan dalam penentuan desa contoh dan petani hutan rakyat adalah berdasarkan potensi hutan rakyat. Petani-petani hutan rakyat yang dijadikan sampel dikelompokkan menjadi tiga kelompok berdasarkan hubungan kemitraannya yaitu petani yang bermitra langsung dengan perusahaan dan dua kelompok petani yang bermitra dengan perusahaan melalui Perum Perhutani. Kemudian dari setiap kemitraan tersebut di pilih satu desa contoh dan satu kelompok tani secara purposive dengan 30 responden setiap kelompoknya. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode stratified random sampling terhadap rumah tangga yang memiliki usaha hutan rakyat berdasarkan luas penguasaan lahannya. Stratifikasi lahan dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu strata I petani yang memiliki luas lahan < 0,1 Ha, strata II petani yang memiliki luas lahan
antara 0,1 0,5 Ha dan petani strata III memiliki luas lahan > 0,5 Ha. Total responden 90 orang dengan jumlah responden pada strata I 30 orang (33%), strata II 56 orang (62%) dan strata III 4 orang (5%). 3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Analisis finansial pengelolaan hutan rakyat Untuk mengetahui kelayakan usaha hutan rakyat pola kemitraan ini dilakukan analisis finansial dengan beberapa asumsi, yaitu: 1. Menggunakan faktor diskonto/suku bunga bank yang berlaku yaitu 13%. 2. Kondisi perekonomian selama jangka waktu analisis stabil. 3. Pendapatan mulai dihitung sejak lahan diolah dan dimanfaatkan. 4. Umur kelayakan proyek dihitung sampai umur 6 tahun didasarkan pada siklus tebang untuk tanaman sengon. 5. Upah Hari Orang Kerja (HOK) satu hari dihitung berdasarkan upah yang berlaku. 6. Pendapatan dari tanaman pertanian dihitung sesuai dengan periodisasi panen. 7. Semua harga input dan output yang diguankan dalam analisis berdasarkan harga ynag berlaku pada saat penelitian berlangsung dengan asumsi harga konstan sampai selesainya penelitian. Kriteria Kelayakan yang digunakan dalam analisis finansial adalah: 1. NPV (Net Present Value) NPV merupakan selisih antara present value daripada keuntungan (benefit) dan present value daripada biaya (cost). Rumusnya adalah sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009): Keterangan : Bt = Penerimaan kotor pada tahun t Ct = Biaya kotor usahatani pada tahun t n = Umur ekonomis i = Discount rate
Tiga kriteria kelayakan investasi dalam NPV : NPV > 0, maka proyek menguntungkan dan dapat dilaksanakan NPV = 0, maka proyek tidak untung dan rugi, tergantung pihak managemen perusahaan. NPV < 0, maka proyek merugi karena keuntungan lebih kecil dari biaya, jadi lebih baik tidak dilaksanakan 2. BCR (Benefit Cost Ratio) BCR perbandingan antara keuntungan (benefit) dan biaya (cost) secara kotor, BCR menunjukkan besarnya keuntungan yang diperoleh sebagai akibat dari investasi, dengan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009): Keterangan : (PV) B = Present Value Benefit (Nilai sekarang pendapatan) (PV) C = Present Value Cost (Nilai sekarang biaya) Proyek dikatakan layak jika Net B/C > 1 dan tidak layak jika Net B/C < 1. Jika Net B/C = 1, penyerahan keputusan diserahkan pada pihak mangemen. 3. IRR (Internal Rate of Return), IRR adalah tingkat suku bunga yang membuat NPV daripada proyek sama dengan nol atau tingkat suku bunga yang mengakibatkan besarnya biaya sama dengan besarnya pendapatan, dengan rumus sebagai berikut (Nurmalina et al. 2009): IRR = i 1 NPV1 + ( NPV NPV 1 2 ) ( i i ) 2 1 Keterangan : i 1 = Nilai percobaan pertama untuk discount rate i 2 = Nilai percobaan kedua untuk discount rate NPV1 = Nilai percobaan pertama untuk NPV NPV2= Nilai percobaan kedua untuk NPV
Suatu usaha/kegiatan investasi dikatakan layak jika nilai IRR > tingkat discount rate yang ditentukan. Sebaliknya, jika nilai IRR < tingkat discount rate maka usaha/kegiatan investasi tersebut tidak layak untuk dijalankan. Persentase pendapatan petani dari kegiatan hutan rakyat terhadap total pendapatan petani dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Affianto et al. 2005): Dimana : dt : Persentase pendapatan dari hutan rakyat dp : Pendapatan dari hutan rakyat dl : Pendapatan dari luar hutan rakyat 3.7.2 Analisis tingkat hubungan kemitraan Analisis ini didasarkan pada Keputusan Menteri Pertanian Nomor 944/Kpts/OT.210/10/97, tanggal 13 Oktober 1997 mengenai pedoman penetapan tingkat hubungan kemitraan usaha pertanian. Analisis dilakukan terhadap petani dan perusahaan pengolahan kayu, LSM dan Perum Perhutani sehingga dihasilkan rata-rata tingkat hubungan kemitraan dari kedua belah pihak. Perhitungan tingkat kemitraan dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : x = ((a+b+c)/y) Dimana : x = Nilai rata-rata tingkat hubungan kemitraan tiap kategori a,b,c = Nilai skoring atas jawaban yang dipilih y = Nilai atas banyaknya jawaban yang dipilih Berdasarkan proses manajemen kemitraan dan manfaatnya, tingkat hubungan kemitraan usaha antara petani dengan perusahaan pengolahan kayu, LSM dan Perum Perhutani dapat dibagi dalam empat kategori (DPU 2002), yaitu : 1. Kategori kemitraan Pra Prima (pemula) nilai rata-ratanya kurang dari 250 2. Kategori kemitraan Prima dengan nilai rata-rata 250-500 3. Kategori kemitraan Prima Madya dengan nilai rata-rata 501-750 4. Kategori kemitraan Prima Utama dengan nilai rata-rata diatas 750
Kategori kemitraan Pra Prima jarang dilakukan karena merugikan kedua belah pihak, kemitraan Pra Prima sering dilakukan pada pelaksanaan kemitraan jangka pendek dan cenderung lebih menguntungkan pihak inti. Kemitraan Prima Madya merupakan kemitraan yang sering dilakukan dalam kemitraan jangka menengah dan jangka panjang, pihak inti hanya berperan dalam penyediaan sarana. Sedangkan kemitraan Prima Utama merupakan kemitraan yang dilakukan jangka panjang, pihak inti berperan dalam penyediaan sarana dan pemasaran (Tabel 1). Tabel 1 Rincian faktor yang dinilai dan nilai hubungan tingkat kemitraan Nilai No Faktor yang dinilai Maksimum I. ASPEK PROSES MANAJEMEN 1. Perencanaan 150 a. Perencanaan Kemitraan 100 b. Kelengkapan Perencanaan 50 2. Pengorganisasian 150 a. Bidang Khusus 25 b. Kontrak Kerjasama 125 3. Pelaksanaan dan Efektivitas Kerjasama 200 a. Pelaksanaan Krjasama 50 b. Efektivitas Kerjasama 150 II. ASPEK MANFAAT 1. Ekonomi 300 a. Pendapatan 150 b. Harga 50 c. Produktivitas 50 d. Resiko Usaha 50 2. Teknis 100 a. Mutu 50 b. Penguasaan Teknologi 50 3. Sosial 100 a. Keinginan Kontinuitas Kerjasama 50 b. Pelestarian Lingkungan 50 Jumlah Aspek Manfaat 500 Jumlah Nilai Aspek Proses Manajemen + Jumlah aspek Manfaat 1000 Sumber : Departemen Pertanian RI 2003