III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dilahan percobaan Fakultas Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE

2 METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan. Rancangan Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

I. BAHAN DAN METODE. dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

BAHAN DAN METODE. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: cangkul, parang, ajir,

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

III. BAHAN DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE. Tuan dengan ketinggian 25 mdpl, topografi datar dan jenis tanah alluvial.

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitan Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE. No. 155 KM. 15 Simpang Baru Panam Kecamatan Tampan Pekanbaru, dari bulan

V. PEMBAHASAN 5.1 Pertumbuhan di Lokasi Penanaman

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

III. MATERI DAN WAKTU

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

III. MATERI DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

MATERI DAN METODE. Urea, TSP, KCl dan pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah meteran, parang,

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Prosedur Penelitian Persiapan

III. METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

I. MATERI DAN METODE. OT1 = Tanpa Olah Tanah OT2 =Olah Tanah Maksimum Faktor kedua :Mulsa (M)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

BAHAN DAN METODE. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Kelurahan

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

III. MATERI DAN METODE. beralamat di Jl. H.R. Soebrantas No. 155 Km 18 Kelurahan Simpang Baru Panam,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai Mei. Baru Panam, Kecamatan Tampan, Kotamadya Pekanbaru.

BAHAN DAN METODE. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang yang terdiri atas 3 taraf yaitu : 1. 1 bibit (B 1 ) 2. 2 bibit (B 2 ) 3.

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Bahan Alat Rancangan Percobaan Yijk ijk

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

MATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

III. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

III. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di lahan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. MATERI DAN METODE. Genetika) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan

I. BAHAN DAN METODE. Soebrantas KM. 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

BAB IV METODE PENELITIAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. MATERI DAN METODE. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Mei

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

III. MATERI DAN METODE. Agrostologi, Industri Pakan dan Ilmu Tanah dan 2). Laboratorium Ilmu Nutrisi

III. BAHAN DAN METODE. Penanaman dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE

II. Materi dan Metode. Pekanbaru. waktu penelitian ini dilaksanakan empat bulan yaitu dari bulan

BAB III METODE PENELITIAN

I.MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Februari. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

BAHAN DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu 1.2. Bahan dan Alat 1.3. Metode Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

III. BAHAN DAN MATODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai Agustus 2013 di

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

III. MATERI DAN METODE

MATERI DAN METODE. A 2 : 120 g/tanaman. A 3 : 180 g/tanaman

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. MATERI DAN METODE

BAHAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE. Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 16 bulan, terhitung dari bulan Desember 2010 s/d Mei 2012. Penelitian dilakukan di Laboratorium Silvikultur, SEAMEO-BIOTROP dan di lokasi peternakan Ciampea, Bogor, seluas 1500 m 2. 3.2 Bahan dan Alat Bahan Bahan utama dalam penelitian ini yaitu biji sorgum (Sorghum bicolor) dan bibit sentang (A. excelsa). Sorgum yang digunakan ada dua varietas yaitu varietas NUMBU sebagai sweet sorghum dan ZH-30 (pahat) sebagai grain sorghum. NUMBU diproduksi oleh Balitserealia Kementrian Pertanian di Maros, Sulawesi Selatan sebagai varietas hasil pemuliaan konvensional, sedangkan ZH- 30 diproduksi oleh BATAN sebagai varietas yang diperoleh melalui teknologi mutasi. Kedua varietas tersebut kemudian dikembangkan oleh SEAMEO BIOTROP. Sentang (A. excelsa) diperoleh dari Kebun Percobaan Dramaga, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementrian Kehutanan RI. Bibit cabutan tersebut (tinggi rata-rata 15 cm) merupakan hasil regenerasi alam di bawah tegakan sentang yang disapih dan dibesarkan di rumah kaca Laboratorium Silvikultur, SEAMEO BIOTROP selama 7 bulan. Semai yang akan ditanam di lapangan rerata diameternya 0,7 cm dengan rerata tinggi 7,8,63 cm Alat Untuk pekerjaan penelitian di lapangan, peralatan yang digunakan antara lain parang, meteran tanah, tali tambang, cangkul, garpu, caliper digital, meteran bangunan, kompas, busur, galah, tugal, kamera, dan alat tulis, sedangkan peralatan yang digunakan di rumah kaca dan laboratorium antara lain alat sieveing, timbangan triple beam, beaker glass, mikroskop, object glass, cover glass, pinset, pisau scalpel, cawan petri, hot plate magnetic stirrer, dll. 24

3.3 Prosedur Penelitian Untuk mempermudah dalam pelaksanaan penelitian maka dibuat alur kerja (Gambar 6) dan rancangan percobaan yaitu tata letak plot percobaan (Gambar 7) sehingga diperoleh data yang mencerminkan proses penelitian. Rancangan percobaan perc Orientasi lapangan dan dan pembagian Pembagian blok tanaman sesuai dengan rancangan Blok Tanaman sesuai Tahapan Pengadaan bibit sentang; Analisis potensi mikoriza pada semai sentang di pembibitan Persiapan lahan: - Pembersihan lahan - Analisis tanah awal - Penerapan rancangan percobaan dan pemasangan ajir - Pembersihan lahan - - Analisis Pengolahan tanah lahan awal - Pembuatan lubang tanam sentang dan pemupukan - - Penerapan Pembuatan guludan rancangan untuk percobaan sorgum dan Persiapan biji sorgum: - Pengadaan biji Penanaman: - Percobaan Pendahuluan - Percobaan Agroforestri Koleksi Data: Parameter pertumbuhan: Data lokasi percobaan: iklim,sifat tanah Data sentang: tinggi&diameter, lebar&tinggi tajuk, perakaran Data sorgum: persentase hidup, diameter&tinggi, produksi panen, biomassa, nira dan kadar gula Analisis Analisis data Data&Penulisan dan penulisan Laporan Gambar 6. Pola alur prosedur kerja penelitian 25

Rancangan Percobaan Rancangan percobaan dalam penelitian ini adalah rancangan acak kelompok pola faktorial dengan ulangan 3 kali. Jarak tanam = A1 (2,5x2,5) m dan A2 (2,5x5) m. Jenis sorgum = S0 (tanpa sorgum), S1 (Numbu), dan S2 (ZH-30). Model umum yang digunakan sebagai berikut (Gomez & Gomez 1995): (dua faktor: jarak tanam dan jenis sorgum) Y ijk = µ + α i + β j + (αβ) ij + ρ k + ε ijk Tata letak plot percobaan sentang dan sorgum disajikan pada Gambar 7. Blok 1 Blok 2 Blok 3 2,5 x 2,5 m 2,5 x 5 m 2,5 x 2,5 m 2,5 x 5 m 2,5 x 2,5 m 2,5 x 5 m S0 S0 S0 S2 S2 S1 S2 S1 S2 S0 S0 S2 S1 S2 S1 S1 S1 S0 Gambar 7. Tata letak plot percobaan sentang dan sorgum Untuk mengukur parameter produksi (biomasa, nira dan kadar gula) menggunakan faktor umur panen: 1 (60 HST), 2 (70 HST), 3 (80 HST) dan 4 (90 HST). Sehingga rancangannya percobaan yang digunakan adalah: RAK Pola faktorial dengan 3 faktor, yaitu jarak tanam, jenis sorgum dan umur panen. Model umum yang digunakan (Gomez dan Gomez, 1995): Y ijk = µ + α i + β j + γ k + (αβ) ij +(αγ) ik + (βγ) jk + (αβγ) ijk + ρ k + ε ijk 26

Pola penanaman sentang dan sorgum berdasarkan disajikan pada Gambar 8. jarak tanamnya Gambar 8. Pola penanaman sentang dan sorgum dalam satu plot pengamatan Tahapan persiapan Dalam tahapan persiapan penelitian ini meliputi tahapan kegiatan orientasi lapangan, pengadaan bibit sentang, analisis potensi mikoriza pada semai sentang, pengadaan benih sorgum, pembersihan lahan, analisis tanah awal, penerapann rancangann percobaan dan pemasangan ajir tanaman, pengolahan lahan, pembuatan lubang tanam sorgum dan sentang, penanaman sentang dan sorgum, pemeliharaan dan pemanenan sorgum. a. Orientasi lapangan Tujuan dari orientasi lapangan adalah untuk mendapatkan lahan yang memenuhi persyaratan untuk penelitian antara lain datar, luasan mencukupi, dekat dengan sumber air, akses, dan ketersediaan tenagaa kerja. Tahap selanjutnya adalah pengurusan ijin dan persiapan teknis lainnya. Hasil orientasi lapangan antara lain berupa data letak, luas, kepemilikan lahan, vegetasi awal, dan jenis tanah. b. Pengadaan bibit Sentang Tujuan pengadaan bibit sentang adalah memperoleh bibit berkualitas, jumlah yang memadai dan tepat waktu. Bibit berkualitas harus memenuhi 27

persyaratan genetik (jelas asal-usulnya), fisik (sehat, seragam, kekar) dan fisiologis (daya tumbuh tinggi, dan adaptif terhadap lingkungan baru). Cabutan anakan Sentang, tinggi 20-30 cm, dicabut dari lokasi di bawah tegakan pohon induk tahun tanam 1956 di kebun percobaan Dramaga, Bogor. Tinggi dan diameter rata-rata pohon induk sebesar 25 m dan 80 cm. Jumlah bibit cabutan yang dipersiapkan sebanyak 500 batang, kemudian ditanam pada polybag berisi media tumbuh dengan komposisi tanah, sekam, charcoal dan kompos (1:1:1:1, v/v/v/v). c. Analisis potensi mikorhiza pada semai sentang di pembibitan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengetahui potensi mikoriza (V- AM) pada bibit yang mungkin terbawa dari bawah tegakan sentang, mengingat bibit yang digunakan berasal dari cabutan. Bibit tersebut dibagi menjadi tiga kategori tinggi (kecil < 30 cm, sedang 31-40 cm dan besar > 41 cm). Potensi V- AM yang dihitung adalah jumlah spora dalam media tumbuh. Metode yang digunakan dalam mengekstrak spora V-AM mengikuti metode tuang-saring dari Brundrett et al. (1996). d. Pengadaan benih sorgum Tujuan pengadaan benih sorgum adalah mendapatkan benih sorgum berkualitas, jumlah memadai dan tepat waktu berupa varietas sweet sorghum (sorgum manis) dan grain sorghum (sorgum penghasil tepung). Untuk benih sorgum varietas ZH-30 berasal dari hasil radiasi sinar gamma (200-350 Gy) oleh BATAN dengan teknik mutasi dan telah diuji multi lokasi (Supriyanto et al., 2011a). Untuk sorgum varietas Numbu merupakan varietas nasional (breeder seeds) yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Serialea Maros, Kementrian Pertanian dan juga dikembangkan oleh SEAMEO-BIOTROP. Dengan demikian kedua varietas tersebut sangat memenuhi persyaratan genetika, fisik dan fisiologis. e. Pembersihan Lahan Tujuan pembersihan lahan adalah untuk mendapatkan gambaran tentang luasan efektif untuk percoabaan. Pembersihan lahan dilakukan pada lahan seluas + 1500 m 2 (setiap blok seluas 500 m 2 ) di areal peternakan Ciampea, Bogor yang 28

dimulai dari penyemprotan herbisida yang mengandung bahan aktif glyposate. Setelah vegetasi yang tumbuh kering (15 hari) kemudian dilakukan pembabatan dengan menggunakan parang diikuti dengan pencangkulan. Hasil akhir dari kegiatan pembersihan lahan adalah diperolehnya lahan yang memenuhi persyaratan sebagai lokasi percobaan yang terbebas dari gulma dan tumbuhan perdu. f. Analisis tanah awal Analisis kondisi tanah awal bertujuan untuk mengetahui sifat kimia dan biologi tanah. Contoh tanah diambil secara acak pada kedalaman 0 20 cm. Parameter yang diukur dalam analisis tanah awal adalah unsur N, P, K, Ca, Mg, KTK dan ph dan potensi V-AM. g. Penerapan rancangan percobaan dan pemasangan ajir tanam Rancangan percobaan dengan Rancangan Acak Kelompok Pola Faktorial (Gambar 3 dan 4) diterapkan di lapangan dengan mempertimbangkan bentuk bentang darat. Pemasangan ajir sebagai tanda tempat penanaman sentang dikerjakan sesuai jarak tanam yang dirancang, yaitu 2,5 m x 2,5 m dan 2,5 m x 5 m. h. Pengolahan lahan Pengolahan lahan dilakukan dengan tujuan untuk mempersiapkan lahan tanam yang sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman agar diperoleh pertumbuhan yang baik dan sesuai dengan rancangan percobaan. Pekerjaan pengolahan meliputi penggemburan tanah dan penataan sesuai lay out penanaman sehingga diperoleh lahan yang siap untuk ditanami sorgum. Ukuran setiap plot pengamatan adalah 50 m 2 untuk jarak tanam 2,5 m x 2,5 m sebanyak 3 plot dan 100 m 2 untuk jarak tanam 2,5 m x 5 m sebanyak 3 plot. Total jumlah plot pengamatan adalah 6 plot per blok, sehingga jumlah total plot sebanyak 18 plot pengamatan dalam 3 blok. Plot dengan luasan kecil yaitu 50 m 2 x 3 = 150 m 2 (2,5 m x 2,5 m). Plot dengan luasan besar yaitu 100 m 2 x 3 = 300 m 2 (2,5 m x 5 m) => 450 m 2 per blok x 3 blok = 1350 m 2. Kompos dan biocharcoal yang ditambahkan pada lahan sorgum sebanyak 25 kg untuk plot 50 m 2 dan 50 kg untuk plot 100 m 2. 29

i. Pembuatan lubang tanam sorgum dan sentang Pembuatan lubang tanam untuk penanaman benih sorgum dalam guludan menggunakan tugal ganda dengan jarak 20 cm x 20 cm dalam guludan ukuran (70 cm x 500 cm). Setiap guludan ditanam 2 larik tanaman sorgum, 1 larik terdapat 25 lubang, Jadi setiap guludan ada 50 lubang tanam (pada plot pengamatan di jarak tanam 2,5 m x 2,5 m), sehingga dalam 1 plot pengamatan membutuhkan lubang tanam sebanyak 50 x 10 guludan = 500 lubang/plot), sedangkan untuk pembuatan lubang tanam di jarak 2,5 m x 5 m adalah 100 x 10 guludan = 1000 lubang/plot, jadi ada 4500 lubang/blok. Pembuatan lubang tanam untuk semai sentang berukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm 3 pada jarak tanam 2,5 m x 2,5 m sebanyak 15 lubang/plot x 3 plot yaitu 45 lubang dan pada jarak 2,5 m x 5 m sebanyak 15 lubang/plot x 3 plot yaitu 45 lubang. Jadi ada 90 lubang tanaman per blok. Jadi jumlah kebutuhan semai sentang sebanyak 90 x 3 blok = 270 semai. j. Penanaman sentang dan sorgum Penanaman sentang sebanyak 1 bibit/lubang tanam, sedangkan penanaman benih sorgum sebanyak 2-3 butir/lubang tanam. Pemberian label pada tanaman sorgum sebagai sampling sebanyak 10 tanaman untuk pengukuran pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik dan optimal. k. Pemeliharaan Pemeliharaan dilakukan setiap satu minggu sekali selama enam bulan dengan cara membersihkan rumput, menyeleksi satu tanaman sorgum/lubang setelah tanaman berumur 2 minggu setelah tanam, memberikan pupuk pada tanaman sorgum, dan memasang jala/sungkup pada malai sorgum (perlindungan terhadap hama burung). Prosedur pemupukan mengacu dari penelitian sorgum di SEAMEO-BIOTROP (Supriyanto, 2011a). Pemupukan pertama sorgum dilakukan pada umur 3 minggu setelah penanaman dengan pupuk campuran sebanyak 270 kg/ha yang terdiri dari; urea: TSP: KCL (4: 3: 2, g/g/g), pemupukan kedua sorgum dilakukan pada umur 5 minggu setelah penanaman dengan pupuk campuran urea: TSP: KCL (3: 6: 2, g/g/g) sebanyak 270 kg/ha, sedangkan pemupukan ke tiga sorgum dilakukan pada umur dua bulan setelah penanaman dengan pupuk campuran urea: TSP: KCL (4: 3: 2, g/g/g) sebanyak 270 kg/ha. 30

l. Pemanenan sorgum Pemanenan sorgum dilakukan setelah malai sorgum matang, kemudian pengukuran produktivitas sorgum dengan parameter panjang malai (cm), bobot malai sebelum dan sesudah dirontok serta bobot 1000 butir (gram), volume perasan nira (ml), kadar gula pada umur 60, 70, 80, dan 90 hari, kemudian dilakukan pengukuran biomassa sorgum (gram), diambil 10 tanaman pada setiap plot. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan yang dilakukan terdiri dari percobaan pendahuluan dan percobaan agroforestri pada sentang dan sorgum. Pengukuran di lapangan ini meliputi beberapa tahap kegiatan sebagai berikut: a. Pengukuran pertumbuhan sentang Pengukuran ini meliputi tinggi, diameter, tajuk dan perakaran yaitu sebagai berikut: 1) Pengukuran tinggi dan diameter - Memberikan tanda dengan spidol permanen di batang, diukur 5 cm dari permukaan tanah - Pengukuran pertumbuhan tinggi sentang dilakukan dari pangkal batang yang diberi tanda sampai pucuk atau titik paling ujung dengan menggunakan meteran dan galah ukur. Diameter batang diukur dengan caliper pada pangkal batang yang diberikan tanda. - Pengukuran dilakukan pada awal bulan selama 14 bulan. 2) Pengukuran tajuk (crown projection and density) - Panjang dan lebar tajuk diukur dengan menggunakan meteran dan galah ukur pada proyeksi tajuk yang diamati. Hasil data pengukuran tajuk pohon dianalisis menggunakan bantuan software SexI-FS version 2.1.0 (Harja dan Vincent, 2008) - Waktu pengukuran tajuk adalah pada saat awal dimulainya penanaman sorgum yaitu 3 bulan setelah penanaman sentang, dan pada akhir penelitian. 31

3) Pengukuran perakaran Tujuan dari pengukuran ini adalah membandingkan diameter pohon dengan jumlah total diameter akar sehingga diperoleh dimensi penyebarannya. Pengukuran dilakukan terhadap jumlah akar sentang yang berada di kedalaman 0 20 cm dangan mengukur diameter setiap akar yang ditemukan menggunakan jangka sorong (cm) dan busur (derajat) sebagai penanda arah akar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggali dan mengukur perakaran sentang pada umur 14 bulan. Untuk setiap plot diambil 1 individu pohon sebagai contoh jadi setiap blok penelitian ada 6 tanaman yang diukur. Total pohon yang diamati sebanyak 18 pohon tersebar dalam 3 blok. Pohon contoh yang diambil adalah pohon berada ditengah. Suatu akar diklasifikasikan sebagai akar horizontal (H root ) apabila sudut antara akar dan bidang vertikal lebih besar atau sama dengan 45 0 ( 45 0 ). Jika sudutnya lebih kecil dari 45 0 (< 45 0 ), akar tersebut diklasifikasikan sebagai akar vertikal (V root ). Fraksi akar horizontal adalah perbandingan antara luas permukaan akar-akar horizontal dengan total luas permukaan akar (horizontal + vertikal). Shoot-root ratio dapat dikemukakan melalui perbandingan antara total luas penampang melintang akar dengan luas penampang melintang batang atau basal area. Diameter seluruh akar proksimal diukur pada jarak 20 cm dari dasar batang. Demikian pula besarnya sudut akar-akar tersebut terhadap bidang horizontal. Sudut ini kemudian dikonversi terhadap bidang vertikal, yang digunakan sebagai standar pada studi ini. Diameter diukur pada ketinggian 25 cm dari dasar akar ketika tanaman berumur 14 bulan. Untuk jangkauan akar diukur pada arah tegak lurus larikan sentang atau ke arah bidang olah sorgum sisi kanan dan kiri. 32

Rumus fraksi horizontal (Van Noordwijk dan Purnomosidhi, 2005): Rumus Shoot-root ratio (Van Noordwijk & Purnomosidhi, 2005): b. Pengukuran parameter tanaman sorgum 1) Percobaan pendahuluan Mengingat percobaan sorgum yang dilakukan varietasnya hanya dua jenis yaitu S1 dan S2, maka diperlukan percobaan pendahuluan sebagai uji adaptasi terhadap sorgum dengan tujuan untuk memperoleh benih yang berkecukupan yang akan digunakan pada percobaan agroforestri. Pengukuran sorgum pada percobaan pendahuluan yaitu meliputi persentase hidup perkecambahan tanaman 14 HST dan produksi biji (kg/100 m 2 ). Pengukuran produksi biji dilakukan setelah pemanenan, diambil 10 tanaman contoh pada tiap plot. - Pengukuran persentase hidup perkecambahan = (jumlah yang berkecambah/jumlah total) x 100% - Pengukuran produksi sorgum yaitu dengan menimbang hasil panen per plot (kg/100 m 2 ). 2) Percobaan agroforestri Benih sorgum yang digunakan pada percobaan agroforestri merupakan benih yang diperoleh dari percobaan pendahuluan dengan harapan mampu tumbuh lebih baik dan lebih produktif dari pada di percobaan pendahuluan. Pengukuran percobaan agroforestri yaitu meliputi persentase hidup perkecambahan di 33

lapangan 14 HST, tinggi, diameter, bobot biji 1000 butir dan produksi sesuai dengan pemanfaatannya adalah sebagai berikut: - Pengukuran persentase hidup perkecambahan = (jumlah yang berkecambah/jumlah total) x 100% - Diameter dan tinggi sorgum diukur pada saat akan dipanen. Diameter diukur menggunakan caliper ditengah batang sorgum, dan tinggi diukur menggunakan meteran dari pangkal sampai daun bendera. - Pengukuran produksi sorgum yaitu sesuai dengan pemanfaatannya; Sebagai pangan (food) yaitu dengan cara mengukur panjang malai, bobot biji sebelum dan sesudah disosoh, dan bobot 1000 biji (gram). Pengambilan sampel setiap plot sebanyak 10 tanaman, kemudian untuk mengetahui produksinya dalam setiap plot dikalikan dengan jumlah total tanaman yang hidup. Sebagai pakan (feed) yaitu dengan mengukur biomassa (batang dan daun) setiap sampel (gram) dan mengalikannya dengan jumlah total tanaman yang hidup dalam plot. Sebagai energi (fuel) yaitu dengan mengukur kadar nira (kadar kemanisan batang) menggunakan alat refraktometer (% Briks) pada setiap sampel tanaman pada umur 60, 70, 80 dan 90 HST. Untuk mendapatkan produksi nira yaitu dengan menimbang rata-rata volume sampel (ml), yaitu dengan mengepres batang sorgum kemudian dikalikan dengan jumlah total tanaman yang hidup dalam setiap plot perlakuan. Penelitian Laboratorium a. Analisis jaringan akar yang terkolonisasi V-AM Tujuan analisis jaringan akar ini adalah mengindentifikasi akar sentang, sorgum dan gulma terhadap infeksi V-AM dengan menggunakan teknik pewarnaan jaringan akar. Mekanisme pengambilan sampel akar di lapangan adalah sebagai berikut: 1) Pengambilan sempel akar pohon sentang yang berada di bagian tengah di setiap plot terdiri dari 3 pohon. Akar yang diambil merupakan akar 34

serabut/rambut akar yang bersinggungan antara akar sentang dan juga akar tanaman sorgum dan atau tanaman lain seperti gulma atau rumput. 2) Selain sampel akar sentang, akar sorgum dan sebagian gulma pada setiap plot yang berinteraksi juga diambil sampel untuk dilakukan pengamatan dan pengukuran. 3) Pengamatan dan pengukuran ini dilakukan di Laboratorium Silvikultur SEAMEO BIOTROP. 4) Waktu pengamatan dan pengukuran yaitu pada akhir penelitian, sebelum sorgum dipanen sekitar bulan Januari 2012. b. Produktivitas sorgum Tanaman sorgum merupakan tanaman C4, sehingga perlu intensitas cahaya yang tinggi untuk meningkatkan produktivitasnya. Untuk mengetahui besarnya produktivitas sorgum tersebut diperlukan pengukuran terhadap hasil biji, nira, kadar gula, dan biomassanya. Pengambilan contoh dari rerata 10 tanaman sorgum/plot. Produktivitas hasil biji diperoleh dengan bobot biji 1000 butir yaitu menggunakan timbangan triple beam. Nira diperoleh dengan melakukan pengepresan dari batang sorgum menggunakan alat press sugar cane juice extractor Model: QJH-160. Kadar gula sorgum diukur menggunakan Refractometer, dan untuk mengetahui biomassa sorgum pengukuran dilakukan dengan mengukur berat basah tanaman sorgum dengan timbangan kapasatitas 20 kg. Data Pendukung a. Sifat kimia dan biologi tanah Untuk mengetahui kesuburan tanah diperlukan analisis tanah, dalam penelitian ini sampel tanah diambil di masing-masing plot secara acak sesuai perlakukan dan nantinya dikompositkan. Sampel tanah di analisis di Services Laboratory SEAMEO BIOTROP. b. Gulma Dalam penelitian ini adanya perlakuan terhadap tanaman sentang yaitu plot yang tidak diolah (tidak ditanam sorgum) dengan pemberian kode S0 atau 35

Tanpa Sorgum. Tentu saja dengan tidak dilakukan pengelolaan lahan maka akan muncul gulma di plot tersebut. Hal ini mengakibatkan adannya kompetisi di plot tersebut dan salah satunya berpengaruh terhadap penutupan. Untuk mengetahui pengaruh penutupan maka dilakukan pengukuran biomassa gulma dan mengindentifikasi jenis gulma pada setiap plot. c. Iklim Data iklim diperoleh dari BMG unit Dramaga dan melakukan pencatatan rutin terhadap intensitas hari hujan dalam kurun waktu penelitian. 3.4 Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder yang mendukung penelitian ini dilakukan malalui studi pustaka, baik hasil-hasil penelitian terdahulu maupun tulisan-tulisan lain yang relevan dengan permasalahan yang diteliti. Data-data tersebut diperoleh dari SEAMEO-BIOTROP, BATAN, Kementerian Kehutanan, Kementerian Pertanian, Dinas Kehutanan, Kantor Kecamatan, Kantor Kelurahan dan sumber lainnya. 3.5 Analisis Data Hasil pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) versi 9.1 sehingga diperoleh analisis keragamannya. Apabila hasil analisis keragamannya tersebut berbeda nyata dilakukan uji lanjut dengan uji lanjut Duncan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan nilai rata-rata perlakuan. Jika nilai rata-rata perlakuan lebih besar dari pada nilai Duncan maka kedua perlakuan dinyatakan berbeda. 36