11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Balai Penelitian Tanah, Kementrian Pertanian Republik Indonesia, Bogor. Pengamatan komponen hasil dan hasil dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bahan dan Alat Bahan tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah 15 galur mutan M8 yang merupakan hasil seleksi berdasarkan ukuran biji pada M7 dan 2 varietas pembanding yaitu Argomulyo sebagai sumber tetua dan Tanggamus sebagai pembanding varietas toleran tanah masam. Galur-galur tersebut adalah M100-29A-42-14, M100-33-6-11, M100-46-44-6, M100-47-52-13, M100-96-53-6, M150-29-44-10, M150-7B-41-10, M150-69-47-2, M150-92-46-4, M200-13-47-7, M200-39-69-4, M200-37-71-4, M200-58-59-3, M200-93-49-6, M200-93-49-13. Pupuk yang digunakan adalah 50 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha, dan 100 kg KCl/ha, inokulan Rhizobium SP dengan dosis 250 g/40 kg benih, insektisida karbofuran 3G dengan dosis 2 kg/ha, dan pestisida dengan bahan aktif tiametoksam, dan kloroantranilipol dengan dosis 100 g/l. Metode Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktor tunggal dengan 3 ulangan. Galur harapan kedelai yang terdiri dari 15 galur dan 2 varietas pembanding adalah sebagai perlakuan sehingga terdapat 51 satuan percobaan. Penanaman dilakukan pada petak berukuran 2 m x 2 m dengan jarak tanam 30 cm x 15 cm.
12 Model aditif linier rancangan percobaan yang digunakan menurut Steel Torrie (1993) adalah: Y ij = μ + α i +ß j + ε ij Keterangan : Y ij = Respon galur/varietas ke-i terhadap ulangan ke-j µ = Nilai rataan umum α i ß j ε ij = Pengaruh galur/varietas ke-i = Pengaruh ulangan ke-j = Galat percobaan pada galur/varietas ke-i, ulangan ke-j Pelaksanaan Penelitian dilakukan pada akhir musim kemarau (MK-I) dengan kondisi non optimum (tanpa kapur). Sebelum diolah dilakukan analisis tanah berupa ph, Al 3+, dan KTK. Hasil analisis tanah yang diperoleh adalah ph 5.01, Al 3+ 0.05 cmol c /kg, dan KTK 18.62 (Lampiran 6 ). Pengolahan tanah dilakukan dua minggu sebelum tanam yaitu pembajakan. Luas petak percobaan adalah 2 m x 2 m, diantara petakan dibuat saluran drainase. Jarak antar petak dalam setiap ulangan adalah 0.5 m dan jarak antar ulangan 1 m. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan kedalaman antara 2 3 cm. Kedelai ditanam 2 benih/lubang sebelum tanam benih kedelai dicampur dengan inokulum rhizobium dan pada saat menanam benih kedelai diberi perlakuan insektisida karbofuran secukupnya untuk mencegah serangan lalat bibit. Jarak tanam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 30 cm x 15 cm, terdapat 13 baris dan 7 lajur untuk masing-masing petak percobaan. Seluruh jenis pupuk yang terdiri dari 50 kg Urea/ha, 150 kg SP-36/ha dan 100 kg KCl/ha diberikan pada waktu yang bersamaan yaitu pada satu minggu setelah tanam (MST) dengan cara ditugal pada kedalaman kurang lebih 7 cm dan jarak 7 cm dari lubang tanam. Penyulaman dilakukan pada umur 1 MST.
13 Penyiangan gulma dilakukan secara intensif setiap minggu dengan cara manual (fisik) terutama pada fase vegetatif tanaman. Pengendalian hama dan penyakit tanaman (HPT) dilakukan dengan pemberian insektisida karbofuran saat penanaman dan penyemprotan dilakukan secara intensif disesuaikan dengan populasi hama yang tinggi. Pengamatan A. Pengamatan pada setiap satuan percobaan meliputi: 1. Umur berbunga dihitung saat 50% populasi galur/varietas sudah mulai muncul bunga. 2. Umur panen dihitung saat 95% polong dalam populasi galur/varietas menunjukkan warna kuning kecoklatan, sudah mulai mengering, dan daun berwarna kuning kecoklatan atau telah gugur. 3. Bobot biji per petak (g/4 m²), yaitu hasil bobot total biji kering panen tiap petak percobaan. B. Pengamatan terhadap keragaan karakter agronomi dan hasil dilakukan pada 10 tanaman sampel dimasing-masing satuan percobaan. Pengamatan meliputi: 1. Tinggi tanaman (cm), yaitu dihitung pada saat panen. Tinggi tanaman diukur dari pangkal akar pada permukaan tanah sampai titik tumbuh. 2. Jumlah cabang produktif, yaitu jumlah total cabang pada batang utama yang menghasilkan polong. 3. Jumlah buku produktif, yaitu jumlah total buku yang terdapat pada batang utama dan cabang pada batang utama yang menghasilkan polong. 4. Jumlah polong berisi per tanaman, yaitu jumlah polong bernas tiap tanaman. 5. Jumlah polong total, yaitu jumlah polong berisi dan polong hampa. 6. Persentase polong isi (%), yaitu persen hasil bagi antara jumlah polong berisi dengan jumlah polong total. 7. Jumlah biji per polong, yaitu rata-rata jumlah biji tiap polong per tanaman. 8. Bobot 100 biji (g), yaitu menimbang bobot 100 biji kering per tanaman.
14 9. Bobot biji per tanaman (g), yaitu menimbang bobot biji kering tiap tanaman sampel. Pemanenan dilakukan dengan menggunting batang bagian bawah tanaman, hal ini untuk mengantisipasi kehilangan hasil pada saat panen. Kemudian tanaman dijemur selama 2 3 hari sampai beberapa polongnya pecah untuk selanjutnya dilakukan perontokan polong. Analisis Data Data dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA) yaitu dengan uji F pada taraf nyata 5% (Steel dan Torrie, 1993). Perlakuan yang menunjukkan perbedaan nyata kemudian diuji lanjut dengan uji t-dunnet pada taraf nyata 5%. Data juga dianalisis untuk menduga nilai ragam genetik yaitu dengan pendugaan parameter genetik meliputi komponen ragam (ragam genetik, ragam fenotipik, dan ragam lingkungan) dan nilai duga heritabilitas. a. Ragam lingkungan (σ 2 e) yaitu pengaruh lingkungan yang menyebabkan terjadinya perbedaan karakter yang diamati. σ 2 e = KTE, dimana KTE = KT galat (Kuadrat Tengah galat) b. Ragam fenotipik (σ 2 p), yaitu hasil penjumlahan nilai ragam lingkungan dan nilai ragam genotip. σ 2 p = σ 2 e + σ 2 g c. Ragam genetik (σ 2 g), yaitu pengaruh genetik terhadap penampilan dari karakter yang diamati. σ 2 g = (KT galur KT galat)/r, dimana r = ulangan d. Nilai duga heritabilitas arti luas (h² bs ) yaitu proporsi ragam genetik terhadap besaran total ragam genetik ditambah dengan ragam lingkungan. h² bs = σ 2 g / σ 2 p x 100% e. Koefisien keragaman genetik (KKG) yaitu nisbah antara akar kuadrat tengah ragam genetik dengan rataan umum, dirumuskan: KKG = σ²g/rataan umum x 100%
15 f. Hubungan antar karakter dianalisis dengan menghitung nilai koefisien korelasi Pearson. Masing-masing nilai koefisien korelasi dihitung pada taraf nyata 5% (Gomez dan Gomez, 1995).