BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003, hlm. 2.

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah

hlm Nana Sudjana, Cara Belajar Peserta didikaktif, (Bandung: Sinar Baru Algensind, 1996),

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana dipahami bahwa para remaja berkembang secara integral,

BAB I PENDAHULUAN. dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. fungsi dan tujuan Standar Pendidikan Nasional adalah:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan Gerakan Peningkatan Mutu Pendidikan pada tanggal 2 Mei

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1. belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan

BAB I PENDAHULUAN. Media Group, 2008), hlm. 3.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran wajib di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam surah al-alaq ayat 1-5 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OLEH : NAMA : AWAL MARYANTO NIM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Apalagi di zaman modern sekarang semakin banyak masalah- masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. tugas untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar keagamaan kepada anak

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak dini, ini terlihat dari bab thaharah (bersuci) yang selalu diletakkan di awal

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangakan kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu pendidikan juga mengalami perubahan-perubahan ke arah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia tidak terlepas dari pendidikan tersebut, baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULAN !"#$% &'(! -.(/"#0 7!"18 9 $18 :;<;=

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA PEMBELAJARAN IPA TENTANG STRUKTUR DAN FUNGSI BAGIAN PADA TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. dapat membentuk anak sesuai kebutuhan masyarakat dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I. tujuan pendidikan nasional menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Pengaruh globalisasi dapat mempengaruhi gaya hidup

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. evaluasi. Evaluasi merupakan alat untuk mengetahui atau proses belajar mengajar

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. ranah kognitif yaitu tentang penyampaian teori, bagaimana agar siswa itu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang


BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

Pemanfaatan Media Alat Peraga Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran PKn di Kelas IV SDN 1 Toili

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia yang berjalan seumur hidup. Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Terjemahnya, Diponegoro, Bandung, 2005, hlm. 6.

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. Ciputat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

Abstrak. Kata Kunci: Praktik shalat id, metode demonstrasi. A. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Maha Esa dan berbudi pekerti luhur. Sebagaimana yang diamanatkan Undang-

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk. Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. Faturrahman Dkk, Pengantar Pendidikan, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, 2012, hlm 2

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu unit kerja tidak bisa terlepas dari kegiatan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan pembelajaran akan tercapai apabila guru

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan dan tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan manusia, baik dalam kehidupan keluarga, masyarakat maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju dan mundurnya suatu bangsa diantaranya ditentukan oleh maju mundurnya pendidikan di negara tersebut. Untuk memajukan kehidupannya, manusia diperintahkan untuk terus belajar sepanjang hidupnya dalam rangka memenuhi tujuan sebagai pengabdi (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan pendidikan sebagai bagian yang integral yang melibatkan seluruh aspek kehidupan manusia. Ia harus berjalan harmonis dan seimbang serta menjadi tanggung jawab secara keseluruhan dalam melahirkan kehidupan yang sehat, bersih dan benar. Inilah yang dimaksud Allah dalam firmannya dalam Q.S. al- Baqarah ayat 21-22 1

2 Tujuan pendidikan yang besar dan universal ini bukan berlangsung temporal, tetapi berkesinambungan. Keberlangsungan pendidikan ini tentu sangat bergantung pada manusia sebagai pelaksana, yakni upaya sungguh-sungguh untuk menciptakan masyarakat yang seluruh aktivitas ritual, sosial, intelektual dan fisikalnya tunduk pada aturan Sang Maha Pencipta, Allah Swt.. Agar tercipta masyarakat seperti tersebut di atas, madrasah tentunya tak terkecuali ikut bertanggung jawab agar dapat menghasilkan out put pendidikan ideal yang berguna bagi masyarakatnya, serta senang dan gemar mengamalkan dan mengembangkan ajaran Islam dalam berhubungan dengan Allah Swt. Out put pendidikan yang ideal adalah siswa yang memiliki otak yang cerdas, memiliki kecakapan hidup yang dibutuhkan secara kontekstual (baik kecakapan kepribadian, kecakapan sosial, maupun kecakapan emosional), serta memiliki budi pekerti yang luhur sebagaimana diajarkan oleh agama 1. Tetapi kenyataannya, gambaran ideal seperti itu sampai sekarang tampaknya belum terpenuhi secara maksimal. Dimana permasalahannya?. Profil lulusan yang memiliki kecakapan hidup (life skill) juga belum maksimal. Siswa yang hidup di tengah masyarakat masih banyak yang belum siap pakai, karena materi pelajaran yang digeluti di madrasah atau sekolah, banyak 1 M. Amin Thalib, et al. (editor), Model Pembelajaran Madrasah Tsanawiyah, Bunga Rampai Karya Tulis Ilmiah, (Jakarta: Balai Litbang Agama, 2007), h. 325

3 yang tidak berhubungan dengan keterampilan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat di sekitarnya. Idealnya lulusan madrasah adalah orang yang lancar dan menguasai membaca Alquran. Tetapi pada kenyataannya, banyak lulusan madrasah yang masih belum lancar membaca Alquran. Lulusan madrasah yang seharusnya taat dalam melaksanakan shalat lima waktu, pada kenyataannya tidak sedikit siswa yang belum terbiasa untuk melaksanakan shalat lima waktu dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan harapan berupa dimilikinya akhlakul karimah oleh para lulusan sekolah atau madrasah, juga belum sepenuhnya terwujud. Kalau potretnya sudah seperti hal tersebut (kecerdasan belum maksimal, kecakapan hidup minim, dan rendahnya kualitas akhlak), maka sudah seharusnyalah seorang guru memandang ke dalam guna melakukan refleksi dan mencari apa yang menyebabkan itu semua dengan memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaaan pendidikan di sekolah atau madrasah. Salah satu diantaranya adalah metode pembelajaran yang dilakukan. Dan memang diakui atau tidak metode pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah ataupun madrasah masih banyak mempunyai kelemahan ataupun kekurangan. Berikut penulis gambarkan diantaranya sebagai berikut. Pertama, metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru banyak yang tidak kreatif. Masih banyak guru yang menggunakan ceramah saja dalam melaksanakan pembelajaran, akibatnya siswa tidak tertarik dan kurang tertantang untuk mengeksplorasi secara maksimal potensi kecerdasan yang dimilikinya. Siswa banyak diperlakukan sebagai kaset kosong yang tugasnya

4 adalah merekam dan mengulang kembali apa yang disampaikan oleh guru melalui ceramah-ceramahnya. Semakin persis siswa menyajikan rekaman yang diberikan guru akan dinilai sebagai siswa yang cerdas atau pintar. Sebaliknya siswa yang sedikit atau tidak mampu menyajikan rekaman secara persis seperti yang diceramahkan guru, maka akan dinilai sebagai siswa yang kurang cerdas. Kedua, metode pembelajaran yang diterapkan di sekolah atau madrasah masih belum mengintegrasikan pelajaran dengan kecakapan hidup kontekstual. Hal ini tampaknya berkaitan dengan konstruksi ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada siswa. Ilmu-ilmu yang dipelajari siswa sepertinya banyak untuk kepentingan akademis dibandingkan untuk kepentingan hidup. Apalagi dengan adanya tuntutan nilai UASBN ataupun UN, terasa sekali pada menjelang tahun terakhir siswa di sebuah sekolah, banyak dikonsentrasikan untuk mengejar nilai UASBN atau UN dan hampir mengabaikan aspek-aspek lain, terutama aspek psikologis siswa. Dari berbagai permasalahan tersebut perlu dilakukan sebuah metode pembelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai agama dan keterkaitan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaan lainnya. Salah satu metode yang bisa diterapkan adalah metode demonstari dengan harapan pembelajaran tidak hanya berkutat pada dimensi ilmu pengetahuan(kognitif), tetapi juga menekankan pada dimensi afektif dan psikomotorik nya. Materi pembelajaran wudhu sangat baik dilakukan apabila siswa langsung dapat mempraktikkan wudhu dengan baik dan benar, bagaimana tata cara wudhu telah disebutkan dalam Al-Qur an surah Al-Maidah ayat 6 sebagai berikut:

5 Dengan mempertimbangkan berbagai kenyataan di atas, sebagai guru, sudah seharusnya berfikir keras untuk merumuskan bagaimana sebaiknya metode pembelajaran yang ideal, pembelajaran yang mendorong kecerdasan siswa secara optimal, mendorong siswa untuk memiliki kecakapan hidup yang diperlukan secara kontekstual, dan pembelajaran yang mendorong siswa untuk berkahlakul karimah. Untuk itu, guru harus mengubah kebiasaan mengajar dengan cara-cara yang sudah tidak relevan kearah cara-cara pembelajaran yang dinilai efektif dalam mewujudkan out put pendidikan yang ideal. Sebab, pembelajaran konvensional sudah banyak terbukti kurang efektif dalam mewujudkan siswa yang ideal. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat akan dapat menciptakan pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif belajar dan menghindari kejenuhan dan kebosanan dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan efektif dan efesien. Untuk itu seorang guru harus mempunyai rencana mengajar dengan baik, serta ketepatan dalam memilih dan menentukan metode apa yang lebih tepat dan cocok digunakan sesuai situasi pembelajaran. Misalnya untuk mata pelajaran Fiqih dengan materi Wudhu digunakan metode demonstrasi agar siswa dapat mempraktikkan langsung tata cara berwudhu dengan baik dan benar.

6 Berdasarkan penjajakan penulis di Madrasah Ibtidaiyah Darul Aman, pada tahun sebelumnya hasil belajar mata pelajaran Fiqih khususnya pada materi wudhu belum memuaaskan. Sekitar 30% siswa tidak dapat melakukan praktik wudhu dengan baik dan benar. Hal ini kemungkinan ada faktor yang mempengaruhi, seperti Minat siswa yang kurang, atau metode mengajar guru yang belum tepat, atau juga sarana dan prasarana yang tidak mendukung. Oleh karena itu, berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan berjudul UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN FIQIH DALAM MATERI WUDHU DENGAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS II MADRASAH IBTIDAIYAH DARUL AMAN KECAMATAN SUNGAI TABUK KABUPATEN BANJAR. B. Identifikasi Masalah Untuk menghindari penafsiran yang keliru terhadap judul diatas penulis merasa perlu memberikan penjelasan sebagai berikut: 1. Upaya Meningkatkan Upaya meningkatkan maksudnya adalah sebagai suatu usaha untuk memperbaiki hasil yang telah dicapai dalam proses pembelajaran yang telah dipelajari siswa 2. 2. Pembelajaran Pembelajaran berarti proses, cara, menjadikan orang atau makhluk 2 Oemar Hamalik, Ibid, h. 72

7 hidup belajar. 3 Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungannya, baik dari asfek pengetahuannya, keterampilannya, maupun aspek sikapnya 4 Proses pembelajaran yang dimaksud di sini adalah kegiatan tatap muka antara guru dan siswa secara langsung di dalam kelas yang dimulai dari kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi agar terjadi proses belajar pada diri siswa. 2. Fiqih. Fiqih adalah salah satu bagian mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang diarahkan untuk menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang kemudian menjadi dasar pandangan hidupnya (way of life) melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengamalan 5. 3. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah cara belajar dengan cara memperagakan atau mempertunjukkan sesuatu di hadapan siswa, yang dilakukan di dalam maupun di luar kelas. 6 3 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi 2, (Jakarta: Balai Pustaka,1997), Cet. ke-9, h. 15 2 4 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 5 5 Depag RI,, Kurikulum dan Hasil Hasil Belajar FIQIH MI, (Jakarta: Dirjen Binbaga Islam, 2003), h. 6 Aminuddin Rasyad, Metode Pembelajaran Pendidikan Agama, (Jakarta : Bumi Aksara,2002), hlm.8

8 Jadi yang ingin penulis teliti adalah cara-cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran Fiqih dalam kegiatan tatap muka secara langsung yang dimulai dari kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efesien dengan memperagakan atau mempraktekkan secara langsung baik oleh guru maupun siswa atau dengan kata lainya menggunakan metode demonstrasi. C. Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah di atas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitia tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan metode demonstrasi dapat meningkatkan pembelajaran Fiqih dalam materi wudhu pada siswa kelas II MI Darul Aman Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar? 2. Apakah dengan menerapkan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih dalam materi wudhu pada siswa kelas II MI Darul Aman Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar? D. Rencana Pemecahan Masalah Permasalahan rendahnya kemampuan dan hasil belajar pada pada siswa kelas II MI Darul Aman Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar perlu segera di atasi dan diperbaiki, guru perlu merefleksi hasil kerjanya selama ini. Kondisi ini harus disikapi dengan baik, tepat dan bijaksana oleh guru, untuk itu perlu dilakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu menerapkan metode

9 demonstrasi. Dengan metode ini pembelajaran Fiqih dalam materi wudhu dapat di harapkan dapat meningkat. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 2 siklus dengan dua kali pertemuan pada tiap siklusnya. Selama proses pembelajaran dilaksanakan, pengamatan dilakukan oleh teman sejawat baik terhadap aktivitas guru maupun kegiatan siswa dalam belajar. Pada akhir kegiatan dilakukan tes untuk melihat sejauh mana perubahan kemampuan dan hasil belajar siswa. E. Hipotesis Tindakan Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut, maka hipotesis tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini: 1. Diperoleh cara menerapkan pembelajaran Fiqih dalam materi wudhu dengan menggunakan metode demonstrasi yang sesuai untuk siswa Madrasah Ibtidaiyah Darul Aman Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. 2. Kualitas pembelajaran mata pelajaran Fiqih dalam materi wudhu akan meningkat. F. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah: 1. Untuk memgetahui pelaksanaan metode demonstrasi dalam pembelajaran Fiqih dalam materi wudhu dengan baik dan benar. 2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Fiqih dalam materi wudhu siswa kelas II Madrasah Ibtidaiyah Darul Aman Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar melalui demonstrasi.

10 G. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat bagi : 1. Guru Menumbuhkan kreatifitas dalam usaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa melalui penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. 2. Siswa Membantu siswa agar dapat atau mampu mengikuti pembelajaran Fiqih dalam materi wudhu dengan baik dan benar. 3. Sekolah Dengan meningkatnya hasil belajar siswa, akan memperbaiki mutu kenaikan kelas. Dengan demikian akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas sekolah.