BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keaktifan siswa saat pembelajaran berlangsung. memahami materi pelajaran matematika hal ini dilihat dari hasil pengamatan

BAB I PENDAHULUAN. 1995, hlm Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruz Media, Yogyakarta, 2014, hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. Mengajarkan matematika bukanlah sekedar guru menyiapkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. 2006), hlm Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sektor penentu keberhasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik Dalam Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam proses pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. keahlian dimana program keahlian yang dilaksanakan di SMK disesuaikan dengan

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik yang akan mendatang. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

(PTK Pembelajaran Matematika Pada Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Kelas VII Semester Gasal di SMP Negeri 2 Gemolong )

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar,

BAB I PENDAHULUAN. terwujud jika pendidikan mampu melahirkan peserta didik yang cakap dan

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bernilai universal, artinya meliputi seluruh dimensi ruang dan

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Oleh: SRI HARYANI A

BAB I PENDAHULUAN. menarik bagi guru dan siswa. Banyak permasalahan-permasalahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Belajar matematika merupakan salah satu sarana berpikir ilmiah dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Sains. Materi pelajaran Sains harus dikuasi dengan baik oleh siswa. Dasar Sains yang baik akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 2008), hlm Winata Putra Udin S., dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Jakarta: Universitas. Terbuka, 2001), hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penigkatan kualitas sumber daya manusia. Sebab tanpa pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 4. 2

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan kemamp uan intelektual. Potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan bermaksud membantu

SKRIPSI. Disusun Oleh: : JUNI WIHAYANI NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2009), Cet. 23. Hlm Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. siswa, dan metode belajar mengajar. kegiatan belajar mengajar. Subyek didik selalu berada dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. hlm Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan pendidikan Integratif di Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Qori Magfiroh, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB I PENDAHULAN !"#$% &'(! -.(/"#0 7!"18 9 $18 :;<;=

I. PENDAHULUAN. Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalam proses. pendidikan di sekolah. Proses belajar menentukan berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. dari peran sekolah, baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. fungsi dan tujuan Standar Pendidikan Nasional adalah:

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. pada rumpun ilmu dimana obyeknya merupakan benda-benda alam dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan kita karena dengan Matematika kita bisa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Oleh : ANITA PRANOWO PUTRI A

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 1. sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

PENGARUH METODE KOOPERATIF TIPE CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) DAN TTW (THINK-TALK-WRITE) DALAM PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu Negara dikelilingi bangsa yang mempunyai kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Adinawan, C. & Sugijono Seribu Pena Matematika untuk SMP/MTs Kelas VIII. Jakarta: Erlangga.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGGUNAAN MODEL LEARNING START WITH A QUESTION DAN SELF REGULATED LEARNING PADA PEMBELAJARAN KIMIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pustaka Belajar, 2009), hlm Rosdakarya, 2011), hlm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggali berbagai potensi dan kebenaran secara ilmiah.

PENERAPAN MODEL CREATIVE PROBLEM SOLVING BERBASIS PORTOFOLIO DITINJAU DARI AKTIVITAS SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Usaha tersebut

BAB I PENDAHULUAN. 1 Douglas C. Giancoli. FISIKA EDISI KE-5 JILID I. (Jakarta : Erlangga), Hlm, 2

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE DALAM UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA MATERI HIMPUNAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi pada saat ini seseorang. jawab dalam tantangan zaman. Oleh karena itu, hal ini merupakan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran sains yang kurang diminati dan membosankan. Banyak siswa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Resti Lestari Dewi, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. sebagai suatu susunan, pendekatan, atau kaidah-kaidah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari guru, guru merupakan sebagai pendidik atau pelaksana dalam dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. 2 Matematika adalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

BAB I PENDAHULUAN. Proses pengembangan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah berupaya

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan interaksi antara peserta didik dengan guru, dimana peserta didik bertindak sebagai subyek pokok dalam pembelajaran. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan peserta didik merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. 1 Karena interaksi dalam proses belajar mengajar memiliki makna yang luas, tidak hanya sekedar hubungan antara guru dan peserta didik, tetapi berupa interaksi edukatif yang mempunyai tujuan tertentu. Interaksi dalam proses belajar mengajar dikatakan efektif apabila terjadi transfer belajar yaitu materi pelajaran yang disajikan guru dapat diserap ke dalam struktur kognitif peserta didik. Artinya peserta didik memahami materi tidak hanya terbatas pada tahap ingatan saja, tetapi bahan pelajaran yang disajikan dapat diserap secara bermakna (meaning learning), serta dapat dikonstruksikan kembali menjadi pengetahuan baru dalam pikirannya. Agar terjadi pembelajaran yang efektif maka guru harus meningkatkan peran aktif pesera didik serta mutu (kualitas) peserta didik. Berlakunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sekarang ini, memberikan otonomi luas pada satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam mengefektifkan proses belajar mengajar di sekolah. 2 Otonomi tersebut diberikan kepada masing-masing satuan pendidikan untuk mengembangkan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki satuan pendidikan tersebut. Hal ini memudahkan para guru untuk menggunakan strategi ataupun model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi yang diajarkan. Agar materi dapat dipahami peserta didik secara bermakna. 1 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 9, hlm. 4. 2 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet 3, hlm. 21. 1

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan ditingkat dasar dan menengah. Hal ini dikarenakan matematika mempunyai peran yang central dalam bidang ilmu sehingga matematika dijuluki sebagai raja dan pelayan ilmu. 3 Disebut sebagai raja karena perkembangan ilmu matematika tidak berdasarkan ilmu-ilmu lain. Sedangakan kedudukannya sebagai pelayan bagi ilmu lain dikarenakan matematika merupakan ilmu dasar (basic science) yang mendasari ilmu-ilmu lain. Mengingat pentingnya peranan matematika di dalam disiplin ilmu maka peserta didik tingkat dasar dan menengah diharapkan dapat menguasai matematika sehingga dapat diaplikasikan dalam ilmu-ilmu lain. Karakteristik matematika yang abstrak minumbulkan mitos negatif yang berkembang di masyarakat bahwa matematika merupakan mata pelajaran pelajaran yang sulit. Sehingga hal itu mempengaruhi potensi peserta didik dalam memahami matematika. Hambatan lain juga berasal dari dalam individu guru maupun peserta didik sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap efektif tidaknya proses belajar mengajar di sekolah. Selain itu masalah yang tidak kalah penting yang terjadi dalam pembelajaran matematika di sekolah adalah kurangnya interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan guru ataupun dengan sesama peserta didik. Umumnya proses belajar mengajar di sekolah sekarang ini masih didominasi oleh peran guru, sehingga peserta didik terlihat pasif. Memang kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar matematika yang berlangsung sebenarnya telah melibatkan peserta didik, misalnya saat guru menerangkan peserta didik mendengarkan kemudian mencatat pelajaran yang diberikan akan tetapi peserta didik jarang terlibat dalam hal mengajukan pertanyaan, mengutarakan pendapat, ataupun dalam berdiskusi untuk memecahkan masalah. Hal inilah yang menjadi pemandangan pembelajaran matematika di M.Ts. Nurussalam Tersono. Berdasarkan data nilai yang diperoleh peneliti, nilai mata pelajaran matematika di M.Ts. Nurussalam Tersono khususnya kelas VII masih rendah. 3 Abdul Azis dan Abdusyyakir, Analisis Matematis Terhadap Filsafat Al-Qur an, (Malang: UIN Malang Press, 2006), hlm. 148. 2

Salah satunya pada materi pokok garis dan sudut. Padahal materi pokok garis dan sudut merupakan materi yang penting bagi peserta didik, karena materi ini banyak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan disiplin ilmu lain seperti dalam fisika. Pada praktiknya banyak sekali peserta didik mengaku kesulitan dengan materi itu, terutama dalam membedakan jenis-jenis sudut yang terjadi jika dua garis dipotong oleh garis ketiga. Mereka masih belum bisa membedakan jenisjenis sudut yang terjadi. Hal ini dikarenakan minimnya pemahaman konsep peserta didik terhadap materi garis dan sudut. Selain itu kurangnya interaksi dalam proses pembelajaran matematika di M.Ts. ini juga menjadi masalah yang penting. Sehingga diperlukan suatu model pembelajaran yang dapat mengatasi masalah tersebut, agar tujuan pembelajaran matematika tercapai secara maksimal. Kegiatan pembelajaran bukanlah hanya memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik tetapi juga menciptakan situasi yang dapat membawa peserta didik belajar aktif untuk mencapai perubahan tingkah laku. Model pembelajaran interaktif merupakan salah satu model pembelajaran konstruktivisme dimana peserta didik dituntut untuk memahami konsep dengan cara mengkonstruksi dari benak mereka sendiri. Sehingga dengan model interaktif ini peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang ada dirinya untuk memahami suatu konsep yang dipelajari. Selain itu dengan memberi pertanyaan pengarah (promting question) dalam pembelajaran matematika, khususnya materi pokok garis dan sudut guru dapat memberi arahan kepada peserta didik apa yang harus difahami dan diperoleh peserta didik dalam pembelajaran yang dilakukan. Dengan dihadapkan pada pertanyaan yang terarah peserta didik akan menjadi tertantang untuk merespon. Respon yang diberikan peserta didik dapat diperoleh dengan cara mengkonstruksi atau mengasimilasi konsep-konsep yang ditemuinya. Sehingga dengan adanya pertanyaan pengarah yang diberikan oleh guru dalam matri pokok garis dan sudut akan terjadi interaksi baik antara guru dengan peserta didik ataupun dengan sesama peserta didik. Selain itu pemberian pertanyaan pengarah juga dapat mengembangkan proses berfikir dan keterampilan proses, penggunaan 3

memori, penemuan sendiri, dan belajar bermakna sehingga dapat berakibat pada baiknya pemahaman konsep dan retensi peserta didik. Dari paparan diatas peneliti ingin mengetahui keefektifan penerapan model pembelajaran interaktif dengan pertanyaan pengarah (prompting question) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik M.Ts. Nurussalam Tersono pada materi pokok garis dan sudut. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ada beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Peserta didik masih merasa kesulitan dalam memahami materi garis dan sudut. 2. Masih kurangnya interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran matematika. 3. Belum adanya variasi dalam proses pembelajaran matematika. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini peneliti akan membatasi permasalahan pada. 1. Mengetahui keefektivan model pembelajaran interaktif dengan pertanyaan pengarah (prompting question) untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik M.Ts. Nurussalam Tersono. 2. Materi pokok yang dipelajari dalam penelitian adalah garis dan sudut yang dispesifikan pada kompetensi dasar: Memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. 3. Hasil belajar yang dievaluasi hanya pada aspek kognitif. 4

D. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahanman dalam memahami judul di atas dan demi menghindari dai bermacam-macam penfsiran, maka penulis memberikan penjelasan tentang pengertian beberapa kata yang tercantum dalam judul sehingga diketahui arti dan makna dalam pembelajaran yang diadakan. 1. Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya). 4 Selain itu efektivitas juga diartikan adanya kesesuaian antara yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang akan dicapai. 5 2. Model Pembelajaran Interaktif Pembelajaran interaktif didasarkan pada dua premis mayor yaitu: a. Pemahaman berkembang sebagai suatu proses informasi dan mengkonstruksi ide-ide secara mental. b. Pemecahan masalah sangat penting untuk menstimulasi pikiran. 6 Model pembelajaran interaktif merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dimana siswa menemukan konsep dengan cara mengkonstruksi dari benak mereka sendiri. Pada model ini guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa dalam menemukan konsep yang dimaksud. Model pembelajaran interaktif sering dikenal dengan nama pendekatan pertanyaan anak. 3. Pertanyaan Pengarah (Prompting Question) Pertanyaan pengarah merupakan pertanyaan yang diberikan oleh guru dengan tujuan mengarahkan siswa pada penemuan konsep. Moh. Uzer Usman 4 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet. 3, hlm. 284. 5 E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 11, hlm. 82. 6 Moh.Asikin, DASPROS Pembelajaran Matematika I, (Semarang: FMIPA Unnes, 2004), hlm. 27. 5

mengemukakan bahwa prompting question diajukan pada siswa apabila guru menghendaki siswanya untuk memperhatikan dengan seksama bagian tertentu atau inti pelajaran yang dianggap penting. 7 4. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah peserta didik menerima pengalaman belajar. Hasil belajar matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan peserta didik. 8 5. Garis dan Sudut Garis dan sudut merupakan salah satu materi pokok dalam mata pelajaran matematika yang diajarkan pada kelas VII semester II. Pada penelitian ini akan dikhususkan pada kompetensi dasar (KD) memahami sifat-sifat sudut yang terbentuk jika dua garis berpotongan atau dua garis sejajar berpotongan dengan garis lain. Jadi penelitian yang berjudul Efektivitas Model Pembelajaran Interaktif dengan Pertanyaan Pengarah (Prompting Question) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VII M.Ts. Nurussalam Tersono dalam Materi Pokok Garis dan Sudut berarti dalam penelitian ini akan diterapkan model pembelajaran interaktif dengan pertanyaan pengarah (prompting question) agar dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas VII M.Ts. Nurussalam Tersono pada materi pokok garis dan sudut. E. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan diatas maka peneliti ingin mengetahui Apakah Model Pembelajaran Interaktif dengan Pertanyaan Pengarah (Prompting Question) lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik M.Ts. Nurusslam Tersono pada materi pokok garis dan sudut? 7 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, hlm. 75. 8 Hamzah B. Uno, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, (Jakarta: Bumi Akasara, 2008), hlm. 139. 6

F. Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta didik Membantu peserta didik dalam mengembangkan pikiran serta mengkonstruksi konsep-konsep yang akan dipelajari melalui pertanyaan pengarah dalam pembelajaran interaktif. 2. Bagi guru Memberi informasi tentang salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. 3. Bagi sekolah Memperkaya wawasan tentang berbagai model pembelajaran yang bisa diterapkan dalam proses pembelajaran. 4. Bagi peneliti Menambah pengalaman tentang berbagai masalah yang dapat timbul dalam proses pembelajaran dan cara menyelesaikan sebagai bekal menuju lapangan pekerjaan. 7