BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk menciptakan manusia yang cerdas, trampil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang mampu bersaing di dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan. semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah, cepat, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar siswa tersebut perlu diciptakan suasana proses belajar yang dapat. membangun semangat belajar siswa tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkannya tradisi belajar yang dilandasi oleh semangat dan nilai. keragaman pendapat dan keterbukaan.

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan melimpah,

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN MOTIVASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI ASSESSMENT FOR LEARNING (AFL) DENGAN PENDEKATAN UMPAN BALIK

I. PENDAHULUAN. dilakukan suatu upaya perbaikan sistem pembelajaran inovatif yang dapat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. proses interaksi antara guru dan siswa atau pembelajar beserta unsur-unsur yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan terutama pendidikan IPA di Indonesia dan negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. kelas IPS 3 untuk Mata Pelajaran Ekonomi diampu oleh Dra, Yuliati Eko Atmojo,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting. Namun, sampai sekarang Matematika masih saja

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memiliki peran yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara yang ditempuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

Pendidikan Nasional dalam pasal 3, bahwa:

Penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia teknologi, termasuk teknologi informasi pada era globalisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya melalui proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) memasukkan keterampilan-keterampilan berpikir yang harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VII SMP Negeri 2 Gemolong) SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULIAN. Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya, pembangunan di. bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh peran guru dan siswa sebagai induvidu- individu yang terlibat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu cara yang digunakan meningkatkan kualitas pendidikan. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum di Sekolah Dasar (SD) yang digunakan saat ini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Dalam menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan

BAB 1 PENDAHULUAN Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, cara pemecahan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi memiliki peranan penting dalam memberikan pemahaman mengenai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra secara sungguh-sungguh. Salah satu karya sastra adalah puisi.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar adalah proses peningkatan pengetahuan siswa dari tidak tahu

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dihadapkan terhadap hal baik ekonomi, sosial, budaya maupun politik.

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar pada lembaga pendidikan formal merupakan kegiatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu upaya untuk menciptakan manusia- manusia

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). relevan sehingga berpengaruh dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Seorang guru dituntut untuk memiliki dan menguasai keterampilan dasar

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada

BAB I PENDAHULUAN. siswa dan interaksi antara keduanya, serta didukung oleh berbagai unsurunsur

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang. Menurut UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa menyelesaikan soal cerita matematika meningkat. Dalam. dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia guna

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I. pola pikir siswa tidak dapat maju dan berkembang. pelajaran, sarana prasarana yang menunjang, situasi dan kondisi belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA berdasarkan National Education Standart (Asri

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA KELAS VII A DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC DI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

I. PENDAHULUAN. Globalisasi seperti saat ini menimbulkan persaingan di berbagai bidang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya manusia itu tergantung pada kualitas pendidikannya. Bidang pendidikan merupakan salah satu bidang yang memegang peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-orang yang diserahi tanggung jawab untuk memengaruhi peserta didik sehingga mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. Tujuantujuan pendidikan adalah rumusan eksplisit tentang tata cara untuk mengubah siswa melalui proses pendidikan (Muharam. E.dan Warti,1992:24). Dalam arti lain pendidikan merupakan pendewasaan peserta didik agar dapat mengembangkan bakat, potensi, dan ketrampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan. Oleh karena itu sudah seharusnya pendidikan didesain guna memberi pemahaman dan pengetahuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Seorang tokoh pendidikan Ki Hajar Dewantara dalam Hasbullah (2012:4) berpendapat bahwa: pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anakanak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya. Pendidikan yang mampu mendukung pembangunan di masa mendatang adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga yang bersangkutan mampu memiliki dan memecahkan problema pendidikan yang 1

2 dihadapinya. Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pengaruh prestasi belajar siswa. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran juga tergantung pada cara penyajian materi pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan oleh guru. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai model pembelajaran agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang beraneka ragam. Dampak kurang optimalnya potensi yang mampu dikembangkan pada diri siswa akan berdampak sebagai salah satu masalah pengajaran di sekolahsekolah adalah banyaknya siswa yang memperoleh hasil belajar yang rendah. Masalah proses belajar mengajar pada umumnya terjadi di kelas, kelas dalam hal ini berarti segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya di dalam suatu ruangan dalam melaksanakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pembelajaran di kelas mencakup interaksi guru dan siswa, teknik dan strategi belajar mengajar, dan implementasi kurikulum serta evaluasinya (Kasbolah Kasihani, 2001: 1) Sebagai subyek belajar, siswa diharapkan mampu berperan aktif menggali informasi sebanyak-banyaknya dalam proses pembelajaran. Peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai fasilitator yang mampu menciptakan suasana belajar agar siswanya memperoleh hasil yang optimal. Bila kita meninjau aktifitas kelas, maka guru adalah ujung tombak proses belajar mengajar. Seorang guru diharapkan memliki kompetensi yang cukup sebagai pengelola pembelajaran, dan mampu menciptakan suasana dan lingkungan efektif. Selain itu diharapkan terjadi suasana belajar yang dapat meningkatkan aktifitas, kreatifitas dan keaktifan siswa sebagai subjek belajar. SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo merupakan salah satu sekolah yang memiliki kualitas hasil belajar yang bervariasi. Hasil belajar yang bervariasi ini menunjukan bahwa peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar sangat beraneka ragam. Salah satu materi yang diajarkan adalah berkarya seni tiga dimensi. Dalam materi tersebut guru membimbing siswa dalam menciptakan karya seni tiga dimensi yang menggunakan media kertas dalam berkarya.

3 Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti pada hari Selasa, 5 Januari 2016 di SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo khususnya kelas XI IPA1, dapat diketahui bahwa kualitas pembelajaran dengan materi berkarya seni tiga dimensi kurang digemari sebagian besar siswa, hal ini dikarenakan rendahnya kualitas pembelajaran berkarya seni tiga dimensi. Rendahnya kualitas pembelajaran dapat dilihat dari proses pembelajaran dan nilai yang belum memenuhi standar KKM yaitu 75. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran, minat dan motivasi siswa dalam menerima pelajaran masih rendah, sedangkan pelaksanaan pembelajaran yang digunakan guru yaitu dengan menggunakan metode ceramah, mencontoh dan penugasan. Guru menyampaikan materi menggunakan metode ceramah, tetapi dalam proses pembelajarannya guru kurang memperhatikan seberapa sebesar keterlibatan siswa dalam menerima materi. Guru menganggap siswa yang tidak bertanya berarti sudah paham, padahal siswa tidak bertanya karena siswa bingung, tidak minat mendengarkan dan bertanya, bahkan ada yang takut untuk bertanya. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar dan siswa kurang diberi keleluasaan untuk berpendapat, seperti diskusi maupun presentasi. Komunikasi yang terjadi hanya satu arah yaitu dari guru ke siswa, akibatnya siswa menjadi pasif. Didalam kelas awalnya peneliti melihat siswa duduk tegak sebagai tanda semangat dalam menerima pelajaran, tetapi setelah beberapa menit pelajaran berlangsung siswa terlihat tertunduk lemas tidak memperhatikan, ada juga yangsibuk berbicara dengan teman, jenuh, bosan, sehingga membuat suasana kelas menjadi tidak kondusif. Metode mencontoh dilakukan oleh guru dengan menunjukkan bagaimana cara pembuatan karya tiga dimensi menggunakan media kertas, kemudian langsung memberikan tugas. Selain itu Selama ini guru sudah menggunakan beberapa media jenis kertas seperti kertas koran, kertas bufalo, kertas marmer, namun hasilnya belum optimal. Karena guru hanya memberikan bimbingan kepada siswa yang bertanya, apabila siswa tidak bertanya guru menganggap bahwa siswa sudah bisa. Pada metode ini guru juga belum memotivasi siswa

4 untuk berfikir kreatif dan mengembangkan contoh yang ditunjukkan guru, sehingga siswa belum mampu untuk mengemukakan ide-ide kreatif yang berakibat siswa tidak mampu mengembangkan contoh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Jazuli (2008: 11) sadar atau tidak, para guru cenderung mengarahkan siswa pada pengayaan pengetahuan teoritis dan piawai meniru karya seni yang ada dari pada berkreasi maupun mengembangkan potensi dan imajinasinya. Apabila dilihat dari sisi hasil, nilai yang diperoleh siswa tidak merata. Kemampuan siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo dalam membuat karya seni tiga dimensi kualitas hasilnya masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari minimnya pengetahuan siswa tentang materi seni rupa tiga dimensi, dan metode yang dilakukan oleh guru dalam mengajar kurang inovatif. Sehingga siswa kurang bisa merancang karya seni tiga dimensi dengan paper quilling. Minimnya minat dan motivasi siswa dalam berkarya berakibat pada kurang bertanggung jawabnya siswa dalam mengerjakan dan mengumpulkan tugas. Selain itu seringkali juga dalam proses praktik berkarya seni tiga dimensi para siswa tidak membawa alat-alat yang digunakan. Sehingga nilai yang diperoleh belum memenuhi standar KKM yaitu 75. Siswa yang benar-benar berminat dan memenuhi standar KKM hanya 8 siswa (26,67%) dari 30 siswa, dan 22 siswa (73,33%) kurang berminat dan belum memenuhi standar KKM. Angka tersebut dapat dikatakan masih rendah. Padahal sebuah pendidikan selain bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan intelektual, juga bertujuan untuk meningkatkan sikap (atitude) yang baik dan tinggi sebagai manusia yang seutuhnya yang tanggap terhadap dunia disekitarnya (Data nilai selengkapnya lihat lampiran 5). Berdasarkan realita tersebut penulis melakukan wawancara kepada Bapak Murjito selaku guru pengampu mata pelajaran seni budaya di SMA Muhammdiyah 1 Ponorogo. Dalam wawancara tersebut penulis menanyakan perihal nilai siswa yang tergolong rendah, lalu bagaimana menyikapi hal tersebut. Pada wawancara tersebut guru mengatakan bahwa untuk menyikapi hal tersebut guru memberikan kebijakan untuk memberikan bantuan berupa nilai tambahan

5 untuk siswa yang mendapat nilai rendah yang diambil dari berbaikan nilai melalui mengerjakan kembali tugas yang di berikan, sehingga dapat menutup kekurangan nilai meskipun hal tersebut tidak dianjurkan. Pendidikan dapat mengalami perubahan kearah yang lebih baik sehingga diperlukan adanya pembaharuan-pembaharuan. Dari permasalahan yang dihadapi tersebut, maka perlu perbaikan dan pembenahan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran seni budaya materi karya tiga dimensi dengan paper quilling yang mampu meningkatkan output atau hasil belajar. Jika hal tersebut tidak segera diatasi akan mengakibatkan beberapa permasalahan terhadap siswa, yakni menurunnya kreativitas siswa dalam berkarya seni, keaktifan siswa berkurang, dan siswa menjadi pasif, yang berdampak pada hasil karya siswa kurang dapat berekspresi dalam berkarya seni tiga dimensi sehingga karya siswa terlihat monoton dan mengakibatkan nilai siswa menurun. Model pembelajaran yang dikembangkan harus mampu meningkatkan kreativitas belajar siswa dengan lebih efektif, menyenangkan dan menarik bagi siswa agar siswa merasa pengajaran yang dilakukan berpihak untuk membantu siswa dalam membuat dan mengembangkan berkarya seni tiga dimensi dengan paper quilling. Selain itu juga membantu siswa agar lebih mudah dalam mengekspresikan perasaan atau gagasannya untuk membuat karya seni tiga dimensi dengan paper quilling. Model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tersebut adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan penuh dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat lebih banyak berinteraksi dengan siswa lain ataupun guru guna melatih siswa dalam bersosialisasi dan menerapkan pengetahuannya kelak dimasyarakat serta membebaskan siswa dalam berekspresi agar dapat leluasa mengekspresikan perasaan ataupun keinginan pada berkarya seni tiga dimensi dengan paper quilling sehingga siswa tidak bosan serta mampu meningkatkan kreativitas atau gaya belajar siswa agar lebih aktif dan mampu memanfaatkan waktu belajar dengan efisien.

6 Untuk mengoptimalkan kreativitassiswa dalam berkarya seni tiga dimensi dengan paper quilling, diperlukan strategi pembelajaran yang lebih menekankan pada aktivitas belajar, efektif, dan kreativitas peserta didik. Salah satunya adalah dengan menerapkan pembelajaran dengan metode Direct Instruction (pengajaran langsung). Menurut Sofyan Amri dan Iif Khoiru (2010: 39) menjelaskan Model Direct Intruction atau pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang direncanakan untuk mengenalkan siswa terhadap mata pelajaran guna membangun minat, menimbulkan rasa ingin tahu dan merangsang untuk berfikir. Sementara Arends dalam Trianto (2009: 41) menjelaskan pengertian Model Direct Intruction atau pembelajaran langsung adalahsalah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjukkan proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Model pembelajaran direct instruction memiliki kelebihan diantaranya,sebagai berikut: 1) enthusiastic atau antusiasme; 2) warm accepting atau tercipta suasana belajar yang hangat dan demokratis; 3) humorous; 4) supportive; 5) encouraging atau berisi ajakan; 6) adaptable flexible atau penyampaian materi disesuaikan kondisi kelas; 7) knowledgeable atau mengandung unsure pengetahuan; 8) hold-high expectations for student success atau memiliki harapan yang tinggi akan kesuksesan siswa (Wulan, 2010: 18). Apabila guru menggunakan metode pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menerapkan konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik. Metode pembelajaran belajar secara langsung menitikberatkan pada suatu bentuk

7 pembelajaran yang membantu siswa mempelajari kemampuan prosedural dan memperoleh informasi yang diajarkan dalam bentuk tahap demi tahap. Komponen-komponen yang terdapat dalam model pembelajaran directinstruction sangat baik untuk menanamkan konsep dasar pengetahuan pada mata pelajaran Seni Budaya. Dengan metode ini, guru dapat mengkonkritkan informasi atau penjelasan kepada siswanya untuk menguatkan konsep sehingga dapat memperoleh gambaran pengertian tentang konsep yang telah dijelaskan sebelumnya. Dengan menerapkan metode ini dalam pembalajaran Seni Rupa, diharapkan minat belajar siswa akan lebih tinggi dan pemahaman mereka akan meningkat. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Direct Instruction Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Hasil Pembelajaran Dalam Membuat Karya Seni 3 Dimensi Dengan Paper Quiling Pada Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran direct instruction dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam membuat karya seni 3 dimensi dengan paper quiling bagi siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016?

8 C. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh penulis berupa Penelitian Tindakan Kelas. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah 1. Untuk mengidentifikasi prosedur dan penerapan model pembelajaran direct instruction yang dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dalam membuat karya seni tiga dimensi dengan paper quiling bagi siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini, yaitu rumusan penerapan upaya peningkatan kualitas hasil pembelajaran dalam membuat karya Seni 3 dimensi dengan paper quiling dengan menerapkan model pembelajarandirect instruction bagi Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Tahun Pelajaran 2015/2016, sehingga manfaatnya sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis: a) Dapat menambah pengetahuan tentang model Direct Instruction, b) Dapat menambah wawasan pengetahuan dalam bidang pembelajaran seni rupa dan memberikan alternatif pilihan dalam Model Pembelajaran direct instruction sebagai upaya meningkatkan hasil belajar menggambar bentuk siswa. 2. Manfaat Praktis, diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan tentang seni rupa dan model pembelajaran bagi : a. Siswa : a) Meningkatkan aktifitas, minat, dan motivasi siswa dalam pembelajaran karya tiga dimensi dengan paper quiling, b) Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran karya tiga dimensi dengan paper quiling. b. Guru : Memberikan pandangan kepada guru supaya lebih kreatif dan menjadi referensi untuk mengembangkan metode belajar yang lebih

9 inovatif dalam pembelajaran seni rupa supaya tercipta suasana belajar yang efektif sehingga dapat menghasilkan prestasi belajar yang optimal. c. Sekolah : Hasil penelitian dapat dapat diperoleh panduan pembelajaran seni rupa yang dapat digunakan sebagai sumber atau referensi untuk SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo atau sekolah yang lain.