PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh: ERMAWATIK A

PENGARUH TATA TERTIB DAN BIMBINGAN WALI KELAS TERHADAP PENEGAKAN KEDISIPLINAN SISWA SMK MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. diajukan oleh:

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Disusun oleh: DEWI WIJAYANTI A.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Diajukan Oleh:

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

PENGARUH KEDISIPLINAN MENGGUNAKAN WAKTU BELAJAR DAN PERILAKU SISWA DALAM MENERIMA PELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN

PERAN ORGANISASI BRAJA JATI DALAM PENGEMBANGAN DEMOKRASI DAN DEMOKRASI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu yang berharga yang dapat diwariskan kepada

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Kewarganegaraan. disusun oleh: FEBRI ARIFIN A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. mengenai konsep dan perkembangan politik serta bagaimana cara berpolitik

BAMBANG SUPAGI A

PENGARUH KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP TERHADAP PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII

Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Disusun oleh: MULYONO A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

IMPLEMENTASI TUGAS DAN FUNGSI KEPALA URUSAN PEMBANGUNAN DESA DALAM MEWUJUDKAN PEMBERDAYAAN MASYAKARAT DESA

PEMBINAAN DISIPLIN ANAK TUNA GRAHITA DI SEKOLAH. (Studi Kasus di SLB Pelita Bangsa Kesamben Jombang) SKRIPSI

KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN Laporan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangkan diri untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat, apalagi

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN JAWABAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan AGUS PRASETYO A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tantangan baru dan berkembang cepat, karenanya perlu kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Ketentuan konstitusi tersebut berarti bahwa dalam praktek

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR. SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR Pkn SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA

PEMAHAMAN PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP DAN INTENSITAS BIMBINGAN MORAL OLEH ORANG TUA PENGARUHNYA TERHADAP KESADARAN BAHAYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

Pada hari ini, Jum'at tanggal sembilan, bulan Juni, tahun dua ribu enam (9 Juni 2006), yang bertanda tangan di bawah ini:

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I WONOSARI

PELAKSANAAN PENGAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA PEMBENTUKAN WAWASAN KEBANGSAAN PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 4 DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi Birokrasi Polri terus mengalami pembaharuan baik dari sisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyebabnya bukan saja anggaran pemerintah yang relatif rendah tetapi juga

Pembentukan Forum Kemitraan Polisi dan Masyarakat Sebagai Upaya Reduksi Gejala Gangguan Kamtibmas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Literatur hukum pidana jarang sekali menjelaskan, bahwa istilah hukum pidana

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

Disampaikan dalam TRAINING POLMAS DAN HAM BAGI TARUNA AKADEMI KEPOLISIAN DEN 47 TAHUN 2015 oleh PUSHAM UII Yogyakarta bekerjasama dengan AKPOL

PERANAN DINAS KESEJAHTERAAN RAKYAT PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERANCANA DALAM UPAYA PENANGANAN PEKERJA SEKS KOMERSIAL

Laporan Penelitian Skripsi S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan. Disusun Oleh: SUPRIYANTO A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merugikan baik untuk diri sendiri maupun orang lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. Presiden, kepolisian negara Republik Indonesia diharapkan memegang teguh nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan bidang pertahanan dan keamanan merupakan salah satu bidang

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Polri merupakan salah satu institusi pemerintah yang bertanggung

BAB I PENDAHULUAN. demokratis, menuntut kepolisian untuk melaksanakan proses reformasi untuk

WACANA PENDIDIKAN POLITIK DALAM FILM GIE (ANALISIS SEMIOTIK KONSTRUKTIVISME)

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian yang

PENGARUH KEHARMONISAN KELUARGA DAN RASA PERCAYA DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia, mitos dan ritual saling berkaitan. Penghadiran kembali pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sejak bergulirnya era reformasi di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998,

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE MULTILEVEL PADA POKOK BAHASAN HIMPUNAN. (Pada Siswa Kelas VII SMP PGRI 12 Kebakkramat)

Birokrasi sebagai ujung tombak pelaksana pelayanan publik mencakup berbagai program pembangunan dan kebijakan pemerintah. Birokrasi harus lebih

PROSESI ADAT MITONI DI TINJAU DARI ASPEK PENDIDIKAN MORAL

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri yang meliputi fungsinya memelihara keteraturan dan ketertiban

PENGARUH POLA ASUH OARNG TUA DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BREBES TAHUN AJARAN 2007/2008

PEMIKIRAN POLITIK DAN GERAKAN SOSIOKULTURAL KEWARGANEGARAAN KAUM INTELEKTUAL MUSLIM NEO-MODERNIS DALAM PENGUATAN DEMOKRASI DAN CIVIL SOCIETY

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Masyarakat Kabupaten Garut

PEMBENTUKAN TIM PENGAWAS INTELIJEN NEGARA SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB 9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu hal yang paling dibutuhkan dalam

MODEL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH TERHADAP PEMERINTAH DAERAH DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (STUDI DI KOTA SALATIGA) PERIODE

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kepolisian negara lainnya, namun secara universal terdapat adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun yang benar-benar menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia serta

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

PENGARUH AKTIVITAS SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRA KURIKULER DAN KEDISIPLINAN MENGIKUTI KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas pendidikan. daya manusia dan merupakan tanggung-jawab semua pihak, baik

BAB I PENDAHULUAN. Polri bukanlah satu-satunya alat negara yang bertanggung jawab atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh pemerintah, masyarakat dan pengelola pendidikan pada umumnya.

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB I PENDAHULUAN. hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang menjujung nilai-nilai demokrasi.

MAKALAH. Pengembangan Praktek dan Pola Pengasuhan AKPOL Menuju Democratic Learning

I. PENDAHULUAN. Secara etimologis kata hakim berasal dari arab hakam; hakiem yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. hukum adalah Negara Republik Indonesia. Negara Indonesia adalah negara

I. PENDAHULUAN. pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

( Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 2 Sawit Boyolali )

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia di aparat pemerintahan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui kondisi masyarakat daripada lembaga negara yang lain, sehingga

Transkripsi:

PERAN DAN CITRA PERPOLISIAN MASYARAKAT STUDI KASUS DI MASYARAKAT DESA SENTONO KECAMATAN KARANGDOWO KABUPATEN KLATEN 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Disusun Oleh: FAJAR KUNTARI A. 220060018 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat madani yang bercirikan demokrasi dan supremasi hukum, Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) harus mampu memberikan jaminan keamanan, ketertiban dan perlindungan hak asasi manusian kepada masyarakat serta dapat menunjukan transparasi dalam setiap tindakan, menjujung tinggi kebenaran, kejujuran, keadilan, kepastian dan manfaat sebagai wujud pertanggung-jawaban tehadap publik. Proses reformasi yang telah dan sedang berlangsung untuk menuju masyarakat sipil yang demokratis membawa berbagai perubahan didalam sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Polri yang saat ini sedang melaksanakan proses reformasi untuk menjadi Kepolisian sipil, harus dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat dengan cara merubah paradigma yang menitik-beratkan pada pendekatan yang reaktif dan konvensional (kekuasaan) menuju pendekatan yang proaktif dan mendapat dukungan publik dengan mengedepankan kemitraan dalam rangka pemecahan masalah-masalah sosial. Cara Tradisional Polri mengembangkan program bimbingan masyarakat (Bimmas) dan program-program yang berkaitan dengan Sistem Keamanan Swakarsa (Siskamswakarsa). Program Siskamswakarsa dilakukan melalui sistem keamanan lingkungan (Siskamling) yang meliputi lingkungan pemukiman,

lingkungan pendidikan dan lingkungan kerja sebagai bentuk pengamanan Swakarsa sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Babinkamtibmas (Bintara Pembinaan Keamanan dan Ketertiban Masyarakat) berperan sebagai ujung tombak pelaksanaan Siskamswakarsa/Siskamling. Selain membawa berbagai manfaat, pola penyeleng-garaan tugas Polri yang bersifat Prefentif dengan pendekatan Bimmas/-Babinkamtibmas yang mencerminkan hubungan struktural Kekuasaan dipandang perlu untuk disesuaikan untuk perkembangan masyarakat madani. Atas dasar pertimbangan-pertimbangan yang diuraikan diatas maka dipandang perlu untuk mengadopsi konsep Community Policing dan menyesuaikannya dengan karakteristik dan kebutuhan masyarakat Indonesia serta dengan cara dan dengan nama Indonesia. Tanpa mengesampingkan kemungkinan penggunaan penterjemahan istilah yang berbeda terutama bagi keperluan akademis secara formal oleh jajaran polri, model tersebut diberi nama Perpolisian Masyarakat dan selanjutnya secara konseptual dan operasional disebut Polmas. Sebelum konsep Community Policing diluncurkan terutama di negaranegara maju, penyelenggaraan tugas-tugas Kepolisian baik dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban maupun penegakan hukum, dilakukan secara konvensional. Polisi cenderung melihat dirinya semata-mata sebagai pemegang otoritas dan institusi Kepolisian dipandang semata-mata sebagai alat negara sehingga pendekatan kekuasaan bahkan tindakan represif seringkali mewarnai pelaksanaan tugas dan wewenang Kepolisian. Walaupun prinsip-prinsip melayani dan melindungi ditekankan, pendekatan-pendekatan yang birokratis, sentralistik, serba

sama/seragam mewarnai penyajian layanan Kepolisian. Gaya perpolisian tersebut mendorong polisi untuk mendahulukan mandat dari pemerintah pusat dan mengabaikan persetujuan masyarakat lokal yang dilayani. Selain itu Polisi cenderung menumbuhkan sikap yang menampilkan dirinya sebagai sosok yang formal, dan ekslusif dari anggota masyarakat lainnya. Pada akhirnya semua itu berakibat pada memudarnya legitimasi Kepolisian dimata publik pada satu sisi, serta semain berkurangnya dukungan publik bagi pelaksanan tugas Kepolisian maupun buruknya citra polisi pada sisi lain. Sejalan dengan pergeseran peradaban umat manusia, secara Universal terutama dinegara-negara maju, masyarakat cenderung semakin jenuh dengan cara-cara lembaga pemerintah yang birokrasi, resmi, formal/kaku, general/- seragam dan lain-lain dalam menyajikan layanan publik. Terdapat kecenderungan bahwa masyarakat lebih menginginkan pendekatan-pendekatan yang personal dan menekankan pemecahan masalah daripda sekedar terpaku pada formalitas hukum yang kaku. Dalam bidang penegakan hukum terutama yang menyangkut pertikaian antar warga, penyelesaian dengan mekanisme informal dibanding lebih efektif daripada proses sistem peradilan pidana formal yang diacapkali kurang memberikan peranan yang berarti bagi korban dalam pengambilan keputusan penyelesaian masalah yang dideritanya. Kondisi sebagaimana diutarakan diatas mendorong diluncurkannya program-program baru dalam menyelenggarakan tugas Kepolisian terutama yang disebut Community Policing. Lambat laun Community Policing tidak lagi hanya merupakan suatu program dan garis miring atau strategi melainkan suatu falsafah

yang menggeser paradigma convensional menjadi suatu model perpolisian baru dalam masyarakat madani. Model ini pada hakekatnya menempatkan masyarakat bukan semata-mata sebagai obyek tetapi mitra Kepolisian dan pemecahan masalah (pelanggaran hukum) lebih merupakan kepentingan daripada sekedar proses penanganan yang formal/prosedural. B. Identifikasi Masalah Masyarakat menginginkan adanya transparasi dari kepolisian dalam pengusutan sebuah perkara dan bila perlu masyarakat dilibatkan di dalamnya. Untuk itu, saat ini kepolisian Republik Indonesia menerapkan model baru yang melibatkan masyarakat. Dengan keterlibatan masyarakat, diharapkan polisi akan memiliki lebih banyak sumber daya untuk kegiatan-kegiatan pencegahan kejahatan, dan tidak lagi terpaku pada reaksi setelah suatu kejahatan terjadi. Perpolisian masyarakat menawarkan suatu kerja sama antara Polisi dan masyarakat sebagai mitra dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah di lingkungan mereka. Berbagai masalah yang dapat dikemukakan antara lain: Apa yang dimaksud dengan sistem Perpolisian Masyarakat, Apa sajakah peranan perpolisian masyarakat, seberapa efektif peranan perpolisian masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran hukum masyarakat, batasan mengenai perbuatan apa saja yang dapat dilakukan oleh polmas. Selanjutnya untuk dapat mengetahui bagaimana citra polisi di masyarakat setelah di adakannya sistem perpolisian masyarakat, apakah dengan adanya model polmas perbuatan main hukum sendiri dalam masyarakat

dapat dikurangi, selain itu dapat diketahui tingkat kesadaran hukum masyarakat yang dibuktikan dengan angka kriminalitas yang terjadi, C. Pembatasan Masalah Permasalahan yang dikaitkan dengan judul diatas sangat luas, sehingga tidak mungkin semuanya dapat dikaji terutama karena berbagai keterbatasan. Oleh karena itu untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda-beda yang mengakibatkan penyimpangan berkaitan dengan judul diatas, maka perlu adanya pembatasan dan perumusan masalah sehingga persoalan yang akan diteliti menjadi jelas dan terhindar dari kesalahpahaman. Untuk itu dibatasi ruang lingkup dan fokus masalah sebagai berikut : 1. Objek Penelitian Objek penelitian adalah aspek dari subjek penelitian yang menjadi sasaran penelitian meliputi : a. Perperpolisian masyarakat b. Peningkatan kesadaran hukum masayarakat c. Citra polisi di masyarakat 2. Subjek Penelitian Subjek penelitiannya adalah masyarakat Desa Sentono, Kecamatan Karangdowo, Kabupaten Klaten. Informan kuncinya adalah Polisi sektor Karangdowo yang khusus menangani Perpolisian Masyarakat dan warga masyarakat desa sentono khususnya yang tergabung dalam Forum Kemitraan Polisi Masyarakat (FKPM).

bahwa: D. Perumusan Masalah Berkaitan dengaan rumusan masalah, Hamidi (2004:43) menyatakan Permasalahan Penelitian pada hakikatnya merupakan bentuk lain dari pernytaan permasalahan seperi yang terdapat dalam latar belakang permasalahan. Dalam permasalahan penelitian pernyataan-pemasalahan penelitian dinyatakan dalam kalimat-pertanyaan, bukan lagi dalam kalimat pernyataan. Istilah permasalahan disini bukan berarti sesuatu yang mengganggu atau menyulitkan tetapi sesuatu yang masih gelap, sesuatu yang belum diketahui, sesuatu yang ingin diketahuinya. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah sistem perpolisian masyarakat? 2. Adakah peningkatan kesadaran hukum di masyarakat setelah adanya perpolisian masyarakat? 3. Bagaimanakah citra polisi di masyarakat setelah adanya sistem perpolisian masyarakat? E. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan acuan untuk aktifitas yang akan dilaksanakan, sehingga perlu adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang diteliti, sehingga dapat bekerja secara terarah dan mencari data sampai pada langkah pemecahan masalahnya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan bagaimana sistem perpolisian masyarakat.

2. Untuk mendeskripsikan kesadaran hukum masyarakat setelah adanya perpolisian masyarakat. 3. Untuk mendeskripsikan citra polisi di masyarakat setelah adanya perpolisian masyarakat. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis a. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan sistem perpolisian mengenai perpolisian masyarakat. b. Dengan mengetahui sistem perpolisian masyarakat maka dapat diperoleh kemitraan yang baik antara polisi dengan masyarakat. c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan serta pedoman untuk penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat atau Kagunaan Praktis a. Menyebarluaskan informasi mengenai peranan perpolisian masyarakat b. Sebagai calon pendidik, pengetahuan dan pengalaman selama mengadakan penelitian dapat ditransformasikan kepada peserta didik pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. G. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pembaca dalam memahami tulisan ini, maka sangat perlu dikemukakan sistematikanya. Adapun sistematikanya sebagai berikut :

Bagian awal meliputi halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar lampiran dan abstrak. Bagian pokok ini dibagi menjadi lima bab. Bab I Pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat atau kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori diawali dengan Tinjauan Pustaka yang mengemukakan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini. Selanjutnya kerangka teoritik yang diawali dengan tinjauan teoritis mengenai perpolisian masyarakat yang berisi pengertian perpolisian masyarakat, bentuk polmas, prinsip-prinsip operasionalisasi polmas, tujuan penerapan polmas, sasaran penerapan polmas, strategi pengembangan polmas, indikator keberhasilan polmas, lima unit kerja polisi. berikutnya uraian mengenai peningkatan kesadaran, teori kesadaran, pengertian hukum, unsur hukum, sifat dan ciri hukum, pengertian citra, citra polisi di masyarakat, profesionalisme polisi, organisasi dan manajemen polisi, kualitas petugas polmas, lima unjuk kerja polisi, pengertian masyarakat, dilanjutkan dengan penyusunan kerangka pemikiran. Bab III Metode Penelitian yang berisi: tempat dan waktu penelitian, bentuk dan strategi penelitian, identifikasi variabel, sumber data, sampling, teknik pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data serta prosedur penelitian. Bab IV meliputi: Hasil penelitian yang berisi uraian deskripsi lokasi penelitian, deskripsi permasalahan-permasalahan penelitian, serta temuan studi yang dihubungkan dengan kajian teori.

Bab V Penutup meliputi kesimpulan. implikasi, saran-saran, sedangkan bagian akhir berisi uraian daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar ralat.