TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6

dokumen-dokumen yang mirip
Proses Penularan Penyakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles,

BAB 1 PENDAHULUAN. Deklarasi Milenium yang merupakan kesepakatan para kepala negara dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang disebabkan oleh berjangkitnya penyakit-penyakit tropis. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kaki gajah, dan di beberapa daerah menyebutnya untut adalah penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada tahun 2013 jumlah kasus baru filariasis ditemukan sebanyak 24 kasus,

BAB 1 PENDAHULUAN. Filariasis atau yang dikenal juga dengan sebutan elephantiasis atau yang

BAB I PENDAHULUAN. menetap dan berjangka lama terbesar kedua di dunia setelah kecacatan mental (WHO,

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium yang

FAKTO-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI PUSKESMAS TIRTO I KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1

Analisis Spasial Distribusi Kasus Filariasis di Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan infeksi cacing filaria yang ditularkan melalui gigitan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko tinggi tertular Demam Dengue (DD). Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan dalam rencana strategis kementerian

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

BAB I PENDAHULUAN. menular (emerging infection diseases) dengan munculnya kembali penyakit menular

BAB 1 RANGKUMAN Judul Penelitian yang Diusulkan Penelitian yang akan diusulkan ini berjudul Model Penyebaran Penyakit Kaki Gajah.

Rencana Nasional Program Akselerasi Eliminasi Filariasis di Indonesia. No ISBN :

PENYAKIT-PENYAKIT DITULARKAN VEKTOR

Filariasis cases In Tanta Subdistrict, Tabalong District on 2009 After 5 Years Of Treatment

LAMPIRAN I DOKUMENTASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. distribusinya kosmopolit, jumlahnya lebih dari spesies, stadium larva

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada anggota badan terutama pada tungkai atau tangan. apabila terkena pemaparan larva infektif secara intensif dalam jangka

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BUPATI BANGKA BARAT PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

KERANGKA ACUAN PROGRAM P2 DBD

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UPAYA KELUARGA DALAM PENCEGAHAN PRIMER FILARIASIS DI DESA NANJUNG KECAMATAN MARGAASIH KABUPATEN BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat

RISIKO KEJADIAN FILARIASIS PADA MASYARAKAT DENGAN AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG SULIT

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara. Terdapat empat jenis virus dengue, masing-masing dapat. DBD, baik ringan maupun fatal ( Depkes, 2013).

Prevalensi pre_treatment

IDENTIFIKASI FILARIASIS YANG DISEBABKAN OLEH CACING NEMATODA WHECERERIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu

GAMBARAN PEMBERIAN OBAT MASAL PENCEGAHAN KAKI GAJAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WELAMOSA KECAMATAN WEWARIA KABUPATEN ENDE TAHUN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Filariasis Limfatik atau penyakit Kaki Gajah merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klinis, penyakit ini menunjukkan gejala akut dan kronis. Gejala akut berupa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Filariasis limfatik merupakan penyakit tular vektor dengan manifestasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tropis antara lain adalah malaria dan filariasis merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR DOMINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN FILARIASIS DI KOTA PADANG TAHUN

Gambaran Pengobatan Massal Filariasis ( Studi Di Desa Sababilah Kabupaten Barito Selatan Kalimantan Tengah )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB V PEMBAHASAN. A. Pemantauan Vektor Penyakit dan Binatang Pengganggu. dan binatang pengganggu lainnya yaitu pemantauan vektor penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sebagai vektor penyakit seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese

Faktor Risiko Kejadian Filarisis Limfatik di Kecamatan Maro Sebo Kabupaten Muaro Jambi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Filariasis merupakan penyakit zoonosis menular yang banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. dan di 436 kabupaten/kota dari 497 kabupaten/kota sebesar 88%. Angka kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan Plasmodium. Vivax. Di Indonesia Timur yang terbanyak adalah Plasmodium

PENGOBATAN FILARIASIS DI DESA BURU KAGHU KECAMATAN WEWEWA SELATAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 77 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN ELIMINASI MALARIA DI KOTA LANGSA

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses terjadinya penyakit terdapat tiga elemen yang saling berperan

BAB I PENDAHULUAN. Chikungunya merupakan penyakit re-emerging disease yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya terdapat sekitar 15 juta penderita malaria klinis yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah tropis yang banyak berkembang nyamuk Aedes. kepadatan penduduk (Kementerian Kesehatan RI, 2010).

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOR OF THE PEOPLE AT NANJUNG VILLAGE RW 1 MARGAASIH DISTRICT BANDUNG REGENCY WEST JAVA ABOUT FILARIASIS

KERANGKA ACUAN KERJA ( KAK ) KEGIATAN POMP FILARIASIS PUSKESMAS KAWUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengue, yang ditularkan oleh nyamuk. Penyakit ini ditemukan di daerah

Juli Desember Abstract

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Di awal atau penghujung musim hujan suhu atau kelembaban udara umumnya

Cakupan Pemberian Obat Pencegahan Massal Filariasis di Kabupaten Sumba Barat Daya Tahun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Padukuhan VI Sonosewu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan. keluarga dengan melaksanakan pembangunan yang berwawasan kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

TUGAS PERENCANAAN PUSKESMAS UNTUK MENURUNKAN ANGKA KESAKITAN FILARIASIS KELOMPOK 6 Devi Rahmadianti 04091041003 Nyimas Praptini Nurani 04091041009 Lutfia Rahmawati 04091041016 Dwi Yunia Meriska 04091041018 Dianita Risky Alamsyah 04091041035 Norawaty Ma as 04091041051 Verga Kusumananda 04091041052 Ryan Cahyana 04091041058 I Made Bayu Wisnu Wardhana 04091041059 Radi Noorsyawal 04091041062 Aji Kusuma 04091401063 Alyssa Amelia Vania Utami 04091041069 Sivaneswary Muniappan 04091041075 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2012

Kelompok 6 1. Ketua : Sivaneswary Muniappan 04091401075 2. Sekretaris : Ryan Cahyana 04091401058 Soal Di pulau Gili-Gili jumlah penduduk 220.000 jiwa. Memiliki 6 Pustu dan 6 Puskesmas Induk. Setiap puskesmas mempunyai 4 posyandu. Di Pulau Gili-Gili mayoritas penduduk bekerja sebagai pengusaha dan nelayan. Sosial ekonomi termasuk memiliki strata tinggi. Disini ada beberapa pusat pengalengan seafood pribadi. Pulau Gili-Gili memiliki rumah sakit tipe D, yang menjadi pusat rujukan, 4 jenis praktek dokter : dokter mayor ( bedah, kebidanan, penyakit dalam dan anak ) ; 2 klinik bersalin swasta. Transportasi di pulau Gili-Gili ke provinsi memakai transportasi laut dan udara. Dinkes melaporkan angka kesakitan obesitas, filariasis dan HIV / AIDS tinggi. Tugas: Bagaimana kita sebagai salah satu pimpinan puskesmas untuk menurunkan angka kesakitan filariasis yang tinggi?

FILARIASIS Filariasis atau Elephantiasis atau disebut juga penyakit kaki gajah adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang penularannya melalui gigitan berbagai jenis nyamuk. Diperkirakan penyakit ini telah menginfeksi sekitar 120 juta penduduk di 80 negara, terutama di daerah tropis dan beberapa daerah subtropis. Penyakit filariasis bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapat pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembengkakan kaki, lengan, payudara, dan alat kelamin baik pada wanita maupun pria. Meskipun filariasis tidak menyebabkan kematian, tetapi merupakan salah satu penyebab timbulnya kecacatan, kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya. (Depkes RI, 2005) A. Etiologi Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah. Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari. Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu: 1. Wuchereria bancrofti 2. Brugia malayi 3. Brugia timori (Gandahusada, 1998) B. Faktor Risiko Filariasis 1. Lingkungan Lingkungan rumah warga meliputi lingkungan rumah yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat, misalnya dinding rumah, pencahayaan, serta kelembapan. Lingkungan di luar rumah warga seperti banyaknya air yang tergenang, rawa-rawa, semak-semak yang merupakan tempat perkembangbiakan nyamuk

2. Perilaku Kebiasaan keluar rumah pada malam hari Kebiasaan tidak menggunakan kelambu saat tidur 3. Pengetahuan Kurangnya pengetahuan tentang penyakit filariasis Kurangnya pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan sehat C. Vektor Di Indonesia telah terindentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis. D. Hospes A. Manusia Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk dapat tertular filariasis apabila digigit oleh nyamuk infektif (mengandung larva stadium III). Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan (suseptibel). Biasanya pendatang baru ke daerah endemis (transmigran) lebih rentan terhadap infeksi filariasis dan lebih menderita dari pada penduduk asli. Pada umumya laki-laki banyak terkena infeksi karena lebih banyak kesempatan untuk mendapat infeksi (exposure). Gejala penyakit lebih nyata pada laki-laki karena pekerjaan fisik yang lebih berat (Gandahusada, 1998). B. Hewan Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis (hewan reservoir). Hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik yang ditemukan pada lutung (Presbytis criatatus), kera (Macaca fascicularis), dan kucing (Felis catus) (Depkes RI, 2005).

E. Lingkungan 1. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim, keadaan geografis, stuktur geologi dan sebagainya. Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor sehingga berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan filariasis. Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat perindukan dan beristirahatnya nyamuk. Suhu dan kelembaban berpengaruh terhadap pertumbuhan, masa hidup, dan keberadaan nyamuk. Lingkungan dengan tumbuhan air di rawa-rawa dan adanya hewan reservoir (kera, lutung, dan kucing) berpengaruh terhadap penyebaran Brugia malayi sub periodik nokturna dan non periodik. 2. Lingkungan Biologi Lingkungan biologi dapat menjadi rantai penularan filariasis. Misalnya, adanya tanaman air sebagai tempat pertumbuhan nyamuk Mansonia sp. Daerah endemis Brugia malayi adalah daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai atau badan air yang ditumbuhi tanaman air. 3. Lingkungan Sosial, Ekonomi dan Budaya Lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya adalah lingkungan yang timbul sebagai akibat adanya interaksi antara manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan, dan perilaku penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari, keluar pada malam hari, dan kebiasaan tidur berkaitan dengan intensitas kontak vektor. Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena umumnya laki-laki sering kontak dengan vektor pada saat bekerja (Depkes RI, 2005).

F. Cara Penularan G. Gejala Gejala-gejala yang terdapat pada penderita Filariasis meliputi gejala awal (akut) dan gejala lanjut (kronik). Gejala awal (akut) ditandai dengan demam berulang 1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-4 hari apabila bekerja berat, timbul benjolan yang terasa panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka di badan, dan teraba adanya tali urat seperti tali yang bewarna merah dan sakit mulai dari pangkal paha atau ketiak dan berjalan kearah ujung kaki atau tangan. Gejala lanjut (kronis) ditandai dengan pembesaran pada kaki, tangan, kantong buah zakar, payudara dan alat kelamin wanita sehingga menimbulkan cacat yang menetap (Depkes RI, 2005).

I. IDENTIFIKASI MASALAH A. Diagnosis Sosial: 1. Banyak warga mengeluh mudah lelah, kaki, tangan, buah dada dan alat kelamin bengkak, kemerahan dan terasa panas 2. Lipatan paha dan ketiak bengkak, kemerahan, panas dan sakit 3. Warga mengalami demam berulang-ulang 4. Banyak nyamuk 5. Padat penduduk 6. Banyak air yang tergenang, banyak semak - semak B. Diagnosis epidemiologis: Terdapat 70% kasus filariasis di pulau Gili-Gili, 35 % kasus terdapat di wilayah kerja Puskesmas X C. Diagnosis Perilaku 1. Banyak semak di sekitar rumah 2. Banyaknya tanaman air dan rawa/hutan 3. Banyaknya genangan air 4. Kurangnya kesadaran untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat 5. Banyaknya bak penampungan air yang terbuka 6. Selokan yang tersumbat 7. Pembuangan sampah yang tidak terkelola dengan baik D. Diagnosis Pendidikan 1. Kurangnya pendidikan kesehatan 2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit filariasis

E. Diagnosis Administrasi/Kebijakan 1. Menkes No. 612/MENKES/VI/2004 kepada Gubernur, Bupati tentang eliminasi filariasis. 2. Di prakarsai oleh WHO sejak 1999, pada tahun 2000 diperkuat dengan keputusan WHO dengan mendeklarasikan The Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a Public Health Problem by the Year 2020. Indonesia sepakat untuk memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminasi filariasis global. 3. Surat Edaran Menteri Kesehatan No. 612/MENKES/VI/2004 tanggal 1 Juni 2004 Perihal Eliminasi Penyakit Kaki Gajah (Filariasis) Indonesia,maka kepada Gubernur dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia melaksanakan pemetaan eliminasi filariasis gobal, pengobatan massal daerah endemis filariasis, dan tata laksana penderita filariasis di semua daerah. Program pelaksaan kasus filariasis ditetapkan sebagai salah satu wewenang wajib pemerintah daerah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor: 1457/MENKES/SK/X/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kota. 4. Kepmenkes RI No. 1582/Menkes/SK/2005 tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) 5. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 443.43/875/SJ tanggal 24 April 2007 Perihal Pedoman Pelaksanaan Pengobatan Massal Filariasis Dalam Rangka Eliminasi Filariasis di Indonesia IDENTIFIKASI MASALAH TERKAIT FILARIASIS 1. Angka microfilaria rate yang tinggi di Pulau Gili Gili ( > 1 % ) 2. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-gili mengenai penyakit filariasis. 3. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-Gili mengenai penyebaran, gejala klinis dan penularan penyakit filariasis. 4. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya pengobatan filariasis.

5. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat. 6. Adanya limbah dari pabrik pengalengan seafood yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk. 7. Kurangnya jumlah puskemas. 8. Rumah Sakit Tipe D yang fasilitasnya kurang memadai untuk mencakup seluruh pulau Gili-Gili. 9. Kurangnya praktek dokter swasta. 10. Sulitnya akses yang harus ditempuh untuk pergi ke pulau Gili-Gili. II. PRIORITAS MASALAH No. MASALAH U S G UXSXG PRIORITAS 1. Angka microfilaria rate yang tinggi di Pulau Gili Gili ( > 1 % ) 4 4 4 64 II 2. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-gili mengenai mengenai penyakit Filariasis 2 3 4 24 IV 3. Kurangnya pengetahuan warga pulau Gili-Gili mengenai penyebaran,gejala klinis dan 4 5 5 100 I penularan penyakit filariasis 4. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya pengobatan filariasis 4 3 4 48 III 5. Kurangnya kesadaran warga akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat 3 2 4 24 V 6. Adanya limbah dari pabrik pengalengan seafood yang menjadi 2 4 2 16 VI tempat berkembangbiaknya nyamuk 7. Kurangnya jumlah puskemas 2 4 3 24 V

8. Rumah Sakit Tipe D yang fasilitasnya kurang memadai untuk 3 2 4 24 IV mencakup seluruh pulau Gili-Gili 9. Kurangnya praktek dokter swasta 2 4 3 24 IV 10. Sulitnya akses yang harus ditempuh untuk pergi ke pulau Gili-Gili 4 4 2 32 III III. AKAR PENYEBAB MASALAH IV. IMPLEMENTASI PERENCANAAN KEGIATAN ELIMINASI FILARIASIS Rencana Kegiatan Tujuan : Tujuan Umum: Menurunkan angka kesakitan filariasis di wilayah kerja Puskesmas X Pulau Gili-gili Tujuan khusus: 1. Memutuskan mata rantai penularan filariasis 2. Memberikan pendidikan kepada masyarakat mengenai gejala-gejala klinis dan penularan filariasis 3. Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat 4. Menurunkan penyebaran nyamuk sebagai vektor filariasis

Sasaran : Seluruh masyarakat yang berdomisili di Pulau Gili-gili yang diwakili oleh perangkat desa dan sekolah, khususnya wilayah kerja Puskesmas X Isi : 1. Memutuskan rantai penularan filariasis dengan Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis( POMP ) 2. Sosialisasi mengenai penyakit filariasis 3. Melaksanakan program puskesmas keliling 4. Pemberian kelambu gratis 5. Sosialisasi mengenai pemberantasan sarang nyamuk ( 3M +) 6. Sosialisasi penggunaan kaos kaki 7. Sosialisasi tentang pengtingnya perilaku hidup bersih dan sehat 8. Gerakan penanaman tanaman pengusir nyamuk di pekarangan rumah warga 9. Gerakan gotong royong untuk kebersihan lingkungan Metode : Membentuk tim yang bertugas dalam Pemberian Obat Massal Pencegahan Filariasis( POMP ) di Pulau Gili - Gili Sosialisasi penemuan dan pelaporan kasus klinis filariasis oleh masyarakat, kepala desa, PKK, guru dan pusat pelayanan kesehatan Membentuk tim yang bertugas dalam mengawasi kebersihan lingkungan Diadakannya gotong-royong membersihkan lingkungan minimal satu minggu sekali Diadakannya sosialisasi untuk gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk ( 3M + ) Membentuk perangkat kesehatan di sekolah-sekolah Media : Poster, pamflet, stiker, spanduk dan lain-lain

Kegiatan Program Eliminasi Filariasis di Pulau Gili Gili No KEGIATAN A.Program Akselerasi Eliminasi Filariasis, Ketersediaan dan Distribusi Obat 1 Pelaksanaan POMP filariasis untuk total penduduk 220.000 orang di Pulau Gili - Gili 2 Sosialisasi penemuan dan pelaporan kasus klinis filariasis oleh masyarakat, kepala desa, PKK, guru dan pusat pusat pelayanan kesehatan 3 Memastikan semua kasus kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis ditangani sesuai pedoman 4 Memastikan ketersediaan dan distribusi obat filariasis dengan sasaran 220.000 penduduk Gili- Gili B. Pengelolaan Program, Administrasi,Advokasi dan Sosialisasi, serta Surveilans ( Money ) 1 Melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan di kabupaten / kota di Pulau Gili Gili untuk pelaksanaan program POMP 2 Bekerjasama dengan para pemangku kepentingan (pak camat/ bupati) dalam menjaga kesinambungan komitmen pelaksanaan eliminasi filariasis

3 Memobilisasi dukungan dari sektor pemerintah /swasta dalam memberikan dukungan pendanaan eliminasi filariasis, contoh : para pengusaha di Pulau Gili Gili 4 Meningkatkan manajemen SDM Merencanakan dan menyediakan SDM terlatih yang sesuai dengan kebutuhan program Melibatkan peran serta LSM, swasta, dan sektor terkait dalam pelaksanaan pengobatan missal filariasis Bekerjasama dengan Dinkes dalam mengembangkan metode pelatihan bagi petugas dan tenaga kesehatan yang terakreditasi 5 Meningkatkan Komunikasi dan Diseminasi Informasi Koordinasi dengan Promkes dalam pembuatan, penggandaan dan distribusi bahan eliminasi filariasis ke masyarakat Gili Gili Bekerjasama lintas sektor,swasta, dan LSM untuk membangun dan memperluas jaringan informasi dengan memanfaatkan teknologi informasi 6 Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan eliminasi filariasis Meningkatkan sosialisasi eliminasi filariasis melalui promkes dengan melibatkan masyarakat 7 Melaksanakan survey dasar

8 Memastikan pencatatan dan pelaporan efektif, efisien, lengkap dan tepat waktu 9 Meningkatkan kemampuan surveilans kasus kejadian ikutan pasca pengobatan filariasis 10 Melakukan monitoring dan evaluasi yang sistematis,secara periodik 11 Melaksanakan evaluasi prevalensi mikrofilaria setelah pengobatan masal filariasis 12 Meningkatkan penemuan kasus klinis kronis baru di kabupaten

Promotif: Panduan pemberian POMP : Pengobatan massal menggunakan kombinasi Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dosis tunggal 6mg/kg berat badan, Albendazol 400 mg (1 tablet) dan Paracetamol (sesuai takaran) yang diberikan sekali setahun selama 5 tahun pada penduduk yang berusia 2 tahun ke atas. Sebaiknya minum obat anti filariasis sesudah makan dan dalam keadaan istirahat/tidak bekerja. Upaya ini dimaksudkan untuk membunuh mikrofilaria dalam darah dan cacing dewasa. Sasaran pengobatan massal adalah seluruh penduduk yang tinggal di daerah endemis, kecuali: 1. Anak-anak berusia < 2 tahun 2. Ibu hamil dan menyusui 3. Orang yang sedang sakit 4. Orang tua yang lemah 5. Penderita serangan epilepsi Setiap orang yang ditemukan mikrofilaria dalam darahnya mendapat pengobatan yang memadai agar tidak menderita klinis filariasis dan tidak menjadi sumber penularan terhadap masyarakat sekitarnya (Depkes RI, 2005). Pedoman pelaksanaan promosi kesehatan, strateginya adalah: a. Pemberdayaan Yaitu upaya untuk menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan, kemauan dan kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit filariasis. Pemberdayaan tehadap individu Pemberdayaan tehadap individu dapat dilakukan oleh setiap petugas kesehatan puskesmas terhadap individu yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan individu yang menjadi sasaran kunjungan

seperti Posyandu, Pustu, UKS. Misalnya: Melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di sekitar wilayah kerja puskesmas dan memberikan penyuluhan mengenai penularan, penyebaran dan gejala penyakit filariasis kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dapat berupa leaflet, poster atau media lainnya. Pemberdayaan Keluarga Yaitu dilakukan oleh petugas puskesmas yang melaksanakan kunjungan rumah yang berada di wilayah kerja puskesmas X. Misalnya: Memberikan penyuluhan mengenai penularan, penyebaran dan gejala penyakit filariasis kepada seluruh siswa sekolah yang bersangkutan. Metode yang digunakan dapat berupa leaflet, poster atau media lainnya. Pemberdayaan masyarakat Memberikan penyuluhan kepada kader aktif di desa wilayah puskesmas X tentang penularan penyakit filariasis dan cara memberantas nyamuk sebagai vektor penyakit filariasis kepada masyarakat pulau Gili- Gili. Hal ini juga dapat dilakukan pada para nelayan atau pengusaha di Pulau Gili Gili. Penyuluhan Pemberantasan nyamuk dewasa o Anopheles : residual indoor spraying o Aedes : aerial spraying Pemberantasan jentik nyamuk o Anopheles : Abate o Culex : minyak tanah o Mansonia : melenyapkan tanaman air tempat perindukan, mengeringkan rawa dan saluran air Mencegah gigitan nyamuk Menggunakan kawat nyamuk/kelambu. Menggunakan repellent

Dilakukannya Pemantauan Jentik berkala Pemantauan jentik dilakukan secara langsung oleh petugas surveilens atau pun tidak langsung melalui anak sekolah yang sudah diajarkan cara memeriksa jentik oleh petugas puskesmas yang dating ke sekolah. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) o 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) o Membersihkan semak-semak, pembersihan tanaman air di rawa/sekitar rumah o Membersihkan selokan yang tergenang di sekitar rumah b. Bina suasana Upaya menciptakan suasana lingkungan sosial yang mendorong setiap individu, keluarga dan masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya serta menciptakan lingkungan sehat dan berperan aktif dalam penyelenggaraan kesehatan. Khususnya untuk mengajak individu, keluarga dan masyarakat dari fase tahu ke fase mau memerlukan lingkungan yang mendukung, yaitu dengan cara pemasangan poster, pembagian leaflet atau pemutaran video yang berkaitan dengan penyakit filariasi c. Advokasi Dalam upaya memberdayakan individu, keluarga dan masyarakat, Puskesmas membutuhkan dukungan dari pihak-pihak lain, sehingga advokasi perlu dilakukan. Misalnya dalam upaya menurunkan angka kesakitan penyakit filariasis di wilayah puskesmas X, Puskesmas perlu melakukan advokasi kepada pimpinan daerah setempat untuk memberikan penghargaan kepada desa yang berhasil menurunkan angka kesakitan penyakit filariasis.

V. RUK No. Upaya Kesehatan Kegiatan Tujuan Sasaran Target Kebutuhan Sumber Daya Dana Alat Tenaga Indikator Keberhasilan Sumber Dana 1. Promosi Penyuluhan Pengetahuan Seluruh 95% Rp. Gedung Dokter Meningkatnya Dinkes Kesehatan tentang gejala penularan filariasis masyarakat tentang penyakit warga masyarakat pulau Gili- Gili 10.000.000,00 untuk penyuluhan Stiker Pamflet Spanduk Dll. Kader aktif Perangkat desa pengetahuan masyarakat tentang gejala dan penularan filariasis Pengajua n proposal ke pangusah a lokal 2. Kesehatan Kerja bakti Menciptakan Seluruh 90% Rp. Alat-alat Seluruh Lingkungan Lingkungan membersihkan lingkungan warga 5.000.000,00 kebersihan warga yang bersih lingkungan yang bersih masyarakat masyarakat rumah dan sehat pulau Gili- di wilayah Gili kerja puskesmas 3. Pemberantasan Program Menurunkan Seluruh 20% Rp. Kelambu Dokter Menurunnya Penyakit Menular POMP filariasis Pemantauan jentik angka kesakitan filariasis warga masyarakat pulau Gili- Gili (70%- 50%) 15.000.000,00 gratis Alat fogging Pembagian Kader aktif Perangkat Desa angka kesakitan filariasis Pemberantasan lotion anti

sarang nyamuk nyamuk Menghindari gigitan nyamuk 4. Pengobatan Pemberian obat Mengobati Seluruh 90% Rp. Obat Dokter, Menurunnya gratis untuk mengobati penderita pasien yang menderita filariasis pasien filariasis di wilayah 5.000.000,00 Sarana transpotrasi kader aktif dan perangkat angka kesakitan filariasis filariasis yaitu kerja desa dietil puskesmas carbamazine Gili-Gili

VI. RPK Upaya Volume Lokasi Tenaga No Kegiatan Sasaran Target Rincian Pelaksanaan Jadwal Kesehatan Kegiatan Pelaksanaan Pelaksana 1 Promosi Kesehatan Penyuluhan tentang gejala penularan filariasis Seluruh warga masyarakat pulau Gili- Gili 95% 2 X sebulan 2 Kesehatan Kerja bakti Seluruh 90% 4 X Lingkungan membersihkan warga sebulan lingkungan rumah masyarakat (Setiap pulau Gili- Minggu) Gili 3 Pemberantasan Pemantauan Seluruh 20% 2 X Penyakit jentik warga (70%- sebulan Menular Pemberantasan masyarakat 50%) sarang nyamuk pulau Gili- Menghindari Gili gigitan nyamuk - Penyuluhan dilaksanakan - Mengajarkan tentang: Aula setempat 2X sebulan gejala filariasis Jan - Penularan, pencegahan Des - kerja bakti yang di bagi - Lingkungan Setiap tiap RT u/membersihkan sekitar tempat minggu lingkungan sekitar rumah warga seperti : selokan - Pemantauan jentik - Sekitar 2X berkala lingkungan sebulan - Pemberantasan sarang tempat tinggal nyamuk warga mulai: - Menghindari gigitan januarinyamuk desember 4 Pengobatan Pemberian obat Seluruh 90% 2 X - Pemberian obat gratis - Puskesmas 2X Biaya Dinkes Pengajuan proposal ke pangusaha lokal

gratis untuk pasien sebulan sebulan mengobati filariasis di penderita filariasis wilayah yaitu dietil kerja carbamazine puskesmas Gili-Gili