BAB I PENDAHULUAN. yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan go public. Dalam proses go public, sebelum diperdagangkan di pasar

BAB I PENDAHULUAN. di pasar modal atau disebut juga dengan go public. Adapun tujuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat umum melalui pasar

BAB I PENDAHULUAN. memperjualbelikan sekuritas, atau secara formal pasar modal dapat juga

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan kepada publik atau sering dikenal dengan go public di pasar modal.

BAB I PENDAHULUAN. Jogiyanto (1998) dan Anggarwal et al. (2001) mengemukakan bahwa salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sumber pendanaan selain sumber-sumber. Banyaknya perusahaan yang telah memutuskan go public akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dunia usaha dan investasi untuk investor. Setiap perusahaan tentu memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan dari luar perusahaan adalah melalui mekanisme penyertaan yang

BAB I PENDAHULUAN. persaingan usaha yang semakin ketat. Salah satu kendala yang kerap kali dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi seperti sekarang ini, perusahaan-perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. atau saham baru perusahaan kepada publik atau go public.

BAB I PENDAHULUAN. beberapa proses terlebih dahulu. Transaksi pertama yang dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. pihak lain yang mau ikut menanamkan modalnya pada perusahaan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan tersebut,

Abstrak. Kata kunci : Underpricing, Reputasi Auditor, Size, Return on Assets, Financial Leverage

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan perusahaan, permasalahan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal dalam bentuk konkrit berupa Bursa Efek (securities / stock

BAB I PENDAHULUAN. umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada publik atau yang

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang bisa dilakukan oleh perusahaan adalah menjual saham

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tersebut telah melakukan proses initial public offering (IPO). Yang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan modal suatu perusahaan akan semakin meningkat, hal ini

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN TERHADAP HARGA PASAR SAHAM SETELAH INITIAL PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK JAKARTA PERIODESASI

BAB I PENDAHULUAN. usahanya adalah dengan cara melakukan go public. Dana yang diperoleh dalam go

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. initial return dari hasil kegiatan tersebut (Handayani, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Banyak perusahaan yang membutuhkan dana besar untuk

BAB I. memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar tersebut, seringkali dana yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh modal tersebut adalah dengan melakukan go public. Go public

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat meningkatkan posisi keuangan perusahan disamping untuk. Perusahaan melakukan penjualan saham ataupun mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Penawaran umum saham perdana dikenal dengan istilah Initial Public

harga, yaitu penentuan harga saham saat IPO secara signifikan lebih rendah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pajak merupakan suatu sumber dana terbesar pada

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yaitu, melalui penambahan jumlah kepemilikan saham dengan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan maka kewajiban akan pendanaan juga semakin besar jumlahnya. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketiga, menambah saham lewat dividen yang tidak dibagi (dividend reinvestment

Repositori STIE Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan perusahaan dalam

PENGARUH INFORMASI AKUNTANSI PROSPEKTUS IPO TERHADAP TINGKAT UNDERPRICED DI BURSA EFEK INDONESIA

Disusun oleh : Karina Dewi Puspitasari B

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan (going concern). Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. disini sudah barang pasti akan berbeda dengan pasar komoditas dan pasar

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan memerlukan modal yang jumlahnya cukup besar.

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN. penawaran perdana yang dilakukan di pasar perdana (primary market) pada pasar

BAB I PENDAHULUAN. modal semakin besar seiring dengan perkembangan perusahaan. Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dinilai mampu menanamkan modalnya ke perusahaan. Rata rata untuk

BAB I PENDAHULUAN. iklim persaingan semakin ketat sehingga setiap perusahaan akan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. membayar hutang dan modal kerja (Porman, 2013:59). Underpricing terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan komunikasi menyebabkan iklim persaingan usaha menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. mengapa perusahaan memutuskan go public adalah: (1) pendiri perusahaan ingin

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan diharuskan tetap bugar untuk bertahan dalam menjalankan ekspansi

BAB I PENDAHULUAN. tambahan dana dalam rangka mengembangkan usahanya yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. memutuskan untuk go public untuk yang pertama kalinya, saham dilepas terlebih

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi. Seiring dengan ekspansi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perusahan sebagai suati entitas bisnis bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman globalisasi saat ini, banyak perusahaan yang berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing secara kompetitif untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. mewujudkannya dengan kebutuhan dana yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. Initial Public Offering ) untuk pertama kalinya terjadi di pasar perdana (

tunggal (biasanya investor institusi), secara privat (private placement), dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasar modal adalah untuk memperoleh capital gain. Menurut Darmadji dan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING SAHAM PERDANA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan usaha untuk mencari sumber tambahan dari eksternal, termasuk

PERBANDINGAN UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN NON-KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. (private) menjadi perusahaan publik atau sering dikenal dengan istilah go public

BAB I PENDAHULUAN. penawaran surat berharga ke masyarakat umum dengan maksud menghimpun dana,

PENGARUH VARIABEL-VARIABEL KEUANGAN DAN SIGNALING TERHADAP PENENTUAN HARGA PASAR SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk menarik investor dari luar dalam hal pendanaan tersebut.

ABSTRAK. Penulis melakukan penelitian terhadap saham-saham yang terdapat di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dengan periode penelitian dari tahun 1997 sampai

BAB I PENDAHULUAN. Efek) saham perusahaan yang akan go public terlebih dahulu dijual di pasar

BAB I PENDAHULUAN. penawaran yang umumnya dilakukan dengan menjual saham perusahaan kepada

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya melakukan ekspansi. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Tajamnya kompetisi dan luasnya skala persaingan didukung oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjual surat berharganya di pasar modal. Dapat dikatakan bahwa pasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Suatu perusahaan dalam melakukan transformasi bisnis dari suatu entitas

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan bukan hanya dimiliki oleh pemilik lama (founders), tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut dibutuhkan tambahan dana dalam melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Judul : Pengaruh Variabel Keuangan, Non Keuangan dan Ekonomi Makro terhadap Underpricing

BAB I PENDAHULUAN. underpricing tidak menguntungkan bagi perusahaan yang melakukan go public, pihak menguntungkan para investor (Johnson,2011).

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Return On Assets (ROA) Terhadap Tingkat Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI)

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas penawaran saham perdana atau IPO (Initial Public Offerings)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jeff Madura (2007)

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya melakukan usaha pendanaan untuk memenuhi kebutuhan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PERUSAHAAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu penyedia sumber pendanaan selain perbankkan. Dana yang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan IPO (Initial Public Offerings) yang dilakukan di pasar perdana

I. PENDAHULUAN. meneruskan usahanya. Hal ini mendorong manajemen untuk. suatu perusahaan akan semakin meningkat. Mereka membutuhkan dana internal

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal merupakan alternatif sumber dana di samping perbankan bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. antara manajer selaku agen dengan pemilik perusahaan sebagai principal. Para

BAB I PENDAHULUAN. diobservasi untuk dipakai sebagai penetapan. Ada 2 meode untuk

BAB I PENDAHULUAN. dunia, hal ini didukung dengan kemajuan di bidang teknologi dan komunikasi.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang belakangan ini, membuat perusahaan semakin terpacu untuk mengembangkan bisnisnya. Globalisasi akan semakin mendorong ketatnya persaingan diantara perusahaan-perusahaan, dan hanya perusahaan yang mempunyai strategi dan kemampuan bisnis yang baiklah yang mampu bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Dengan semakin ketatnya persaingan baik di tingkat nasional, regional maupun internasional, perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan daya saingnya untuk mampu bertahan dalam persaingan yang ketat. Dengan adanya persaingan yang begitu ketat, setiap perusahaan akan dituntut untuk bisa menghadapi tantangan dan hambatan yang timbul dari adanya persaingan tersebut. Perusahaan diharapkan dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mempertahankan kelangsungan bisnisnya, serta penggunaan strategi bisnis yang tepat oleh perusahaan dapat dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan nilai (value) bagi perusahaan, terutama dalam hal peningkatan laba perusahaan. Sejumlah dana yang besar diperlukan perusahaan untuk dapat bertahan dan mengembangkan bisnisnya. Pemenuhan kebutuhan dana untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai upaya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menjual saham ke masyarakat 1

umum melalui pasar modal. Dalam proses go public sebelum saham diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek) terlebih dahulu saham perusahaan yang go public dijual di pasar perdana (primary market) yang biasa disebut IPO (Initial Public Offering). Terdapat dua alasan mengapa perusahaan melakukan IPO yaitu untuk perluasan usaha dan perusahaan tak ingin menambah hutang baru dan kedua untuk mengganti sebagian hutang dengan ekuitas yang diperoleh dari penawaran perdana. Sementara itu, dilihat dari tujuan terdapat tiga tujuan, pertama untuk perluasan usaha, kedua untuk memperbaiki struktur modal dan ketiga untuk divestment atau pengalihan pemegang saham, sedangkan dilihat dari segi manfaat perusahaan yang go public adalah pertama perusahaan memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak per termin), kedua dana yang diperoleh dapat digunakan untuk memperluas usaha dan memperbaiki struktur modal, dan yang ketiga untuk memacu perusahaan untuk lebih profesional dikarenakan tuntutan dari publik/pemegang saham, serta yang keempat agar perusahaan menjadi dikenal masyarakat. Tabel 1.1 Nilai Rata-rata Initial Return dari 19 Negara No. Negara Jumlah Sampel Periode Waktu Rata-rata Initial Return (%) 1 Argentina 20 1991-1994 4.4 2 Australia 1562 1976-2011 21.8 3 Austria 102 1971-2010 6.3 4 Philipines 123 1987-2006 21.2 5 Brazil 275 1979-2011 33.1 6 Bulgaria 9 2004-2007 36.5 7 Canada 696 1971-2010 6.7 8 Malaysia 413 1980-2009 62.6 9 China 2102 1990-2010 137.4 2

No. Negara Jumlah Sampel Periode Waktu Rata-rata Initial Return (%) 10 Thailand 459 1987-2007 36.6 11 Denmark 164 1984-2011 7.4 12 Egypt 53 1990-2000 8.4 13 Hong Kong 1259 1980-2010 15.4 14 France 697 1983-2010 10.5 15 Singapore 591 1973-2011 26.1 16 Greece 373 1976-2011 50.8 17 India 2964 1990-2011 88.5 18 Indonesia 410 1990-2012 22.7 19 Iran 279 1991-2004 22.4 Sumber: Ritter et all, Pacific-Basin Finance Journal Selain di Indonesia fenomena underpricing juga terjadi dibeberapa negara lain. Tabel 1.1 menunjukkan bahwa semua perusahaan di ke-19 negara diatas mengalami underpricing pada saat initial public offering mereka, hal ini ditunjukkan dari dokumentasi nilai rata-rata initial return yang positif. Initial return positif menunjukkan bahwa investor mendapatkan keuntungan saat menjual saham yang mereka beli saat initial public offering. Dibandingkan dengan negara lain yang ada di tabel 1.1, underpricing di Indonesia masih dapat diterima dengan nilai average initial return positif 22.7%. Yang tertinggi adalah China dengan nilai average initial return 137,4%, dan yang terendah Argentina dengan nilai average initial return 4.4%. Tahun Tabel 1.2 Fenomena Underpricing di Indonesia tahun 2007-2012 Jumlah Total Underpricing Perusahaan Jumlah % 2007 22 18 48,51% 2008 19 14 73,68% 2009 13 8 61,54% 3

2010 23 22 95,65% 2011 25 14 56% 2012 22 17 77,2% Sumber: yahoo.finance.com (data diolah) Di Indonesia kondisi underpricing dapat dilihat dari Tabel 1.2 yang menunjukkan bahwa dalam 6 tahun (2007-2012) jumlah perusahaan yang underpricing mencapai lebih dari 50% dari jumlah perusahaan yang melakukan initial public offering. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan yang melakukan IPO tahun 2007-2012 tidak mendapatkan pendapatan yang maksimal dari initial public offering yang mereka lakukan. Penetapan harga saham perdana suatu perusahaan adalah hal yang tidak mudah. Salah satu penyebab sulitnya menetapkan harga penawaran perdana adalah karena tidak adanya informasi harga yang relevan. Hal ini terjadi karena sebelum pelaksanaan penawaran perdana, saham perusahaan belum pernah diperdagangkan sehingga kesulitan untuk menilai dan menentukan harga yang wajar. Di samping itu, keterbatasan informasi mengenai apa dan siapa perusahaan yang akan go public membuat perusahaan penjamin emisi (underwriter) maupun calon investor harus melakukan analisa yang baik sebelum memutuskan untuk membeli saham. Penentuan harga saham yang akan ditawarkan pada saat IPO merupakan faktor penting, baik bagi emiten maupun underwriter karena berkaitan dengan jumlah dana yang akan diperoleh emiten dan risiko yang akan ditanggung oleh underwriter. Jumlah dana yang diterima emiten adalah perkalian antara jumlah saham yang ditawarkan dengan harga per saham, sehingga semakin tinggi harga 4

per saham maka dana yang diterima akan semakin besar. Hal ini mengakibatkan emiten seringkali menentukan harga saham yang dijual pada pasar perdana dengan membuka penawaran harga yang tinggi, karena menginginkan pemasukan dana semaksimal mungkin. Sementara itu, underwriter sebagai penjamin emisi berusaha untuk meminimalkan risiko agar tidak mengalami kerugian akibat tidak terjualnya saham-saham yang ditawarkan. Informasi mengenai perusahaan yang akan melakukan IPO sangat penting dimiliki oleh para pihak yang akan menentukan harga saham pada saat IPO yaitu pihak emiten dan pihak underwriter. Ketidaksamaan informasi yang dimiliki oleh para pihak inilah yang dapat mengakibatkan perbedaan harga sehingga memungkinkan terjadinya underpricing. Baik pada pasar perdana maupun pasar sekunder, asimetri informasi ini selalu terjadi (Beatty, 1989; Leiland dan Pyle, 1977). Prospektus perusahaan, yang merupakan salah satu sumber informasi yang relevan dan dapat digunakan untuk menilai perusahaan yang akan go public, dimaksudkan untuk mengurangi adanya kesenjangan informasi yang terjadi seperti diuraikan sebelumnya. Menurut UU No. 8 Tahun 1995, prospektus adalah setiap informasi tertulis sehubungan dengan penawaran umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek. Informasi yang diungkapkan dalam prospektus akan membantu investor untuk membuat keputusan yang rasional mengenai risiko dan nilai saham sesungguhnya yang ditawarkan oleh emiten (Kim et al., 1995). Harga saham pada IPO ditentukan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan emiten dengan underwriter, sedangkan harga di pasar sekunder 5

ditentukan oleh mekanisme pasar atau permintaan dan penawaran. Permasalahan penting yang dihadapi emiten pada saat melakukan IPO adalah penutupan besarnya harga saham perdana. Emiten sebagai pihak yang membutuhkan dana menginginkan harga yang tinggi, sebaliknya underwriter berusaha untuk meminimalkan resiko yang ditanggungnya. Hal ini disebabkan oleh tipe penjaminan yang berlaku di Indonesia adalah full commitment, artinya pihak underwriter akan membeli saham yang tidak habis terjual saat IPO. Keadaan ini membuat underwriter berupaya untuk meminimalkan resiko dengan melakukan negosiasi dengan emiten agar harga saham-saham tersebut tidak terlalu tinggi, bahkan cenderung underpricing. Di saat yang bersamaan, reputasi auditor juga mempengaruhi IPO. Perusahaan yang akan melakukan IPO akan memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki reputasi baik karena reputasi auditor berpengaruh pada kredibilitas laporan keuangan ketika suatu perusahaan go public. Kredibilitas laporan keuangan akan sangat berguna bagi investor untuk informasi dalam menentukan investasinya. Auditor yang bereputasi tinggi mempunyai komitmen yang lebih besar dalam mempertahankan kualitas auditnya sehingga laporan perusahaan yang telah diperiksa oleh auditor bereputasi tinggi akan memberikan keyakinan yang lebih besar kepada investor akan kualitas informasi yang disajikan dalam prospektus dan laporan keuangan perusahaan. Widayani dan Yasa (2013) mengemukakan bahwa tingkat underpricing pada emiten yang menggunakan underwriter prestisius lebih besar dari underwriter nonprestisius. 6

Variabel lain yang berpengaruh terhadap underpricing selain reputasi auditor adalah umur perusahaan dan Earning Per Share (EPS). Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Informasi mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan dapat membantu investor untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan arus kas yang baik di masa mendatang. Variabel EPS menunjukkan laba perlembar saham perusahaan yang diharapkan dapat memberikan gambaran bagi investor mengenai keuntungan yang yang dapat diperoleh dalam suatu periode tertentu. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki EPS tinggi dibandingkan saham yang memiliki EPS rendah. EPS yang rendah cenderung membuat harga saham turun. Penelitian Wijayanto (2010) menunjukkan bahwa variabel EPS memiliki pengaruh terhadap underpricing. Perusahaan dengan umur operasi yang lama kemungkinan akan menyediakan informasi perusahaan yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang baru saja berdiri. Informasi ini akan bermanfaat bagi investor dalam mengurangi tingkat ketidakpastian perusahaan. Selain itu umur perusahaan juga memunjukkan seberapa matangnya perusahaan dan kemampuan perusahan untuk bersaing dan memecahkan masalah dalam perusahaan. Penelitian Putra (2010) menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap underpricing pada saat IPO. 7

Berdasarkan pemaparan pada paragraf-paragraf sebelumnya maka peneliti tertarik untuk meneliti Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi underpricing saham pada saat Initial Public Offering di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah reputasi underwriter berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO? 2. Apakah reputasi auditor berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO? 3. Apakah earning per share berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO? 4. Apakah umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO? 5. Apakah reputasi underwriter dan reputasi auditor, earning per share, dan umur perusahaan berpengaruh terhadap underpricing pada saat IPO? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut : 1. Menganalisis pengaruh reputasi underwriter terhadap underpricing pada IPO. 2. Menganalisis pengaruh reputasi auditor terhadap underpricing pada IPO. 8

3. Menganalisis pengaruh earning per share terhadap underpricing pada IPO. 4. Menganalisis pengaruh umur perusahaan terhadap underpricing pada IPO. 5. Menganalisis pengaruh reputasi underwriter, reputasi auditor, earning per share, dan umur perusahaan pada IPO. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi mengenai faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam membuat sebuah keputusan investasi pada saat membeli saham perdana dengan tujuan memperoleh return yang diharapkan 2) Bagi Emiten Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai fair price dan menghindarkan underwriter dari risiko saham tidak laku terjual. 3) Bagi Dunia Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menamba pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing saham serta dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya. 9