BAB I PENDAHULUAN. satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan warganya, pembangunan menentukan negara tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. akan membawa dampak terhadap pajak sehingga pajak memiliki sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini peranan pajak sebagai tulang punggung penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengamankan penerimaan anggaran negara dalam APBN setiap tahun. Sekitar 75

BAB I PENDAHULUAN. berkontribusi di dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara sekitar 70-80%.

BAB I PENDAHULUAN. Namun, sebagai upaya mewujudkan kemandirian negara, pemerintah terus

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, oleh karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah kewajiban warga negara yang merupakan wujud. langsung oleh wajib pajak dan bersifat memaksa. Saat ini peranan pajak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar. Semakin besarnya

PENDAHULUAN. sampai saat ini masih memberikan dampak bagi perekonomian dunia. Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan negara yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. rakyat. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah yang berlangsung secara berkesinambungan. Tentunya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengabdian terhadap negara yang timbal baliknya tidak bisa dirasakan secara

BAB I PENDAHULUAN. yang adil dan makmur (Punarbhawa dan Aryani, 2013). Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang - undang, keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. adanya administrasi perpajakan, untuk administrasi pajak pusat, diemban oleh

BAB I PENDAHULUAN. sektor perpajakan. Tiap tahunnya, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. innovator dan stabilisator pembangunan. Dalam pelaksanaan tugas tugas

BAB I PENDAHULUAN. orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,

BAB I PENDAHULUAN. oleh penerimaan negara yang bersumber dari pajak. Pajak dipungut oleh negara baik

BAB I PENDAHULUAN. pajak ini sangat berperan dalam kesejahteraan masyarakat di Indonesia. Seiring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penerimaan pajak merupakan sumber pembiayaan negara yang dominan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber utama penerimaan pemerintah di beberapa negara pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kontribusi terbesar penerimaan negara Indonesia saat ini berasal dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun persentase

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak sebagai bagian dari Departemen Keuangan Republik Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam penerimaan negara. Perkembangan kontribusi penerimaan pajak terhadap. Tabel 1. 1

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk kepentingan negara seperti halnya menyediakan infrastruktur yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara. Oleh karena itu, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.

BAB II PROFIL INSTANSI. 2.1Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan pemerintah dan pembangunan. Besar kecilnya pajak akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dalam hal perekonomian. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pembayar pajak, dan (2) melakukan ketentuan perpajakan secara seragam untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sendiri. Semua potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia harus digali dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional Indonesia merupakan suatu proses yang dilakukan

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB I PENDAHULUAN. macam kemudahan, kecepatan akses informasi, efektifitas dan efisiensi pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. hasil reformasi ini bersifat lebih sederhana (simplicity), netral (neutral), adil (equity),

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional. Pembangunan nasional. merupakan kegiatan yang akan terus-menerus dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak (DJP) terus melakukan

I. PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan elemen yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan pokok warganya, dengan mengandalkan penerimaan dalam negeri

BAB I PENDAHULUAN. jalannya roda pemerintahan. Lembaga yang ditunjuk untuk mengelola pajak

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara dan digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan pajak merupakan sumber dana bagi pemerintah yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Soemitro (dalam Sumarsan, 2013:3) pajak adalah iuran rakyat

BAB 1 PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Setiap daerah tersebut mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di segala bidang, sebagai wujud pemenuhan kewajibannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kewajiban kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan sebuah pemerintahan, Negara membutuhkan dana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu penerimaan negara dalam Anggaran Pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pajak memiliki peran yang sangat vital dalam sebuah negara,

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 16 tahun 2009 menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. dimana dengan penerimaan pajak ini negara dapat membiayai semua kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dari sumber migas dan non migas. Optimalisasi penerimaan pajak dikarenakan

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Kontribusi Penerimaan Pajak Terhadap Penerimaan Negara

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan membutuhkan peningkatan dalam penerimaan pajak. pajak telah memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan negara.

I. PENDAHULUAN. Tugas pokok Kantor Pelayanan Pajak (KPP) adalah memberikan. pelayanan kepada masyarakat secara profesional dan terintegrasi, untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan undang-undang, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang masih giat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran negara, baik untuk pembiayaan pemerintah, pembangunan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dari sektor pajak. Potensi penerimaan yang tinggi dan realisasinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri dan luar negeri. Sektor pajak merupakan salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. Besar kecilnya pajak akan menentukan kapasitas anggaran negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang berkesinambungan selama 4 tahun terakhir dalam APBN.

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Penerimaan pajak digunakan

Abstrak. Kata Kunci: administrasi perpajakan, kesadaran, kepatuhan, Wajib Pajak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pajak dan pandangan para ahli dalam bidang tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang membutuhkan anggaran yang cukup besar setiap tahunnya untuk melaksanakan berbagai macam pembangunan. Semakin besarnya pengeluaran pemerintah dalam rangka pembiayaan negara, menuntut peningkatan penerimaan negara yang salah satunya berasal dari penerimaan pajak. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 pasal 3 ayat (1) disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2013 diperoleh dari sumber-sumber penerimaan pajak, PNBP, dan pendapatan hibah. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 pasal 3 ayat (2) disebutkan bahwa penerimaan perpajakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperkirakan sebesar Rp 1.148.364.681.288.000,00 (Satu kuadriliun seratus empat puluh delapan triliun tiga ratus enam puluh empat miliar enam ratus delapan puluh satu juta dua ratus delapan puluh delapan ribu rupiah). Penerimaan dari sektor pajak merupakan tulang punggung penerimaan negara yang dipergunakan untuk membiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2013 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2013 pasal 3 ayat (5), 1

2 disebutkan bahwa jumlah Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2013 diperkirakan sebesar Rp 1.502.005.024.993.000,00 (Satu kuadriliun lima ratus dua triliun kima miliar dua puluh empat juta sembilan ratus sembilan puluh tiga ribu rupiah). Dari jumlah Anggaran Pendapatan Negara Tahun Anggaran 2013 tersebut, dapat disimpulkan bahwa 76% Anggaran Pendapatan Negara diperoleh dari penerimaan pajak. Besarnya kontribusi penerimaan pajak tersebut terhadap pendapatan negara, sangat mempengaruhi jalannya roda pemerintahan dan perekonomian bangsa. Dana dari penerimaan pajak sebagai sumber utama Anggaran Pendapatan Belanja Negara tersebut dialokasikan untuk mendanai berbagai sendi kehidupan bangsa untuk kemakmuran rakyat, mulai dari sektor pertanian, industri, perbankan, kesehatan maupun pendidikan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat dikatakan bahwa pajak merupakan salah satu unsur penerimaan negara, yang memiliki peran sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Terkait dengan hal ini, Direktorat Jendral Pajak merupakan salah satu institusi pemerintah yang secara struktural berada di bawah Departemen Keuangan yang menjalankan tugas administrasi perpajakan. Dengan visi menjadi model pelayanan masyarakat yang menyelenggarakan sistem dan manajemen perpajakan kelas dunia yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, Direktorat Jenderal Pajak menetapkan salah satu misinya, yaitu misi fiskal, untuk menghimpun penerimaan dalam negeri dari sektor pajak yang mampu menunjang kemandirian pembiayaan pemerintah berdasarkan undang-undang perpajakan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi yang tinggi. Visi dan misi DJP tersebut

3 akan sulit diwujudkan jika hanya mengandalkan sistem administrasi yang lama, untuk itulah DJP harus melakukan reformasi. Upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak salah satunya dengan melakukan reformasi terhadap Peraturan Perundangundangan Perpajakan yang harus dilaksanakan dengan tepat dan benar oleh wajib pajak, pemotong/pemungut pajak, dan pegawai pajak/fiskus, serta terhadap sistem administrasi perpajakan. Selain itu, pemerintah juga memberikan kebijakankebijakan di bidang perpajakan yang bertujuan untuk memberikan stimulus agar meningkatkan kepatuhan wajib pajak yang nantinya diharapkan mampu meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Berbagai kebijakan yang diambil selain merevisi Undang-undang, antara lain dengan perbaikan sistem pelayanan yang ada pada struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak melalui pembentukan Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Perbaikan infrastruktur dan peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi prioritas dalam memberikan pelayanan yang baik. Direktorat Jendral Pajak sebagai institusi pelayanan publik dituntut untuk dapat memperbaiki, melakukan reformasi serta mengantisipasi perkembangan zaman yang terus terjadi, sehingga dapat mengoptimalkan penerimaan pajak untuk pembangunan negara dengan menjunjung asas keadilan sosial dan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak. Reformasi perpajakan sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak tahun 1983 dengan perubahan official assessment system menjadi self assessment system, sedangkan dalam program reformasi perpajakan tahun 2008 terdapat konsep modernisasi administrasi perpajakan yaitu adanya layanan yang prima dan

4 pengawasan yang intensif yang menitikberatkan pada prinsip-prinsip good governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi teknologi yang handal dan terkini. Untuk meningkatkan dan mensukseskan pelayanan prima tersebut, Direktorat Jendral Pajak telah menyiapkan pelayanan ekstra pada setiap KPP Modern. KPP modern dapat berupa KPP Wajib Pajak Besar (LTO - Large Taxpayers Office), KPP Madya (MTO - Medium Taxpayers Office), dan KPP Pratama (STO - Small Taxpayers Office). Reformasi administrasi perpajakan memiliki beberapa aspek penting, yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan perpajakan. Aspek yang pertama dalam hal struktur organisasi. Untuk melaksanakan perubahan secara lebih efektif dan efisien, sekaligus mencapai tujuan organisasi yang diinginkan, penyesuaian struktur organisasi Direktorat Jendral Pajak merupakan suatu langkah yang harus dilakukan dan sifatnya cukup strategis. Perubahan struktur organisasi Direktorat Jenderal Pajak yaitu struktur berdasarkan jenis pajak menjadi struktur berdasarkan fungsi, sehingga tanggung jawab dan wewenang serta alur kerja masing-masing unit menjadi terfokus. Sistem ini diharapkan akan menciptakan tingkat efektivitas dan efisiensi yang tinggi dalam pemberian pelayanan, bimbingan dan pengawasan kepada wajib pajak. Setelah adanya reformasi perpajakan, sebagai langkah pertama untuk memudahkan wajib pajak, ke tiga jenis kantor pajak yang ada, yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (KPPBB), serta Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa), dilebur menjadi Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

5 Dengan demikian, wajib pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk menyelesaikan masalah perpajakannya. Pada struktur organisasional yang baru, terdapat penambahan tugas berupa tersedianya Account Representative yang bertugas sebagai partner bagi wajib pajak dalam berhubungan dengan kantor pajak. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah wajib pajak dalam melakukan perpajakannya di kantor pelayanan pajak. Dengan adanya Account Representative, maka wajib pajak akan dapat dilayani secara prima. Selain itu, pelayanan perpajakan juga sudah mulai satu atap (one top service) karena semua jenis pelayanan perpajakan baik jenis pajak PPh, PPN, PBB selain PBB Pedesaan dan Perkotaan dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak. Dengan model KPP Modern seperti diuraikan di atas diharapkan Direktorat Jendral Pajak dapat memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dalam masalah perpajakan. Aspek yang kedua dalam hal sistem dan prosedur kerja, serta kelengkapan lainnya yang menyangkut teknologi informasi dan sumber daya manusia. Hal yang menonjol adalah teknologi informasi. Dengan penggunaan teknologi informasi, maka siapapun dapat berurusan dengan kantor pajak secara online. Penggunaan teknologi tersebut ditandai dengan pengembangan Sistem Informasi Perpajakan (SIP) dengan pendekatan fungsi menjadi Sistem Administrasi Perpajakan Terpadu (SPAT) yang di kendalikan oleh case management system serta berbagai pelayanan dengan basis e-system seperti e-spt, e-filling, e- Payment, Taxpayer account, e-registration, dan e-counceling yang diharapkan meningkatkan mekanisme pengontrolan yang lebih efektif.

6 Aspek terakhir adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan good governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan institusi. Direktorat Jendral Pajak dengan program modernisasinya senantiasa berupaya menerapkan prinsip-prinsip good governance tersebut dengan cara pembuatan dan penegakan Kode Etik Pegawai yang secara tegas mencantumkan kewajiban dan larangan bagi para pegawai Direktorat Jendral Pajak dalam pelaksanaan tugasnya, termasuk sanksi-sanksi bagi setiap pelanggaran Kode Etik pegawai tersebut. Hal tersebut dilakukan oleh Direktorat Jendral Pajak karena selama ini image pajak di mata masyarakat cukup buruk, dikarenakan banyaknya perilaku aparatur yang menyalahi ketentuan hukum seperti meminta uang dalam hal pengurusan NPWP, mempersulit wajib pajak dalam hal pemerikasaan, banyak melakukan pemerasan, pemeriksaan pajak yang serampangan, tidak professional, KKN antara wajib pajak dan petugas pajak yang cukup tinggi. Dengan adanya penerapan prinsip good governance tersebut, diharapkan dapat menciptakan pelayanan yang bersih, transparan, dan professional. Reformasi administrasi perpajakan selain dapat berpengaruh pada kinerja pelayanan perpajakan yang lebih baik, reformasi administrasi perpajakan juga berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak, yang salah satunya diindikasikan dengan peningkatan penerimaan pajak. Menurut Nasucha (2004), perbaikan administrasi perpajakan diharapkan dapat mendorong meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, karena program reformasi administrasi perpajakan ini mempunyai tujuan tercapainya : (1) tingkat kepatuhan sukarela yang tinggi, (2) tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi, dan (3) produktivitas

7 pegawai perpajakan yang tinggi. Hal tersebut juga ditegaskan oleh Toshiyuki (2001) bahwa target akhir dari reformasi administrasi perpajakan adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak. Hal yang sama diungkapkan oleh Summers et al. (1991) bahwa dalam self assessment system, aktivitas utama administrasi perpajakan adalah untuk mengawasi kepatuhan dan meyakinkan bahwa wajib pajak menjalankan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam hal pendaftaran wajib pajak, penilaian, menjalankan prosedur pemungutan, pelaporan dan pembayaran dengan tidak melakukan penghindaran dan penggelapan pajak. Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri, kepatuhan menyetorkan kembali SPT, kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang, dan kepatuhan dalam pembayaran pajak tunggakan. Berkaitan dengan reformasi administrasi perpajakan tersebut, pada bulan Oktober tahun 2007 sesuai keputusan Dirjen Pajak, penerapan sistem administrasi modern dengan pembentukan KPP Pratama Yogyakarta sebagai perwujudan KPP modern mulai didirikan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti ingin membuktikan apakah reformasi administrasi perpajakan berpengaruh terhadap kinerja pelayanan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Yogyakarta, sehingga dapat digunakan sebagai informasi bagi aparat pajak di KPP Pratama Yogyakarta guna terus memberikan pelayanan yang lebih baik di kemudian hari. Selain itu, dengan adanya reformasi administrasi perpajakan tersebut diharapkan kinerja pelayanan perpajakan dan tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Yogyakarta dapat semakin baik. Dengan demikian, untuk

8 mewujudkan perbaikan kinerja pelayanan perpajakan dan meningkatkan kepatuhan wajib pajak, reformasi administrasi pajak harus dilaksanakan secara serius oleh pemerintah, sehingga penerimaan dari sektor pajak juga dapat digali secara optimal. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah terdapat pengaruh reformasi administrasi perpajakan terhadap kinerja pelayanan perpajakan di KPP Pratama Yogyakarta? 2. Apakah terdapat pengaruh reformasi administrasi perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa reformasi administrasi perpajakan tersebut dapat mempengaruhi kinerja pelayanan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Yogyakarta. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Teori Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya studi tentang perpajakan, khususnya mengenai reformasi administrasi perpajakan dalam kaitannya dengan kinerja pelayanan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak.

9 2. Kontribusi Praktek Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan, khususnya bagi Direktorat Jendral Pajak bahwa dibutuhkan keseriusan dalam usaha melaksanakan dan memperbaiki reformasi administrasi perpajakan, agar dapat memberikan dampak yang besar terhadap kinerja pelayanan perpajakan dan kepatuhan wajib pajak sehingga dapat meningkatkan penerimaan pajak. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan reformasi administrasi perpajakan, kinerja pelayanan perpajakan, dan kepatuhan wajib pajak. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi populasi dan sampel penelitian, metode proses pengambilan sampel, strategi pengumpulan data, jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional & cara pengukurannya, teknik analisis data, serta alat analisis yang digunakan untuk uji hipotesis (regresi).

10 Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menjelasakan cara menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian serta pembahasan lebih lanjut. Bab V Kesimpulan dan Saran Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah dilakukan.