BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasar teori keuangan, tujuan manajemen adalah menciptakan nilai bagi pemegang kepentingan, lebih spesifiknya, untuk memaksimalkan kesejateraan pemegang saham (Jensen, 2001). Sedangkan tujuan utama investor adalah memperoleh keuntungan (return) dalam bentuk dividen maupun capital gain. Dividen merupakan suatu bentuk pembayaran yang dilakukan oleh perusahaan dari keuntungan yang diperoleh kepada para pemegang saham berdasar banyaknya jumlah saham yang dimiliki. Perusahaan dapat mendistribusikan dividen pada pemegang saham melalui bentuk kas atau saham. Sedangkan capital gain (loss) adalah selisih antara harga saham pembelian dengan penjualan. Investor pada dasarnya adalah seorang risk-averse, mereka cenderung menyukai return yang pasti dibanding tidak. Dalam mempertimbangkan dan menilai investasi, mereka membutuhkan informasi yang relevan mengenai perusahaan. Informasi yang relevan ini tercermin dalam kebijakan dividen. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan berkaitan dengan membayar laba sebagai dividen kepada para pemegang saham atau menahan laba tersebut guna kebutuhan reinvestasi dalam perusahaan. Pada masa awal keuangan perusahan, perbincangan mengenai kebijakan dividen hanya berkutat pada frekuensi pembayaran (apakah pembayaran dilakukan per tahun, setengah 1
tahun, atau lain sebagainya) dan berapa jumlah yang harus dibayar perusahaan. Namun, saat ini lingkup mengenai kebijakan dividen telah berkembang jauh lebih luas. Bagaimana pun, terdapat beberapa isu penting yang perlu diperhatikan terkait dengan pemutusan kebijakan dividen. Lintner (1956) mengidentifikasi beberapa pertanyaan yang perlu dibahas saat penetapan kebijakan dividen: Apakah pembayaran dividen harus dipertahankan pada tingkat ini atau diubah? Apakah investor akan cenderung memilih pembayaran dividen yang stabil atau yang berfluktuasi dengan pendapatan? Apakah kebijakan dividen harus mendukung investor yang lebih tua atau lebih muda? Terdapat beberapa alasan mengapa penentuan kebijakan dividen perusahaan penting bagi manajemen perusahaan. Kebijakan dividen dalam suatu perusahaaan merupakan hal yang kompleks karena melibatkan kepentingan banyak pihak yang terkait. Menurut Ioanas Corina (2009), penetapan kebijakan dividen merupakan hal penting karena beberapa alasan, seperti sikap investor, dampak pada program keuangan dan anggaran modal perusahaan, pengaruh pada arus kas perusahaan, dan ekuitas pemegang saham. Pengurangan pembayaran dividen akan menimbulkan pandangan terkait masalah keuangan pada perusahaan sehingga investor berpikir negatif akan hal tersebut. Kemudian, penentuan kebijakan dividen juga dapat berdampak pada program keuangan dan anggaran modal perusahaan. Pembayaran dividen yang 2
besar akan mengurangi pendanaan untuk investasi, begitu pula sebaliknya. Kesempatan untuk memperoleh keuntungan dari investasi di masa yang akan datang pun berkurang seiring dengan meningkatnya pembayaran dividen. Selain itu, kebijakan dividen berpengaruh pada arus kas perusahaan. Pembatasan pembayaran dividen akan dilakukan oleh perusahaan dengan tingkat likuiditas rendah. Terakhir, perusahaan yang memilih keuntungan yang diperoleh digunakan untuk membayar dividen, dibanding investasi, akan berakibat pada meningkatnya rasio hutang sehingga menurunkan ekuitas pemegang saham. Pembayaran dividen mengandung informasi mengenai prospek perusahaan. Jika perusahaan membayar dividen maka diisyaratkan bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Namun, jika terdapat pengurangan pembayaran dividen maka mengakibatkan investor berpandangan negatif akan hal tersebut. Hal ini sesuai dengan teori signalling hypothesis yang menjelaskan bahwa manajer membayar dividen untuk menyampaikan informasi mengenai prospek perusahan sehingga asimetris informasi dapat terkurangi. Oleh sebab itu, investor yang pada dasarnya seorang risk-averse akan cenderung menginginkan pembayaran dividen yang relatif stabil. Pembayaran dividen yang stabil menunjukkan risiko yang rendah. Hal ini pun berdampak pada volatilitas investasi. Dengan investor yang pada hakikatnya merupakan seorang risk averse, volatilitas dari investasi penting bagi mereka karena hal tersebut mengukur level dari risiko yang diekspos dari investasi tersebut (Hussainey, 2011). 3
Volatilitas dari saham biasa merupakan tingkat perubahan harga sekuritas pada beberapa periode yang dapat digunakan sebagai ukuran untuk mendefinisikan risiko, semakin besar volatilitas maka semakin besar risiko memperoleh untung atau rugi. Jika suatu saham diberi label sebagai volatil maka harga saham tersebut bervariasi dari waktu ke waktu sehingga sulit untuk memprediksi harga saham masa depan perusahaan tersebut. Singkatnya, kebijakan dividen berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Hal ini tersirat dari investor sebagai seorang risk-averse cenderung menginginkan pembayaran dividen karena mendefinisikan risiko yang rendah. Risiko yang rendah mengarah pada volatilitas harga saham yang stabil atau tidak bervariasi karena volatilitas investasi mengukur risiko yang diekspos investasi tersebut. Isu mengenai kebijakan dividen memiliki pengaruh dengan volatilitas harga saham telah menjadi perdebatan bertahun-tahun di antara para akademisi. Berdasar penelitian-penelitian yang telah dilakukan, terdapat bukti yang mendukung dan juga menolak hubungan kebijakan dividen dengan volatilitas harga saham. Beberapa ahli berpendapat bahwa dividen merupakan sinyal bagi investor bahwa perusahaan beroperasi dengan efektif, sementara beberapa lainnya berpendapat saat semua variabel lainnya tetap, pembayaran dari dividen tidak secara efektif mengurangi volatilitas saham. Berdasarkan dampak dividen pada harga saham atau nilai perusahaan, terdapat dua kelompok opini, yakni kelompok yang percaya bahwa dividen tidak berdampak pada nilai perusahaan dan kelompok yang percaya bahwa 4
dividen meningkatkan nilai perusahaan. Pada kelompok pertama yang dipelopori dengan teori dividend irrelevance, Miller dan Modigliani (1961) menyatakan bahwa pada kondisi pasar yang sempurna, dividen tidak relevan dan tidak memiliki dampak pada nilai perusahaan. Mereka berpendapat bahwa dividen yang tinggi akan berdampak pada apresiasi nilai modal yang rendah. Sedangkan pada kelompok kedua, yang didukung oleh Gordon (1959), berasumsi bahwa investor pada dasarnya adalah risk-averse, mereka cenderung memilih return yang pasti dibanding yang tidak, oleh sebabnya mereka mengutamakan return yang pasti. Lebih lanjut, investor yang memiliki saham yang tidak terdapat pembayaran dividen akan menjual saham tersebut atau berhutang saat membutuhkan dana. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Baskin (1989), ditemukan bahwa dividend yield di antara faktor lain memiliki hubungan yang terdefinisi dengan volatilitas harga saham, tapi tidak dapat disimpulkan apakah dividend yield tersebut memiliki akibat dan efek langsung bagi volatilitas harga saham. Sementara itu, berdasar penelitian yang diakukan oleh Allen & Rachim (1996), dengan tujuan menemukan hubungan antara kebijakan dividen dengan volatilitas harga saham di pasar saham Australia, mengemukakan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara dividend payout ratio dan volatilitas harga. Dengan ditemukannya kolinearitas yang tinggi pada dividend yield dengan dividend payout ratio maka mereka memutuskan untuk mengeluarkannya dari variable dan lebih berfokus pada dividend payout ratio. 5
Lebih lanjut, Allen & Rachim menunjukkan bahwa penentu utama dari volatilitas harga adalah volatilitas pendapatan dan hutang. Penelitian lain telah dilakukan oleh Hussainey, Mgbame, & Chijoke- Mgbame (2011). Penelitian tersebut dicari hubungan yang sama dengan variabel yang digunakan Allen & Rachim namun di pasar saham UK. Pada penelitian tersebut, ditemukan bahwa dividend payout ratio dan dividend yield memiliki hubungan negatif pada volatilitas harga saham, namun hanya dividend payout ratio yang signifikan. Penemuan ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Allen & Rachim. Kemudian, studi yang dilakukan oleh Profilet & Bacon (2013) di pasar saham US menemukan bahwa dividend yield dan ukuran perusahaan berhubungan negatif dengan volatilitas harga saham. Temuan dividend yield ini sesuai dengan penemuan Signalling Hypothesis oleh Al-Malkawi mengenai semakin besar dividend yield perusahaan, semakin kecil volatilitas harga sahamnya. Sementara temuan ukuran sesuai dengan penemuan Hussainey et al. Lebih lanjut, Profilet & Bacon mengemukakan terdapat hubungan negatif antara hutang dan pertumbuhan perusahaan dengan volatilitas harga saham. Hubungan positif diobservasi antara dividend payout ratio dan volatilitas harga saham memberikan hasil yang menyimpang dari standar. 6
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, masalah yang diteliti dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah dividend yield berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham? 2. Apakah dividend payout ratio berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dibuat oleh penulis dengan tujuan: 1. Untuk menguji pengaruh dividend yield terhadap volatilitas harga saham. 2. Untuk menguji pengaruh dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: 1. Bagi investor, informasi yang terdapat dalam penelitian ini dapat membantu dalam mengambil keputusan terkait pembelian saham. 2. Bagi perusahaan, informasi mengenai hasil penelitian dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan dividen yang optimal mengingat terdapat pengaruh pada harga saham. 7
3. Bagi akademisi, informasi yang terdapat dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan panduan dalam penelitian yang akan datang. 1.5 Sistematika Penelitian Penulisan dari penelitian ini terbagi dalam 5 bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I: Pendahuluan Bab ini berfungsi sebagai pengantar penelitian yang membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan juga sistematika penelitian. BAB II: Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas teori yang digunakan penulis dalam mendukung penelitian. Secara garis besar, konsep mengenai efficient market hypothesis, dividen, volatilitas harga saham, dan penelitian terdahulu dipaparkan pada subbab telaah pustaka. Lebih lanjut, kerangka pemikiran dan hipotesis juga menjadi sub-bab dari bab ini. BAB III: Metode Penelitian Bab ini membahas variabel dan definisi operasional, populasi dan sampel data yang digunakan dalam penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, dan metode analisis data. 8
BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas hasil penelitian. Deskripsi penelitian, pemilihan model penelitian, analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, dan pengujian hipotesis dijelaskan secara mendalam pada bab ini. BAB V: Penutup Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan saran bagi penelitian selanjutnya. 9