PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
j ajo66.wordpress.com 1

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 241/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 74/Permentan/OT.140/12/2007 TENTANG PENGAWASAN OBAT HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN MUTU BIBIT INDUK AYAM RAS UMUR SEHARI (DOC-PS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Pendaftaran Pakan. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN MENTERI PERTANIAN,

=DITUNDA= PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Pert/SR.130/2/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 253/Kpts/OT.140/4/2004 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 242/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PENDAFTARAN DAN LABELISASI PAKAN

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 02/Pert/HK.060/2/2006 TENTANG PUPUK ORGANIK DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 19/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Nama Perusahaan :... A l a m a t. Sebagai produsen atau pembuat pakan dengan bahan pakan :...

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 14/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DAN PENGUJIAN KEAMANAN DAN MUTU PRODUK HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PERMENTAN/SR.130/5/2009 TAHUN 2009 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 15/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN SURVEILANS RESIDU DAN CEMARAN MIKROBA PADA PRODUK HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 39/Permentan/OT.140/8/2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA SERTIFIKASI PRODUK ALAT DAN MESIN PERTANIAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 44/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU ALAT DAN MESIN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 60/Permentan/HK.060/8/2007 TENTANG UNIT PERCEPATAN PENCAPAIAN SWASEMBADA DAGING SAPI TAHUN 2010

No.1610, 2014 KEMENTAN. Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan. Angka Kredit. Petunjuk Teknis. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 237/Kpts/OT.210/4/2003 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PENGADAAN, PEREDARAN DAN PENGGUNAAN PUPUK AN-ORGANIK

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 02/MEN/2010 TENTANG PENGADAAN DAN PEREDARAN PAKAN IKAN

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 808/Kpts/TN.260/12/94 TENTANG SYARAT PENGAWAS DAN TATACARA PENGAWASAN OBAT HEWAN MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 84/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS MUTU PAKAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 32/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 239/Kpts/ot.210/4/2003 TENTANG PENGAWASAN FORMULA PUPUK AN- ORGANIK MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMENTAN/SR.140/10/2011 TENTANG PUPUK ORGANIK, PUPUK HAYATI DAN PEMBENAH TANAH

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 18/Permentan/OT.140/4/2009 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA OBAT HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR VETERINER DENPASAR

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 49/Permentan/OT.140/6/2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLA ALIH TEKNOLOGI PERTANIAN

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 58/Permentan/OT.140/8/ TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

No.1274, 2014 KEMENTAN. Pestisida. Pengawasan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 41/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 31/Permentan/OT.140/7/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 04/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG UNIT RESPON CEPAT PENYAKIT HEWAN MENULAR STRATEGIS

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 70/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 05/Permentan/HK.060/3/06 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kewenangan. Izin Usaha. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 09/Kpts/TP.260/1/2003 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Tata Cara. Syarat. Izin Usaha. Obat Hewan. Pemberian. Pencabutan.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 205/Kpts/OT.210/3/2003 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 393/Kpts/OT.130/6/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGUJIAN MUTU PRODUK TANAMAN MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48/M-DAG/PER/12/2010 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 663/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

PEDOMAN PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/SR.140/2/2007 TENTANG SYARAT DAN TATACARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK MENTERI PERTANIAN,

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Indonesia Nomor 3547) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 664/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PERSUTERAAN ALAM MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 32/Permentan/OT.140/3/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.557/Menhut-II/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PEMANTAUAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/Permentan/SR.140/9/2014 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 68/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43/Permentan/SR.140/8/2011 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENDAFTARAN PUPUK AN-ORGANIK

2017, No KEP/58/M.PAN/6/2004 tentang Jabatan Fungsional Penggerak Swadaya Masyarakat dan Angka Kreditnya; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENELITIAN AGROKLIMAT DAN HIDROLOGI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Kredit Usaha. Pembibitan Sapi. Pelaksanaan. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Permentan/KP.120/7/2007 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN PENYULUH PERTANIAN BERPRESTASI

2 Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdagangan tent

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2017, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan (Lemb

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/SR.120/3/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 64/Kpts/SR.130/3/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 08/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

2016, No menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang perhubungan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 10/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 606 /KPTS/013/2013 TENTANG KOMISI PENGAWASAN PUPUK DAN PESTISIDA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 34/Permentan/OT.140/7/2006 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENETAPAN INSTANSI KARANTINA HEWAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 58/Permentan/OT.140/8/2007 TENTANG PELAKSANAAN SISTEM STANDARDISASI NASIONAL DI BIDANG PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Kep

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 665/Kpts-II/2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MENTERI KEHUTANAN,

2016, No Guru dan Tenaga Kependidikan Menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah Provinsi; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Si

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 17/Permentan/SR.130/5/2006 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 42/Permentan/SR.140/5/2007 TENTANG PENGAWASAN PESTISIDA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2001 TENTANG PUPUK BUDIDAYA TANAMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 241/Kpts/OT.210/4/2003 telah ditetapkan Pedoman Pengawsan Mutu Pakan; b. bahwa dalam upaya meningkatkan koordinasi, daya guna dan hasil guna pengawasan mutu pakan dan sekaligus sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 32Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dipandang perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Pertanian Nomor 241/Kpts/OT.210/4/2003; : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824) 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4473), Juncto Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang 280

(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737); 5. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 6. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005; 7. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Republik Indonesia; 8. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 471/Kpts/ TN.530/7/2002 tentang Pelarangan Penggunaan Tepung Daging, Tepung Tulang, Tepung Darah, Tepung Daging dan Tulang (TDT) dan Bahan Lainnya Asal Ruminansia Sebagai Pakan Ternak Ruminansia; 9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 299/Kpts/ OT.240/7/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan Menteri PertanianNomor 11/Permentan/OT.140/2/2007; 10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/ OT.140/9/2005 tentang Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/ OT.140/2/2007; 11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 482/Kpts/ PD.620/8/2006 tentang Pemasukan Ternak Ruminansia dan Produknya dari Negara atau Bagian Negara (Zone) terjangkit Penyakit BSE ke dalam Wilayah Republik Indonesia; MEMUTUSKAN Menetapkan : 281

KESATU KEDUA KETIGA : Pedoman Pengawasan Mutu Pakan seperti tercantum pada Lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini. : Pedoman Pengawasan Mutu Pakan sebagaimana dimaksud pada Diktum KESATU merupakan acuan bagi semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pengawasan mutu pakan; : Pedoman Pengawasan Mutu Pakan sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU tida mengurangi ketentuan pengawasan barang dalam peredaran sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen dan peraturan pelaksanaannya; KEEMPAT : Dengan ditetapkannya peraturan ini, Keputusan Menteri Pertanian Nomor 241/Kpts/OT.210/4/2003 tentang Pedoman Pengawasan Mutu Pakan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KELIMA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 28 September 2007 MENTERI PERTANIAN, ttd. ANTON APRIYANTONO SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Perindustrian; 3. Menteri Kesehatan; 4. Pimpinan Unit Eselon I di Lingkungan Departemen Pertanian; 5. Gubernur provinsi di seluruh Indonesia; 6. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan provinsi di selururh Indonesia; 7. Bupati/Walikota di seluruh Indonesia; 8. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 282

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 65/Permentan/OT.140/9/2007 TANGGAL : 28 September 2007 PEDOMAN PENGAWASAN MUTU PAKAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakan merupakan salah satu faktor dan strategis dalam menetukan tingkat produksi dan produktivitas ternak. Sebagai salah satu faktor penting dan strategis tersebut pakan harus tetap dijaga dan dijamin mutunya sehingga mampu mendukung kebijakan pemerintah di bidang peningkatan produksi dan produktivitas ternak dimaksud. Dalam rangka melakukan pengawasan terhadap pakan yang beredar, dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor 241/Kpts/OT.210/4/2003 telah ditetapkan Pedoman Pengawasan Mutu Pakan, sebagai acuan bagi Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan/atau Petugas Pengawas Mutu Pakan yang ditunjuk dalam melakukan kegiatan pengawasan, sehingga pakan yang beredar benar-benar dapat dijamin mutunya sampai pada tingkat pengguna Dalam perkembangannya, dengan adanya perubahan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, dan dalam upaya pemberdayaan Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan/atau Petugas Pengawas Mutu Pakan serta dalam rangka meningkatkan koordinasi pengawasan mutu pakan di daerah, maka perlu meninjau kembali Keputusan Menteri Pertanian Nomor 241/Kpts/OT.210/4/2003 tersebut. B. Maksud dan Tujuan 1. Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi para pejabat fungsional dan petugas pengawas mutu pakan dalam melakukan kegiatan di bidang pengawasan mutu pakan dan bahan baku pakan. 283

2. Pedoman ini bertujuan untuk menjamin agar pakan yang diproduksi dan diedarkan/diperdagangkan sampai dengan diberikan kepada ternak tetap terjaga mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM) yang ditetapkan serta untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam pembuatan dan peredaran. C. Ruang Lingkup Ruang lingkup pengaturan ini meliputi Pengawas Mutu Pakan, Rencana Pengawasan; Lokasi dan Obyek Pengawasan; Tatacara dan Teknik Pengambilan Sampel; Tatacara Pengawasan dan Tindak Lanjut Hasil Pengawasan; serta Pelaporan. D. Pengertian Dalam Pedoman ini yang dimaksud dengan ; 1. Pakan adalah campuran dari beberapa bahan baku pakan, baik yang sudah lengkap maupun yang masih akan di lengkapi, yang disusun secara khusus untuk dapat dipergunakan sebagai pakan sesuai dengan jenis ternaknya. 2. Bahan baku pakan adalah bahan-bahan hasil pertanian, perikanan, peternakan atau bahan lainnya yang layak dipergunakan sebagai pakan baik yang telah diolah maupun yang belum diolah. 3. Konsentrat adalah pakan yang kaya akan sumber protein dan atau sumber energi, serta dapat mengandung pelengkap pakan dan atau imbuhan pakan. 4. Pelengkap pakan (feed supplement) adalah suatu zat yang secara alami sudah terkandung dalam pakan, tetapi jumlahnya perlu ditingkatkan dengan menambahkannya dalam pakan. 5. Imbuhan pakan (feed additive) adalah suatu zat yang secara alami tidak terdapat pada pakan, yang tujuan pemakaiannya terutama sebagai pemacu produk ternak. 6. Pengawasan mutu pakan adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengawasi pembuatan dan peredaran bahan baku pakan dan pakan dengan tujuan agar pakan yang dibuat dan diedarkan memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan. 7. Pengawas mutu pakan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan mutu bahan baku pakan dan pakan. 8. Mutu Pakan adalah kesesuaian pakan terhadap dipenuhinya persyaratan Standar Nasional Indonesia (SNI) atau Persyaratan Teknis Minimal (PTM) yang ditetapkan. 284

9. Pembuatan pakan adalah kegiatan mencampur dan mengolah berbagai bahan baku pakan untuk dijadikan pakan. 10. Penyimpanan pakan adalah kegiatan dan tatacara penyimpanan bahan baku pakan dan atau pakan yang memenuhi persyaratan teknis yang telah ditetapkan. 11. Peredaran pakan adalah kegiatan yang meliputi pengangkutan, penyerahan dan penyimpanan bahan baku pakan dan atau pakan untuk diperjual belikan atau dipergunakan sendiri. 12. Cemaran pakan adalah bahan/zat asing yang terdapat dalam bahan baku pakan dan atau pakan yang dapat mengakibatkan turunnya mutu dan atau mengganggu kesehatan ternak. 13. Etiket atau label pakan adalah setiap keterangan mengenai pakan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pakan, dimasukkan kedalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian dari kemasan. 14. Pemalsuan pakan adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja oleh perorangan atau badan hukum dengan menambahkan dan atau mengurangi bahan/zat lain ke dalam pakan dan atau meniru etiket/label pakan dan atau kemasan sehingga pakan, etiket/label pakan, dan atau kemasan pakan seolah-olah seperti aslinya. 15. Sampel bahan baku pakan dan pakan adalah sejumlah bahan baku pakan dan pakan diambil sewaktu-waktu dari lokasi produsen, distributor, agen, pengecer atau peternak untuk dilakukan pengujian dalam rangka pengawasan mutu bahan baku pakan dan pakan. A. Persyaratan Pengawas BAB II PENGAWAS MUTU PAKAN 1. Pengawasan mutu pakan hanya dapat dilakukan oleh Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan. Apabila di suatu Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan belum mempunyai Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan, maka pengawasan mutu pakan dapat dilakukan oleh Petugas Pengawas Mutu Pakan. 285

2. Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan Pengangkatan dan pemberhentian sebagai Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan dilakukan sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP/31/M.PAN/3/2004 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan Angka Kreditnya, dan Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 528/Kpts/OT.140/9/2004 dan Nomor 34A Tahun 2004 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan Angka Kreditnya serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 111/Kpts/OT.140/3/2005 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Pengawas Mutu Pakan dan Angka Kreditnya. 3. Penunjukkan dan Pemberhentian Petugas Pengawas Mutu Pakan. Penunjukan dan pemberhentian Petugas Pengawas Mutu Pakan dilakukan oleh Gubernur atas usul Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan Provinsi, dan Bupati/Walikota atas usul Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan kabupaten/kota. a) untuk dapat ditunjuk sebagai Petugas Pengawas Mutu Pakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) berijazah serendah-rendahnya SMU/SMK bidang peternakan; 2) lulus pendidikan dan pelatihan teknis di bidang pengawasan mutu pakan; dan 3) setiap unsur penilaian prestasi kerja atau pelaksanaan pekerjaan dalam Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir. b) Untuk dapat diberhentikan sebagai Petugas Pengawas Mutu Pakan apabila sebagai berikut : 1) mutasi/perpindahan tugas; 2) berafiliasi dengan industri pakan; 3) melakukan pelanggaran; 4) mengundurkan diri; dan/atau 5) meninggal dunia 286

B. Pelatihan Pengawas Mutu Pakan Pelatihan pengawas mutu pakan meliputi pelatihan teknis pengawasan mutu pakan dan pelatihan fungsional pengawas mutu pakan. 1. Setiap Petugas Pengawas Mutu Pakan wajib mengikuti pelatihan teknis pengawasan mutu pakan yang dilaksanakan oleh Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan provinsi apabila peserta pelatihan meliputi petugas provinsi atau kabupaten/kota di wilayah provinsi yang bersangkutan berdasarkan Petunjuk Pelaksanaan Pelatihan Teknis Pengawas Mutu Pakan yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Peternakan. 2. Pelatihan fungsional pengawas mutu pakan dilaksanakan bagi para Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan baik Tingkat Dasar maupun Tingkat Penjenjagan, Pelaksanaan Pelatihan fungsional Pengawas mutu pakan dilaksanakan oleh unit kerja berdasarkan tugas pokok dan fungsinya di bidang pendidikan dan pelatihan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pelatihan bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS). C. Tugas dan Wewenang 1. Tugas Pengawas mutu pakan mempunyai tugas melakukan pengawasan di tingkat produsen, distributor/agen/pengecer, alat transportasi dan peternak/pengguna bahan baku pakan dan pakan. a) Pengawasan di tingkat produsen bahan baku pakan dan pakan, meliputi: 1) pemeriksaan terhadap dokumen perizinan usaha; 2) pemeriksaan terhadap peredaran/distribusi pakan, etikel/ label serta masa berlakunya nomor pendaftaran pakan untuk setiap jenis pakan; 3) pemeriksaan sarana laboratorium pengujian sampel bahan baku pakan dan pakan; 4) pemeriksaan sarana produksi dan tempat penyimpanan bahan baku dan pakan; 5) pemeriksaan terhadap kualitas fisik bahan baku pakan; 6) pemeriksaan terhadap pemakaian bahan baku pakan termasuk pemakaian pelengkap pakan (feed supplement) dan imbuhan pakan (feed additive); 7) pemeriksaan terhadap proses produksi pakan, pengemasan dan pelabelan pakan; 287

8) pengambilan sampel bahan baku pakan dan pakan untuk dilakukan pengujian mutu pada Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau laboratorium pengujian mutu pakan yang telah terakreditasi. b) Pengawasan di tingkat distributor/agen/pengecer bahan baku pakan dan pakan meliputi: 1) pemeriksaan terhadap dokumen perizinan usaha; 2) pemeriksaan terhadap kesesuaian kemasan pakan dengan kemasan asli dari produsen; 3) pemeriksaan tehadap jenis pakan yang dijual, etiket/label dan nomor pendaftran yang tercantum dalam etiket/label yang menyertai setiap kemasan; 4) pemeriksaan terhadap sarana penyimpanan bahan baku pakan dan pakan yang dijual; 5) pengambilan sampel bahan baku pakan dan pakan untuk dilakukan pengujian mutu Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau laboratorium pengujian mutu pakan yang telah terakreditasi. c) Pengawasan di tingkat peternak/pengguna bahan baku pakan dan pakan, meliputi: 1) pemeriksaan tempat penyimpanan bahan baku pakan dan pakan; 2) pemeriksaan terhadap jenis bahan baku pakan dan pakan yang digunakan dan pemberiannya kepada ternak; 3) pengambilan sampel bahan baku pakan dan pakan untuk dilakukan pengujian mutu pada Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak atau laboratorium pengujian mutu pakan yang telah terakreditasi. 2. Wewenang Dalam melaksanakan tugasnya pengawas mutu pakan mempunyai wewenang : a) Di tingkat produsen, meliputi: 1) memasuki lokasi produsen; 2) melakukan pengamatan terhadap tempat penyimpanan bahan baku dan pakan; 3) melakukan pengamatan pada laboratorium pengujian mutu pakan; 4) melakukan pengamatan terhadap proses produksi pakan, pengemasan dan pelabelan pakan; 288

5) mengusulkan penghentian sementara produksi dan peredaran pakan yang dicurigai melakukan penyimpangan dalam produksi pakan; b) Di tingkat distributor/agen/pengecer meliputi: 1) memasuki tempat penyimpanan bahan baku pakan dan pakan; 2) mengusulkan pencabutan sebagai distributor/agen/pengecer apabila ditemukan terjadinya penyimpangan terhadap mutu bahan baku pakan dan pakan. c) Di tingkat peternak/pengguna, meliputi: 1) memasuki tempat penyimpanan bahan baku pakan dan pakan yang digunakan; 2) meminta keterangan kepada pengguna/peternak mengenai jenis pakan yang dipakai, cara memperolehnya dan jumlah yang diberikan kepada peternak; 3) melarang penggunaan pakan apabila diduga pakan yang digunakan tidak sesuai dan atau tidak memenuhi standar atau persyaratan teknis minimal mutu pakan yang ditetapkan. BAB III RENCANA PENGAWASAN Setiap pengawas mutu pakan wajib membuat rencana kerja tahunan pengawasan yang dirinci dalam kegiatan bulanan, yang mencakup jadual, lokasi, jumlah produsen, distributor, agen. Pengecer. Peternak/pengguna yang akan dikunjungi serta rencana biaya yang diperlukan. Rencana kerja tahunan tersebut disampaikan kepada kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi kabupaten/kota tempat kedudukan satuan administrasi pangkalnya. Pengawas mutu pakan yang tempat kedudukan satuan administrasi pangkalnya berada dipusat menyampaikan rencana kerja tahunan kepada Direktur Jenderal Peternakan melalui Pejabat Eselon II yang membidangi fungsi pengawasan mutu pakan 289

A. Lokasi Pengawasan BAB IV LOKASI DAN OBYEK PENGAWASAN Pengawasan mutu pakan dapat dilakukan di tempat-tempat produsen, distributor/agen/pengecer, peternak/pengguna bahan baku pakan dan pakan serta pada alat transportasi pengangkut pakan. B. Obyek Pengawasan Pengawasan dilakukan terhadap mutu pakan dan bahan baku pakan yang dipergunakan untuk menyusun formula pakan, yang meliputi: 1. Sarana produksi, proses produksi, pengemasan, labelisasi serta tempat penyimpanan pakan dan bahan baku pakan; 2. Proses produksi dan tempat penyimpanan pakan; 3. Sarana dan tempat penyimpanan pakan dan bahan baku pakan pada distributor/agen/pengecer. Peternak/pengguna, dan alat transportasi pengangkut pakan; 4. Dokumen perizinan usaha pada produsen, distributor/agen/ pengecer; 5. Sarana penyimpanan dan penggunaan pakan dan bahan baku pakan pada peternak/pengguna BAB V TATA CARA DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL A. Tata Cara Pengambilan Sampel 1. Sampel diambil secara acak dan harus merupaskan campuran yang merata dan persediaan pakan dan bahan baku pakan yang diperiksa; 2. Sampel diambil dari karung yang belum dibuka dengan menggunakan alat pengambil sampel (trier atau probe); 3. Karung diletakkan horizontal,alat pengambil sampel dimasukkan dari salah satu sudut karung ke arah sudut lain yang berlawanan (diagonal); 4. Tarik alat pengambil sampel tersebut, kemudian sampel yang terikut didalam celahnya dimasukkan ke dalam kantong plastik kemasan sampel sampai sebanyak 500 gram; 5. Ulangi pengambilan sampel dari sudut yang berlawanan apabila masih belum mencapai 500 gram; 290

6. Sampel yang sudah tertampung dalam kantong plastik kemudian dibagi 2 (dua) masing-masing sebanyak 250 gram, disegel dan diberi nomor kode di hadapan pemilik; 7. Dua buah sampel yang sudah disegel dan diberi kode tersebut, satu dikirim ke Laboratorium yang telah terakreditasi untuk kepentingan pengujian dan satu disimpan di tempat pengambilan sampel untuk pemeriksaan ulang bila diperlukan. B. Teknik Pengambilan Sampel Untuk memperoleh sampel yang tepat dilakukan dengan teknik pengambilan sampel sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) 19-0428-1998 tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Padatan dan SNI 19-0429-1989 tentang Petunjuk Pengambilan Contoh Semi Padat dan Cair. BAB VI TATA CARA PENGAWASAN DAN TINDAK LANJUT HASIL PENGAWASAN A. Tata Cara Pengawasan Pengawasan mutu pakan dapat dilakukan secara tidak langsung dan secara langsung. 1. Pengawasan Tidak Langsung Pengawasan tidak langsung dilaksanakan dengan cara membuat laporan secara periodik setiap 3 (tiga) bulan sekali. 2. Pengawasan Langsung Pengawasan Langsung dapat dilakukan secara periodik sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat dan disetujui oleh pejabat yang berwenang dan/atau sewaktu-waktu apabila ada kasus. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas mutu pakan barus membawa surat tugas yang dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang di kedudukan satuan administrasi pangkalnya. B. Tindak Lanjut Hasil Pengawasan Apabila dalam pengawasan mutu pakan ditemukan pakan atau bahan baku pakan yang tidak sesuai dengan standar atau persyaratan teknis 291

minimal yang ditetapkan, maka harus ditindak lanjuti sesuai kewenangannya. 1. Terhadap produsen pakan yang tidak mempunyai Nomor Pendaftaran Pakan atau tidak sesuai mutunya antara hasil uji dengan yang tertera pada etiket/label, ditindak lanjuti sebagai berikut: a) Pakan yang beredar lintas provinsi 1) pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan adminiistrasi pangkalnya di provinsi melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi. Selanjutnya Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi mengusulkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi tempat pakan tersebut diproduksi untuk melakukan teguran secara tertulis kepada produsen pakan agar segera melakukan pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakannya, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan, Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di kabupaten/kota lokasi temuan serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi. 2) pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan administrasi pangkalnya di kabupaten/kota melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan di kabupaten/kota. Selanjutnya Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan kabupaten/kota mengusulkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan provinsi tempat pakan tersebut diproduksi untuk segera melakukan pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakannya, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan, Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi. 3) pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan administrasi pangkalnya di Pusat melaporkan dan mengusulkan kepada Direktur Jenderal Peternakan untuk memberikan teguran secara tertulis atau memperbaiki mutu pakannya, dengan Tembusan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi 292

peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi. b) pakan yang beredar dalam provinsi 1) pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan administrasi pangkalnya di provinsi melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi Selanjutnya Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi melakukan teguran secara tertulis kepada produsen pakan agar segera melakukan pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakannya, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di kabupaten/kota lokasi temuan serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi. 2) pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan administrasi pangkalnya di kabupaten/kota melaporkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di kabupaten/kota. Selanjutnya Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di kabupaten/kota mengusulkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan provinsi tempat pakan tersebut diproduksi untuk melakukan teguran secara tertulis kepada produsen pakan agar segera melakukan pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakannya dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan.Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi 3) pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan administrasi pangkalnya di kabupaten/kota lokasi pakan produksi melaporkan dan mengusulkan kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di kabupaten/kota untuk memberikan teguran tertulis kepada produsen pakan agar segera melakukan pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakannya, dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Peternakan, Kepala Dinas yang 293

membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi. 4) Pengawas mutu pakan yang kedudukan satuan administrasi pangkalnya di Pusat melaporkan dan mengusulkan kepada Direktur Jenderal Peternakan untuk memberikan teguran secara tertulis kepada produsen pakan agar segera melakukan pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakannya, dengan tembusan kepada Kepala Dinas Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi, Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di kabupaten/kota serta instansi yang berwenang mengeluarkan izin usaha/produksi. c) apabila dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kalender terhitung sejak tanggal diterimanya surat teguran tersebut produsen pakan tidak mengajukan permohonan nomor pendaftaran pakan atau memperbaiki mutu pakan yang diproduksi, maka Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi tempat kedudukan produsen pakan melarang pakan tersebut beredar. d) Kepala Dinas yang embidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi tempat kedudukan produsen pakan melaporkan pelarangan peredaran pakan tersebut kepada Direktur Jenderal Peternakan dengan tembusan kepada Gubernur, Bupati/Walikota serta Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan di Kabupaten/kota. BAB VII LAIN-LAIN Apabila pengawas mutu pakan dalam pengawasannya menemukan pakan dan atau bahan baku yang diduga telah dipalsukan atau disalahgunakan, maka pengawas mutu pakan melakukan tindakan berupa penyidikan lebih lanjut secara berkoordinasi dengan pejabat yang berwenang serta melakukan langkah-langkah pelaporan kepada pejabat yang berwenang sesuai ketentuan dan prosedur yang berlaku. Dalam hal pengawas mutu pakan dalam melaksanakan tugasnya menemukan adanya penggunaan tepung daging, tepung tulang, tepung darah, tepung daging dan tulang dan bahan lainnya asal ruminansia 294

sebagai pakan ternak ruminansia maka harus dilakukan tindakan lebih lanjut berupa pengambilan sampel dan dilakukan pengujian di laboratorium yang mempunyai kompetensi untuk melakukan pengujian. BAB VIII PELAPORAN Pengawas mutu pakan wajib membuat laporan hasil pengawasan secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali, sesuai obyek yang diawasi dan hasil analisa sampel yang diambil. Pengawas mutu pakan melaporkan hasil pengawasan tersebut kepada Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi, dan kabupaten/kota. Kepala Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan/atau kesehatan hewan di provinsi atau kabupaten/kota mengirimkan laporan pelaksanaan pengawasan mutu pakan kepada Direktur Jenderal Peternakan dengan tembusan disampaikan kepada Gubernur dan Bupati/Walikota. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pengawasan mutu pakan yang pada saat ini masih melaksanakan tugasnya sebagai pengawas mutu pakan, masih tetap berwenang melaksanakan pengawasan mutu pakan sampai ditetapkan kembali oleh pejabat yang berwenang menunjuk/mengangkat dan memberhentikan pengawasan mutu pakan. BAB X PENUTUP Pedoman ini bersifat dinamis dan akan disesuaikan kembali dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) serta kebutuhan masyarakat. MENTERI PERTANIAN, ttd. ANTON APRIANTONO 295