BAB 2. PEMBAHASAN 2.1. Definisi Cerebral Palsy

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rosenbaum dkk, palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan

Modul ke: Pedologi. Cedera Otak dan Penyakit Kronis. Fakultas Psikologi. Yenny, M.Psi., Psikolog. Program Studi Psikologi.

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK ATETOID HEMIPLEGI DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

Aksep Cerebral palsy BAB I KONSEP DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

KEMAMPUAN BERJALAN PADA CEREBRAL PALSY

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerebral palsy (CP). CP merupakan gangguan kontrol terhadap fungsi motorik

BAB I PENDAHULUAN. progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat. maturasi serebral (Mahdalena, Shella. 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut World Health Organization (WHO), diperkirakan terdapat sekitar 7-10 % anak berkebutuhan khusus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Penerimaan Orang Tua ( Parents Acceptance)

CEREBRAL PALSY PENDAHULUAN

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN METODE NEURO DEVELOPMENT TREATMENT (NDT) PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGIA DI YPAC SURAKARTA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Palsi serebral adalah gangguan permanen gerakan dan bentuk tubuh, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

Topografi: Letak gangguan di otak Etiologi: Penyebab dan saat terjadinya gangguan

CEREBRAL PALSY DEFINISI KLASIFIKASI KLINIS

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya adalah cerebral palsy (CP). CP merupakan kelainan atau

BAB I PENDAHULUAN. serebelum sehingga menyebabkan keterbatasan aktivitas. 1, 2

SETYO WAHYU WIBOWO, dr. Mkes Seminar Tuna Daksa, tinjauan fisiologis dan pendekatan therapiaccupressure, KlinikUPI,Nov 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAHASAN SEKITARNYA YANG MERUPAKAN DASAR ADANYA GERAK DARI GERAK SISTEM OTOT TULANG TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. otak yang menghambat tumbuh kembang anak. Brunner dan Suddarth mengartikan

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi sumber daya yang berkualitas tidak hanya dilihat secara fisik namun

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

CEREBRAL PALSY DEFINISI

BAB I PENDAHULUAN. menetap selama hidup, tetapi perubahan gejala bisa terjadi sebagai akibat. dalam kelompok CP (Hinchcliffe, 2007).

Dr. Soeroyo Machfudz, Sp.A(K), MPH Sub.bag Tumbuh Kembang/Ped. Sosial INSKA RS. Hermina / Bag. IKA FK-UII Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuh kembang anak yang optimal merupakan dambaan setiap orang tua dan orang tua harus lebih memperhatikan

LAPORAN PENDAHULUAN RETARDASI MENTAL. Disusun Oleh : Hadi Ari Yanto

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian pergerakan dengan manifestasi klinis yang. tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Cerebral Palsy (CP) adalah suatu kelainan gerak dan. kerusakan atau gangguan disel-sel motorik pada susunan

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

BAB I PENDAHULUAN. persallinan, bayi baru lahir, dan masa nifas.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat non progresif yang terjadi pada proses tumbuh kembang. CP

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

Rehabilitasi pada perdarahan otak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Pelayanan Kesehatan bagi Anak. Bab 7 Gizi Buruk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akibat gangguan fungsional otak fokal maupun global dengan gejala-gejala yang

KEBUTUHAN MOBILITAS FISIK

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE HEMORAGE DEXTRA STADIUM RECOVERY

Definisi Bell s palsy

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

dan komplikasinya (Kuratif), upaya pengembalian fungsi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yang abnormal, gerakan tak terkendali, dan kegoyangan saat. dengan sifat dari gangguan gerakan yaitu spastic, athetoid,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada ketidakmampuan untuk mengendalikan fungsi motorik, postur/ sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

PENGARUH MOBILISASI TRUNK TERHADAP PENURUNAN SPASTISITAS PADA CEREBRAL PALSY SPASTIK DIPLEGI

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting. Untuk menilai tumbuh kembang anak banyak pilihan cara. Penilaian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Undang-undangKesehatan No. 36 Tahun 2009 yaitu keadaan sehat fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Kelainan kongenital adalah penyebab utama kematian bayi di negara maju

KONSEP ANAK TUNADAKSA. Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan. Bab ini penulis akan membahas tentang tindakan keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan merupakan pertambahan kemampuan struktur dan fungsi tubuh

Gangguan Neuromuskular

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

Apakah Anda menderita nyeri. MAKOplasty. pilihan tepat untuk Anda

Esti Nurwanti, S.Gz., Dietisien., MPH

RISIKO PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA PADA IBU HAMIL BADAN NARKOTIKA NASIONAL PROVINSI JAWA TENGAH

Pengertian. Bayi berat lahir rendah adalah bayi lahir yang berat badannya pada saat kelahiran <2.500 gram [ sampai dengan 2.

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB І PENDAHULUAN. semakin tidak terkendali seperti: pergeseran pola makan kearah yang serba

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Otak merupakan organ yang sangat vital bagi seluruh aktivitas dan fungsi

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

Leukemia. Leukemia / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN MEI 2015 UNIVERSITAS HASANUDDIN REFERAT CEREBRAL PALSY. Disusun Oleh: Yessi Pratiwi Okviani

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

Kanker Payudara. Breast Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan dan efisiensi. Dengan kata lain, harus memiliki kontrol yang

KEBUTUHAN FISIOLOGIS KESELAMATAN DAN KEMANAN. FATWA IMELDA, S.Kep, Ns

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Vaskular Accident (CVA) sangat kurang, mulai personal hygiene sampai

Transkripsi:

BAB 2. PEMBAHASAN 2.1. Definisi Cerebral Palsy Cerebral palsy adalah suatu gangguan atau kelainan yang terjadi pada suatu kurun waktu dalam perkembangan anak, mengenai sel-sel motorik di dalam susunan saraf pusat, bersifat kronik dan tidak progresif akibat kelainan atau cacat pada jaringan otak yang belum selesai pertumbuhannya. Walaupun lesi serebral bersifat statis dan tidak progresif, tetapi perkembangan tanda-tanda neuron perifer akan berubah akibat maturasi serebral. Yang pertama kali memperkenalkan penyakit ini adalah William John Little (1843), yang menyebutnya dengan istilah cerebral diplegia, sebagai akibat prematuritas atau afiksia neonatorum. Sir William Olser adalah yang pertama kali memperkenalkan istilah cerebral palsy, sedangkan Sigmund Freud menyebutnya dengan istilah Infantile Cerebral Paralysis 2.2. Epidemiologi Di Amerika, prevalensi penderita CP dari yang ringan hingga yang berat berkisar antara 1,5 sampai 2,5 tiap 1000 kelahiran hidup. Angka ini didapatkan berdasarkan data yang tercatat pada pelayanan kesehatan, yang dipastikan lebih rendah dari angka yang sebenarnya. (Kuban, 1994) Suatu penelitian pada anak usia sekolah, prevalensi CP ditemukan 1,2 2,5 anak per 1.000 populasi. Sedikitnya 5.000 kasus baru CP terjadi tiap tahunnya. (Gordon, 1987; Gilroy, 1992). Dari kasus tersebut 10 % sampai 15 % CP didapatkan adanya kelainan otak yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau trauma setelah bulan pertama kehidupan. (Gilroy, 1992; Adam 1981) Di Indonesia, prevalensi penderita CP diperkirakan sekitar 1 5 per 1.000 kelahiran hidup. Laki laki lebih banyak daripada perempuan. Seringkali terdapat pada anak pertama. Hal ini mungkin dikarenakan kelahiran pertama lebih sering mengalami kelahiran macet. Angka kejadiannya lebih tinggi pada bayi berat badan lahir rendah dan kelahiran kembar. 3

Umur ibu seringkali lebih dari 40 tahun, terlebih lagi pada multipara. (Soetjiningsih, 1995) 2.3. Klasifikasi Banyak klasifikasi yang diajukan oleh para ahli, tetapi pada kesempatan ini akan diajukan klasifikasi berdasarkan gambaran klinis dan derajat kemampuan fungsionil. Berdasarkan gejala klinis maka pembagian cerebral palsy adalah sebagai berikut: 1) Tipe spastis atau piramidal. Pada tipe ini gejala yang hampir selalu ada adalah : a) Hipertoni (fenomena pisau lipat). b) Hiperrefleksi yang djsertai klonus. c) Kecenderungan timbul kontraktur. d) Refleks patologis. Secara topografi distribusi tipe ini adalah sebagai berikut: a) Hemiplegia apabila mengenai anggota gerak sisi yang sama. b) Spastik diplegia. Mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak bawah lebih berat. c) Kuadriplegi, mengenai keempat anggota gerak, anggota gerak atas sedikit lebih berat. d) Monoplegi, bila hanya satu anggota gerak. e) Triplegi apabila mengenai satu anggota gerak atas dan dua anggota gerak bawah, biasanya merupakan varian dan kuadriplegi. 2) Tipe ekstrapiramidal Akan berpengaruh pada bentuk tubuh, gerakan involunter, seperti atetosis, distonia, ataksia. Tipe ini sering disertai gangguan emosional dan retardasi mental. Di samping itu juga dijumpai gejala hipertoni, hiperrefleksi ringan, jarang sampai timbul klonus. Pada tipe ini kontraktur jarang ditemukan, apabila mengenai saraf otak bisa terlihat wajah yang asimetnis dan disantni. 4

3) Tipe campuran Gejala-gejalanya merupakan campuran kedua gejala di atas, misalnya hiperrefleksi dan hipertoni disertai gerakan khorea. Berdasarkan derajat kemampuan fungsional. a. Ringan Penderita masih bisa melakukan pekerjaanlaktifitas sehari- hari sehingga sama sekali tidak atau hanya sedikit sekali membutuhkan bantuan khusus. b. Sedang Aktifitas sangat terbatas. Penderita membutuhkan bermacam-macam bantuan khusus atau pendidikan khusus agar dapat mengurus dirinya sendiri, dapat bergerak atau berbicara. Dengan pertolongan secara khusus, diharapkan penderita dapat mengurus diri sendiri, berjalan atau berbicara sehingga dapat bergerak, bergaul, hidup di tengah masyarakat dengan baik. c. Berat Penderita sama sekali tidak bisa melakukan aktifitas fisik dan tidak mungkin dapat hidup tanpa pertolongan orang lain. Pertolongan atau pendidikan khusus yang diberikan sangat Sedikit hasilnya. Sebaiknya penderita seperti ini ditampung dalam rumah perawatan khusus. Rumah perawatan khusus ini hanya untuk penderita dengan retardasi mental berat, atau yang akan menimbulkan gangguan sosial-emosional baik bagi keluarganya maupun lingkungannya. 2.4. Etiologi Penyebab CP berbeda beda tergantung pada suatu klasifikasi yang luas yang meliputi antara lain : terminologi tentang anak anak yang secara neurologik sakit sejak dilahirkan, anak anak yang dilahirkan kurang bulan dengan berat badan lahir rendah dan anak-anak yang berat badan lahirnya sangat rendah, yang berisiko CP dan terminologi tentang anak anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan mereka yang berisiko mengalami CP setelah masa kanak kanak. (Swaiman, 1998) Cerebral palsy dapat disebabkan faktor genetik maupun faktor lainnya. Apabila ditemukan lebih dari satu anak yang menderita kelainan ini 5

dalam suatu keluarga, maka kemungkinan besar disebabkan faktor genetik. (Soetjiningsih, 1995) Waktu terjadinya kerusakan otak secara garis besar dapat dibagi pada masa pranatal, perinatal dan postnatal. a. Tahap Prenatal: 1. Ibu menderita infeksi atau penyakit saat kehamilan, sehingga menyerang otak bayi yang sedang dikandungnya. Infeksi ini merupakan salah satu hal yang dapat menyebabkan kelainan pada janin. Misalnya infeksi sypilis, rubella, typhus abdominalis dan penyakit inklusi sitomegalik. 2. Pelaku ibu, ibu yang mengkonsumsi obat-obatan, merokok, munum-minuman keras, ibu yang mengalami depresi dan tekanan darah tinggi, hal tersebut dapat merusak janin baik fisik maupun mental. 3. Masalah gizi, ibu yang menderita kekurangan gizi akan berpengaruh pada pembentukan dan perkembangan otak janinnya (dapat menyebaban kerusakan jaringan di otak). 4. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran darah bayi terganggu yang biasa disebut dengan anoksia. Contohnya yaitu tali pusat tertekan sehingga merusak pembentukan saraf-saraf dalam otak dan anemia. 5. Bayi dalam kandungan terkena radiasi, dimana radiasi langsung dapat mempengaruhi sistem saraf pusat sehingga struktur dan fungsi terganggu. Contohnya adalah radiasi sinar-x. 6. Rh bayi tidak sama dengan ibunya, dimana Rh (Rhesus) ibu dengan bayi harus sama agar proses metabolisme berfungsi normal. 6

Jika berbeda, maka mengakibatkan adanya penolakan yang menyebabkan kelainan metabolisme ibu dan bayi. 7. Ibu mengalami trauma (kecelakaan atau benturan) yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem saraf pusat. Selain itu, keracunan pada ibu juga berpotensi terkena gangguan ini. b. Tahap Perinatal: 1. Hipoksis iskemik ensefalopati Saat lahir, bayi dalam keadaan tidak sadar, bahkan tidak menangis dan justru mengalami kejang hingga kekurangan oksigen ke otak, akibatnya jaringan otak rusak. 2. Perdarahan otak Perdarahan dibagian otak dapat mengakibatkan penyumbatan sehingga anak menderita hidrocepaus ataupun microcepalus. Perdarahan yang terjadi dapat menekan jaringan otak sehingga dapat terjadi kelumpuhan. 3. Terkena infeksi jalan lahir Jalan lahir yang kotr dan banyak kuman akan menyebabkan ketidaknormalan bayi akibat gangguan proses persalinan misal ibu mempunyi infeksi TORCH. 4. Ikterus atau bayi kuning Merupakan keadaan bayi mengalami kuning yang berbahaya misalnya karena kelahiran inkompatibilitas golongan darah yaitu ibu bergolongan darah O sedangkan anaknya bergolongan darah A atau 7

B, hal tersebut akan menyebabkan bayi mengalami hiperbilirubenimia yang dapat merusak sel otak secara permanen. 5. Meningitis purulenta Meningitis purulenta pada masa bayi bila terlambat atau tidak tepat pengobatannya akan mengakibatkan gejala sisa berupa cerebral palsy. 6. Prematuritas Pada cerebral palsy spastik diplegi biasanya terjadi pada kasus kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan anoksia berat pada saat kelahiran. Bayi lahir sebelum waktunya (premature), dimana secara organis tubuhnya belum matang sehingga fisiologisnya mengalami kelainan dan rentannya bayi dalam terkena infeksi atau penyakit yang dapat merusak sistem persarafan pusat bayi. 7. Kelahiran dipaksa dengan menggunakan tang (forcep) Tekanan yang cukup kuat pada kepala bayi dapat mengakibatkan rusaknya jaringan saraf otak. 8. Anestesi yang melebihi ketentuan Anestesi yang melebihi ketentuan yang diberikan pada saat ibu dioperasi dapat mempengaruhi sistem persarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya. c. Tahap Post natal 1. Kecelakaan yang dapat secara langsung merusak otak bayi. misalnya pukulan atau benturan pada kepala yang cukup keras 8

2. Infeksi penyakit yang menyerang otak, misalnya terinfeksi penyakit meningitis, encephalitis, influenza yang akut 3. Penyakit typoid atau diphteri yang memungkinkan dapat mengakibatkan kekurangan oksigen (anoksia) 4. Tumor otak, karena dapat menrusak saraf yang terdapat pada jaringan otak sehingga hilang fungsi motorik maupun sensorik anak 5. Penyebab lainnya adalah pada trauma kapitis, meningitis, ensepalitis dan luka parut pada otak pasca bedah dan bayi dengan berat badan lahir rendah Beberapa penelitian menyebutkan faktor prenatal dan perinatal lebih berperan daripada faktor pascanatal. Studi oleh Nelson dkk (1986) (dikutip dari 13) menyebutkan bayi dengan berat lahir rendah, asfiksia saat lahir, iskemi prenatal, faktor genetik, malformasi kongenital, toksin, infeksi intrauterin merupakan faktor penyebab cerebral palsy. Faktor prenatal dimulai saat masa gestasi sampai saat lahir, sedangkan faktor perinatal yaitu segala faktor yang menyebabkan cerebral palsy mulai dari lahir sampai satu bulan kehidupan. Sedang faktor pasca natal mulai dari bulan pertama kehidupan sampai 2 tahun (Hagberg dkk 1975), atau sampai 5 tahun kehidupan (Blair dan Stanley, 1982), atau sampai 16 tahun (Perlstein, Hod, 1964). 2.5. Gejala Cerebral Palsy Gejala muncul sebelum anak berusia dua tahun. Pada kasus yang berat, bisa muncul ketika anak berusia beberapa bulan. Gejala berupa kekakuan tubuh, perubahan bentuk lengan dan tungkai. Gejala lain berupa kecerdasan di bawah normal, keterbelakangan mental, kejang, gangguan menghisap atau makan, pernafasan tidak teratur, gangguan bicara, gangguan penglihatan, gangguan persendian. Dalam semua jenis cerebral palsy, bicaranya sulit dimengerti karena 9

anak ini mengalami kesulitan dalam mengontrol ototnya, termasuk otot bicaranya. Kebanyakan anak yang menderita cerebral palsy mempunyai cacat lain, seperti kecerdasan di bawah rata-rata, beberapa diantaranya menderita keterbelakangan mental parah. Namun 40% dari anak-anak ini mempunyai kecerdasan normal atau mendekati normal. Kira-kira 25%, paling sering yang menderita jenis spastic, menderita epilepsi (ayan). 2.6. Manifestasi Klinis Gangguan motorik berupa kelainan fungsi dan lokalisasi serta kelainan bukan motorik yang menyulitkan gambaran klinis cerebral palsy. Kelainan fungsi motorik terdiri dari: 1. Spastisitas Terdapat peninggian tonus otot dan reflek yang disertai dengan klonus dan reflek babinski yang positif. Tonus otot yang meninggi itu menetap dan tidak hilang meskipun penderita dalam keadaan tidur.peninggian tonus ini tidak sama derajatnya pada suatu gabungan otot, karena itu tampak sikap yang khas dengan kecendrungan terjadi kontraktur, misalnya lengan dalam aduksi, fleksi pada sendi siku dan pergelangan tangan dalam pronasi serta jari jari dalam fleksi sehingga posisi ibu jari melintang di telapak tangan. Tungkai dalam sikap aduksi, fleksi pada sendi paha dan lutut,kaki dalam fleksi plantar dan telapak kaki berputar ke dalam. Tonic neck reflex dan refleks neonatal menghilang pada waktunya. Kerusakan biasanya terletak di traktus kortikospinalis. Golongan spastisitas ini meliputi 2/3-3/4 penderita cerebral palsy. Bentuk kelumpuhan spastisitas tergantung pada letak dan besarnya kerusakan yaitu : a. Monoplegia/monoparesis : kelumpuhan ke empat anggota gerak, tetapi salah satu anggota gerak lebih hebat dari yang lainnya. b. Hemiplegia/hemiparesis : kelumpuhan lengan dan tungkai di pihak yang sama c. Diplegia/diparesis : kelumpuhan ke empat anggota gerak tetapi tungkai lebih hebat daripada lengan 10

d. Tetraplegia/tetraparesis : kelumpuhan ke empat anggota gerak tetapi lengan lebih atau sama hebatnya dibandingkan dengan tungkai 2. Tonus otot yang berubah Bayi pada golongan ini pada usia bulan pertama tampak flasit dan berbaring seperti kodok yang terlentang, sehingga tampak seperti kelainan pada lower motor neuron. Menjelang umur 1 tahun barulah terjadi perubahan tonus otot dari redah hingga tinggi. Bila dibiarkan berbaring tampak flasid dan sikapnya seperti kodok terlentang. Tetapi bila dirangsang atau mulai diperiksa tonus ototnya berubah menjadi spastis. Refleks otot yang normal dan refleks babinski negatif. Tetapi yang khas ialah refleks neonatal dan tonic neck reflex menetap. Kerusakan biasanya terletak di batang otak dan disebabkan oleh asfiksia perinatal atau ikterus. Golongan ini meliputi 10 20% dari kasus cerebral palsy 3. Koreo-atetosis Kelainan yang khas ialah sikap yang abnormal dengan pergerakan yang terjadi dengan sendirinya ( involuntary movement ). Pada 6 bulan pertama tampak bayi flasd, tapi sesudah itu barulah muncul kelainan tersebut. Refleks neonatal menetap dan tampak adanya perubahan tonus otot. Dapat timbul juga gejala spastisitas dan ataksia. Kerusakan terletak di ganglia basal dan di sebabkan oleh asfiksia berat atau ikterus kern pada masa neonatus. Golongan ini meliputi 5 15% dari kasus cerebral palsy 4. Ataksia Ataksia ialah gangguan koordinasi. Bayi dalam golongan ini biasanya flasid dan menunjukan perkembangan motorik yang terlambat. Kehilangan keseimbangan tampak bila mulai belajar duduk. Mulai berjalan sangat lambat dan semu pergerakan canggung dan kaku. Kerusakan terletak di cereblum.terdapat kira kira 5% dari kasus cerebral palsy. 5. Gangguan pendengaran 11

Terdapat pada 5-10% anak dengan cerebral palsy. Gangguan berupa kelainan neurogen terutama persepsi nada tinggi, sehingga sulit menangkap kata kata. Terdapat pada golongan koreo-atetosis. 6. Gangguan bicara Disebabkan oleh gangguan pendengaran atau retardasi mental. Gerakan yang terjadi dengan sendirinya di bibir dan lidah menyebabkan sukar mengontrol otot otot tersebut sehingga anak sulit membentuk kata kata dan sering tampak berliur. 7. Gangguan mata Gangguan mata biasanya berupa strabismus konvergen dan kelainan refraki. Pada keadaan asfiksia yang berat dapat terjadi katarak. Hampir 25% penderita cerebral palsy menderita kelainan mata. 2.7. Patofisiologi Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube yaitu induksi dorsal yang terjadi pada minggu ke 3-4 masa gestasi dan induksi ventral, berlangsung pada minggu ke 56 masa gestasi. Setiap gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan terjadinya kelainan kongenital seperti kranioskisis totalis, anensefali, hidrosefalus dan lain sebagainya. Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron, yang terjadi pada masa gestasi bulan ke 24. Gangguan pada fase ini bisa mengakibatkan mikrosefali, makrosefali. Stadium selanjutnya yaitu stadium migrasi yang terjadi pada masa gestasi bulan 35. Migrasi terjadi melalui dua cara yaitu secara radial, sel berdiferensiasi dan daerah periventnikuler dan subventrikuler ke lapisan sebelah dalam koerteks serebri; sedangkan migrasi secara tangensial sd berdiferensiasi dan zone germinal menuju ke permukaan korteks serebri. Gangguan pada masa ini bisa mengakibatkan kelainan kongenital seperti polimikrogiri, agenesis korpus kalosum. Stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Stadium mielinisasi terjadi pada saat lahir sampai beberapa tahun pasca natal. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan 12

pembentukan selubung mialin. Kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan Jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim Asfiksia perinatal sering ber- kombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa menyebabkan cerebral palsy tipe atetoid, gangguan pendengaran dan mental retardasi. Infeksi otak dapat mengakibatkan perlengketan meningen, sehingga terjadi obstruksi ruangan subaraknoid dan timbul hidrosefalus. Perdarahan dalam otak bisa meninggalkan rongga yang berhubungan dengan ventrikel. Trauma lahir akan menimbulkan kompresi serebral atau perobekan sekunder. Trauma lahir ini menimbulkan gejala yang ireversibel. Lesi ireversibel lainnya akibat trauma adalah terjadi sikatriks pada sel-sel hipokampus yaitu pada kornu ammonis, yang akan bisa mengakibatkan bangkitan epilepsy. 2.8. Prognosis Prognosis tergantung pada gejala dan tipe cerebral palsy. Di Inggris dan Skandinavia 20-25% pasien dengan cerebral palsy mampu bekerja sebagai buruh penuh; sebanyak 30-35% dari semua pasien cerebral palsy dengan retardasi mental memerlukan perawatan khusus. Prognosis paling baik pada derajat fungsionil yang ringan. Prognosis bertambah berat apabila disertai dengan retardasi mental, bangkitan kejang, gangguan penglihatan dan pendengaran. Pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Cooper dkk seperti dikutip oleh Suwirno T menyebutkan ada tendensi perbaikan fungsi koordinasi dan fungsi motorik dengan bertambahnya umur pasien cerebral palsy yang mendapatkan rehabilitasi yang baik. 13

2.9. Penatalaksanaan 2.9.1. Pengobatan a. Redukasi dan rehabilitasi. Dengan adanya kecacatan yang bersifat multifaset, seseorang penderita CP perlu mendapatkan terapi yang sesuai dengan kecacatannya. Evaluasi terhadap tujuan perlu dibuat oleh masingmasing terapist. Tujuan yang akan dicapai perlu juga disampaikan kepada orang tua/famili penderita, sebab dengan demikian ia dapat merelakan anaknya mendapat perawatan yang cocok serta ikut pula 14

melakukan perawatan tadi di lingkungan hidupnya sendiri. Fisioterapi bertujuan untuk mengembangkan berbagai gerakan yang diperlukan untuk memperoleh keterampilan secara independen untuk aktivitas sehari-hari. Fisioterapi ini harus segera dimulai secara intensif. Untuk mencegah kontraktur perlu diperhatikan posisi penderita sewaktu istirahat atau tidur. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terhadap hasil penanganan, dilihat dari kondisi pasien sebelum pemasangan gips yang mencapai tahap berdiri berpegangan pada kursi, lalu setelah dipasang gips dan dilepas, pasien menjadi trauma dan kembali ke tahapan merangkak. Bagi penderita yang berat dianjurkan untuk sementara tinggal di suatu pusat latihan. Fisioterapi dilakukan sepanjang hidup penderita. Selain fisioterapi, penderita CP perlu dididik sesuai dengan tingkat inteligensinya, di Sekolah Luar Biasa dan bila mungkin di sekolah biasa bersama-sama dengan anak yang normal. Di Sekolah Luar Biasa dapat dilakukan speech therapy dan occupational therapy yang disesuaikan dengan keadaan penderita. Mereka sebaiknya diperlakukan sebagai anak biasa yang pulang ke rumah dengan kendaraan bersanrm-sama sehingga tidak merasa diasingkan, hidup dalam suasana normal. Orang tua janganlah melindungi anak secara berlebihan dan untuk itu pekerja sosial dapat membantu di rumah dengan melihat seperlunya. 2.9.2 Pemeriksaan penunjang 1. Pemeriksaan klinis untuk mengidentifikasi ketidaknormalan tonus, seringnya terjadi hipotonik yang diikuti dengan hipertonik, ketidaknormalan postur dan keterlambatan perkembangan motorik. 2. Ultrasonografi kranial untuk mendeteksi hemoragi dan iskemik hipoksik. 3. CT scan untuk mendeteksi lesi-lesi susunan saraf pusat 15

4. Tomografi emisi positron dan tomografi terkomputerisasi emisi foton tunggal untuk melihat metabolisme dan perfusi otak. 5. MRI untuk mendeteksi lesi-lesi kecil. 6. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis CP ditegakkan. 7. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan suatu proses degeneratif. Pada CP likuor serebrospinalis normal. 8. Pemeriksaan Elektro Ensefalografi dilakukan pada penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang berkejang maupun yang tidak. 9. Foto kepala (X-ray) dan CT Scan. 10. Penilaian psikologik perlu dilakukan untuk menentukan tingkat pendidikan yang diperlukan. 11. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain retardasi mental. Selain pemeriksaan di atas, kadang-kadang diperlukan pemeriksaan arteriografi dan pneumoensefalografi individu. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, penderita CP perlu ditangani oleh suatu tim yang terdiri dari: dokter anak, ahli saraf, ahli jiwa, ahli bedah tulang, ahli fisioterapi, occupational therapist,guru luar biasa, orang tua penderita dan bila perlu ditambah dengan ahli mata, ahli THT, perawat anak dan lain-lain. 2.10. Pencegahan Pencegahan merupakan usaha yang terbaik. CP dapat dicegah dengan jalan menghilangkan faktor etiologik kerusakan jaringan otak pada masa prenatal, natal dan post natal. Sebagian daripadanya sudah dapat dihilangkan, tetapi masih banyak pula yang sulit untuk dihindari. "Prenatal dan perinatal care" yang baik dapat menurunkan insidens CP. Kernikterus yang disebabkan "haemolytic disease of the new born" dapat dicegah dengan transfusi tukar yang dini, "rhesus incompatibility" dapat dicegah 16

dengan pemberian "hyperimmun anti D immunoglobulin" pada ibu-ibu yang mempunyai rhesus negatif. Pencegahan lain yang dapat dilakukan ialah tindakan yang segera pada keadaan hipoglikemia, meningitis, status epilepsi dan lain-lain. Beberapa pencegahan yang bisa dilakukan yaitu: a. Cegah bayi dari berat badan lahir rendah atau lahir prematur dengan mengikuti pola hidup sehat selama kehamilan, termasuk gizi yang baik, istirahat, dan olahraga yang cukup. Selain itu, hindari alkohol, rokok, dan penggunaan narkoba. Hal ini dikarenakan apabila bayi lahir dengan berat badan rendah, kemungkinan bayi menderita serebral palsi akan meningkat. b. Membuat jadwal kunjungan dengan dokter kandungan di awal kehamilan yang berfokus pada apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko kemungkinan melahirkan secara prematur. Hal ini dikarenakan hampir setengah dari semua anak yang menderita serebral palsi lahir dengan prematur. c. Ambil tindakan pencegahan apapun yang diperlukan untuk memastikan tidak termasuk ke dalam kelompok dengan faktor risiko melahirkan prematur seperti terpapar karbon monoksida, radang, atau infeksi lainnya. Hindari bekerja sambil berdiri selama berjam-jam, penyakit menular seksual, dan kekerasan dalam rumah tangga. Dokter kandungan mungkin akan merekomendasikan istirahat total di tempat tidur atau intervensi lainnya jika faktor risiko tersebut telah ada. d. Bertanya pada dokter kandungan tentang kemungkinan pengobatan menggunakan progesteron, yoghurt, pemakaian Clindamycin untuk perawatan ph vagina tinggi, atau mengonsumsi suplemen minyak ikan. Masing-masing pendekatan ini telah terbukti cukup efektif dalam mengurangi 17

faktor risiko kelahiran prematur dan jangan lupa ketika hamil mengkonsumsi sari kurma. e. Konsultasikan dengan dokter kandungan mengenai apakah harus mendapat pengobatan untuk mengurangi faktor-faktor yang memperkuat faktor risiko kelahiran prematur seperti tekanan darah tinggi, infeksi saluran kencing, kecemasan, atau diabetes. f. Hindari infeksi yang dapat mengakibatkan pelepasan cytokinin beracun ke otak janin selama kehamilan. Infeksi pada ibu hamil memiliki risiko tiga kali lebih besar kemungkinannya menyebabkan anak berkembang menjadi serebral palsi. 18

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN CEREBRAL PALSY A. Pengkajian 1. Kaji riwayat kehamilan ibu 2. Kaji riwayat persalinan 3. Identifikasi anak yang mempunyai resiko 4. Kaji iritabel anak, kesukaran dalam makan/menelan, perkembangan yang terlambat dari anak normal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, refleks bayi yang persisten, ataxic, kurangnya tonus otot. 5. Monitor respon bermain anak 6. Kaji fungsi intelektual 7. Tidak koordinasi otot ketika melakukan pergerakan (kehilangan keseimbangan) 8. Otot kaku dan refleks yang berlebihan (spasticas) 9. Kesulitan mengunyah, menelan dan menghisap serta kesulitan berbicara. 10. Badan gemetar 11. Kesukaran bergerak dengan tepat seperti menulus atau menekan tombol. 12. Anak-anak dengan cerebral palsy mungkin mempunyai permasalahan tambahan, termasuk yang berikut: kejang, masalah dengan penglihatan dan pendengaran serta dalam bersuara, terdapat kesulitan belajar dan gangguan perilaku, keterlambatan mental, masalah yang berhubungan dengan masalah pernafasan, permasalahan dalam buang air besar dan buang air kecil, serta terdapat abnormalitas bentuk ulang seperti scoliosis. 13. Riwayat penyakit dahulu : kelahiran prematur, dan trauma lahir. 14. Riwayat penyakit sekarang : Kelemahan otot, Retardasi Mental, Gangguan hebat- Hipotonia, Melempar/ Hisap makan, gangguan bicara /suara, visual dan mendengar. B. Pemeriksaan fisik 1. Muskuluskeletal : a. Spastisitas b. Ataksia 2. Neurosensory : a. Gangguan menangkap suara tinggi 19

b. Gangguan bicara c. Anak berliur d. Bibir dan lidah terjadi gerakan dengan sendirinya e. Strabismus konvergen dan kelainan refraksi 3. Eliminasi : a. Konstipasi 4. Nutrisi : a. Intake yang kurang C. Pemeriksaan Penunjang 1. Pemeriksaan pendengaran (untuk menentukan status pendengaran) 2. Pemeriksaan penglihatan (untuk menentukan status fungsi penglihatan) 3. Pemeriksaan serum, antibody : terhadap rubela, toksoplasmosis dan herpes 4. MRI kepala / CT scan menunjukkan adanya kelainan struktur maupun kelainan bawaan : dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak vertikal. Untuk diagnosis dini dan tepat adanya lesi di otak sangat penting sebagai dasar dalam seleksi prosedur-prosedur terapeutik yang akan diambil. 5. EEG : mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum (ensefalins) / volsetasenya meningkat (abses); 6. Analisa kromosom 7. Biopsi otot 8. Penilaian psikologik untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan. 9. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari reterdasi mental. Fungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada Cerebral Palsy, CSS normal. 10. Cerebral angiografi Menunjukan anomaly sirkulasi serebral seperti perubahan jaringan otak skundre menjadi edema, perdarahan, dan trauma. 11. Serial EEG Dapat melihat perkembangan gelombang patologis 12. Sinar X Mendeteksi perubahan struktur tulang (fraktur), perubahan struktur garis (perdarahan/edema) fragmen tulang 13. BAER Mengeroksi batas fungsi korteks dan otak kecil 14. PET Mendeteksi perubahan aktifititas metabolism otak 20

15. CSS Lumbal fungsi dapat dilakukan jika diduga terjadi perdarahan subarachnoid 16. Kadar elektrolit Untuk mengoreksi keseimbangan elektrolit sebagai peningkatan intracranial 17. Screen toxicology Untuk mendeteksi pengaruh obat yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran 18. Rontgen thorahk 2 arah (PA/AP dan lateral) 19. Rontgen thorak menyatakan akumulasi udara / cairan pada area pleural. 20. Toraksentesis menyatakan darah/cairan D. Pengkajian Pola Gordon 1. Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan Sebelum sakit: Bagaimana klien menjaga kesehatan? Bagaimana cara menjaga kesehatan? Saat sakit: Apakah klien tahu tentang penyakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit? Apa yang dilakukan jika rasa sakitnya timbul? Apakah pasien tahu penyebab dari rasa sakitnya? Tanda dan gejala apa yang sering muncul jika terjadi rasa sakit? 2. Nutrisi metabolik Sebelum sakit: Makan/minum; frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? Apakah ada mengkonsumsi obat-obatan seperti vitamin? Saat sakit: Apakah klien merasa mual/muntah/sulit menelan? Apakah klien mengalami anoreksia? Makan/minum: frekuensi, jenis, waktu, volume, porsi? 3. Eliminasi Sebelum sakit: Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, warna, konsistensi, keluhan nyeri? Apakah mengejan saat buang air besar atau buang air kecil sehingga berpengaruh pada pernapasan? Saat sakit: Apakah buang air besar atau buang air kecil: teratur, frekuensi, waktu, warna, konsistensi, keluhan nyeri? 4. Aktivitas dan latihan Sebelum sakit: 21

Apakah bisa melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari? Apakah mengalami kelelahan saat aktivitas? Apakah mengalami sesak napas saat beraktivitas? Saat sakit: Apakah memerlukan bantuan saat beraktivitas (pendidikan kesehatan, sebagian, total)? Apakah ada keluhan saat beraktivitas (sesak, batuk)? 5. Tidur dan istirahat Sebelum sakit: Apakah tidur klien terganggu? Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam? Kebiasaan sebelum tidur? Saat sakit: Apakah tidur klien terganggu, penyebab? Berapa lama, kualitas tidur (siang dan/ atau malam)? Kebiasaan sebelum tidur? 6. Kognitif dan persepsi sensori Sebelum sakit: Bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah menggunakan alat bantu (kacamata)? Saat sakit: Bagaimana menghindari rasa sakit? Apakah mengalami nyeri (PQRST)? Apakah mengalami penurunan fugsi pancaindera, apa saja? Apakah merasa pusing? 7. Persepsi dan konsep diri Sebelum sakit: Bagaimana klien menggambarkan dirinya? Saat sakit: Bagaimana pandangan pasien dengan dirinya terkait dengan penyakitnya? Bagaimana harapan klien terkait dengan penyakitnya? 8. Peran dan hubungan dengan sesama Sebelum sakit: Bagaimana hubungan klien dengan sesama? Saat sakit: Bagaimana hubungan dengan orang lain (teman, keluarga, perawat, dan dokter)? 9. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stres Sebelum sakit: Bagaimana menghadapi masalah? 22

Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi? Saat sakit: Bagaimana menghadapi masalah? Apakah klien stres dengan penyakitnya? Bagaimana klien mengatasinya? Siapa yang biasa membantu mengatasi/mencari solusi? 11. Nilai dan kepercayaan Sebelum sakit: Bagaimana kebiasaan dalam menjalankan ajaran Agama? Saat sakit: Apakah ada tindakan medis yang bertentangan kepercayaan? Apakah penyakit yang dialami mengganggu dalam menjalankan ajaran Agama yang dianut? Bagaimana persepsi terkait dengan penyakit yang dialami dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaan? Diagnosa Keperawatan: 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat 2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit 3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan otot 4. Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan 23

Intervensi Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional Ketidakseimbanga n nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, kebutuhan nutrisi klien seimbang/adekuat dengan kriteria : 1. Pemasukan vitamin 2. Pemasukan serat 3. Pemasukan mineral 4. Pemasukan karbohidrat 5. Pemasukan kalsium 6. Pemasukan zat besi 7. Pemasukan protein 8. Pemasukan kalori Setelah dilakukan tindakan kep. Selama 5x pertemuan orangtua pasien mengerti tentang pemberian stimulasi kepada anak dengan kriteria : 1. Menstimulasikan Terapi nutrisi : a. Monitor makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperlukan b. Pilih suplemen yang tepat c. Anjurkan makanan yang tinggi kalsium d. Kaji nutrisi makanan yang lengkap e. Anjurkan pasien duduk setelah makan f. Anjurkan pemasukan makanan yang tinggi potassium secara tepat. g. Berikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy h. Pastikan diet mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi. i. Atur pola makan Devilment enhancement : a. Nyanyikan dan bicara pada anak. b. Fasiltasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya. c. Bangun interaksi satu sama lain d. Sediakan aktivitas a. Mengetahuia pakah nutrisi pada anak terpenuhi atau tidak. b. Untuk menambah nafsu makan. c. Untuk meningkatkan kebutuhan kalsium dan gizi seimbang d. Untuk mengetahui status gizi anak. e. Agar makanan yang sudah ada di lambung tidak dikeluarkan kembali/ di muntahkan. f. Untuk melengkapi gizi saimbang g. Keluarga dapat menyiapkan menu sesuai dengan kebutuhan anak. h. Untuk mencegah konstipasi. i. Pola makan yang teratur agar pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak terpenuhi. a. Untuk melatih kerja otak anak b. Agar anak memiliki teman dan tidak bosan c. Agar tercapai hubungan saling percaya d. Aktifitas merupakan cara untuk 24

pertumbuhan spiritual 2. Menstimulasikan pertumbuhan emosional 3. Menstimulasikan perkembangan kognitif 4. Berinteraksi baik dengan anak 5. Menggunakan manajemen perilaku 6. Memilih suplemen tambahan yang tepat 7. Menyediakan makanan istimewa untuk anak 8. Menyediakan pengawasan untuk anak dengan tepat 9. Bina hubungan kasih saying 10. Menggunakan disiplin yang tepat sesuai 11. Menyediakan kebutuhan fisik anak 12. Menggunakan bahasa positif saat bicara dengan anak. 13. Berempati dengan anak yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. e. Berikan perhatian saat dibutuhkan. f. Ajak anak untuk berjalan-jalan g. Ajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain h. Fasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya i. Identifikasi kebutuhan special anak. menghilangkan stress e. Perhatian merupakan kebutuhan yang sangat dibutuhkan agar anak tidak merasa kesepian f. Untuk menghilangkan stress dan merasakan udara segar g. Untuk melatih anak agar tidak tergantung pada orang lain Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscu lar dengan kelemahan otot Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 5 kali pertemuan, mobilisasi anak membaik, dengan kriteria hasil 1. Keseimbangan tubuh 2. Perpindahan otot 3. Posisi penampilan tubuh a. Ikut serta memindahkan untuk mengurangi resiko. b. Kolaborasi dengan terapi fisik c. Motifasi pasien dengan pemulihan d. Jelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut serta a. Mengurangi resiko decubitus b. Untuk melatih kemampuannya c. Motifasi untuk memberikan dukungan agar tidak putus asa d. Agar keluarga dapat mempraktikan sendiri dan mengajar 25

4. Cara berjalan latihan gerak badan e. Monitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri f. Beri pakaian pasien yang tidak membatasi g. Beri ROM ankanya ketika bersama e. Cara untuk mengalihkan nyeri f. Agar pasien leluaa dalam bergerak Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan keamanan diri pasien terjamin dengan kriteria : 1. Deskripsi langkah-langkah untuk mengurangi resiko cidera disengaja 2. Deskripsi ukuran untuk jatuh 3. Deskripsi tingkah laku yang beresiko tinggi a) Identifikasi ringkah laku dan factor yang dapat menyebabkan resiko jatuh b) Identifikasi karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh c) Ajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan cedera d) Ajarkan anggota keluarga tentang factor resiko jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko e) Sarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan 1. Untuk mengetahui factor-faktor yang menyebabkan resiko jatuh agar dapat meminimalkan resiko jatuh 2. Untuk mengetahui lingkungan yang berbahaya untuk pasien sehingga dapat menghindari lingkungan tersebut 3. Untuk meminimalisasi cedera, agar tidak terlalu parah 4. Agar keluarga mengetahui factor-faktor yang dapat memberika resiko pasien untuk jatuh, sehingga harapannya keluarga dapat menghindari factor resiko jatuh 26

5. Supaya keamanan pasien terjamin Implementasi Diagnosa Tanggal Implementasi Tanda tanga n Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat Terapi nutrisi : a) Telah dilakukan Monitoring makanan atau cairan dan pemasukan kalori harian bila diperlukan b) Telah dipilih suplemen yang tepat c) Telah dianjurkan makanan yang tinggi kalsium d) Telah dikaji nutrisis makanan yang lengkap e) Telah dianjurkan pasien duduk setelah makan f) Telah dianjurkan pemasukan makanan yang tinggi potassium secara tepat. g) Telah diberikan pasien dan keluarga sampel diet pada cerebral palsy h) Telah dipastikan diet mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi. i) Telah diatur pola makan j) Telah disediakan pasien dengan makanan yang tinggi 27

Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit protein, kalori, kolaborasi dengan ahli nutrisi dan minuman yang siap dikonsumsi. k) Telah dilakukan Oral hygiene l) Telah dilakukan Monitoring hasil lab. Devilment enhancement : a) Telah dilakukan pembicara pada anak. b) Telah difasiltasi anak untuk berhubungan dengan teman sebaya. c) Telah dibangun interaksi satu sama lain d) Telah disediakan aktivitas yang dianjurkan untuk berinteraksi dengan teman sebaya. e) Telah diberikan perhatian saat dibutuhkan. f) Telah diajak anak untuk berjalan-jalan g) Telah diajarkan anak untuk mencari pertolongan dari orang lain h) Telah difasilitasi perhatian atau kontak dengan teman kelompoknya i) Telah diidentifikasi kebutuhan special anak. 28

Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan otot a) Telah diikut sertakan memindahkan untuk mengurangi resiko. b) Telah dikolaborasikan dengan terapi fisik c) Telah dimotifasi pasien dengan pemulihan d) Telah dijelaskan kepada pasien atau keluarga tentang tujuan dan rencana untuk ikut serta latihan gerak badan e) Talah dimonitor lokasi dan kegelisahan atau aktivitas untuk pengalihan nyeri f) Telah diberi pakaian pasien yang tidak membatasi g) Telah diberi ROM Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan a) Telah diidentifikasikan ringkah laku dan factor yang dapat menyebabkan resiko jatuh b) Telah diidentifikasikan karakteristik dari lingkungan yang dapat meningkatkan potensial untuk jatuh c) Telah diajarkan pasien bagaimana cara jatuh yang dapat meminimalkan 29

cedera d) Telah diajarkan anggota keluarga tentang factor resiko jatuh dan bagaimana mereka dapat menurunkan resiko e) Telah disarankan adaptasi rumah untuk meningkatkan keamanan Evaluasi 1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake nutrisi inadekuat S : keluarga mengatakan nafsu makan pasien berkurang O : makanan yg dihabiskan hanya ¼ piring A : nafsu makan pasien berkurang P : kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengatur intake nutrisi 2. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b.d proses penyakit S : keluarga mengatakan pasien tidak mempunyai teman O : pasien tidak banyak melakukan interaksi A : pola tumbuh kembang pasien terganggu P : lanjutkan tindakan dengan menambahkan penkes media sosial 3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuscular dengan kelemahan otot S : keluarga mengatakan pasien tidak melakuan aktivitas selain berbaring di tempat tidur O: pasien bedrest di tempat tidur A : pasien beresiko mengalami kontraktur P : lanjutkan tindakan dengan ROM 4. Resiko injury b.d infeksi pada otak besar dan pergerakan yang tidak terkontan S : keluarga mengatakan pasien tidak benyak melakukan aktifitas O: timpat tidur pasien di rumah tidak terpasang setrail dan keluarga yang mendampingi tidak setiap waktu di samping pasien A : pasien beresiko terjatuh dari tempat tidur P : lanjutkan tindakan 30