BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJKN) menyebutkan. sebagai motor penggerak perekonomian yang didukung oleh kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun belakangan ini, pelaku bisnis di Indonesia seakan

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting dalam memobilisasi dana dari masyarakat yang ingin

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB 1 PENDAHULUAN. mendorong pembentukan modal dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. harga saham (Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh BI Rate terhadap Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI)

BAB I PENDAHULUAN. melebihi batas maksimum yang diindikasikan dengan tingginya debt to equity

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya. Modal dapat berasal dari dalam negeri maupun luar negeri.

BAB I PENDAHULUAN. negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL TERHADAP HARGA S AHAM S EKTOR PROPERTI

BAB VI PENUTUP. diambil dari hasil penelitian ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan modal adalah melalui pasar modal, dalam hal ini pasar

BAB I PENDAHULUAN. atau investor.kedua, pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. uang dan pengaruhnya terhadap aset investasi. penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi (Husnan, 2005).

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak lepas dari peran para pemegang. dana, dan memang erat hubungannya dengan investasi, tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. merasakan akibat dari krisis. Dengan adanya globalisasi, pengaruh tersebut

PENDAHULUAN. seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain (Amin, 2012). Untuk

Kondisi Perekonomian Indonesia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Peran pasar modal dalam globalisasi ekonomi semakin penting

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat pula. Perkembangan tersebut juga dibarengi dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Dalam hal ini pasar modal memiliki peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan investor dalam melakukan investasi,

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. representasi untuk menilai kondisi perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai indikator utama perekonomian (leading indicator of economy) mengurangi beban negara (Samsul, 2006: 43).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar saham di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat beberapa tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu negara dan sebagai tujuan alternatif investasi yang menguntungkan. Pasar

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ke sektor-sektor yang produktif. Pembiayaan pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kegiatan bisnis dengan aturan-aturan yang dibuat. Sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu sarana pembentukan modal dan alokasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar modal dan industri sekuritas menjadi tolak ukur

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. berinvestasi, maka investor tersebut harus memperhatikan resiko-resiko yang akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari pasar modal menurut Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat merupakan topik pembicaraan yang menarik hampir di

BAB I PENDAHULUAN. dan profesi yang berkaitan dengan efek (Martalena dan Malinda, 2011:3). Pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang dialami sebagian besar emiten, penurunan aktivitas dan nilai transaksi, serta kesulitan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. dana guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal tidak hanya dimiliki negara-negara industri, bahkan banyak negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. jika IHSG naik, maka secara umum saham-saham yang diperjual belikan di BEI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bursa saham (stock market) adalah mekanisme surat surat berharga yang

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB I PENDAHULUAN. diterima untuk tiap investor. Tujuan utama dari aktivitas pasar modal adalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembangunan suatu negara memerlukan dana investasi dalam jumlah

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan kegiatan operasionalnya. Kebutuhan sumber dana tersebut

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi mencakup segala aspek kehidupan, antara lain globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB V. Simpulan dan Saran. sebelumnya, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Gambaran Tingkat Suku Bunga, Jumlah Uang Beredar dan Indeks

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi pemicu yang kuat bagi manajemen perusahaan untuk. membutuhkan pendanaan dalam jumlah yang sangat besar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian. Penelitian penelitian sebelumnya telah mengkaji masalah pengaruh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tahun (Samsul, 2006:43). Menurut Undang-undang Pasar Modal No.8 Tahun 1995

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi Husnan (2000).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tapak maupun apartemen yang dibangun oleh pengembang. Keputusan Bank Indonesia untuk menaikan Down Payment untuk kredit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Walaupun ruang linkupnya

BAB I PENDAHULUAN. daya alam, tetapi juga sumber daya berupa dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pemerintah akan

BAB I PENDAHULUAN. negara, karena pasar modal merupakan salah satu sarana investasi dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari, manusia

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor strategis dalam pengembangan ekonomi nasional karena mampu membantu mengatasi masalah pengangguran. Undang-Undang (UU) Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJKN) 2005 2025 menyebutkan bahwa, struktur perekonomian diperkuat dengan mendudukkan sektor industri sebagai motor penggerak perekonomian yang didukung oleh kegiatan pertanian dalam arti luas, kelautan, dan pertambangan yang menghasilkan produk-produk secara efisien, modern, dan berkelanjutan serta jasa-jasa pelayanan yang efektif yang menerapkan praktik terbaik dan ketatakelolaan yang baik agar terwujud ketahanan ekonomi yang tangguh. Sektor manufaktur merupakan bentuk dari sektor industri yang berperan besar terhadap pembangunan nasional. Debuti Senior Gubernur Bank Indonesia (Mirza Adityaswara) mengatakan bahwa, terdapat tiga sektor yang diharapkan mampu berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2017. Ketiga sektor tersebut meliputi sektor pertanian 20 persen, manufaktur 22-24 persen dan perdagangan 22 persen. 1 Sektor manufaktur diharapkan memiliki kontribusi yang lebih besar dibanding dengan sektor lainnya. Peran industri manufaktur terhadap pembangunan nasional tercermin pada kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 1 http://ekbis.sindonews.com/read/1138704/33/bi-ini-tiga-sektor-penopang-pertumbuhanekonomi-2017-1473677342

2 Adapun data kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dari tahun 2011 hingga tahun 2015 adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Kontribusi Sektor Manufaktur Terhadap PDB Sasaran Strategis Tingginya Nilai Tambah Industri Realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) IKU 2011 2012 2013 2014 2015 Satuan Laju pertumbuhan industry Kontribusi manufaktur terhadap PDB 6.74 6.40 6.10 5.61 5.04 Persen 20.92 20.85 20.76 17.87 18.18 Persen Sumber : Laporan Kinerja Kementrian Perindustrian 2015 Pada Indikator Kinerja Utama (IKU), kontribusi industri manufaktur terhadap Produk Domestik Bruto (BDB) nasional sampai dengan tahun 2015 adalah sebesar 18.18 persen dengan nilai Rp. 2.098,117 Triliun. Pada tahun 2015 terjadi pertumbuhan sebesar 5.04 persen, lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik dan peralatan listrik sebesar 7,83 persen, disusul oleh industri makanan dan minuman sebesar 7,54 persen dan Industri mesin dan perlengkapan sebesar 7,49 persen. Kontribusi sektor manufaktur semakin menurun mengingat pada tahun 2011 kontribusi manufaktur mampu menembus 20.92 persen terhadap PDB. Adanya penurunan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB menjadi suatu masalah yang harus segera diselesaikan mengingat pembangunan pada sektor industri adalah sebagai

3 rencanan pembangunan nasional. Dengan demikian maka sektor industri khususnya manufaktur harus meningkatkan kinerjanya. Untuk mencapai pembangunan dalam industri manufaktur tersebut, maka diperlukan dukungan yang kuat dari beberapa faktor produksi. Adapun salah satu faktor produksi yang mampu meningkatkan pembangunan industri manufaktur adalah modal. Modal dapat mempengaruhi hasil dari kuantitas barang yang dihasilkan oleh suatu produksi. Perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien dengan adanya modal yang cukup. Adanya modal yang cukup memungkinkan perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplay barang yang dibutuhkan. 2 Dalam upaya pemenuhan modal tersebut, perusahaan dapat bekerjasama dengan berbagai pihak seperti perbankan, pasar modal ataupun lembaga pembiayaan lainnya. Pasar modal menjadi tempat investasi yang sangat dinikmati oleh berbagai kalangan, terutama kalangan menengah ke atas. Efisiensi sistem transaksi dan sistem investasi menjadi daya tarik investor dalam memilih berinvestasi di pasar modal. 3 Dengan demikian, para perusahaan yang ingin menambah modal guna menghasilkan output yang lebih besar dapat melakukan go publik di pasar modal. Adanya tambahan modal dari para investor diharapkan mampu menambah produktifitas perusahaan sehingga akan diperoleh laba yang semakin tinggi. Laba tersebut selain bermanfaat bagi 2 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006, hal:68 3 Khairul Umam, Pasar Modal Syariah & Praktik Pasar Modal Syariah, Bandung: CV Pustaka Setia, 2013,hal:113

4 perusahaan juga bermanfaat bagi investor serta pertumbuhan perekonomian Negara. Keberadaan pasar modal membantu meningkatkan perekonomian Indonesia. Fasilitas yang diberikan oleh pasar modal dengan mempertemukan antara investor dan pelaku bisnis dapat mempercepat pertumbuhan industri Indonesia melalui pertumbuhan kinerja perusahaan. Hal ini terlihat dari perkembangan indeks sektor manufaktur yang mengalami kenaikan dari tahun 2010 hingga tahun 2014. Kenaikan indeks sektoral tersebut mencerminkan adanya pertumbuhan pada kinerja perusahaan industri manufaktur. Adapun perkembangan indeks sektor manufaktur adalah sebagai berikut: Sektoral Tabel 1.2 Perkembangan Indeks Sektor Manufaktur Per Desember Indeks 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Industri Dasar 381.4 408.27 526.55 480.74 541.22 409.585 Laju pertumbuhan 7.0451 28.971-8.7 12.5806-24.322 Aneka Industri 937.55 1,311.15 1,336.52 1,205.01 1,280.64 1,052.48 Laju pertumbuhan 39.85 1.93-9.84 6.28-17.82 Industri 1,058.21 1,315.96 1,565.88 1,782.09 2,134.81 2,058.89 Konsumsi Laju pertumbuhan 24.36 18.99 13.81 19.79-3.56 Jumlah 2,377.16 3,035.38 3,428.95 3,467.84 3,956.67 3,520.96 Sumber : Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Minggu ke-4 PerDesember Pasar Modal Tahun 2010-2015 Berdasarkan tabel 1.2 di atas, indeks harga saham sektor manufaktur dari tahun 2010-2014 mengalami kenaikan signifikan dari 2,377.16 menjadi 3,956.67. Hal ini menunjukkan selama periode 2010-2014 telah terjadi keniakn harga saham sebesar 66.44 persen. Namun, sangat disayangkan di tahun 2015 sektor manufaktur mengalami penurunan sebesar 435.71.

5 Penurunan tersebut terjadi pada semua sektoral manufaktur. Penururn indeks harga saham di tahun 2015 dikarenakan menurunnya kinerja sektor manufaktur. Pasar modal merupakan pasar dimana kondisi perdagangannya sangat dipengaruhi oleh aktivitas di berbagai bidang termasuk bidang moneter. Kondisi moneter yang bergejolak dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi fluktuasi harga saham. Harga saham pada setiap emiten berbeda-beda. Menurut Usman, faktor yang mempengaruhi harga saham adalah faktor fundamental dan faktor teknis. Adapun faktor fundamental meliputi kemampuan manajemen, prospek perusahaan, prospek pemasaran, perkembangan teknologi, kemampuan menghasilkan keuntungan, manfaat terhadap perekonomian nasional, kebijakan pemerintah dan hak- hak investor. Sedangkan faktor teknis meliputi volume dan frekuensi pasar, perkembangan kurs, keadaan dan kekuatan pasar, faktor lingkungan sosial dan ekonomi (seperti tingkat inflasi dan suku bunga, kebijakan moneter, neraca pembayaran, dan APBD) dan keadaan politik. 4 Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Samsul yang menyatakan bahwa faktor ekonomi yang secara langsung dapat mempengaruhi harga saham maupun kinerja perusahaan diantaranya adalah tingkat bunga umum domestik, tingkat inflasi, peraturan perpajakan, kebijakan khusus pemerintah yang terkait dengan perusahaan tertentu, kurs valas, tingkat bunga pinjaman luar negeri, kondisi perekonomian internasional, siklus ekonomi faham ekonomi, 4 Usman, Marzuki, Singgih Riphat, Syahrir iko. Pengetahuan dasar Pasar Modal. Institute Bankir Indonesia. 1999, Hal:168

6 dan peredaran uang. 5 Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi fluktuasi harga saham dari segi ekonomi moneter diantaranya yaitu, perkembangan kurs, tingkat inflasi, suku bunga, kebijakan moneter, kondisi perekonomian internasional, jumlah uang beredar, neraca pembayaran dan APBD. Dalam penelitian ini, penulis melakukan pendekatan tingkat suku bunga, inflasi, kurs dan kondisi perekonomian internasional sebagai variabel yang berpengaruh terhadap harga saham sektor manufaktur. Di tahun 2011 hingga tahun 2015 telah terjadi berbagai gejolak moneter di Indonesia seperti terjadinya kenaikan harga BBM dan terjadinya pemilihan anggota dewan legislatif serta pemilihan presiden dan wakil presiden. Terhitung sejak 22 Juni 2013, ditetapkan kenaikan harga premium Rp 2.000 per liter dan kenaikan harga solar Rp 1.000 per liter. Kenaikan BBM ini menimbulkan kenaikan inflasi yang diakibatkan menurunnya daya beli masyarakat. 6 Pada Mei 2013, tingkat inflasi sebesar 5.47 persen. Di bulan Juni mengalami kenaikan lagi menjadi 5.90 persen dan pada bulan Juli 2013 terjadi kenaikan drastis menjadi 8.61 persen. 7 Kenaikan drastis ini merupakan dampak dari kenaikan harga BBM itu sendiri. Selanjutnya, 9 April 2014 telah diadakan pemilihan para anggota dewan legislatif dan pada 9 Juli 2014, telah diadakan pemilihan umum presiden. 8 Adanya pemilihan umum 5 Samsul, Mohamad.. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Jakarta: Erlangga. 2006, hal: 200 6 Kenaikan harga BBM, diakses melalui https://www.merdeka.com/uang/mulai-22-juni-2013- harga-premium-rp-6500-solar-rp-5500.html pada 16 November 2016 7 Keniakan inflasi, diakses melalui http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/data/default.aspx pada 16 November 2016 8 Pengumuman pemilu, diakses melalui www.pemilu.com/jadwal-pemilu-2014/ pada 16 November 2016

7 mengakibatkan tidak stabilnya perekonomian. Hal ini pernah terjadi pada pemilu 5 Oktober 2014 yang dimenangkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Dengan kemenangan SBY, pasar modal bereaksi positif dan IHSG terus meningkat setiap hari hingga mencapai 860 poin. 9 Adanya teori dan gejolak moneter tersebut, menjadikan peneliti ingin melakukan penelitian mengenai gejolak moneter terhadap harga saham. Selain itu, pada beberapa penelitian terdahulu terdapat beberapa perbedaan dari peneliti satu dengan peneliti yang lain. Dari sini peneliti semakin ingin meneliti bagaimana jika pengaruhnya terhadap harga saham syariah manufaktur. Yulia Efni dalam penelitiannya di tahun 2001 dengan judul Pengaruh Suku Bunga Deposito, SBI, Kurs Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate Dan Property menyatakan bahwa suku bunga dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham sedangkan kurs tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Ardy Haryogo dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Nilai Tukar dan Indeks Dow Jones Terhadap Composite Index di Bursa Efek Indonesia juga menyatakan bahwa secara parsial kurs tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Penelitian Yulia Efni mengenai suku bunga dan inflasi didukung oleh hasil penelitian dari Ni Made Anita Dewi Sudarsana dan Ica Rika Candraningrat dengan judul Pengaruh Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Inflasi dan Indeks Dow Jones Terhadap Indeks Harga Sagam Gabungan di BEI 9 Samsul, Muhamad., Pasar Modal & Manajemen Portofolio, Jakarta: Erlangga, 2006, hal: 203

8 yang menyatakan suku bunga SBI dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Namun pada penelitian Ni Made dan Ica menyatakan bahwa nilai tukar memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Deny Rohmanda, Suhadak dan Topowijino dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Kurs Rupiah, Inflasi Dan BI Rate Terhadap Harga Saham Studi Pada Indeks Buersa Efek Indonesia Periode 2005 2013 juga menyatakan bahwa kurs rupiah berpengaruh secara parsial terhadap harga saham pada masing-masing indeks sektoral BEI. Dalam penelitian Deny Rohmanda, Suhadak dan Topowijino mengungkapkan bahwa secara parsial inflasi tidak berpengaruh terhadap harga saham dan suku bunga BI Rate hanya berpengaruh pada sektor tertentu. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh L.M.C.S. Menike dengan judul The Effect Of Macroeconomic Variables On Stock Prices In Emerging Sri Lankan Stock Market menyatakan bahwa inflasi hanya berpengaruh kecil terhadap harga. Kedua penelitian tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulia Efni dan Ni Made dkk yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan latar belakang di atas, terjadinya penurunan sektor manufaktur dan teori yang menyatakan adanya pengaruh gejolak moneter serta terdapatnya hasil penelitian terdahulu yang tidak sama, maka penelitian ini berjudul PENGARUH GEJOLAK MONETER TERHADAP HARGA SAHAM SYARIAH SEKTOR MANUFAKTUR DI INDEKS SAHAM SYARIAH INDONESIA.

9 B. Rumusan Masalah Dorongan pengembangan sektor manufaktur sebagai Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJKN 2005-2025) oleh pemerintah terhadap pelaku bisnis terus ditingkatkan. Jumlah sektor manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2011-2015 terus mengalami peningkatan. Tahun 2011 jumlah sektor manufaktur yang terdaftar di BEI adalah 133 emiten dan di tahun 2014-2015 jumlah emiten manufaktur bertambah menjadi 143. 10 Peran pemerintah sebagai pengendali kebijakan moneter dan peran Bank Indonesia sebagai pengendali kebijakan fiskal sangat mempengaruhi harga saham khususnya sektor manufaktur. Pengendalian kebijakan terhadap variabel-variabel makro seperti suku bunga BI Rate, inflasi dan nilai tukar untuk tetap berada pada posisi yang stabil akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, pemerintah juga harus tetap waspada terhadap perekonomian Negara lain terutama Amerika Serikat yang dapat berdampak terhadap perekonomian Indonesia, khususnya pergerakan harga saham pada Dow jones industrial average (DJIA). Peningkatan harga saham sektor manufaktur berarti meningkatkan pula pertumbuhan ekonomi Negara. Karena harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran maka keterbukaan informasi mengenai variabel-variabel makro tersebut sangat diperlukan oleh para investor sebagai bahan pertimbangan dalam menjatuhkan keputusan berinvestasi. 10 Jumlah emiten manufaktur di BEI, diakses melalui www.sahamok.com (diperbarui 12 Agustus 2016, diolah) pada 12 November 2016.

10 Atas dasar penjelasan di atas dalam penelitian ini penulis mencoba mencari variabel-variabel yang mempengaruhi harga saham syariah sektor manufaktur berdasarkan variabel-variabel dinamis yaitu suku bunga BI Rate, inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) yang mana penulis ingin mengetahui detail dan pasti mengenai: 1. Seberapa besar pengaruh suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur secara simultan? 2. Seberapa besar pengaruh suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur secara parsial? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh secara simultan variabel suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur. 2. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh secara parsial variabel suku bunga (BI Rate), inflasi, nilai tukar dan Dow jones industrial average (DJIA) terhadap harga saham syariah sektor manufaktur.

11 D. Batasan Penelitian Mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini dibatasi pada harga saham syariah pada emiten sektor manufaktur yang terdaftar di ISSI periode pengamatan 2011:01 sampai dengan 2015:12 dengan jumlah sampel 21 perusahaan. Variabel makro ekonomi yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada suku bunga (BI Rate), pertumbuhan inflasi, nilai tukar dolar Amerika (USD) terhadap rupiah, dan pergerakan harga saham Dow jones industrial average (DJIA). E. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini, manfaat yang menjadi prioritas penulis adalah sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Dengan adanya penelitian ini, pemerintah sebagai pengendali kekuasaan moneter dan penentu kebijakan dapat menggunakan dan mengkaji penelitian ini sebagai masukan dalam menentukan suatu kebijakan moneter. Dengan demikian akan tercapai kondisi perekonomian yang kondusif sehingga harga saham syariah sektor manfaktur akan berjalan dengan baik dan RPJKN 2005-2025 dapat tercapai. 2. Bagi Investor dan Pelaku Bisnis Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan sedikit banyak informasi mengenai pengaruh gejolak moneter terhadap harga saham sektor manufaktur sehingga investor tahu kapan ia harus

12 berinvestasi dan pelaku bisnis dapat memanfaatkan dana investasi dengan baik. 3. Bagi Akademisi atau Peneliti Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu menambah referensi dan untuk peneliti berikutnya diharapkan dapat menyempurnakan kekurangan dari penelitian ini. 4. Bagi Penulis Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk menerapkan teori teori yang telah didapat selama perkuliahan serta untuk mengetahui bagaimana dampak gejolak moneter yang meliputi suku bunga BI Rate, inflasi, nilai tukar dolar AS terhadap rupiah dan Dow Jones Indeks terhadap harga saham sektor manufaktur yang tercatat di indeks ISSI. Adanya penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disajikan dalam lima bab, yaitu: Bab I : Pendahuluan, pada bab ini memuat tentang penjelasan yang melatar belakangi penelitian ini secara umum, tujuan penelitian,batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan. Bab II : Tinjauan pustaka dan kerangka teori, pada bab ini menjelaskan tentang tinjauan pustaka yang dilihat dari penelitian terdahulu dan juga kerangka teori yang menjelaskan tentang teori yang berkaitan dengan penelitian.

13 Bab III : Metode penelitian, pada bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian dan jenis data, teknik pengambilan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, definisi operasional variabel penelitian dan teknik analisis data. Bab IV : Hasil dan pembahasan, pada bab ini menjelaskan tentang hasil analisis dari pengolahan data, baik analisis data secara deskriptif maupun analisis data hasil pengujian hipotesis. Selanjutnya dilakukan interpretasi terhadap hasil analisis pengolahan data dengan kerangka teori serta kondisi nyata selama periode penelitian. Bab V : Penutup, pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan penelitian yang didapat dari hasil dan pembahasan. Selain itu pada bab ini, penulis memberikan saran kepada pihak-pihak yang terkait dengan masalah atau fokus penelitian.

14