BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perpajakan. Dalam era globalisasi atau era persaingan bebas inilah cepat atau lambat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan biaya yang besar yang harus digali, terutama dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum berlandaskan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mempengaruhi kemajuan suatu bangsa. 5 Guna mewujudkan hal. tersebut diperlukan adanya pemungutan pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tentunya akan terus-menerus

BAB I PENDAHULUAN. dalam arti tidak terlalu tergantung pada pinjaman luar negeri. Upaya ekstensifikasi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan terjadi pada peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. (rakyat) agar berbuat, atau bersikap sesuai dengan kehendak Negara, agar mematuhi

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan. Pembangunan tersebut untuk mensejahterakan rakyat indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara, yang

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari sektor pajak melalui intensifikasi dan ekstensifikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia bertujuan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kontribusi pajak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terdiri dari

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TINDAKAN PENAGIHAN PAJAK AKTIF DENGAN SURAT TEGURAN DAN SURAT PAKSA SEBAGAI UPAYA PENCAIRAN TUNGGAKAN PAJAK

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

Sejak dilakukan reformasi perpajakan pada tahun 1983 yang ditandai dengan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang adil dan sejahtera, aman, tenteram, dan tertib, serta menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaaan yang tidak sedikit dan salah satunya bersumber dari pajak.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang-Undang Dasar 1945, dimana bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut dilakukan karena tujuan negara Republik Indonesia yang berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. sumber dana luar negeri dan sumber dana dalam negeri. non migas serta pajak. Namun pemerintah lebih mengoptimalkan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara bertahap, terencana dan berkelanjutan. Menurut Waluyo

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada Negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan. ditunjuk atau digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB I PENDAHULUAN. pajak untuk membiayai segala kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pajak berasal dari bahasa Jawa yaitu ajeg yang berati pungutan

Sistem pemungutan pajak dari Official Assesment System menjadi Self. administrasi di bidang perpajakan. Self Assessment System merupakan sistem

BAB I PENDAHULUAN. besar pula dalam menjalankan fungsi kenegaraannya.sebagai Negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai tujuan nasional yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran warga negara kepada negara yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kebudayaan manusia dalam era globalisasi menuntut

BAB I PENDAHULUAN. yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan dan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. sumber penerimaan utama negara yang masih terus digali potensinya oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membiayai pengeluaran rutin dan untuk membiayai pembangunan. Untuk

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 4 ayat (1) mengatakan bahwa pengertian penghasilan adalah tambahan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Negara Republik Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. internal adalah pajak, sedangkan sumber penerimaan eksternal misalnya pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. membiayai kegiatan pemerintahan dan pembangunan (Dina dan Putu,

BAB I PENDAHULUAN. gencar melakukan beberapa upaya seperti halnya penentuan target penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. atas hukum yang berlaku di Indonesia dalam bentuk ketidakpatuhan dalam. mana ini nantinya akan merugikan masyarakat sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas utama pemerintah. Berdasarkan data APBN tahun pajak

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendanai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), hal tersebut

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan nasional Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional dinegara-negara berkembang pasti memerlukan biaya yang. kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara membutuhkan dana yang cukup besar dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tinjauan birokrasi pengambilan keputusannya, beralasan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penerimaan dari sektor perpajakan merupakan penerimaan

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pasal 1 undang undang No.6 tahun 1983 tentang kententuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. dan penerimaan yang berasal dari luar negeri. pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan yang secara langsung berhubungan dengan teori-teori keahlian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini status Indonesia masih menjadi negara berkembang, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang tidak bisa hanya

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak.

ANALISIS EFEKTIFITAS PENERAPAN SURAT PENAGIHAN PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. pajak, tentunya perlu dipahami dulu apa yang dimaksud dengan pajak.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin besar untuk masa yang akan datang karena tujuan utama dari penerimaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

BAB I PENDAHULUAN. dasar negara dan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk mencerdaskan kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN. A. Tinjauan Pustaka

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self Assessment System merupakan sistem yang mempercayakan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment System tersebut dapat berjalan efektif apabila diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kewajiban perpajakan dalam hal ini dapat dinilai dengan ketaatannya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dari pembayaran pajak ataupun pembayaran penunggkan pajak yang diakibatkan karena utang pajak yang sudah melewati tempo pembayaran. Misalnya dalam hal waktu pembayaran pajak, apabila seorang wajib pajak mungkin selalu membayar kewajibannya secara penuh, tetapi jika kewajiban tersebut dilakukan secara terlambat maka hal demikian akan membuat penerimaan pajak menjadi tidak maksimal. Dalam prakteknya masih sering kali dijumpai adanya tunggakan pajak dari pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar pajak yang mengakibatkan tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah tunggakan ini juga

2 masih belum dapat diimbangi dengan peningkatan jumlah penerimaan pajak dari penagihan pajaknya. Pemasalahan tersebut membuat peran serta wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangatlah penting. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa. Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. 1 Tindakan penagihan tersebut dapat berupa penagihan pajak pasif melalui himbauan dengan menggunakan surat tagihan atau surat ketetapan pajak dan penagihan pajak aktif yang meliputi penerbitan surat teguran, pemberitahuan surat paksa, melaksanakan penyitaan, serta menjual barang yang telah disita berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 19 tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Tindakan penagihan yang akan digunakan kali ini adalah penangihan pajak secara aktif yang menggunakan surat paksa sebagai alat 1 Moeljo Hadi, 2001, Dasar-Dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa oleh Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.13.

3 untuk melakukan penagihan pajak. Alasan mengapa surat paksa yang digunakan dalam pelaksanaan pengaihan pajak karena berkaitan erat dengan permasalahan yang ada berupa tunggakan pajak yaitu apabila jumlah tagihan pajak tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak, maka fiskus berkewajiban melaksanakan surat paksa yang dimana juga telah diamanatkan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Penagihan tunggakan pajak yang akan diteliti kemudian dibahas kali ini merupakan penagihan pajak dengan jenis pajak yang dipungut berupa Pajak Penghasilan (PPh). Ketentutan tentang pengenaan dan pemungutan Pajak Penghasilan di Indonesia saat ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan undang-undang tersebut, subjek Pajak Penghasilan adalah subjek pajak yang dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima penghasilan itu disebut sebagai wajib pajak, yang dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Permasalahan yang terjadi kali ini adalah adanya tunggakan pajak dengan jenis pajak yang dipungut yaitu Pajak Penghasilan yang sedang terjadi di Jawa Tengah pada tahun 2014 hingga 2016 dimana kondisinya semakin lama mengalami peningkatan. Keadaan tersebut membuat fiskus

4 di Jawa Tengah yaitu Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah harus melakukan sebuah tindakan penagihan pajak secara aktif berupa surat paksa karena pada dasarnya pajak yang akan dilakukan penagihan itu merupakan pajak yang sudah melewati tempo pembayaran. Adanya permasalahan tunggakan pajak yang terjadi di Jawa Tengah akan memberikan jawaban apakah tingkat efektivitas pelaksanaan surat paksa di Jawa Tengah akan memberikan penerimaan pajak yang diperoleh dari tunggakan pajak tersebut maksimal atau tidak. Apabila didapat hasil yang maksimal dalam penerimaan pajaknya yaitu dengan adanya peningkatan penerimaan pajak, maka pelaksanaan surat paksa di Jawa Tengah tersebut dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, apabila penerimaan pajak yang didapat memiliki penerimaan yang rendah dari tiap waktunya maka pelaksanaan surat paksa dianggap tidak efektif. Jawaban dari permasalahan tunggakan pajak di Jawa Tengah dan pembuktian keefektifan pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa sebagai solusi atas permasalahan tunggakan pajak tersebut akan menjadi inti penelitian penulis yang nantinya akan dilakukan pembahasan lebih lanjut, tetapi sebelum itu harus melihat data tunggakan pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah yang dapat dilihat dari data berikut : Tabel 1. Perkembangan Tunggakan Pajak Tahun 2014-2016 No. Tahun Tunggakan 1 2014 746.949.739.254

5 2 2015 734.464.807.952 3 2016 881.976.448.715 Sumber: www.pajak.go.id Tunggakan pajak yang terjadi pada awal tahun 2014 sebesar Rp 746.949.739.254 lalu pada tahun 2015 tunggakan pajak turun menjadi Rp. 734.464.807.952 dan pada tahun 2016 menjadi Rp 881.976.448.715 sehingga selama 3 tahun naik Rp 135.026.709.461 atau naik 18.08%. Apabila keadaan ini dibiarkan maka tiap tahunnya tunggakan pajak yang akan menjadi beban negara semakin meningkat sehingga penerimaan pajak ke kas negara yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah semakin lama akan semakin menurun. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dan menganalisis lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Surat Paksa dalam Penagihan Tunggakan Pajak di Provinsi Jawa Tengah. Efektivitas dalam hal ini adalah adanya penerimaan pajak yang maksimal dengan ketentuan memenuhi target penerimaan pajak yang diharapkan oleh fiskus. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam hal penagihan tunggakan pajak di Provinsi Jawa Tengah? Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup pelaksanaan surat paksa kepada wajib pajak adalah dalam hal pembayaran pajak terutang khususnya bagi pajak penghasilan.

6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam hal penagihan tunggakan pajak di Provinsi Jawa Tengah. D. Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan penelusuran untuk menguji keaslian penelitian yang diusulkan. Dari penelusuran tersebut ditemukan beberapa penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan surat paksa dalam penagihan pajak serta melihat sejauh mana dampak yang ditimbulkan dengan adanya surat paksa tersebut terhadap tunggakan pajak. Namun demikian, ditemukan adanya perbedaan antara penulisan hukum ini dengan penulisan-penulisan hukum tersebut sehingga penulisan hukum ini adalah asli. Penulisan hukum tersebut antara lain: 1. Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Surat Paksa Di Yogyakarta Penulisan hukum ini dilakukan oleh Sumiati pada tahun 2006 di Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Rumusan masalah dalan penulisan hukum ini meliputi: a. Bagaimana pengaruh dengan adanya surat paksa terhadap pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Yogyakarta? b. Apakah penerapan pelaksaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Yogyakarta dengan surat paksa sudah memenuhi ketentuan Undang-Undang No.19 Tahun 2000?

7 Penulisan hukum ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai ini membahas mengenai pelaksanaan adanya surat paksa terhadap penagihan pajak dengan jenis pajak tertentu yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara, penelitian yang saya lakukan menitiberatkan pada satu jenis pajak tertentu juga yaitu Pajak Penghasilan (PPh). Selanjutnya, dalam penulisan hukum ini lebih terfokus untuk meneliti apakah proses pelaksanaan surat paksa terhadap penagihan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut sudah baik sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 dan melihat pula kendala apa saja yang didapat ketika pelaksanaan surat paksa tersebut direalisasikan pada para wajib pajak yang telah mengakibatkan adanya tunggakan pajak, sehingga dengan adanya kendala tersebut diharapkan adanya solusi yang dilakukan oleh fiskus untuk tetap dapat memaksa para wajib pajak yang melakukan tunggakan pajak tersebut untuk segera membayarkan utang pajaknya. Berbeda halnya dengan penelitian yang saya lakukan, dimana lebih membahas secara detail efektivitas pelaksanaan surat paksa sebagai upaya penagihan aktif untuk menjadi solusi atas tunggakan pajak yang sedang terjadi peningkatan dari tahun ke tahunnya. Dampak atau pengaruh adanya surat paksa terhadap tunggakan pajak yang ada diharapkan dapat membuat penerimaan pajak terjadi peningkatan dari waktu ke waktunya, sehingga arti efektivitas dari pelaksanaan surat paksa tersebut benar-benar terbukti.

8 Penelitian yang dilakukan mencakup kota Yogyakarta sehingga cakupan data yang akan diolah tersebut didapatkan dari KPP Kota Yogyakarta. Berbeda dengan penelitan yang akan saya lakukan dimana data yang akan saya ambil berada di Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah. 2. Analisis Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Penyitaan dalam Optimalisasi Penerimaan Pajak (Studi di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur) Penulisan hukum ini dilakukan oleh Rifari Widya Kusumo pada tahun 2013 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Rumusan masalah dalam penulisan hukum ini meliputi: a. Bagaimanakah dampak penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak? b. Apa hambatan dan solusi pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak? Penulisan hukum yang bersifat empiris ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai analisis penagihan pajak dengan surat pajak dan penyitaan terhadap penerimaan pajak, dimana proses yang digunakan dalam penagihan pajak tidak hanya dalam satu tahap saja berupa pelaksanaan surat paksa akan tetapi dilanjutkan pula dengan tahap selanjutnya berupa tindakan penyitaan. Berbeda dengan penelitan yang akan saya lakukan dimana menitiberatkan pada hal

9 yang berbeda yaitu hanya dari penagihan pajak secara aktif berupa surat paksa untuk melihat efektivitas pelaksanaan surat paksa terhadap tunggakan pajak tersebut apakah dapat memberikan solusi untuk mendapatkan penerimaan pajak yang maksimal dari utang pajak yang nyatanya sudah dianggap sebagai bagian dari tunggakan pajak akibat dari perbuatan wajib pajak itu sendiri. Oleh karena itu, tunggakan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak menjadi berkurang atau tidak, sehingga akan terlihat apakah terjadi keefektifan pelaksanaan surat paksa dalam artian bahwa apakah dengan adanya surat paksa akan memberikan pengaruh yang baik atau tidak terhadap penerimaan pajaknya. Dalam penelitian ini data yang akan dioalah adalah mencakup Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur. Berbeda dengan penelitan yang akan saya lakukan dimana data yang akan saya ambil berada di Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah. E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Penulisan hukum ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Pajak, terutama yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam penagihan tunggakan pajak. b. Penulisan hukum ini diharapkan mampu menjadi salah satu referensi di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada agar dapat

10 digunakan sebagai bahan kajian atau bahan kepustakaan bagi penelitian yang bertema serupa dengan penelitian ini. 2. Kegunaan Praktis a. Penulisan hukum ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang lebih mendalam dan memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya mahasiswa Fakultas Hukum, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam perpajakan. b. Penulisan hukum ini diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum, khususnya Hukum Pajak, bagi para pihak yang terlibat dengan suatu masalah berkaitan dengan tunggakan pajak dan harus dilakukan pelaksanaan surat paksa dalam kondisi tersebut.