1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Self Assessment System merupakan sistem yang mempercayakan wajib pajak untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment System tersebut dapat berjalan efektif apabila diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat kepada wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Kewajiban perpajakan dalam hal ini dapat dinilai dengan ketaatannya dalam memenuhi kewajiban perpajakannya dari pembayaran pajak ataupun pembayaran penunggkan pajak yang diakibatkan karena utang pajak yang sudah melewati tempo pembayaran. Misalnya dalam hal waktu pembayaran pajak, apabila seorang wajib pajak mungkin selalu membayar kewajibannya secara penuh, tetapi jika kewajiban tersebut dilakukan secara terlambat maka hal demikian akan membuat penerimaan pajak menjadi tidak maksimal. Dalam prakteknya masih sering kali dijumpai adanya tunggakan pajak dari pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar pajak yang mengakibatkan tidak dilunasinya utang pajak sebagaimana mestinya sehingga mengakibatkan jumlah tunggakan pajak dari waktu ke waktu yang semakin meningkat. Peningkatan jumlah tunggakan ini juga
2 masih belum dapat diimbangi dengan peningkatan jumlah penerimaan pajak dari penagihan pajaknya. Pemasalahan tersebut membuat peran serta wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pembayaran pajak berdasarkan ketentuan perpajakan sangatlah penting. Untuk mengatasi hal tersebut, maka dibutuhkan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum memaksa. Penagihan pajak merupakan serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan penyanderaan, dan menjual barang yang telah disita. 1 Tindakan penagihan tersebut dapat berupa penagihan pajak pasif melalui himbauan dengan menggunakan surat tagihan atau surat ketetapan pajak dan penagihan pajak aktif yang meliputi penerbitan surat teguran, pemberitahuan surat paksa, melaksanakan penyitaan, serta menjual barang yang telah disita berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang- Undang Nomor 19 tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Tindakan penagihan yang akan digunakan kali ini adalah penangihan pajak secara aktif yang menggunakan surat paksa sebagai alat 1 Moeljo Hadi, 2001, Dasar-Dasar Penagihan Pajak dengan Surat Paksa oleh Jurusita Pajak Pusat dan Daerah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.13.
3 untuk melakukan penagihan pajak. Alasan mengapa surat paksa yang digunakan dalam pelaksanaan pengaihan pajak karena berkaitan erat dengan permasalahan yang ada berupa tunggakan pajak yaitu apabila jumlah tagihan pajak tidak atau kurang bayar sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran, atau sampai dengan jatuh tempo penundaan pembayaran atau tidak memenuhi angsuran pembayaran pajak, maka fiskus berkewajiban melaksanakan surat paksa yang dimana juga telah diamanatkan dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Penagihan tunggakan pajak yang akan diteliti kemudian dibahas kali ini merupakan penagihan pajak dengan jenis pajak yang dipungut berupa Pajak Penghasilan (PPh). Ketentutan tentang pengenaan dan pemungutan Pajak Penghasilan di Indonesia saat ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008. Berdasarkan undang-undang tersebut, subjek Pajak Penghasilan adalah subjek pajak yang dikenakan pajak apabila menerima atau memperoleh penghasilan. Subjek pajak yang menerima penghasilan itu disebut sebagai wajib pajak, yang dikenakan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya selama satu tahun pajak. Permasalahan yang terjadi kali ini adalah adanya tunggakan pajak dengan jenis pajak yang dipungut yaitu Pajak Penghasilan yang sedang terjadi di Jawa Tengah pada tahun 2014 hingga 2016 dimana kondisinya semakin lama mengalami peningkatan. Keadaan tersebut membuat fiskus
4 di Jawa Tengah yaitu Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah harus melakukan sebuah tindakan penagihan pajak secara aktif berupa surat paksa karena pada dasarnya pajak yang akan dilakukan penagihan itu merupakan pajak yang sudah melewati tempo pembayaran. Adanya permasalahan tunggakan pajak yang terjadi di Jawa Tengah akan memberikan jawaban apakah tingkat efektivitas pelaksanaan surat paksa di Jawa Tengah akan memberikan penerimaan pajak yang diperoleh dari tunggakan pajak tersebut maksimal atau tidak. Apabila didapat hasil yang maksimal dalam penerimaan pajaknya yaitu dengan adanya peningkatan penerimaan pajak, maka pelaksanaan surat paksa di Jawa Tengah tersebut dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, apabila penerimaan pajak yang didapat memiliki penerimaan yang rendah dari tiap waktunya maka pelaksanaan surat paksa dianggap tidak efektif. Jawaban dari permasalahan tunggakan pajak di Jawa Tengah dan pembuktian keefektifan pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa sebagai solusi atas permasalahan tunggakan pajak tersebut akan menjadi inti penelitian penulis yang nantinya akan dilakukan pembahasan lebih lanjut, tetapi sebelum itu harus melihat data tunggakan pajak di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah yang dapat dilihat dari data berikut : Tabel 1. Perkembangan Tunggakan Pajak Tahun 2014-2016 No. Tahun Tunggakan 1 2014 746.949.739.254
5 2 2015 734.464.807.952 3 2016 881.976.448.715 Sumber: www.pajak.go.id Tunggakan pajak yang terjadi pada awal tahun 2014 sebesar Rp 746.949.739.254 lalu pada tahun 2015 tunggakan pajak turun menjadi Rp. 734.464.807.952 dan pada tahun 2016 menjadi Rp 881.976.448.715 sehingga selama 3 tahun naik Rp 135.026.709.461 atau naik 18.08%. Apabila keadaan ini dibiarkan maka tiap tahunnya tunggakan pajak yang akan menjadi beban negara semakin meningkat sehingga penerimaan pajak ke kas negara yang berasal dari Provinsi Jawa Tengah semakin lama akan semakin menurun. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat dan menganalisis lebih lanjut mengenai permasalahan tersebut dalam sebuah penulisan hukum yang berjudul Efektivitas Pelaksanaan Surat Paksa dalam Penagihan Tunggakan Pajak di Provinsi Jawa Tengah. Efektivitas dalam hal ini adalah adanya penerimaan pajak yang maksimal dengan ketentuan memenuhi target penerimaan pajak yang diharapkan oleh fiskus. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam hal penagihan tunggakan pajak di Provinsi Jawa Tengah? Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup pelaksanaan surat paksa kepada wajib pajak adalah dalam hal pembayaran pajak terutang khususnya bagi pajak penghasilan.
6 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari rumusan masalah di atas adalah untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam hal penagihan tunggakan pajak di Provinsi Jawa Tengah. D. Keaslian Penelitian Penulis telah melakukan penelusuran untuk menguji keaslian penelitian yang diusulkan. Dari penelusuran tersebut ditemukan beberapa penelitian yang membahas mengenai pelaksanaan surat paksa dalam penagihan pajak serta melihat sejauh mana dampak yang ditimbulkan dengan adanya surat paksa tersebut terhadap tunggakan pajak. Namun demikian, ditemukan adanya perbedaan antara penulisan hukum ini dengan penulisan-penulisan hukum tersebut sehingga penulisan hukum ini adalah asli. Penulisan hukum tersebut antara lain: 1. Pelaksanaan Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Dengan Surat Paksa Di Yogyakarta Penulisan hukum ini dilakukan oleh Sumiati pada tahun 2006 di Magister Kenotariatan Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Rumusan masalah dalan penulisan hukum ini meliputi: a. Bagaimana pengaruh dengan adanya surat paksa terhadap pelaksanaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Yogyakarta? b. Apakah penerapan pelaksaan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan di Yogyakarta dengan surat paksa sudah memenuhi ketentuan Undang-Undang No.19 Tahun 2000?
7 Penulisan hukum ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai ini membahas mengenai pelaksanaan adanya surat paksa terhadap penagihan pajak dengan jenis pajak tertentu yaitu Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Sementara, penelitian yang saya lakukan menitiberatkan pada satu jenis pajak tertentu juga yaitu Pajak Penghasilan (PPh). Selanjutnya, dalam penulisan hukum ini lebih terfokus untuk meneliti apakah proses pelaksanaan surat paksa terhadap penagihan Pajak Bumi dan Bangunan tersebut sudah baik sesuai dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 dan melihat pula kendala apa saja yang didapat ketika pelaksanaan surat paksa tersebut direalisasikan pada para wajib pajak yang telah mengakibatkan adanya tunggakan pajak, sehingga dengan adanya kendala tersebut diharapkan adanya solusi yang dilakukan oleh fiskus untuk tetap dapat memaksa para wajib pajak yang melakukan tunggakan pajak tersebut untuk segera membayarkan utang pajaknya. Berbeda halnya dengan penelitian yang saya lakukan, dimana lebih membahas secara detail efektivitas pelaksanaan surat paksa sebagai upaya penagihan aktif untuk menjadi solusi atas tunggakan pajak yang sedang terjadi peningkatan dari tahun ke tahunnya. Dampak atau pengaruh adanya surat paksa terhadap tunggakan pajak yang ada diharapkan dapat membuat penerimaan pajak terjadi peningkatan dari waktu ke waktunya, sehingga arti efektivitas dari pelaksanaan surat paksa tersebut benar-benar terbukti.
8 Penelitian yang dilakukan mencakup kota Yogyakarta sehingga cakupan data yang akan diolah tersebut didapatkan dari KPP Kota Yogyakarta. Berbeda dengan penelitan yang akan saya lakukan dimana data yang akan saya ambil berada di Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah. 2. Analisis Penagihan Pajak dengan Surat Paksa dan Penyitaan dalam Optimalisasi Penerimaan Pajak (Studi di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur) Penulisan hukum ini dilakukan oleh Rifari Widya Kusumo pada tahun 2013 di Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Rumusan masalah dalam penulisan hukum ini meliputi: a. Bagaimanakah dampak penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak? b. Apa hambatan dan solusi pelaksanaan penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan dalam upaya optimalisasi penerimaan pajak? Penulisan hukum yang bersifat empiris ini menitikberatkan pada pembahasan mengenai analisis penagihan pajak dengan surat pajak dan penyitaan terhadap penerimaan pajak, dimana proses yang digunakan dalam penagihan pajak tidak hanya dalam satu tahap saja berupa pelaksanaan surat paksa akan tetapi dilanjutkan pula dengan tahap selanjutnya berupa tindakan penyitaan. Berbeda dengan penelitan yang akan saya lakukan dimana menitiberatkan pada hal
9 yang berbeda yaitu hanya dari penagihan pajak secara aktif berupa surat paksa untuk melihat efektivitas pelaksanaan surat paksa terhadap tunggakan pajak tersebut apakah dapat memberikan solusi untuk mendapatkan penerimaan pajak yang maksimal dari utang pajak yang nyatanya sudah dianggap sebagai bagian dari tunggakan pajak akibat dari perbuatan wajib pajak itu sendiri. Oleh karena itu, tunggakan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak menjadi berkurang atau tidak, sehingga akan terlihat apakah terjadi keefektifan pelaksanaan surat paksa dalam artian bahwa apakah dengan adanya surat paksa akan memberikan pengaruh yang baik atau tidak terhadap penerimaan pajaknya. Dalam penelitian ini data yang akan dioalah adalah mencakup Direktorat Jendral Pajak Jawa Timur. Berbeda dengan penelitan yang akan saya lakukan dimana data yang akan saya ambil berada di Direktorat Jendral Pajak Jawa Tengah. E. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Penulisan hukum ini diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu hukum, khususnya Hukum Pajak, terutama yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam penagihan tunggakan pajak. b. Penulisan hukum ini diharapkan mampu menjadi salah satu referensi di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada agar dapat
10 digunakan sebagai bahan kajian atau bahan kepustakaan bagi penelitian yang bertema serupa dengan penelitian ini. 2. Kegunaan Praktis a. Penulisan hukum ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan yang lebih mendalam dan memberikan informasi kepada masyarakat luas, khususnya mahasiswa Fakultas Hukum, mengenai hal-hal yang berkaitan dengan efektivitas pelaksanaan surat paksa dalam perpajakan. b. Penulisan hukum ini diharapkan mampu memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu hukum, khususnya Hukum Pajak, bagi para pihak yang terlibat dengan suatu masalah berkaitan dengan tunggakan pajak dan harus dilakukan pelaksanaan surat paksa dalam kondisi tersebut.