BAB III PENUTUP. Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. Pemasyarakatan narkotika Yogyakarta adalah:

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk Indonesia yang sangat besar jumlah pertumbuhan penduduknya yaitu

BAB III PENUTUP. hukum ini, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat- zat adiktif lainnya (NAPZA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran narkotika semakin mengkhawatirkan di Indonesia karena

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB III PENUTUP. sebagai jawaban atas permasalahan yaitu :

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT PEMBERIAN REMISI. A. Sulit mendapatkan Justice Collaborator (JC)

BAB III PENUTUP. dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan suatu kerusuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Terkait upaya pemberian perlindungan terhadap anak yang berhadapan dengan

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

2017, No Mengingat : 1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77, Tam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan yang bersifat trans-nasional yang sudah melewati batas-batas negara,

BAB III PENUTUP. dalam perkara pelibatan anak dalam distribusi narkotika pada praktek. anak segera lepas dari rasa trauma.

DAFTAR PUSTAKA. Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta: Balai. Atmasasmita, Romli Kepenjaraan.

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

3 Badan Narkotika Provinsi Sulut, Op Cit, h.43 4 Pasal 1 angka 16 UU No 35 tahun 2009 tentang

BAB III PENUTUP. disimpulkan dalam penelitian ini bahwa dengan dikeluarkannya Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. nasional, tetapi sekarang sudah menjadi masalah global (dunia). Pada era

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisis di atas maka penulis mengambil kesimpulan: sering jadi pertimbangan khusus di mana penerapan sanksi pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional Indonesia bertujuan mewujudkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu masalah pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran tertentu 2. Topik

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB III PENUTUP. mengambil kesimpulan sebagai berikut: dilakukan oleh anak-anak, antara lain : bentuk penanggulangan secara preventif yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. keberadaannya menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup masyarakat karena

BAB III PENUTUP. menjalankan tugas dan wewenangnya, yaitu terdiri dari: berkurang atau bahkan tidak ada waktu sama sekali.

I. PENDAHULUAN. pengobatan dan pelayanan kesehatan. Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, narkotika

BAB II PENGATURAN TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM PECANDU NARKOTIKA. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat) dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan teknologi. Adanya perkembangan dan kemajuan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian analisis data dan wawancara dengan narasumber

I. PENDAHULUAN. kita mengetahui yang banyak menggunakan narkoba adalah kalangan generasi muda

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB III PENUTUP. mewujudkan rasa keadilan dalam masyarakat. dari Balai Pemasyarakatan. Hal-hal yang meringankan terdakwa yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Narkotika di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah personil yang di Direktorat Reserse Narkotika dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Permasalahan mengenai penggunaan Narkotika semakin hari

BAB III PENUTUP. maupun hukum positif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Bersyarat sudah berjalan cukup baik dan telah berjalan sesuai dengan

PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. peradilan negara yang diberi wewenang oleh Undang-Undang untuk mengadili

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Barda Nawawi Arief, pembaharuan hukum pidana tidak

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara

BAB III PENERAPAN REHABILITASI BAGI PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA. 3.1 Penempatan Rehabilitasi Melalui Proses Peradilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membicarakan hukum adalah membicarakan hubungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

REHABILITASI BAGI PENYALAHGUNA TINDAK PIDANA NARKOTIKA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronik (sulit disembuhkan) yang berulang kali kambuh yang hingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal tersebut tercermin dalam UUD

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya, maka dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

DAFTAR PUSTAKA. Batas Berlakunya Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta,

BAB III PENUTUP. POLRI dalam memberantas peredaran minuman keras illegal khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. landasan pendiriannya yang telah tertuang dalam Undang-Undang Dasar

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

T E S I S PEMBINAAN TERHADAP NARAPIDANA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN

persepsi atau mengakibatkan halusinasi 1. Penggunaan dalam dosis yang 2

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. sosial, dan politik dalam dunia internasional, Indonesia telah ikut berpatisipasi

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat.kelompok ini memang kehilangan hak-hak kebebasannya khususnya hak

PELAKSANAAN TUGAS INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR DI PUSKESMAS PERKOTAAN RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Anak pidana oleh Petugas Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. 1. adanya pengendalian, pengawasan yang ketat dan seksama.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

A. PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

BAB IV SIMPULAN A. SIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB V KESIMPULAN. Sistem Pembinaan di Rumah Tahanan Klas 1 Surakarta pada tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

Oleh ASNA INTAN PUSPITA NADA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB II PERBEDAAN PUTUSAN REHABILITASI DAN PUTUSAN PIDANA PENJARA DALAM TINDAK PIDANA NARKOTIKA

TINJAUAN YURIDIS PEMBERIAN PEMBEBASAN BERSYARAT TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A PALU IRFAN HABIBIE D ABSTRAK

DAFTAR PUSTAKA. Prakoso, Abintoro, Hukum Perlindungan Anak, Yogyakarta : LaksBang PRESSindo.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semakin meningkatnya perkembangan kehidupan masyarakat dalam

PELAKSANAAN SISTEM PEMIDAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

PENJATUHAN PIDANA PENJARA BAGI TERDAKWA PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN

Sasangka, Hari, 2003, Narkoba dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung: Mandar Maju. Setiaji, V. Sutarmo, 2006, Awas! Jangan Coba-coba Menjadi

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan modus-modus kejahatan.

Transkripsi:

BAB III PENUTUP Dari hasil penelitian yang dilakukan, serta berdasarkan hasil pembahasan dalam bab terdahulu, dapatlah ditarik kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan penelitian ini. Selanjutnya berdasarkan kesimpulan tersebut akan kami kemukakan saran yang sekiranya bermanfaat dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan hukum mengenai bagaimana Cara Pembinaan Narapidana Narkotika, dan apa yang menjadi kendala dalam Membina Narapidana Narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sleman? Adapun kesimpulan dan saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: A. Kesimpulan Berdasarkan pada pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya dan penelitian yang berlaku, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Pembinaan yang dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Sleman sudah sesuai dengan yang terdapat di dalam Undang-undang No.12 tahun 1995 Tentang Lembaga Pemasyarakatan yaitu dengan cara mempersiapkan narapidana narkotika yang sedang menjalani hukuman di lembaga pemasyarakatan dengan memberi keterampilan dan bekal ilmu agama agar dapat kembali ke masyarakat dan diterima ditengah-tengah masyarakat. Pembinaan yang dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan Sleman berupa : 63

64 a. Pembinaan Spiritualitas Maksudnya: narapidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan tersebut mempunyai kesadaran diri bahwa apa yang telah dia perbuat adalah perbuatan yang salah, oleh karena itu para narapidana lebih di dekatkan kepada Sang Pencipta(Tuhan). Dari ke-6(enam) agamanya yang diakui di Indonesia ada 3(tiga) Agamanya yang dianut oleh warga binaan Lembaga Pemasyarakatan, yaitu; Agama Islam,Kriten Protestan, Katolik. b. Pembinaan Konseling Warga Binaan selain di dekatkan kepada Sang Pencipta mereka juga dibimbing oleh konselor. Konseling adalah pemberian bimbingan oleh yang ahli kepada seseorang dengan menggunakan metode psikologis, pengaahan atau pemberian bantuan oleh konselor kepada konseli sedemikian rupa sehingga pemahaman terhadap kemampuan diri sendiri meningkat dalam memecahkan berbagai masalah; penyuluhan. c. Pengembangan minat dan bakat Warga Binaan Setiap insan manusia pasti memiliki bakat dan minat tanpa terkecuali Warga Binaan yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Sleman. Lembaga Pemasyarakatan tersebut menyediakan beberapa sarana dan prasarana, misalnya: d. Lahan pertanian e. Tenaga- tenaga ahli dalam pembuatan kock(bola bulu tangkis) f. Lapangan bola volley

65 Warga Binaan yang memiliki bakat dalam bercocok tanam Lembaga Pemasyarakatan menyediakan lahan bagi mereka dan mendatangkan tenagatenaga ahli misalnya bagi Warga Binaan yang berbakat dalam kerajinan tangan seperti pembuatan kock(bola bulu tangkis) atau ada yang gemar memotong rambut mereka juga dibekali dalam hal memangkas, sedangkan bagi Warga Binaan yang gemar berolah raga Lembaga Pemasyarakatan Sleman juga memfalitasi lapangan bola volley walaupun kadang digunakan bermain sepak bola oleh Warga Binaan terebut karena letak Lembaga Pemasyarakatn Sleman yang sempit sehingga tidak memungkinkan untuk membuat lapangan bola kaki. Namun dalam pelaksanaannya belum maksimal karena kesulitan tugas pembinaan yang membutuhkan tenaga ahli, dengan bantuan tenaga kerja sosial dari berbagai bidang disiplin ilmu, terutama adanya petugas agama, kesehatan, pendidik, kedokteran jiwa dan ahli-ahli lainnya yang berkaitan dengan keadaan manusia saat ini dan pembinaan yang bersifat individual. 2. Kendala dalam melakukan pembinaan terhadap narapidana narkotika di lembaga pemasyarakatan sleman yang dihadapi Lapas yaitu, sebagai berikut: a. Tidak adanya petugas medis LAPAS Sleman yang menangani secara khusus narapidana khususya narapidana narkotika.

66 b. Tidak adanya sarana dan fasilitas pendukung seperti peralatan medis dan bangunan khusus untuk melakukan perawatan mental Maupun fisik dari narapidana narkotika Lapas Sleman. c. Rehabilitasi terhadap pemakai atau pecandu narkotika, maka dari penelitian yang telah dilakukan sampai saat ini bahwa Lapas Klas IIB Sleman belum mampu melakukan rehabilitasi terhadap pemakai atau pecandu narkotika dikarenakan dana yang terbatas. d. Usaha untuk memberikan pembinaan atau bimbingan yang dilaksanakan oleh petugas di Lapas Sleman terhadap narapidana narkotika belum dapat diberikan secara maksimal, karena jumlah narapidana yang begitu banyak untuk dibina oleh petugas Lapas yaitu berjumlah 370 orang narapidana. e. Dana yang sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan narapidana khususnya untuk makan sehari-hari,tidak sesuai dengan menu yang sudah direncanakan. Mengenai sering terjadinya peredaran narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan, ini sering dilakukan napi yang berkolaborasi dengan pembesuk dari pihak keluarga napi yang menyelipkan di bagian kotak sabun ataupun pasta gigi sehingga kalau barang itu sampai ke tangan napi akan sangat berbahaya karena dia akan mengedarkan obat-obatan terlarang tersebut dikalangan narapidana yang tadinya sebagai pemakai ataupun pengedar.

67 B. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas kami akan mengemukakan saran-saran : 1. Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan proses pembinaan narapidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sleman dari sudut moril dan materil yang merupakan pembaharuan pelaksanaan penjara, agar hasil pembinaan terhadap narapidana narkotika di Lembaga Pemasyarakatan Sleman dapat dilakukan secara maksimal. 2. Petugas di Lembaga Pemasyarakatan Sleman diharapkan untuk lebih teliti dalam bertugas dan mengawasi peredaran barang baik yang masuk maupun yang keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Sleman untuk mencegah terjadinya peredaran narkotika di dalam Lembaga Pemasyarakatan. Dan pembinaan narapidana di lembaga pemasyarakatan sleman ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang medis khususnya untuk memperlancar proses rehabilitasi narapidana narkotika di lembaga pemasyarakatan sleman.

DAFTAR PUSTAKA Buku : A. Hamzah dan Siti Rahayu, Suatu Tinjauan Ringkas Sistem Pemidanaan di Indonesia, Jakarta : Akademika Presindo. A. Widiada Gunakarya, Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan, Bandung : Armico 1988 Dwidja Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia, Bandung : PT.Rafika Aditama, 2006. Bambang Poernomo, Pelaksanaan Pidana Penjara dengan iistem Pemasyarakatan, Yogyakarta : Liberty, 1986 Hari Sasangka, Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana, Bandung : Mandar Maju 2003. Hasan Alwi, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 2000. Kansil Christine.S.T.SH.,M.H Prof.Drs.C.S.T.Kansil,.SH, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 2002. Noegroho djajoesman, Drs., Mari Bersatu Memberantas Bahaya Penyalahgunaan Narkoba (NAZA), Jakarta : Bp. Dharma Bhakti 1999. Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006. Sudarsono, Kamus Hukum, Jakarta : Rineka Cipta, 1992. Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1987. 68

69 Peraturan Perundang-undangan : Undang-Undang No.73 Tahun 1958 (LN.1958-127) Tentang Menyatakan Berlakunya Undang Undang No.1 Tahun 1946 RI Tentang Peraturan Hukum Pidana Untuk Seluruh Wilayah RI. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1955 Tentang Pemasyarakatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 77. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 67. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbing Warga Binaan Masyarakat, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 68.