BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan penggunanya untuk membuat profil, melihat daftar

Selamat Datang di Modul Pelatihan Melindungi Privasi Anda.

Chapter 12. Ocvita Ardhiani Komunikasi Multimedia

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB V KESIMPULAN. tak terpisahkan dari kehidupan riil mereka di realitas fisik. Hasil studi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan seakan akan dunia adalah sebuah kampung kecil yang telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini kemajuan teknologi sudah sangat berkembang

PRINSIP PRIVASI UNILEVER

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian luhur bangsa, beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.

Sesi 7: Pelecehan Seksual

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

Pendahuluan. Bab I. A. Latar Belakang. Kebutuhan manusia akan komunikasi dan informasi pada zaman modern ini

Aturan. Kunjungi: safety.twitter.com Twitter

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

I. PENDAHULUAN. berkembang dari waktu kewaktu semakin pesat. Kemajuan teknologi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

Kebijakan Privasi. Kebijakan Privasi Taralite. Informasi yang Kami Kumpulkan dari Anda

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat membawa kemajuan bagi bangsa pada waktu yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Internet memberikan banyak manfaat bagi penggunanya, meskipun

I. PENDAHULUAN. Media massa memiliki peran penting dalam menyampaikan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pesat di seluruh belahan dunia, yakni salah satunya termasuk di Indonesia. Media

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan hasil penelitian utama yang menjawab rumusan masalah adalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEBIJAKAN BERIKLAN GUALAPER.COM

BAB I PENDAHULUAN. dengan Internet dalam segala bidang seperti e-banking, e-commerce, e-government,eeducation

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

BAB III PENYAJIAN DATA. diajukan dalam penelitian. Sedangkan yang menjadi rumusan masalah dalam

Materi Sim Dig KD 3.2. Menerapkan Komunikasi Daring (3. Kewargaan Digital (Digital Citizenship)

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 ini. Politik selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas bagi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. disepakati oleh perilaku sosial. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tatacara

negeri namun tetap menuntut kinerja politisi yang bersih.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Internet menjadi salah satu teknologi informasi yang fenomenal belakangan

BAB I PENDAHULUAN. memposting foto, melakukan update saat berada di suatu tempat dan lain

Teknologi sudah bukan merupakan hal yang tabu atau hanya orang tertentu saja yang

KEBIJAKAN PRIVASI KEBIJAKAN PRIVASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anggota dari Polisi merupakan anggota masyarakat, walaupun ada aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. situs ini semua bisa mengakses apapun dan berkomunikasi dengan siapa pun.

BAB V. Kesimpulan. dari revolusi di kerdua Negara tersebut. Bahkan di Mesir media sosial

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa informasi seperti sekarang, perkembangan dunia komunikasi

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE DI

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembangunan dapat menimbulkan kemajuan dalam kehidupan masyarakat,

BAB 3 PENGUMPULAN DATA

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI JARINGAN INTERNET MELALUI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. ketika menggunakan teknologi informasi ini (Flourensia, 2012: 22). Pada

BAB V KESIMPULAN. Karakter media sosial sebagai teknologi informasi dan perilaku masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

BAB I PENDAHULUAAN. publiknya baik internal maupun publik eksternal. Dengan pengayatan unit Public

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Berdasarkan pertimbangan Undang-undang nomor 22 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dari tahun ke tahun penggunaan internet semakin penting dan menjadi

KEBIJAKAN PRIVASI. Changi Millionaire Fun Fact Quiz (Kontes) diselenggarakan oleh Changi Airport Group (Singapore) Pte Ltd ('CAG').

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh. efektivitas iklan internet dan kelompok referensi terhadap

KATA PENGANTAR. Saya mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

BAB VI MODAL SOSIAL. terkait erat dengan sistem reputasi. Penyebab utamanya adalah karena kerahasiaan

BAB I PENDAHULUAN. belah pihak. Tujuan diciptakan fanpage sangat banyak. Perihal diterima baik oleh

Dalam Kebijakan Privasi ini kami menguraikan data pribadi apa saja yang kami proses dan untuk tujuan apa.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat meliputi aspek sosial, politik, agama, budaya, dan moralitas

Konsep dan Strategi Keamanan Informasi di Dunia Cyber, oleh Prof. Richardus Eko Indrajit Hak Cipta 2014 pada penulis

POLICY BRIEF ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PARTISIPASI PUBLIK DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN PUBLIK

Carding KELOMPOK 4: Pengertian Cyber crime

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan masyarakat. Internat dapat menjadi sarana informasi,

Kekerasan dalam Rumah Tangga

The IFP Legacy Website merupakan sarana untuk membangun komunitas global berbasis online bagi Alumni IFP.

I. PENDAHULUAN. berada di tangan rakyat. Dalam sistem demokrasi, hak-hak asasi manusia

BAB III METODE PENELITIAN

Lbrands Pedoman Perilaku dan Ethics Hotline

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga RINGKASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SIAP Mencoba Yammer? MENGAPA YAMMER? ANDA DAPAT MENGGUNAKAN YAMMER UNTUK BERGABUNG DENGAN JARINGAN SEKARANG JUGA!

LOMBA. Pedoman. Pendidikan Keluarga. TEMA: Pelibatan Keluarga pada Penyelenggaraan Pendidikan di Era Kekinian

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya penggunaan teknologi berbasis internet kini mulai marak

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) saat ini sudah menjadi elemen

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

Selamat Datang di modul pelatihan Identitas Online Sebuah Pengantar.

Dewasa ini penggunaan Internet secara signifikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sosial merupakan saluran atau sarana pergaulan sosial secara online di dunia maya

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang. Namun kini di beberapa Negara seperti Amerika, banyak yang

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FDK UIN SUSKA RIAU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menunjukkan adanya peningkatan kasus dalam kurun waktu tiga tahun, 172 kasus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masuknya informasi dari luar negeri melalui media massa dan

2015 MODEL PENGAYAAN KETERAMPILAN BERBAHASA JEPANG MELALUI MEDIA SOSIAL INSTAGRAM

MAKALAH UU ITE DI REPUBLIK INDONESIA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

Gambar 1.1 Gambar spoiler media sosial ask.fm Sumber :

Transkripsi:

113 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 SIMPULAN Berdasarkan hasil temuan di lapangan, diperkuat dengan teori serta wawancara mengenai penggunaan akun anonim dan identitas samaran pada jejaring sosial Twitter dan Facebook yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia, maka penulis dapat menarik simpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikut adalah simpulan dari hasil penelitian: 1. Bentuk-bentuk penyamaran identitas yang dilakukan oleh mahasiswa UPI melalui pengubahan nama pada profil, melalui foto, melalui jenis kelamin, melalui pekerjaan, melalui status hubungan, dan melalui alamat. Hal tersebut merupakan tindakan yang wajar, karena media hanyalah berupa perantara yang digunakan oleh orang-orang untuk pemenuhan kebutuhan dan pencapaian tujuannya. Dalam kasus ini pengguna situs jejaring sosial diberi kebebasan dalam bagaimana dia mengelola identitas pada akun miliknya. Bila dengan penyembunyian identitas dengan akun anonim, tujuan pengguna dapat tercapai maka tentu itulah cara yang diperlukan pengguna dalam rangka memenuhi kebutuhannya akan penggunaan dari sebuah akun situs jejaring sosial. 2. Penggunaan akun jejaring sosial Twitter dan Facebook dengan identitas pseudonim dan anonim yang dilakukan oleh mahasiswa UPI sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, yang kesemuanya itu tergantung pada tujuan mereka menggunakan akun pada situs jejaring sosial. Kebebasan dan rasa aman merupakan faktor utama yang melatarbelakangi mahasiswa UPI pengguna akun anonim dan pseudonim untuk menyamarkan atau bahkan menyembunyikan identitasnya. Selain faktor rasa aman dan kebebasan, situs jejaring sosial mengizinkan pengguna untuk membentuk identitas dirinya pada profil akun berbeda dengan identitasnya di dunia nyata, memungkinkan dirinya untuk membentuk sebuah identitas dan karakter baru dihadapan

114 rekan-rekan online. Pengguna seakan-akan dapat membangun kembali citranya yang baik, apalagi bagi kasus pengguna yang terlanjur kurang berhasil dalam pergaulannya di dunia nyata. Untuk membangun identitas baru itu pengguna bisa memulainya dengan membuat akun pseudonim atau akun anonim. Seperti dengan pengubahan nama dan foto pada profil akun jejaring sosial. 3. Terkait dengan kasus cybercrime yang melibatkan mahasiswa UPI pengguna akun anonim, terdapat mahasiswa pemilik akun anonim pada Twitter yang seringkali melontarkan tweet berisi keluhan dan kritik dengan cara mencaci maki yang ditujukan kepada pihak kampus termasuk dosen. Penulis juga mengetahui bahwa ada mahsiswa melalui akun anonim di Twitter dan Facebook miliknya yang sering membagikan konten porno, meskipun kepada penulis bahwa si pelaku mengaku hal ini dia lakukan untuk menjaring follower yang banyak untuk kemudian akunnya tersebut dia jual kepada pengusaha jual-beli online, tetapi tetap saja secara hukum dia telah melanggar UU pornografi yang berlaku, sehingga tindakannya tergolong cybercrime. Selain itu, ternyata ada juga mahasiswa pengguna akun non-anonim yang menjadi korban penipuan jual-beli online. Ini menunjukkan bahwa ternyata korban pelaku kejahatan cyber bisa menimpa siapa saja, bahkan mahasiswa yang sudah barang tentu bukan termasuk kepada orang yang awan akan teknologi internet, tidak serta merta menjamin dirinya untuk terhindar dari sasaran pelaku cybercrime. 4. Mengenai dampak positif dan negatif dari anonimitas dan pseudonimitas di dunia maya, hasil penelitian yang kemudian dibandingkan dengan studi literatur bahwa anonimitas dan pseudonimitas bisa menjadi pondasi dasar untuk melindungi privasi pengguna ketika online. Anonimitas ataupun pseudonimitas merupakan suatu hal yang legal yang dapat berguna untuk melindungi detil terkait informasi pribadi pengguna agar tidak dapat terdeteksi kemudian disalahgunakan oleh pihak lain. Selain sisi positif tersebut, anonimitas

115 dan pseudonimitas ini juga seringkali dimanfaatkan oleh pengguna ketika melakukan tindakan yang tergolong kepada cybercrime. Pada forum diskusi seperti di Facebook atau Twitter anonimitas ataupun pesudonimitas membuat pengguna dapat berbagi informasi, berdiskusi terutama untuk hal-hal sensitif dengan tetap menjaga privasi pengguna. Dengan berlindung dibalik anonimitas dan pseudonimitas, menjadikan dirinya sulit untuk dideteksi oleh para penegak hukum. Dalam grup di Facebook ataupun perbincangan pada Twitter, hasil observasi menunjukkan bahwa rata-rata pengguna anonimitas dan pseudonimitas selalu berkomentar secara ofensif, tanpa memperhatikan etika ketika berkomunikasi. Tentunya yang demikian itu akan memperkeruh suasana diskusi yang sehat. Rata-rata akun anonim ini juga dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk menggiring opini publik, dengan cara menyebarluaskan kabar-kabar negatif terkait peristiwa atau terkait seorang figur, seperti elit politik, dimana kabar tersebut tidak jelas kebenarannya. Akhirnya masyarakat yang malas mencari informasi dari sumber yang lebih bisa dipercaya akan langsung terpukau dengan isi dari informasi tersebut dan dikhawatirkan akan timbul keresahan diantara masyarakat dan yang lebih parah lagi jika sampai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun. Berdasarkan hal tersebut, akun anonim ini ternyata juga memberi dampak buruk, yakni penyelewengan informasi atau dengan istilah lain, media bias. 5.2 REKOMENDASI Dari hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini, penulis merekomendasikan berbagai hal berikut: 1. Pemerintah Sebagai lembaga negara pembuat kebijakan, senantiasa melakukan berbagai kajian terkait fenomena-fenomena baru khususnya anonimitas dan pseudonimitas ini, sehingga dari sana bisa ditentukan regulasi yang tepat dan bijak terkait isu tersebut, mengingat hal ini turut berdampak pula pada bertambah maraknya kasus cybercrime. Berdasarkan pada hal

116 itu, pemerintah harus meningkatkan pemahaman serta keahlian aparat penegak hukum mengenai tindakan yang tepat dan efektif dari mulai upaya pencegahan, investigasi, dan penuntutan perkara-perkara terkait kasus cybercrime. 2. Lembaga pendidikan Sebagai lembaga penyalur pendidikan harus senantiasa meningkatkan kualitas pendidikan, dari mulai tenaga pengajar, sampai pada sarana prasarana penunjang. Dalam hal ini penulis mengkhususkan pada peningkatan kualitas pendidikan terutama dari sisi pengetahuan dan pemahaman akan teknologi internet, agar kesenjangan teknologi diantara masyarakat dapat dikurangi. 3. Mahasiswa Pengguna Anonimitas dan Pseudonimitas Sebagai kalangan terpelajar yang tentunya cukup memiliki pemahaman terkait dengan aktifitas online, hendaknya sejara biijak memanfaatkan kelebihan dari teknologi internet tersebut untuk membantu kita dalam belajar. Bila ada keluhan terhadap pihak kampus hendaknya disampaikan dengan cara-cara yang baik dan terhormat, bukan dengan cara mengumpat pada situs jejaring sosial dan berlindung dibalik dinding anonimitas. Meskipun begitu bukan berarti anonimitas dan pseudonimitas menjadi sesuatu yang ilegal, namun alangkah baiknya bila kita mengembangkan sikap bertanggujawab terhadap diri kita sendiri, salah satunya dengan berani untuk tetap bertahan dengan menggunakan identitas asli. 4. Masyarakat Masyarakat secara umum hendaknya harus berhati-hati ketika berinteraksi secara online melalui penggunaan akun situs jejaring sosial. Fenomena anonimitas dan pseudonimitas ini sangat penting untuk diketahui bersama, karena mungkin saja hal ini merupakan langkah awal yang dilakukan oleh orang-orang disekitar kita untuk melakukan tindakan yang dapat merugikan kita, seperti memata-matai, kemudian dijadikan sebagai sasaran tindak kejahatan.

117 5. Peneliti Bagi peneliti secara pribadi, maupun bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini sesungguhnya masih memerlukan kajian yang lebih mendalam dan melibatkan informan yang lebih banyak serta dari berbagai wilayah yang lebih luas. Kemudian, alangkah lebih baiknya jika dikombinasikan dengan penggunaan berbagai metode guna semakin memperkaya penelitian mengenai fenomena ini. Selanjutnya, diharapkan mampu menjadi sumber rujukan bagi penelitian selanjutnya.