Analisis Pengaruh Automatic Thresholding dalam Pemrosesan Citra Batupasir Berea

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian secarageografisterletakpada107 o o BT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BINERISASI CITRA DOKUMEN DENGAN FILTERISASI HOMOMORPHIC

SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)

BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR. Abstrak

ANALISIS CITRA DIGITAL UNTUK SAMPEL BATUAN MENGGUNAKAN MICRO-CT SCANNER SKYSCAN 1173

Pengenalan Karakter Sintaktik menggunakan Algoritma Otsu dan Zhang-Suen

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

IDENTIFIKASI FOKUS MIKROSKOP DIGITAL MENGGUNAKAN METODE OTSU

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

Batuan berpori merupakan media dengan struktur fisik yang tersusun atas bahan

Implementasi Metode Watershed Transformation Dalam Segmentasi Tulisan Aksara Bali Berbasis Histogram

ANALISIS CITRA DIGITAL SAMPEL TANAH DAN BATUAN MENGGUNAKAN MICRO-CT SKYSCAN 1173

Review Paper. Image segmentation by histogram thresholding using hierarchical cluster analysis

MKB3383 TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Pemrosesan Citra Biner

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

SAMPLING DAN KUANTISASI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan

Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAHAN CITRA UNTUK PENENTUAN SIFAT FISIS BATUAN

Traffic IP Camera untuk Menghitung Kendaraan Roda Empat Menggunakan Metode Luasan Piksel

BAB IV DATA, HASIL, DAN PEMBAHASAN

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA

Gambar 15 Contoh pembagian citra di dalam sistem segmentasi.

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

IDENTIFIKASI SEL DARAH BERBENTUK SABIT PADA CITRA SEL DARAH PENDERITA ANEMIA

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Aplikasi Metoda Random Walks untuk Kontrol Gerak Robot Berbasis Citra

PENGUJIAN PENGENALAN KARAKTER PADA KTP MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING

PENGEMBANGAN APLIKASI PERHITUNGAN JUMLAH OBJEK PADA CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE MATHEMATICAL MORPHOLOGY

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KOMBINASI METODE MORPHOLOGICAL GRADIENT DAN TRANSFORMASI WATERSHED PADA PROSES SEGMENTASI CITRA DIGITAL

BAB II LANDASAN TEORI

Pertemuan 2 Representasi Citra

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

PENGENALAN ABJAD SISTEM ISYARAT BAHASA INDONESIA (SIBI) BERBASIS KAMERA DEPTH

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 3 PROSEDUR DAN METODOLOGI. menawarkan pencarian citra dengan menggunakan fitur low level yang terdapat

COUNTING SPERMA AKTIF MENGGUNAKAN METODE OTSU THRESHOLD DAN LOCAL ADAPTIVE THRESHOLD

BAB 2 LANDASAN TEORI

SEGMENTASI CITRA MEDIK MRI (MAGNETIC RESONANCE IMAGING) MENGGUNAKAN METODE REGION THRESHOLD

Penggunaan Filter Frekuensi Rendah untuk Penghalusan Citra (Image Smoothing)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc

BAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

BAB 2 LANDASAN TEORI

Segmentasi Bagian Paru-Paru di Citra 2D CT-Scan

IDENTIFIKASI OBYEK PISAU PADA CITRA X-RAY DI BANDARA

PRISMA FISIKA, Vol. VI, No. 2 (2018), Hal ISSN :

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai

BAB II LANDASAN TEORI

SYSTEMIC Vol. 1, No. 1, Agustus 2015, PENGENALAN CATATAN PENJUALAN MENGGUNAKAN PENGENALAN ANGKA BERBASIS KORELASI.

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PRAKTIKUM 2. MATRIK DAN JENIS CITRA

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector

Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)

JUDUL THRESHOLDING DENGAN PEMILIHAN WINDOW SECARA ADAPTIVE BERBASIS PENGUKURAN TINGKAT KETAJAMAN CITRA

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Point Process

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK


SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

SEGMENTASI CITRA CT SCAN TUMOR OTAK MENGGUNAKAN MATEMATIKA MORFOLOGI (WATERSHED) DENGAN FLOOD MINIMUM OPTIMAL

KARAKTERISASI MIKROSTRUKTUR BATUAN KARBONAT PADA BERBAGAI UKURAN: MILI SAMPAI CENTIMETER

Automatic Gridding Citra Microarray dengan Menggunakan Image Thresholding

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

KAMERA PENDETEKSI GERAK MENGGUNAKAN MATLAB 7.1. Nugroho hary Mindiar,

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Analisis Pengaruh Automatic Thresholding dalam Pemrosesan Citra Batupasir Berea Chris Evan Sebastian 1,a), Chandra Winardhi 1,b), Fourier Dzar Eljabbar Latief 1,c) 1 Laboratorium Fisika Batuan, Kelompok Keilmuan Fisika Bumi dan Sistem Kompleks, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha no. 10 Bandung, Indonesia, 40132 a) chris.evan@yahoo.com (corresponding author) b) chandra.winardhi@gmail.com c) fourier@fi.itb.ac.id Abstrak Thresholding merupakan salah satu langkah dalam pemrosesan citra digital untuk mengkonversi citra keabuan (greyscale) menjadi citra hitam-putih atau biner (binar. Citra mentah yang didapatkan melalui akuisisi menggunakan μct Scan yang memiliki nilai intensitas piksel yang berbeda-beda dengan range 0-255 dalam skala keabuan. Dalam perkembangan analisis batuan secara digital (Digital Rock Physics atau DRP), thresholding diaplikasikan untuk dapat mengkonversi citra mentah batuan dengan intensitas piksel dalam skala keabuan menjadi biner, sehingga struktur pori dan butiran dapat terpisahkan dengan baik. Thresholding bekerja dengan menerapkan suatu nilai batas sehingga nilai piksel di atas nilai batas tersebut akan dikonversi menjadi 1 sementara nilai piksel di bawah nilai batas akan dikonversi menjadi 0. Adapun besaran fisis berupa porositas kemudian dapat dihitung berdasarkan perbandingan atau fraksi jumlah piksel bernilai 0 (diinterpretasikan sebagai pori) terhadap jumlah piksel pada citra biner tersebut. Dalam penelitian ini, terdapat beberapa macam metode thresholding otomatis yang diaplikasikan dalam analisis batuan secara digital, yaitu metode Global Thresholding (Otsu) dan Metode Local Thresholding (Adaptive). Dalam Local Thresholding, akan dilakukan juga variasi sebaran statistik penentuan niai batas yaitu Mean, Median, dan Mean of Minimum-Maximum. Citra biner dari masing-masing metode thresholding kemudian akan diproses untuk menghasilkan nilai porositas sampel Batupasir Berea dan dibandingkan terhadap nilai referensi sampel tersebut. Data perhitungan yang dihasilkan menunjukkan bahwa Metode Adaptive Median menghasilkan nilai porositas yang paling mendekati nilai referensi. Kata kunci : Adaptive, Global thresholding, Local thresholding, Otsu. PENDAHULUAN Dalam analisis citra batuan secara digital (Digital Rock Physics / DRP), informasi terkait komposisi batuan sangatlah penting untuk diketahui. Hal ini dikarenakan informasi tersebut dapat berkaitan erat dengan kandungan fluida yang menjadi target utama dalam eksplorasi, seperti hidrokarbon (minyak dan gas bumi) dan air. Adapun salah satu besaran fisis batuan yang paling umum adalah porositas, yang merupakan perbandingan dari jumlah volume pori terhadap total dari jumlah volume pori dan butiran dari suatu batuan (volume keseluruhan). Metode DRP memungkinkan sampel untuk diakuisisi dan didapatkan citra digital menggunakan μct Scan dan dilakukan analisis stuktur internal secara digital. Adapun citra mentah yang dihasilkan berupa citra keabuan atau greyscale, yaitu citra dengan skala intensitas piksel keabuan dengan range 0-255. Nilai intensitas piksel dalam citra digital tersebut mewakili densitas dari material yang terkandung didalam sampel batuan yang akan diuji atau dianalisis. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 65

Gambar 1. Ilustrasi akuisisi citra sampel batuan menggunakan μct Scan Setelah akuisisi, citra keabuan kemudian akan diproses dalam tahap thresholding yang bertujuan untuk mengkonversi variasi nilai piksel yang bernilai 0-255 menjadi hanya dua nilai saja yaitu 0 atau 1 [1]. Citra hasil thresholding disebut citra biner (binary image).piksel bernilai 0 dapat diinterpretasikan sebagai pori sementara piksel bernilai 1 dapat diinterpretasikan sebagai butiran/matrix. Dengan demikian, secara sederhana porositas (ϕ) dari citra sampel dapat dikalkulasikan berdasarkan perumusan berikut [2] V pori V pori V butiran (1) thresholding bekerja dengan menerapkan suatu nilai batas yang digunakan untuk perbandingan dengan nilainilai piksel pada citra sampel. Jika nilai piksel pada citra bernilai lebih besar dari nilai batas, maka nilai piksel tersebut akan diubah menjadi 1. Sementara jika nilai piksel pada citra bernilai lebih kecil atau sama dengan nilai batas, maka nilai piksel tersebut akan diubah menjadi 0. Penentuan nilai batas tersebut bergantung pada subjektifitas jika dilakukan secara manual. Dengan demikian, diperlukan suatu metode otomatis dalam penentuan nilai batas thresholding berdasarkan karakterisitik matriks piksel yang terkandung oleh suatu citra keabuan. AUTOMATIC THRESHOLDING Automatic Thresholding terbagi menjadi dua kategori besar, yaitu Global Thresholding (Metode Otsu) dan Local Thresholding (Metode Adaptive). Metode Adaptive menggunakan variasi sebaran statistik dalam penentuan nilai batas, terbagi menjadi Mean, Median, dan Mean of Minimum-Maximum. Metode Otsu (Global Thresholding) Metode Otsu memanfaatkan konsep clustering statistik Variance untuk dapat memaksimalkan pemisahan antara Foreground dan Background yang memiliki nilai piksel 1 dan 0 secara berurutan. Perhitungan dilakukan dengan mencari nilai Within Class Variance ( w) dari tiap piksel terhadap piksel-piksel lainnya yang dijadikan Foreground (Piksel bernilai 1/berwarna putih) dan Background (Piksel bernilai 0/berwarna hitam). Nilai batas kemudian ditentukan berdasarkan piksel yang memiliki nilai Within Class Variance yang paling kecil. Berikut merupakan perumusan yang digunakan. [3] 2 w W W (2) b 2 b f 2 f dengan variabel W merupakan fraksi jumlah piksel serta merupakan Variance dari piksel-piksel Foreground dan Background yang disimulasikan untuk tiap piksel yang terdapat pada citra. Metode Otsu juga disebut sebagai metode Histogram-based, yang berarti sangat bergantung terhadap bentuk histogram (plot antara piksel penyusun suatu citra terhadap kuantitas tiap piksel pada citra tersebut) suatu citra keabuan. Metode Otsu dapat bekerja dengan baik pada citra dengan histogram bimodal, yaitu histogram dengan dua puncak yang terpisah dengan cukup baik sehingga intensitas piksel tersebar secara merata. Pada umumnya, histogram bimodal dimiliki oleh citra dengan pencahayaan atau iluminasi yang merata. ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 66

Gambar 2. (kiri) Citra keabuan dengan iluminasi yang merata (tengah) histogram bimodal dari citra kiri (kanan) citra biner hasil thresholding dengan metode Otsu. Metode Adaptive (Local Thresholding) Berbeda dengan Metode Otsu yang hanya menerapkan sau nilai batas, Metode Adaptive menerapkan beberapa nilai batas terhadap beberapa bagian pada suatu citra. Ide utama metode ini adalah dengan citra yang memiliki iluminasi tidak merata, maka pencarian nilai batas tidak dapat dilakukan secara menyeluruh, melainkan dilakukan per bagian sehingga hasil yang didapat tetap mewakili citra asli. Nilai batas ditentukan menggunakan sebaran statistik berupa Mean (nilai rata-rata) dan Median (nilai tengah) dari sekumpulan piksel yang terdapat pada bagian lokal dari suatu citra keabuan. Selain itu dapat pula digunakan Mean of Minimum- Maximum (rata-rata dari nilai maksimum dan minimum) terhadap sekumpulan piksel pada bagian lokal citra. Penentuan sebaran statistik ini bergantung secara spesifik terhadap karakteristik matriks piksel penyusun suatu citra keabuan. Berikut merupakan perumusan umum dari Metode Adaptive [4] 0, jika I( T( b (, (3) 1, jika I( T( dengan b( merupakan kumpulan piksel hasil thresholding, I( merupakan piksel sebelum thresholding dan T( merupakan nilai batas lokal yang ditentukan berdasarkan sebaran statistik seperti yang disebutkan di atas. Metode Adaptive tidak bergantung pada bentuk histogram citra, sehingga dapat melakukan thresholding pada citra keabuan dengan iluminasi yang tidak merata. Namun untuk mendapatkan partisi dimensi lokal yang kecil, dibutuhkan waktu thresholding yang lebih lama dari Metode Otsu. Gambar 3. (kiri) Citra keabuan dengan iluminasi tidak merata (tengah) histogram non-bimodal dari citra kiri (kanan) citra biner hasil thresholding dengan Metode Adaptive ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 67

Gambar 4. Citra biner hasil thresholding dari Gambar 3 menggunakan (kiri) Metode Otsu (kanan) Metode Adaptive. Terlihat terdapat bagian yang hilang pada hasil Metode Otsu jika citra input memiliki iluminasi yang tidak merata. DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan dengan sampel Batupasir Berea dengan jari-jari = 2.5 cm dan tinggi = 7.0 cm serta ukuran butir pada kategori batupasir halus (0.125-0.25 mm). Nilai referensi porositas sampel (ɸ) adalah 17.37%. Percobaan dilakukan dengan dua metode pemindaian yaitu Single Full (SF) dan Spiral (SP). Perbedaan keduanya terletak pada resolusi atau ukuran sebuah piksel dalam citra mentah yang dihasilkan. Resolusi pada metode Single Full adalah 35.625 μm sementara resolusi metode Spiral adalah 19.952 μm. Gambar 5. (kiri) Sampel Batupasir Berea (kanan) Tahap persiapan pemindaian sampel menggunakan μct Scan Citra diakuisisi menggunakan instrumen μct Scan Skyscan 1173 produksi Bruker, Belgia dan perhitugan porositas dilakukan menggunakan perangkat lunak Image Processing CTAn yang juga merupakan usungan Bruker. Pada hasil perhitungan akan terdapat tiga jenis porositas yaitu Porositas Terbuka (Open Porosit, Porositas Tertutup (Closed Porosit, dan Porositas Total (Total Porosit. Porositas Terbuka menyatakan porositas sampel yang terdiri dari koneksi antarpori yang saling terhubung, sementara Porositas Tertutup menyatakan pori-pori individu yang tidak saling berhubungan. Nilai referensi sampel merupakan nilai Porositas Terbuka, sehingga penarikan kesimpulan dalam penelitian ini akan melibatkan Porositas Terbuka saja. Gambar 6. Citra Greyscale hasil pemindaian (kiri) SF (kanan) SP ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 68

Tabel 1. Hasil thresholding dan kalkulasi porositas 3-D Metode Otsu SF Metode Otsu SP Porositas Terbuka = 50.18% Porositas Tertutup = 0.81% Porositas Total = 50.99% Porositas Terbuka = 60.26% Porositas Tertutup = 0.10% Porositas Total = 60.36% Tabel 2. Hasil thresholding dan kalkulasi porositas 3-D Metode Adaptive dengan pemindaian SP Adaptive Mean Adaptive Median Adaptive Mean of Min-Max Porositas Terbuka = 2.16% Porositas Tertutup = 15.25% Porositas Total = 17.41% Porositas Terbuka = 15.51% Porositas Tertutup = 9.89% Porositas Total = 25.40% Tabel 3. Hasil thresholding dan kalkulasi porositas 3-D Metode Adaptive dengan pemindaian SF Porositas Terbuka = 23.38% Porositas Tertutup = 4.03% Porositas Total = 27.41% Adaptive Mean Adaptive Median Adaptive Mean of Min-Max Porositas Terbuka = 3.72% Porositas Tertutup = 10.90% Porositas Total = 14.62% Porositas Terbuka = 15.72% Porositas Tertutup = 4.31% Porositas Total = 20.03% Porositas Terbuka = 24.80% Porositas Tertutup = 1.53% Porositas Total = 26.33% ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 69

Gambar 7. Plot porositas 2-Dimensi tiap irisan citra dari pemindaian SP. Warna Biru, Kuning, Oranye dan Ungu secara berurutan menandakan nilai proositas Metode Adaptive Mean, Median, Mean of Minimum Maximum, dan Otsu Gambar 8. Plot porositas 2-Dimensi tiap irisan citra biner dari pemindaian SF. Warna Biru, Kuning, Oranye dan Ungu secara berurutan menandakan nilai proositas Metode Adaptive Mean, Median, Mean of Minimum Maximum, dan Otsu Tabel 1, Tabel 2 dan Tabel 3 menampilkan hasil variasi metode thresholding dan metode scan serta hasil perhitungan porositas 3-Dimensi. Nilai yang dihasilkan melibatkan perhitungan konektifitas pori-pori dalam ruang 3-Dimensi citra batuan atau dengan kata lain antar irisan 2-Dimensi citra batuan. Dalam pelaksanaan pemindaian, citra diambil setiap pemutaran sampel sebesr 0.4. Skema pemutaran tersebut dapat menyebabkan perbedaan iluminasi yang berbeda-beda untuk tiap irisan 2-Dimensi yang dihasilkan. Hasil thresholding serta perhtiungan porositas 3-Dimensi menunjukkan bahwa metode thresholding yang cukup baik untuk dapat menghasilkan nilai Porositas Terbuka yang mendekati referensi adalah metode Adaptive. Untuk lebih spesifiknya, dari percobaan ini didapat bahwa Metode Adaptive dengan parameter sebaran statistik Median menghasilkan nilai porositas yang paling mendekati nilai referensi, yaitu sebesar 15%. Sebaran statistik Median ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 70

dapat menghasilkan pori-pori dengan konektifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan sebaran statistik lainnya seperti Mean. Citra pembesaran yang menunjukkan fenomena tersebut terlihat pada Gambar 9. Hasil Plot pada Gambar 7 dan Gambar 8 semakin menguatkan dugaan bahwa Metode Adaptive merupakan metode yang sangat sesuai untuk menganalisis sampel berupa batuan khususnya Batupasir Berea. Hal ini ditunjukkan dari hasil porositas 2-Dimensi tiap irisan dari Metode Otsu menghasilkan nilai yang sangat fluktuatif. Gambar 9. Perbedaan persebaran konektifitas pori, khususunya pada daerah yang dilingkari berwarna merah, sebagai hasil dari thresholding dengan Metode (kiri) Adaptive Mean (kanan) Adaptive Median KESIMPULAN Dalam analisis batuan secara digital, pada umumnya akan dihasilkan citra yang memiliki iluminasi yang tidak merata. Dengan metode Otsu, citra biner yang dihasilkan memiliki visualisasi yang tidak merepresentasikan citra skala keabuan dengan baik. Sementara itu, iluminasi yang tidak merata dapat diatasi dengan lebih baik menggunakan metode adaptive. Pada kasus sampel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Batupasir Berea dengan resolusi rendah (resolusi pada rentang 19-36μm), didapatkan hasil citra biner yang paling baik menggunakan metode adaptive dengan sebaran statistik Median. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Luluan Almanna Lubis dari Universiti Teknologi Petronas yang telah membantu kami dalam menyediakan sampel Batupasir Berea serta Laboratorium Micro- CT, Basic Science Advanced (BSC) A FMIPA ITB yang telah memfasilitasi kami dalam pengambilan data. REFERENSI 1. Chris Solomon. Fundamentals of Digital Image Processing. Wiley Blackwell, West Sussex (2011) 2. Gary Mavko. The Rock Physics Handbook. Cambridge University Press, New York (2009) 3. N. Otsu, A Threshold Selection Method from Gray-Level Histogram, IEEE TRANSCATION ON SYSTEMS, MAN, AND CYBERNETICS (1979) 4. T.Romen Singh, Sudipto Roy, O. Imocha Singh, Tejmani Sihnam, dan Kh. Manglehm Singh, A New Local Adaptive Thresholding Technique in Image Binarization, INTERNATIONAL JOURNAL OF COMPUTER SCIENCE ISSUES, Volume 8, Issue 6. No. 2 (2011) ISBN: 978-602-61045-1-9 14 15 Desember 2016 71