BAB I PENDAHULUAN. perubahan secara mendasar, karena membawa kepada perubahan individu sampai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. negara akan dapat memasuki era globalisasi ini dengan tegas dan jelas apabila

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. ketakwaaan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selanjutnya mampu membekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pendidikan tertulis the education is the development of knowledge, skill,

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Jika dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. terutama generasi muda sebagai pemegang estafet perjuangan untuk mengisi

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diturunkannya ayat pertama kepada Nabi Muhammad saw yang berisi perintah

Islam adalah satu-satunya agama yang haq dan diridhoi Alloh SWT yang. disampaikan melalui nabi Muhammad SAW kepada seluruh umat manusia agar

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah sedang mengadakan berbagai usaha untuk membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

Tafsir Depag RI : QS Al Baqarah 284

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang disosialisasikan sebagai usaha

BAB I PENDAHULUAN. menyikapinya. Perubahan itu sendiri merupakan sunnatullah, sebuah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sejumlah pengalaman dari seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. oleh kualitas sumber daya manusianya. Untuk meningkatkan kualitas manusianya

BAB I PENDAHULUAN. proses yang panjang, dengan hasil (resultant) yang tidak dapat diketahui dengan

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada umumnya merupakan sarana untuk mengadakan perubahan secara mendasar, karena membawa kepada perubahan individu sampai ke akar-akarnya. Pendidikan dapat merobohkan tumpukan pasir jahiliyah (kebodohan), membersihkan, kemudian menggantikannya dengan bangunan nilainilai baru yang lebih kokoh (dewasa), dan bertanggung jawab. 1 Pendidikan dalam ajaran Islam memiliki fungsi membangun akhlakul karimah, sedangkan pendidikan nasional mendorong siswa untuk lulus dengan prestasi angka. Untuk itu, pemerintah seharusnya belajar banyak pada pendidikan berbasis Islam seperti di pesantren yang mewujudkan roh pendidikan yang sejati, yaitu melahirkan generasi yang bertakwa disamping berilmu dan berpengetahuan. 2 Seperti dalam Undang-Undang Pendidikan No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3, bahwa: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Menggagas Platform Pendidikan Budi Pekerti Secara Kontekstual dan Futuristik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008, Cet. Kedua), h. 5-6 2 Departemen Agama RI, Pendidikan Islam Dan Pendidikan Nasional, Paradigma Baru, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2005), h. 4-5 1

2 berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 3 Dewasa ini, gencar diserukan tentang pentingnya pendidikan karakter. sedemikian seriusnya persoalan tersebut, hingga Presiden dan para Menterinya lebih khusus Menteri Agama dan Menteri Pendidikan juga menyerukan tentang pendidikan karakter tersebut. Karakter sama dengan akhlak dalam pandangan Islam. Akhlak dalam pandangan Islam ialah kepribadian. Kepribadian itu komponennya tiga, yaitu pengetahuan, sikap dan perilaku. Karena akhlak adalah kepribadian, maka paradigmanya berbeda bila dibandingkan dengan pendidikan bidang-bidang pengetahuan dan keterampilan. pendekatannya adalah pendekatan untuk pendidikan kepribadian. 4 Mengutip dari tulisan Prof. Dr. Ahmad Tafsir, M. A : Akhlak atau karakter itu diajarkan melalui metode internalisasi. Teknik pendiikannya ialah peneladanan, pembiasaan, penegakkan peraturan, dan pemotivasian. Yang jelas, bukan dengan cara menerangkan atau mendiskusikan, jika pun perlu itu hanya cukup sedikit saja. Pendidikan akhlak itu dilakukan dengan treatment atau perlakuanperlakuan. berikut adalah contohnya. Setiap ulangan harian atau ulangan umum di sekolah diatur dengan peraturan agar murid-murid tidak mungkin dapat melihat catatan, tidak mungkin dapat bertanya pada teman di dekatnya, tiak mungkin juga dapat melihat jawaban temannya. Ini diatur dengan sangat ketat dengan pengawasan yang sangat ketat pula. Nah, dari sini akan dihasilkan murid yang jujur, mandiri, selalu melakukan persiapan. 5 3 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Islam RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Ditjen Kelembagaan Islam Depag, 2006), hal. 8 4 Prof. Dr. Ahmad Tafsir, dikutip dari buku Pendidikan Karakter Persfektif Islam, karangan Abdul Majid dan Dian Handayani, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. iv-v 5 Ibid, h. vi

3 Sehubungan dengan perkataan Ahmad Tafsir tersebut, bahwa yang namanya pendidikan karakter ataupun pendidikan akhlak dalam Islam sangatlah penting ditanamkan dalam jiwa anak didik sejak dini, sehingga saat ia dewasa kelak ia mempunyai sifat-sifat akhlakul karimah juga menjadi pribadi yang berilmu pengetahuan dan cerdas, sesuai dengan fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional. Pelajaran mengenai agama yang mengandung nilai moral telah diajarkan di sekolah-sekolah. Faktanya, pendidikan moral masih belum berhasil. Hal ini dapat dilihat dari parameter kejahatan yang ada di masyarakat serta di institusi pendidikan dan di pemerintahan yang tampak meningkat, seperti adanya tawuran pelajar dan mahasiswa, korupsi, kolusi dan nepotisme. Jika dilihat dari esensi pendidikan agama yang tertuang pada kurikulum pendidikan agama, tampaknya agama lebih mengajarkan pada dasar-dasar agama, sementara akhlak atau kandungan nilai-nilai kebaikan belum sepenuhnya disampaikan. Dilihat dari metode pendidikan pun tampaknya terjadi kelemahan karena metode pendidikan yang disampaikan difokuskan pada pendekatan kognitif saja. Metode ini hanya mewajibkan peserta didik untuk mengetahui dan menghafal konsep dan kebenaran tanpa menyentuh nuraninya. Selain itu tidak dilakukan praktek perilaku dan penerapan akhlak mulia dalam kehidupan di sekolah. Ini merupakan kesalahan metodologis yang mendasar dalam pengajaran moral bagi peserta didik. Karena itu tidaklah aneh jika dijumpai banyak sekali inkonsistensi antara apa yang diajarkan di sekolah dan apa yang diterapkan anak di luar sekolah. Dengan demikian peran orangtua dalam pendidikan agama untuk membentuk karakter

4 anak menjadi amat mutlak. Melalui kedua institusi inilah anak memperoleh kesinambungan nilai-nilai kebaikan yang telah ketahui di sekolah. Tanpa keterlibatan orangtua dan keluarga maka sebaik apapun nilai-nilai yang diajarkan di sekolah akan menjadi sia-sia. Baik dari pendidikan karakter maupun pendidikan akhlak dalam Islam, tujuannya sama yaitu menjadikan anak didik untuk berperilaku positif, salah satunya yaitu dengan menanamkan sifat jujur pada pribadi anak didik. Sebelumnya, telah disinggung mengenai sifat jujur ini. Dalam hal ini, penulis menamakannya dengan pendidikan kejujuran Dalam konteks Islam, kejujuran juga sangat ditekankan. Banyak ayat-ayat yang menegaskan tentang berbuat jujur dan keutamaannya, salah satunya yaitu pada surah At-Taubah (9) ayat 119 menyatakan bahwa: Jujur merupakan sifat yang terpuji, Allah menyanjung orang-orang yang mempunyai sifat jujur dan menjanjikan balasan yang berlimpah untuk mereka. Termasuk dalam jujur kepada Allah, jujur dengan sesama dan jujur kepada diri sendiri. Jujur juga dapat membawa kepada jalan yang benar. Sebaliknya, orang yang mempunyai sifat dusta maka hidupnya di dunia tidak tenang dan di Akhirat kelak dia akan disiksa Sebagaimana yang terdapat dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

5 ع ل ي ك م ب الص د ق ف إ ن الص د ق ي ه د ي إ ل ال ب و إ ن ال ب ي ه د ي إ ل ا ل ن ة و م ا ي ز ال الر ج ل ي ص د ق و ي ت ح ر ى الص د ق ح ت ي ك ت ب ع ن د الل ه ص د يق ا و إ ي اك م و ال ك ذ ب ف إ ن ال ك ذ ب ي ه د ي إ ل ال ف ج ور و إ ن ال ف ج ور ي ه د ي إ ل الن ار و م ا ي ز ال الر ج ل ي ك ذ ب و ي ت ح ر ى ال ك ذ ب ح ت ي ك ت ب ع ن د الل ه ك ذ اب ا Fenomena suka berbohong merupakan yang terburuk menurut pandangan Islam. Oleh karena itu, seharusnya para pendidik mencurahkan perhatian dan upaya yang lebih terhadap fenomena ini, sehingga anak-anak terhindar dari fenomena tersebut dan menjauhi sifat munafik. Cukuplah kebohongan dikatakan sebagai sifat yang buruk. 6 Karena pendidikan kejujuran merupakan salah satu bagian dari pendidikan karakter, yang cara penerapannya melalui pengintegrasian dengan semua mata pelajaran, khususnya yaitu pada mata pelajaran agama, maka pendidikan kejujuran juga sama cara penerapannya, yaitu dengan menyisipkan nilai-nilai kejujuran tersebut pada semua mata pelajaran, terutama pada pelajaran Agama (PAI) karena islam sangat menenkankan pada 3 aspek yaitu dari aspek ketuhanan atau ketauhidan, aspek akhlak dan aspek fiqih. Pada praktiknya, pendidikan karakter maupun pendidikan akhlak dalam hal menumbuhkan kejujuran di kalangan siswa adalah dengan kantin kejujuran. Kantin kejujuran adalah salah satu cara utuk menerapkan pendidikan karakter ataupun pendidikan akhlak dari segi aspek afektif dan psikomotorik siswa guru menilai. Di sini siswa harus bertindak jujur. Di mana semua jajanan dan uang di biarkan begitu saja. Siswa melayani dirinya sendiri. Dengan begitu siswa dapat 1995), h. 183 6 Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam,(Jakarta: Pustaka Amani,

6 berlatih jujur, selain adanya penerapan pendidikan kejujuran oleh guru yang dilakukan di dalam kelas. Kantin kejujuran memang cara yang efektif untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah. Karakter bangsa yang tercermin dari kantin kejujuran antara lain: jujur, bertanggung jawab, mandiri dan kerapian. Saat kita membeli barangbarang di kantin kejujuran dengan cara yang sesuai yaitu jujur maka kita telah mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Keuntungan yang pertama adalah mendapat pahala karena telah berbuat jujur, bertanggung jawab dan mandiri. Keuntungan yang kedua yaitu telah menerapkan pendidikan karakter dalam diri siswa yang artinya kita sudah menyumbangkan masa depan bangsa. Mungkin dengan begitu, siswa dapat meraih kesuksesan di masa depan. Walaupun dari kantin kejujuran ini dibalik sisi positifnya terdapat pula sisi negatifnya, tetapi paling tidak sedikit banyaknya dapat melatih siswa untuk selalu berbuat jujur dalam segala hal dan di manapun ia berada. Dengan adanya kantin kejujuran, semua siswa pasti akan senang, termasuk siswa yang tidak jujur. Siswa yang jujur pasti senang karena akan terus terlatih kejujurannya. Akan tetapi, siswa yang tidak jujur juga senang, karena bisa mengambil apapun yang disuka tanpa harus membayar. Pada dasarnya, hal seperti itu tidaklah terpuji tetapi masih banyak saja yang melakukan hal itu. Mungkin di kemudian hari bisa saja menjadi koruptor karena hal kecil seperti ini. Maka dari itu, hal seperti inilah yang harus menjadi perhatian, karena pendidikan karakter belum tertanamkan.

7 Bukti tersebut membenarkan bahwa di Indonesia masih banyak yang kurang berkarakter bahkan dikalangan pelajar. Dengan demikian, pendidikan harus lebih ditingkatkan lagi agar dapat menyiapkan penerus bangsa yang benarbenar berkualitas, baik dari segi pengetahuan maupun akhlaknya. Untuk itu, perlunya penanaman nilai-nilai kejujuran pada anak didik di dalam kelas saat pembelajaran berlangsung dan juga dengan kantin kejujuran di SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin. Siswa SD merupakan siswa yang paling tinggi tingkat kejujurannya. Untuk itu penulis memilih SDN Sungai Miai 7 ini sebagai tempat penelitian, karena di sekolah tersebut merupakan salah satu sekolah SD percontohan yang ada di Banjarmasin Utara dan satu-satunya sekolah SD yang masih aktif dalam menyelenggarakan kantin kejujuran. Kantin kejujuran adalah sebuah kantin yang tidak ada penjual atau pengawas yang mengawasi, sehingga siswa dituntut untuk jujur dalam membeli barang-barang di kantin kejujuran. Selain itu, apabila ada siswa yang akan membeli, maka siswa tersebut membayar atau meletakkan uang seharga barang yang dibeli ke tempat yang disediakan oleh pihak sekolah maupun para pengurus kantin kejujuran. Tetapi, dalam hal ini sedikit berbeda dengan kantin kejujuran yang ada di SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin karena seharusnya yang namanya kantin kejujuran yaitu tanpa ada penjaga atau penjualnya sesuai dengan definisi sebelumnya. Sedangkan kantin kejujuran yang ada di SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin ini terkadang siswa memanggil gurunya untuk membeli suatu

8 barang, sehingga di sini kejujuran siswa kurang dilatih dan namanya juga bukan kantin kejujuran lagi tetapi kantin biasa yang menjual berbagai makanan dan barang. Tetapi hal tersebut jarang terjadi, karena hanya sebagian siswa yang tidak terbiasa dengan tidak adanya penjual atau penjaga kantin. Bertitik tolak dari pentingnya penerapan pendidikan kejujuran di lingkungan siswa tersebut serta bagaimana jalannya kantin kejujuran, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penerapan Pendidikan Kejujuran Melalui Kantin Kejujuran di Lingkungan Siswa SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin. B. Definisi Operasional 1. Penerapan berasal dari kata terap, menerap, menerapkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menerapkan atau mempraktekkan secara langsung sebuah teori. 7 Sedangkan yang penulis maksud dengan penerapan disini adalah bagaimana cara guru-guru di SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin dalam menerapkan pendidikan kejujuran untuk membiasakan anak didiknya bersifat jujur dalam segala hal dan di manapun mereka berada. Dengan menerapkan pendidikan kejujuran pada setiap mata pelajaran, juga dengan melalui kantin kejujuran. 2. Pendidikan kejujuran merupakan salah satu pendidikan yang mengajarkan betapa pentingnya kejujuran ditanamkan dalam diri masing-masing. Pendidikan kejujuran adalah salah satu bagian dari pendidikan karakter. 2006), h.522 7 Ahmad A. K. Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Reality Publisher,

9 3. Kantin kejujuran adalah sebuah media pendidikan karakter dan akhlak dalam Islam, di mana setiap siswa dilatih kejujurannya dengan membayar sesuai dengan barang yang ia ingin membeli, dan apabila ada uang kembaliannya maka ia ambil dan hitung sendiri uang kembaliannya tersebut. Dalam hal ini, tidak hanya sifat jujur yang diterapkan pada diri pribadi siswa, tetapi adanya sifat lainnya yaitu mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan kerapian. 4. SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin adalah salah satu sekolah yang mengoperasionalkan sebuah kantin kejujuran agar terbentuknya sebuah kepribadian para siswanya. C. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan oleh penulis sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan pendidikan kejujuran melalui kantin kejujuran di lingkungan siswa SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi penerapan pendidikan kejujuran melalui kantin kejujuran di lingkungan siswa SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin?

10 D. Alasan Memilih Judul Ada beberapa alasan yang mendasar untuk mendorong penulis memilih judul di atas, yaitu: 1. Mengingat betapa pentingnya pendidikan kejujuran diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya bagi anak-anak sehingga dia akan terbiasa berperilaku jujur dalam segala hal. 2. Berdasarkan fenomena yang ada, bahwa kejujuran pada zaman sekarang sangatlah mahal harganya. Sering dijumpai dari pihak pemerintah melakukan kasus korupsi. Hal ini disebabkan karena tidak adanya sifat jujur terhadap dirinya sendiri apalagi terhadap orang lain, yang kemungkinan bahwa sifat jujur tidak ditanamkan pada pribadi masingmasing sejak kecil. 3. Di samping adanya nilai kejujuran yang diterapkan pada kantin kejujuran, juga mengandung nilai-nilai lain seperti adanya nilai-nilai mandiri, bertanggung jawab, disipin dan kerapian. 4. Bahwa sekolah adalah tempat di mana siswa dididik agar menjadi manusia seutuhnya, yang mempunyai karakter dan kepribadian luhur. E. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, maka penelitian yang dilaksanakan bertujuan untuk mengetahui: 1. Bagaimanakah penerapan pendidikan kejujuran melalui kantin kejujuran di lingkungan siswa SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin

11 2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi penerapan pendidikan kejujuran melalui kantin kejujuran di lingkungan siswa SDN Sungai Miai 7 Banjarmasin F. Signifikansi Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai: 1. Aspek Teoritis: menambah wawasan dan pengetahuan seputar permasalahan yang diteliti 2. Aspek praktis: menjadi bahan informasi bagi pihak yang berkepentingan dan dunia ilmiah. 3. Penerapan nilai-nilai kejujuran terhadap perilaku anak didik agar mereka mempunyai karakter yang tangguh. 4. Khazanah kepustakaan IAIN Antasari Banjarmasin, khususnya Fakultas Tarbiyah. G. Sistematika Penulisan BAB I, Pendahuluan; pembahasan pada bab ini terdiri dari: latar belakang masalah, rumusan masalah, definisi operasional, alasan memilih judul, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II, Tinjauan teoretis mengenai pendidikan kejujuran, yaitu; tentang Penerapan Pendidikan Kejujuran di Sekolah Dasar, Pendidikan Kejujuran dalam Perspektif Pendidikan Islam, Metode dalam Penerapan Pendidikan pada Anakanak Usia Sekolah Dasar, dan tentang Kantin Kejujuran.

12 BAB III, Metode penelitian; bab ini terdiri dari jenis dan lokasi penelitian, subjek dan objek penelitian, data, sumber data dan teknik pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, prosedur penelitian dan sistematika penulisan. BAB IV, laporan hasil penelitian, membahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V, Penutup; bab ini terdiri dari simpulan dan saran-saran.