BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

KOMISI PEMILIHAN UMUM

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. daerah (pemilukada) diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Mayoritas Publik Ingin DPR Tandingan Segara Bubarkan Diri. LSI DENNY JA November 2014

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BERITA ACARA NOMOR :. TENTANG

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR : 20/Kpts/KPU Kab /2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SEMARANG

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

Legacy SBY Di Bidang Politik dan Demokrasi. LSI DENNY JA Oktober 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan Umum Kepala Daerah menjadi Cossensus politik Nasional yang

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

PT. Universal Broker Indonesia 1 MARKET OUTLOOK MEI: PILPRES. Oleh: Satrio Utomo PT. Universal Broker Indonesia. 26 April 2014

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

BAB I PENDAHULUAN. paradigma Good Governance, dimana keterlibatan pihak-pihak selain pemerintah

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

Pemilu 2009: Kemenangan Telak Blok Partai Nasionalis Ringkasan

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

Publik Cemas dengan Pemerintahan yang Terbelah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU KEPUTUSAN

KONVERSI SUARA MENJADI KURSI Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (PERLUDEM)

Kata kunci: Strategi Pemasaran Politik, Profit Kontestan, Profit pemilih

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

BAB I PENDAHULUAN. Bali dikenal sebagai daerah dengan ragam budaya masyarakatnya yang

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

Head to Head Jokowi-JK Versus Prabowo Hatta Dan Kampanye Negatif. Mei 2014

HUBUNGAN ANTARA IKLAN PARTAI POLITIK DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PADA PEMILU 2009

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

PKB 4,5%, PPP 3,4%, PAN 3,3%, NASDEM 3,3%, PERINDO

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

Klaim partai nasionalis pada faktanya hanya sekadar jargon. Ujung-ujungnya juga kapitalis dan neoliberal.

KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH

Tiga Isu Menanti Kabinet Jokowi. LSI DENNY JA Oktober 2014

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan bagaian dari impact dari

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA PONTIANAK

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

WORKSHOP DPRD KABUPATEN REMBANG 15 JUNI 2012

CARA MENGALOKASI KURSI PARLEMEN. Pipit Rochijat Kartawidjaja 1

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BOMBANA. KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BOMBANA NOMOR: 35 / Kpts/KPU-Kab /X/TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, secara otomatis merubah sistem politik di Indonesia. Hal ini dikarenakan

USULAN ASOSIASI ILMU POLITIK INDONESIA (AIPI) TERHADAP RUU PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 1

I. PENDAHULUAN. Pada tahun 1998, Indonesia mengawali Era Reformasi. Sejak itu telah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti negara Indonesia, sangat jarang ada partai politik yang mampu meraih jumlah suara yang dominan dalam pemilihan umum, baik pemilihan umum kepala daerah seperti Bupati, Walikota, Gubernur maupun pemilihan Presiden. Hal inilah yang menyebabkan partai politik harus saling bekerjasama untuk memenuhi persentase jumlah suara sehingga bisa mendaftarkan calon kandidat yang akan diusungnya. Kecenderungan umum dalam pemilihan Presiden adalah terbentuknya koalisi partai politik. Landasan koalisi yang berupa faktor teknis karena kurang memenuhi syarat untuk dapat mengajukan kandidat calon Presiden sendiri, membuat partai politik melakukan koalisi, koalisi pun dibangun berdasarkan landasan untuk memenangkan kandidat yang diusung. Oleh karena itu, melalui strategi koalisi dengan banyak partai diharapkan sumber dukungan terhadap calon akan lebih besar. Dalam khazanah politik, koalisi merupakan gabungan dua partai atau lebih dengan tujuan untuk membentuk secara bersama satu pemerintahan. Koalisi merupakan suatu keniscayaan yang tak bisa dihindari dalam proses bangsa yang menganut sistem multipartai. Berdasarkan UU Nomor 42 Tahun 2008 tentang Presidential treshold, suatu partai politik harus mencapai 25% hasil suara sah dalam pemilihan calon legislatif dan harus menembus 20% hasil suara partai, jika tidak memenuhi persyaratan tersebut maka suatu partai harus berkoalisi dengan partai lain agar bisa mencalonkan kandidatnya menjadi calon Presiden. Seperti kita ketahui pada pemilu legislatif yang dilaksanakan pada

2 tanggal 9 April 2014 membuktikan bahwa dari data yang diperoleh dari KPU Republik Indonesia tidak ada satu pun partai politik yang mencapai presentase jumlah suara yang sudah ditetapkan. Berikut penulis tampilkan perolehan suara pada pemilu tahun 2014 berdasarkan hitungan final oleh KPU dalam situsnya http://www.kpu.go.id (9 Mei, 2014): Tabel 1.1 Hasil Pemilu 9 April 2014 NO NAMA PARTAI PROSENTASE PEROLEHAN SUARA SAH 1 Partai Nasdem 6.72% 2 Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 9.04% 3 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 6.79% 4 PDI Perjuangan (PDIP) 18.95% 5 Partai Golkar 14.75% 6 Partai Gerindra 11.81% 7 Partai Demokrat 10.19% 8 Partai Amanat Nasional (PAN) 7.59% 9 Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 6.53% 10 Partai Hanura 5.26% 11 Partai Damai Aceh 0% 12 Partai Nasional Aceh 0% 13 Partai Aceh 0% 14 Partai Bulan Bintang 1.46% 15 PKP Indonesia (PKPI) 0.91% TOTAL DATA MASUK: 100% Sumber :http://www.kpu.go.id di olah peneliti tahun 2015 Komisi Pemilihan Umum akhirnya menetapkan hasil perolehan suara pemilu legislatif 2014, dari tabel di atas bisa dilihat bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) meraih suara terbanyak dengan jumlah suara partai

3 mencapai 18,95 persen, sementara itu di tempat kedua dan ketiga di tempati oleh partai Golongan Karya (Golkar) dengan perolehan suara 14.75% kemudian disusul oleh partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dengan perolehan suara sebanyak 11.81%, kemudian ada dua partai dinyatakan tidak memenuhi ambang batas parlemen sehingga tidak mendapatkan jatah kursi di DPR, yaitu Partai Bulan Bintang dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia. Dengan tidak ada satupun partai politik yang mencapai presentase yang sudah ditentukan maka setiap partai politik berlomba-lomba untuk melakukan koalisi dengan partai lain. Jumlah partai politik di Indonesia masih cukup banyak, masing-masing tentu mengklaim memiliki ciri khas atau karakteristik yang berbeda, akan tetapi perbedaan itu sebenarnya tidak begitu tampak bagi orang yang mengamatinya hanya selintas, maka tidak mudah membedakan antara Golkar, Nasdem, dan Demokrat. Kesulitan yang sama juga terjadi ketika membedakan antara PPP, PKB ataupun PKS. Sejak pemilihan Presiden pada tahun 2014, semua partai politik melakukan koalisi menjadi dua kekuatan, yaitu Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Dasar koalisi itu juga tidak mudah ditangkap, seperti koalisi itu didasari oleh faktor agama, maka tidak mudah dicari pembenarannya. PKB sebagai partai politik yang berbasis umat Islam ternyata berkoalisi dengan PDI-P, Nasdem, dan Hanura yang notabene berbasis nasionalis. Sementara itu, PPP, PAN, dan PKS yang semuanya diakui memiliki kaitan yang erat dengan basis masa Islam ternyata juga berkoalisi dengan Golkar dan Gerindra yang juga berideologi nasionalis. Seandainya saja koalisi itu menjadi dua dan mendasarkan pada agama, maka PKB akan berkoalisi dengan PAN, PKS, dan PPP. Sedangkan PDI-P akan berkoalisi dengan Gerindra, Demokrat, Golkar, dan Hanura. Akan tetapi kenyataan politik yang terjadi justru tidak demikian.

4 Ada sesuatu yang menarik dalam format koalisi partai politik sekarang ini, partai politik kontestan pemilu di Indonesia tidak mempunyai basis ideologi yang jelas. Jika diperiksa, azas semua partai politik itu nyaris tidak ada yang berbeda, semua mengaku nasionalis dan pro-rakyat. Namun, kenyataannya tindakan politik partai dalam ranah pengambilan kebijakan politik tidak mencerminkan azas partainya. Ada partai yang mengaku nasionalis religius, tetapi praktek politiknya sangat pro-modal asing dan gampang disuap (korup). Ada juga partai yang mengaku mewakili wong cilik, tetapi di parlemen mereka mewakili kepentingan pengusaha atau pemilik modal. Salah satu penyebab utama dari semua itu adalah sikap berpolitik yang tidak didasari ideologi yang jelas, Menurut Firmanzah (2011, hlm. 40) ideologi didefinisikan sebagai: Arah dan petunjuk tentang identitas partai politik sekaligus menjelaskan kondisi ideal masyarakat yang ingin dibentuk. Ideologi tidak hanya sebatas retorika politik saja, tetapi juga harus terjawantahkan dalam setiap aktivitas yang dilakukan partai politiknya. Tanpa ini, masyarakat luas akan kesulitasn mengidentifikasikan masing-masing partai politik. Ideologi menjadi pijakan partai dalam menentukan agenda politik strategis dalam koalisi. Jika partai memiliki ideologi, maka agenda politik koalisinya pun jelas, ada cita-cita, program, dan target-target politik yang konkret. Ketika partai tidak memiliki ideologi, maka koalisi pun tidak memiliki agenda dan target yang jelas. Tidak hanya itu, karena ideologi menyangkut pemihakan politik, maka koalisi partai tidak berideologi tidak lebih dari koalisi pragmatis di kalangan elit partai. Karena cenderung pragmatis, maka persatuan dan perpisahan pun menjadi hal biasa dalam koalisi partai tak berideologi. Penampilan partai yang bertumpu pada pimpinan atau pemilik partai juga terlihat sangat jelas. Di dalam iklim kepartaian semacam itu, inisiatif berkoalisi bukanlah diputuskan atas kehendak seluruh anggota partai, melainkan berdasarkan kehendak sang pimpinan partai. Apa yang diputuskan sebagai kesepakatan atau

5 konsensi dalam koalisi juga lebih cenderung mewakili keinginan sang pemimpin partai, dan pada akhirnya dalam iklim kepartaian yang semacam itu, koalisi antara partai tidak lebih dari koalisi antar elit pimpinan partai. Hasrat berkuasa partai-partai kontestan pemilu di Indonesia makin menjauh dari virtue (keutamaan) dalam politik, yakni seni menggunakan kekuasaan untuk kepentingan umum atau kepentingan rakyat. Sebaliknya, hasrat berkuasa partai-partai di Indonesia adalah hasrat memuaskan kepentingan golongan dan pribadi. Fenomena ini mudah terlihat dalam ajang pemilu, misalnya, masing-masing partai sibuk saling-sikut dan mengaku sebagai yang paling berhak atas kekuasaan. Segala macam cara pun dipakai di antaranya kampanye hitam, hujat-menghujat, politik uang, dan lain-lain. Padahal, jika partai itu merasa berjuang untuk kepentingan bangsa, maka pemilu seharusnya mereka tempatkan sebagai ajang demokratis untuk mempertarungkan gagasan dan program-program politik untuk memperjuangkan masa depan bangsa yang lebih baik. Dari permasalahan yang akan dibahas perlu dilakukan analisis terlebih dahulu, untuk analisis masalah partai politik PKB dalam berkoalisi dengan partai PDI-P akan menggunakan perspektif sosiologi politik dengan berbagai teori yang digunakan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana partai politik PKB dalam berkoalisi dengan PDI-P, yang akan menjadi objek dalam penelitian ini adalah koalisi partai politik PKB dengan PDIP pada Pemilihan Umum Presiden dan wakil Presiden tahun 2014, sehingga judul penelitian ini adalah Koalisi Politik PKB dengan PDI-P Pada Pemilihan Presiden Tahun 2014. B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang di atas maka terdapat beberapa rumusan masalah, yaitu:

6 1. Bagaimana proses koalisi yang terjadi antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada pemilihan Presiden tahun 2014? 2. Faktor apa yang mempengaruhi terbentuknya koalisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada pemilihan Presiden tahun 2014? 3. Kendala apa yang dihadapi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada pemilihan Presiden tahun 2014? 4. Bagaiamana upaya yang dilakukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam mengatasi kendala yang muncul ketika melakukan koalisi pada pemilihan Presiden tahun 2014? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan paparan rumusan masalah di atas, maka beberapa tujuan penelitian yaitu: 1. Untuk mengetahui proses koalisi yang terjalin antara Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada pemilihan Presiden tahun 2014. 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi terbentuknya koalisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada pemilihan Presiden tahun 2014. 3. Untuk mengetahui kendala apa yang dihadapi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam melakukan koalisi pada pemilihan Presiden tahun 2014. 4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) dalam mengatasi

7 kendala yang muncul ketika melakukan koalisi pada pemilihan Presiden tahun 2014. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan bidang ilmu politik, terutama tentang koalisi partai politik pada pemilihan Presiden tahun 2014, sehingga dapat memberikan masukan keilmuan dalam pengembangan khazanah keilmuan bidang Pendidikan Kewarganegaran khususnya dalam domain politik tentang kajian kepartaian. 2. Manfaat Praktis a. Bagi mahasiswa Mahasiswa dapat mengetahui tentang proses koalisi partai politik baik partai politik Islam ataupun nasionalis dalam pemilihan Presiden, sehingga diharapkan menjadi stimulus yang baik terhadap generasi muda seperti mahasiswa untuk memahami secara mendalam tentang situasi politik yang sedang terjadi dalam kehidupan kenegaraan Indonesia. b. Bagi lembaga Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah keilmuan khususnya rumpun ilmu politik yang dapat digunakan oleh dosen jurusan PKn sebagai bahan ajar. Juga dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijakan terhadap pengembangan keilmuan program studi. c. Bagi masyarakat Penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan masyarakat sendiri dalam bidang ilmu politik, dan sangat berguna dalam

8 memberikan informasi bagi masyarakat tentang koalisi kepartaian dan situasi politik yang sedang terjadi dalam kehidupan kenegaraan Indonesia. E. Sistematika Penulisan Bab I : Merupakan pendahuluan yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan. Bab II: Merupakan pengembangan dari landasan teoritis yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji. Bab III: Merupakan bab yang mengkaji tentang metodelogi penelitian yang yang digunakan oleh peneliti. Bab IV: Merupakan bab yang mengkaji tentang hasil penelitian dan menganalisis data yang telah ditemukan. Bab V : Merupakan bab terakhir yang merupakan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian.