FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perlu mendapat perhatian yang serius dalam pengembangan dewasa ini. Perlu

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yang berlangsung di sekolah berkat guru dan siswa. Tugas utama

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB II Kajian Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

PEDOMAN PRAKTIKUM.

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S1 Sarjana pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

5. Materi sejarah berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memberdayakan anak adalah dengan menanamkan kelonggaran bagi anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

membuat siswa semakin malas dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan modal yang sangat penting bagi kemajuan dan. kemajuan zaman saat ini. Dengan majunya pendidikkan maka akan bisa

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mella Tania K, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Secara alamiah anak-anak sangat suka menggambar atau membuat coretancoretan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. bahasa siswa, karena siswa tidak hanya belajar menulis, membaca,

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABUS KONSEP DASAR IPS

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

PENINGKATAN MUTU PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA BAGI PENUTUR ASING (BIPA) YANG PROFESIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, yang bermoral untuk menghadapi dampak negative dari. masyarakat yang penuh tantangan, perubahan dan tuntutan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan

66. Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA)

Diploma III,danS-l dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan dengan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan era globalisasi saat ini telah membawa kemajuan ilmu

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. kini telah menjadi suatu kebutuhan. Berbagai literature dan laporan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari pendidikan formal

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. atau pedoman dalam proses belajar mengajar guna meningkatkan mutu

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Setelah peneliti selesai melakukan penelitian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan lemahnya kreativitas siswa dalam proses pembelajaran Seni Tari

LKPJ WALIKOTA SEMARANG AKHIR TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni budaya adalah salah satu mata pelajaran yang diberikan pada

Bahasa Jepang merupakan alat untuk berkomunikasi lisan dan tulisan. Berkomunikasi dalam bahasa Jepang

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

Perkembangan Pendekatan Peranan Aspek Substansial Pola Pikir & Pola Sikap Guru Oleh: Nanang Ganda Prawira

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Pendidikan bukan

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

a. Judul Modul Bagian ini berisi nama modul dari suatu mata pelajaran tertentu. b. Petunjuk Umum

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan pendidikan menuju kualitas yang lebih baik. Berbagai. Satuan Pendidikan adalah kurikulum operasional yang disusun,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Suyati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kebutuhan pokok manusia yang sering belum memenuhi harapan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan dan

MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI SAMBUTAN MENTERI RISET DAN PERGURUAN TINGGI PADA ACARA PERINGATAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2016

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

KURIKULUM Perangkat Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) TEMA 6 : ORGAN TUBUH MANUSIA DAN HEWAN. Kelas / Semester : V / 2

SURAKARTAA. SKRIPSI persyaratan. Sarjana S-1. Disusun Oleh : DWI A USIA DINI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam Bahasa dan Sastra Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, di mana pendidikan

TINJAUAN MATA KULIAH...

BAB I PENDAHULUAN A. Manfaat dan Relevansi

BAB I PENDAHULUAN. seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

PERAN ISI DENPASAR DALAM MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN MEMASUKI PASAR GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN. Nur Syarifah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. informal dalam keluarga, komunitas suatu suku, atau suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Production Based Education Sebagai Upaya Meningkatkan Mutu Lulusan Pendidikan Vokasi Di Akademi Teknik Soroako

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

Transkripsi:

Kegiatan Belajar 2 FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKAN SENI RUPA A. Pendidikan Seni Rupa Sebagai Penunjang Kebudayaan Pendidikan Seni Rupa di negara kita harus berakar pada budaya Indonesia. Dalam konteks pendidikan nasional dapat dipersermpit dengan: Bagaimana mengangkat budaya Indonesia dalam pelaksanaan pendidikan seni rupa di sekolah? Pertanyaan yang tidak mudah dijawab. Pelaksanaan pendidikan seni rupa di sekolah kecenderungan tidak peduli akan budaya sendiri, ini adalah kenyataan yang terjadi saat ini. Untuk menjawab tantang tersebut di atas, selanjutnya akan dikemukakan beberapa gagasan untuk pemecahan masalah di atas. Pertama, penanaman sikap sadar budaya seperti yang tertulis pada Undang-undang nomor 2 tahun 1989 akan dilaksanakan secara sungguh-sungguh. Langkah awal yang harus ditempuh adalah menanamkan kesadaran dan kebanggaan akan budaya yang digali dari bumi Indonesia untuk disampaikan kepada peserta didik, yang tidak menuju kepada sikap fanatisme yang hanya menerima budaya sendiri dan menolak budaya luar, itu adalah sikap yang picik. Perlu diingat bahwa bahwa penenaman sikap sadar budaya ini adalah suatu yang gampang. Pengaruh gencarnya budaya yang dating dari luar dapat menjadi suatu kendala. Kedua, pengembangan kurikulum pendidikan seni rupa di lembaga pendidikan telah dikembangkan atas dasar untuk memajukan kebudayaan nasional. Namun demikian, terjadi kesenjangan antara apa yang diinginkan penyusun kurikulum dengan apa yang terjadi di lapangan. 1

B. Pendidikan Seni Rupa Sebagai penunjang Perkembangan Peserta didik Anak didik merupakan pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Berbagai upaya yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar berujuan untuk mengembangkan fotensi anak didik. Hal ini dipertegas dengan pilar dalam pengembangan kurikulum yang diawali John Dewey (1902) dan dikembangkan Hilda Taba (1945) yang mengusulkan bahwa ada tiga hal pokok yang harus dipertimbangkan sewaktu merencanakan kurikulum adalah masyarakat, peserta didik, serta pengetahuan dan sistem keilmuan (Karhami, 2000: 285). Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru perlu dilakukan secara seimbang antara kebutuhan anak, disiplin ilmu serta tuntutan masyarakat. Implikasi dari pernyataan ini, guru dipandang kurang bijaksana dalam melakukan pembelajaran yang hanya memihak pada tiga aspek tersebut, misalnya terlalu memihak eksitensi ilmu dengan mengorbankan anak didik. Pendidikan bagi usia dini memerlukan perhatian yang seksama dari guru, sekolah dan orang tua, karena pendidikan pada usia dini memiliki banyak permasalahan. Melestarikan budaya tradisi menjadi salah satu tugas lembaga pendidikan. Pembinaan Seni Kerajinan adalah bidang garapan yang harus mendapat perhatian khusus dalam menata corak pendidikan Seni/Seni Rupa di Indonesia. Harus disadari negara kita adalah negara agraris yang sebagaian besar penduduknya adalah petani. Sebagian besar penduduknya tinggal dipedesaan, dengan kondisi lingkungan dan corak budaya yang bervariasi. Variasi budaya lokal dan kondisi geografis yang berbeda bukan penghambat, tetapi harus dijadikan sebagai suber inspirasi dalam mengajak siswa membuat karya seni. Kondisi semacam ini harus mendapat perhatian yang serius dalam Pendidikan Seni Rupa di berbagai jenjang pendidikan. Jika kita masih menerima pembagian karya seni rupa atas seni murni dan seni terapan atau seni pakai, maka kita akan menyadari bahwa seni yang paling dekat dengan masyarakat secara umum adalah hasil karya seni terapan, disamping bahwa karya seni terapan sering diproduksi dalam jumlah yang banyak. 2

C. PERKEMBANGAN KONSEP PENDIDIKAN SENI RUPA DI INDONESIA 1.Pendidikan Seni Rupa Masa Silam Perkembangan tujuan pembelajaran Pendidikan Kesenian khususnya Pendidikan Seni Rupa di Indonesia berjalan sesuai paradigma pendidikan yang mempengaruhinya yang berasal dari Barat. Kajian mengenai penelusuran tujuan pendidikan seni rupa dalam lingkup sekolah formal di Indonesia dilakukan Salam (2003: 76) bahwa berbagai tujuan pendidikan seni rupa adalah untuk: (1) mengembangkan keterampilan menggambar, (2) menanamkan kesadaran budaya lokal, (3) mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa siswa, (4) menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, (5) mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni rupa, dan (6) mempromosikan gagasan multikultural. a) Tujuan untuk Mengembangkan Keterampilan Menggambar Kondisi ini mengikuti cara pengajaran yang dilangsungkan di akademi seni rupa di Eropa. Tujuan ini mengharapkan agar para siswa memiliki kemampuan menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan. Mereka dilatih untuk dapat mengamati dan menggambarkan benda secara akurat terhadap bentuk, ukuran, proporsi, jarak dan sudut pandang, melatih tangan untuk menggores bebas dan cepat serta melatih ingatan dalam menggambarkan secara akurat bentuk dan pengaturan objek, serta mempertajam kepekaan terhadap bentuk. Perkembangan tujuan seperti di atas di Indonesia dialami sejak masa penjajahan Belanda dan pengaruhnya berkurang sejak diperkenalkannya pendidikan seni rupa di kurikulum sekolah. b) Tujuan untuk Menanamkan Kesadaran Budaya Lokal Tujuan pendidikan ini muncul sebagai reaksi negatif terhadap Barat (Eropa). Di Asia seperti di Jepang dan Cina, anak-anak diperkenalkan untuk mencintai budaya tradisinya misalnya dengan menggunakan kwas, bukan pensil dalam menggambarkannya. Di Cina anak-anak diperkenalkan untuk mencintai 3

akar budayanya dengan seni lukis dan kaligrafi yang dilakukan secara terarah, dan ketat, namun bukan berarti tanpa tujuan. Di Indonesia, kesadaran untuk menawarkan program pendidikan yang berakar pada budaya lokal dikembangkan oleh para tokoh pejuang kemerdekaan khususnya dalam bidang pendidikan. Dua sekolah swasta pada masa itu, misalnya sekolah Taman Siswa yang didirikan oleh R.M. Soewadi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantoro) dan Indonesische Nederlansche School (INS) yang didirikan Moh. Sjafei. Taman Siswa kegiatan menggambar termasuk kurikulum dan dianggap sebagai program yang penting untuk menanamkan kesadaran budaya murid. Sedangkan di INS kegiatan menggambar tidak hanya ditekankan pada aspek keterampilan, tetapi juga pada aspek pengembangan pribadi anak. 2.Pendidikan Seni Rupa Masa Kini Sekarang apa yang terjadi? Guru melakukan suatu kegiatan hari ini berdasarkan konsep yang telah dirancang sebelumnya. Apakah yang dikerjakan hari ini sudah sesuai dengan rancangan? Bagaimana sikap guru terhadap apa apa yang telah dirancang sebelumnya. Kurikulum yang diuraikan dalam GBPP (garis-gris besar program pengajaran) telah tersusun. Dengan pola kurikulum yang berlaku guru mengajar. Itulah yang terjadi hari. Guru mengajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Yang mendukung terlaksana kurikulum yang sesuai, sangat ditentuka oleh beberapa persyaratan antara lain: Kurikulum cukup jelas, sehingga guru memahami betul apa yang harus dikerjakannya. Untuk mencapai hal tersebut di atas, sebelum guru mengajar terlebih dahulu guru harus mempelajari kurikulum. Mempelajari tujuan yang akan dicapai setelah proses pembelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, media, dan evaluasi. Guru memiliki kemampuan profesi seperti: mau kerja serius atau kerja keras, inovatif artinya mau menerima konsep pembaharuan, kreatif saehingga selalu mengembangkan kemapuan diri dalam kemapuan pengetahuan na keterampilan. 4

Sarana dan prasarana yang sesuai dengan kebutuhan untuk peserta didik dan bidang studi atau mata pelajaran. Ruang belajar, buku atau bahan ajar, media pembelajaran, lingkungan belajar yang tepat. 3. Pendidikan Seni Rupa Harapan dan Tantangan. Berbicara tentang masa depan adalah masa yang akan segera dialami. Masa depan depan adalah harapan, dimana manusia menginginkan masa depan yang lebih baik dari hari ini. Menuju derajat lebih baik dari hari ini, ditentukan dengan pengalaman masa silam. Penggunaan teknologi komputer rasanya baru berapa tahun kebelakang ini dianggap sebagai barang mewah, langka, dan mungkin dianggap sebagai benda asing. Komputer sekarang ini sudah terasa sebagai benda yang ditemukan dimana-mana dalam kehidupan, bukan mustahil sebentar lagi komputer sebagai dirasakan sebagai kebutuhan hidup yang sejajar dengan kebutuhan hidup lainnya. Tiga atau empat tahun yang lalu orang yang memiliki HP (handphon) terbatas pada orang berduit. Kali ini pengguna HP hampir semua kelompok masyarakat dari kelompok kelas atas sampai kelas bawah memilikinya. Menggunakan teknologi adalah dalam upaya memperbaiki kehidupan, ini hanyalah sekedar contoh. Manusia tidak langsung puas setelah memiliki sesuatu yang diinginkannya. Ingin memperbaharui, mengubah, meningkatkan, mengganti dengan yang lebih baik, menunjukkan bahwa manusia selalu ingin yang lebih baik. Harapan selalu ada dihadapan manusia. Manusia ingin maju adalah keinginan yang wajar. Tetapi harus dasadari kemajuan seperti apa yang didinginkan oleh kita. Apakah kemajuan dengan mengikuti atau meniru perkembangan teknologi Barat sebagai tujuan? Atau kemajuan dengan pola tradisi lokal yang kita miliki? Menjawab pertanyaan ini perlu direnungkan secara mendalam. Harapan adalah angan-angan masa yang akan datang yang lebih baik. Harapan hari esok lebih baik, harus diawali dengan apa yang dilakukan hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan hariesok harus lebih baik dari hari ini. 5

Menyongsong masa depan dengan cermin masa silam. Kita mengatakan baik pada hari ini adalah karena kesalahan atau kekurangan masa silam. Pendidikan seni masa sekarang yang diinginkan mau seperti apa? Jawabannya bisa sangat beragam, dan setiap orang bisa menjawab sesuai pendapatnya masing-masing. Meniru budaya Barat yang sudah maju. Mempertahankan budaya tradisi Nusantara, budaya Lokal, budaya Islam, Hindu, Budha dlsb. Sulit untuk mencari jawaban yang paling tepat. Kita akan dihadapkan dengan berbagai permasyalahan yang sangat komplek. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang corak budayanya sangat banyak. Atas dasar uraian di atas perlu dipikirkan corak pendidikan seni yang sesuai dengan kebutuhan bangsa kita. Kebutuhan belajar siswa tidak hanya sekedar menguasai ilmu dan ketrampilan tradisional atau kecakapan menghasilkan teknologi tepat guna belaka, tetapi juga perlu kecakapan lainnya, seperti kecakapan komunikasi, kerja sama, dan kecakapan lain yang belum terbayangkan pada masa sekarang. Pendidikan seni masa depan sebagai harapan harus dikaji dengan mendalam. Perkembangan peserta didik harus harus dikembangkan secara seimbang diantara perkembangan kecerdasan dan kreativitas. Perkembangan kecerdasan dan kreativitas peserta didik dapat dilayani melalui mata pelajaran yang ada di berbagai jenjang pendidikan. Mata pelajaran yang mengutamakan perkembangan kecerdasan tidak lebih penting dari mata pelajaran yang lebih mengutamakan kreativitas. Semua mata pelajaran menjadi terasa penting bila ditujukan untuk tujuan membina peserta didik yang seutuhnya. Rangkuman Langkah awal yang harus ditempuh adalah menanamkan kesadaran dan kebanggaan akan budaya yang digali dari bumi Indonesia untuk disampaikan kepada peserta didik, yang tidak menuju kepada sikap fanatisme yang hanya menerima budaya sendiri dan menolak budaya luar, itu adalah sikap yang picik. Perlu diingat bahwa bahwa penenaman sikap sadar budaya ini adalah suatu yang 6

gampang. Pengaruh gencarnya budaya yang datang dari luar dapat menjadi suatu kendala. Kedua, pengembangan kurikulum pendidikan seni rupa di lembaga pendidikan telah dikembangkan atas dasar untuk memajukan kebudayaan nasional. Pendidikan Seni Rupa Sebagai penunjang Perkembangan Peserta didik. Anak didik merupakan pusat perhatian dalam proses pembelajaran. Berbagai upaya yang dilakukan guru dalam proses belajar mengajar berujuan untuk mengembangkan fotensi anak didik. Sejalan dengan pendapat di atas, sebagai guru pendidikan seni rupa perlu memahami perkembangan artistik (artistic development) peserta didik. Perkembangan tujuan pembelajaran Pendidikan Kesenian khususnya Pendidikan Seni Rupa di Indonesia berjalan sesuai paradigma pendidikan yang mempengaruhinya yang berasal dari Barat. Kajian mengenai penelusuran tujuan pendidikan seni rupa dalam lingkup sekolah formal di Indonesia dilakukan Salam (2003: 76) bahwa berbagai tujuan pendidikan seni rupa adalah untuk: (1) mengembangkan keterampilan menggambar, (2) menanamkan kesadaran budaya lokal, (3) mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa siswa, (4) menyediakan kesempatan mengaktualisasikan diri, (5) mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni rupa, dan (6) mempromosikan gagasan multikultural. Pendidikan seni masa depan sebagai harapan harus dikaji dengan mendalam. Perkembangan peserta didik harus harus dikembangkan secara seimbang diantara perkembangan kecerdasan dan kreativitas. Perkembangan kecerdasan dan kreativitas peserta didik dapat dalayani melalui mata pelajaran yang ada di berbagai jenjang pendidikan. Mata pelajaran yang mengutamakan perkembangan kecerdasan tidak lebih penting dari mata pelajaran yang lebih mengutamakan kreativitas. Semua mata pelajaran menjadi terasa penting bila ditujukan untuk tujuan membina peserta didik yang seutuhnya. 7

Test Formatif 2 Pilih satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan 1. Pendidikan Seni Rupa di negara kita harus berakar pada a. budaya Timur c. budaya Indonesia b. budaya Islam d. budaya anak didik 2. pengembangan kurikulum pendidikan seni rupa di lembaga pendidikan telah dikembangkan atas dasar untuk memajukan.. a. kebudayaan nasional c. kebudayaan daerah b. kebudayaan global d. kebudayaan desa 3. Seni yang paling dekat dengan masyarakat secara umum adalah hasil karya. a. seni suara c. seni rupa b. seni terapan d. seni sunda 4. Tujuan yang mengharapkan agar para siswa memiliki kemampuan menggambar melalui latihan koordinasi mata dan tangan mengikuti cara pengajaran yang dilangsungkan di akademi seni rupa di.. a. amerika c. eropa b. afrika d. asia 5. Tujuan pendidikan seni rupa untuk Menanamkan Kesadaran Budaya Lokal berkembang di negara-negara di a. amerika c. eropa b. afrika d. asia 6. Di Indonesia, kesadaran untuk menawarkan program pendidikan yang berakar pada budaya lokal dikembangkan oleh para tokoh pejuang kemerdekaan khususnya dalam bidang pendidikan. Salah satu diantaranya adalah: a. Ki Hajar Dewantoro c. Ki Supriyoko b. Douwes Dekker d. Ki Gendeng Pamungkas 7. Di INS (Indonesische Nederlansche School) Kayu Taman, kegiatan menggambar tidak hanya ditekankan pada aspek keterampilan, tetapi juga pada aspek a. kebiasaan menulis b. kebiasaan tidur c. pengembangan pribadi anak d. kebiasaan bercerita 8. Menurut Sofjan Salam, tujuan pendidikan seni rupa diantaranya adalah untuk. a. mempromosikan gagasan multikultural b. mengembangkan kemampuan apresiasi seni rupa siswa c. mengembangkan penguasaan disiplin ilmu seni rupa d. a, b, c semuanya benar 9. Perkembangan tujuan pembelajaran Pendidikan Kesenian khususnya Pendidikan Seni Rupa di Indonesia berjalan sesuai paradigma pendidikan yang mempengaruhinya khususnya yang berasal dari negeri.. a. China c. Holand b. Jepang d. Belanda 10. Kegiatan menggambar masuk dalam kurikulum dan dianggap sebagai 8

program yang penting untuk menanamkan kesadaran budaya murid-muridnya. Sikap terhadap pendidikan seni ini ditunjukan oleh sekolah a. Taman Sari c. Mulo b. Taman Siswa d. HIS Untuk melihat kemampuan Anda, coba cocokan jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif yang terdapat pada akhir Bahan Belajar Mandiri ini. Kemudian hitunglah jawaban Anda yang benar dan gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap Materi Kegiatan Pembelajaran 1 ini. Rumus: Tingkat penguasaan= Jumlah Jawaban Anda yang benar x 100% 10 Arti tingkat penguasan yang Anda capai: 90-100% = baik sekali 80-89% = baik 70-79% = cukup < 70% = kurang Catatan: Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan Kegiatan Pembelajaran selanjutnya, tetapi bila tingkat penguasan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar ini, terutama bagian yang belum Anda kuasai. 9