BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun Dalam rangka penyelenggaraan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Demokrasi adalah salah satu tuntutan terciptanya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. otonom (locale rechtgemeenschappen) yang pembentukannya ditetapkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STRUKTUR PEMERINTAHAN DAERAH MUCHAMAD ALI SAFA AT

BAB I PENDAHULUAN. direalisasikan melalui wakil-wakilnya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I. Kebijakan otonomi daerah, telah diletakkan dasar-dasarnya sejak jauh. lamban. Setelah terjadinya reformasi yang disertai pula oleh gelombang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara Kesatuan yang berbentuk Republik. sesuai yang diamanatkan pada Pasal 1 ayat (1) UUD RI 1945.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditetapkan oleh lembaga legislatif.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Muchamad Ali Safa at

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK KEPUTUSAN BADAN MUSYAWARAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN DEMAK

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TINJAUAN UMUM TERHADAP DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. A. Fungsi dan Peranan Undang-Undang Dasar 1945

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. optimalisasi peran Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (selanjutnya disebut

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG

I. U M U M PASAL DEMI PASAL II.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG


BAB II PERTANGGUNGJAWABAN KEPALA DAERAH DALAM PELAKSANAAN APBD DIATUR DALAM PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD KABUPATEN/KOTA Oleh: Achmadudin Rajab * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 22 April 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGUATAN FUNGSI LEGISLASI DPRD DALAM PEMBUATAN RAPERDA INISIATIF. Edy Purwoyuwono Dosen Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

PENGAWASAN KINERJA PEMERINTAHAN DAN LKPJ KDH OLEH DPRD

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.4 Metode penelitian

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 12 TAHUN 2007 T E N T A N G

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK

1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. terdiri atas anggota partai politik peserta pemilihan umum yang dipilih melalui

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG

PROVINSI JAWA TENGAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengedepankan akuntanbilitas dan transparansi Jufri (2012). Akan tetapi dalam

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUDUS

PENGAWASAN TERHADAP PRODUK HUKUM DAERAH DI ERA REFORMASI

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

APA ITU DAERAH OTONOM?

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku, yang mana bertujuan agar masyarakat dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PP 24/2004, KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 33 TAHUN : 2005 SERI : A NOMOR : 8 QANUN KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR 33 TAHUN 2005

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH KEPUTUSAN PIMPINAN DPRD KABUPATEN DEMAK

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG KERJA SAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengunakan istilah control sebagaimana yang dikutip Muchsan dalam

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG DEWAN PERWAKILAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah Provinsi dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia menyelenggarakan pemerintahan negara dan pembangunan nasional untuk mencapai masyarakat adil, makmur dan merata berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah propinsi dan daerah propinsi daerah terdiri atas daerah-daerah kabupaten atau kota. Tiap-tiap daerah tersebut mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahanya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada mmasyarakat. 1 Untuk menjalankan desentralisasi di daerah otonom dibentuk pemerintah daerah yang tediri dari kepala daerah dan perangkat daerah serta DPRD yang merupakan lembaga perwakilan rakyat daerah. Sebagai subsistem pemerintahan nasional, paradigma yang digunakan di dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah harus sejalan dengan paradigma penyelenggaraan pemerintahan nasional, termasuk upaya penguatan peran DPR di tingkat nasional yang berdampak pada penguatan peran DPRD di daerah. 1 Penjelasan Umum atas Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Pemerintah Daerah, Alenia Pertama 1

2 Dalam sistim pemerintahan demokrasi, lembaga perwakilan rakyat merupakan unsur yang paling penting disamping unsur unsur lainya seperti, sistim pemilihan, persamaan didepan hukum, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan berserikat dan lain sebagainya. Setiap sistim demokrasi adalah ide bahwa warga negara seharusnya terlibat dalam hal tertentu dibidang pembuatan keputusan keputusan politik, baik secara langsung maupun melalui wakil pilihan mereka dilembaga perwakilan. 2 Fungsi yang penting daripada lembaga perwakilan harus disadari benar benar oleh setiap anggota daripada lembaga perwakilan tersebut selaku wakil wakil daripada rakyat. Kesadaran bahwa setiap keputusan daripada lembaga perwakilan ini akan membawa akibat langsung atau tidak terhadap keuntungan atau kerugian bagi rakyatnya. 3 Dalam praktik kehidupan demokrasi sebagai lembaga perwakilan memiliki posisi sentral yang biasanya tercermin dalam doktrin kedaulatan rakyat. Hal ini di dasarkan pada suatu pandangan bahwa lembaga perwakilan yang dapat mewakili rakyat dan memiliki kompetensi untuk memenuhi kehendak rakyat. Sementara eksekutif hanya mengikuti dan mengimplementasikan hukum dan prinsip prinsip dasar yang ditetapkan lembaga perwakilan. 4 Fungsi lembaga perwakilan biasanya terdiri dari dua fungsi pokok, yaitu fungsi legislasi dan fungsi pengawasan. Namun, bila dikaitkan dengan 2 Dahlan Thaib, DPR Dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia, Liberty, Yogyakarta, Cetakan Pertama, 2000, hlm 1. 3 Joeniarto, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan Negara, Bina Aksara, Jakarta, 1984, hlm.24-25. 4 B.N. Marbun, DPRD Pertumbuhan, Masalah dan Masa Depannya, Edisi Revisi, Erlangga, Jakarta, 1994, hlm. 55.

3 UUD 1945 ada pula yang menyimpulkan menjadi 4 (empat) fungsi, yaitu fungsi pembentuk Undang-undang, Fungsi anggaran, fungsi pengawasan dan fungsi sebagai wakil rakyat. 5 Pemberdayaan (enpowering) DPRD sangat menentukan dalam upaya melaksanakan otonomi daerah. Pemberdayaan adalah upaya agar DPRD mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab secara wajar baik sebagai mitra eksekutif maupun sebagai pengemban pelaksanaan kedaulatan rakyat di daerah. 6 Dalam Pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah, disebutkan bahwa DPRD mempunyai fungsi : 1. Legislasi, Fungsi legislasi yang dimiliki oleh DPRD diwujudkan dalam membentuk Peraturan Daerah bersama Kepala Daerah; 2. Anggaran, Fungsi anggaran yang dimiliki oleh DPRD diwujudkan dalam menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama Kepala Daerah; 3. Pengawasan, Fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPRD diwujudkan dalam bentuk pengawasan terhadap pelaksanaan Undang Undang, Peraturan Daerah, keputusan Kepala Daerah dan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. 5 Juanda, Hukum Pemerintahan Daerah : Pasang Surut Hubungan Kewenangan antara DPRD dan Kepala Daerah, Alumni, Cetakan Pertama, Bandung, 2004, hlm.94 6 Bagir Manan, Menyongsong Fajar Otonomi Daerah, Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, Cetakan Keempat, Yogyakarta, 2005, hlm.62

4 Peraturan Daerah tersebut diatas disusun dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007. Pengaturan mengenai hak-hak keuangan Pimpinan dan anggota DPRD merupakan pedoman dalam rangka penyediaan atau pemberian penghasilan tetap dan tunjangan komunikasi intensif, belanja penunjang operasional pimpinan, tunjangan kesejahteraan serta belanja penunjang kegiatan untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi DPRD melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), berdasarkan asas efisiensi, efektifitas, transparansi, dan bertanggung jawab dengan tujuan agar lembaga DPRD dapat meningkatkan kinerjanya sesuai dengan Rencana Kerja yang ditetapkan oleh Pimpinan DPRD. Kedudukan keuangan dan protokoler anggota DPRD berkaitan erat dengan statusnya bukan sebagai pejabat negara melainkan sebagai pejabat yang disamakan dengan pejabat negara. Dengan kedudukan yang lebih kuat dibandingkan kepala daerah, DPRD memiliki kebebasan menggunakan anggaran publik. Selain itu, dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, maka kedudukan protokoler dan keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerrah (DPRD) Kota Yogyakarta sebagaimana telah diatur dalam Peraturan

5 Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 perlu diubah dan disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah tersebut. B. Rumusan Masalah 1. Apakah yang menjadi perbedaan pengaturan kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD Kota Yogyakarta antara Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 dan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007? 2. Bagaimanakah pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah? 3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui perbedaan pengaturan kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota DPRD Kota Yogyakarta antara Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 dan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007

6 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. D. Tinjauan Pustaka Struktur atau susunan pemerintahan daerah merupakan bangunan untuk mengorganisasikan penyelenggaraan pemerintahan daerah. Dalam struktur organisasi akan ditentukan badan-badan apa saja yang menjalankan kekuasaan pamerintahan daerah dan bagaimana pula hubungan kerja antara badan-badan tersebut, sehingga akan diketahui pula apakah ada keseimbangan atau tidak, baik antar badan-badan penyelenggara pemerintahan daerah itu sendiri maupun antara badan-badan tersebut dengan pihak-pihak diluarnya, atau apa yang dikatakan sebagai infra struktur politik di daerah. 7 Pemerintahan daerah adalah pelaksanaan fungsi-fungsi pemerintahan daerah yang dilakukan oleh lembaga pemerintahan daerah yaitu Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyelenggara 7 Sayuti Una, Pergeseran Kekuasaan Pemerintahan Daerah Menurut Konstitusi di Indonesia, Kajian Tentang Disribusi DPRD dan Kepala Daerah Pasca Berlakunya UUD 1945, UII Press, Yogyakarta,2004,hlm.9

7 pemerintahan daerah adalah Pemerintah Daerah dan DPRD. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan yang disebut kepala daerah. Untuk provinsi disebut gubernur dan untuk kabupaten disebut bupati dan untuk kota disebut walikota. Menurut Bagir Manan, dasar-dasar hubungan antara Pusat dan Daerah dalam kerangka desentralisasi ada empat macam : 8 1. Dasar-dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara : UUD 1945 menghendaki kerakyatan dilaksanakan pada pemerintahan tingkat daerah, berarti UUD 1945 menghendaki keikutsertaan rakyat dalam penyelenggaraan pemerintahan tingkat daerah, keikutsertaan rakyat pada pemerintahan tingkat daerah hanya dimungkinkan oleh desentralisasi. 2. Dasar pemeliharaan dan pengembangan prinsip-prinsip pemerintahan asli : Pada tingkat Daerah, susunan pemerintahan asli yang ingin dipertahankan adalah yang sesuai dengan dasar permusyawaratan dalam sistem pemerintahan negara. 3. Dasar Kebhinekaan : Bhineka Tunggal Ika, melambangkan keragaman Indonesia, otonomi, atau desentralisasi merupakan salah satu cara untuk mengendorkan spanning yang timbul dari keragaman. 4. Dasar negara hukum : Dalam perkembangannya, paham negara hukum tidak dapat dipisahkan dari paham kerakyatan. Sebab pada akhirnya, hukum yang mengatur dan membatasi kekuasaan negara atau pemerintah diartikan sebagai hukum yang dibuat atas dasar kekuasaan atau kedaulatan rakyat Hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD merupakan hubungan kerja yang kedudukannya setara dan bersifat kemitraan. Kedudukan yang setara bermakna bahwa diantara lembaga pemerintahan daerah itu memiliki kedudukan yang sama dan sejajar, artinya tidak saling membawahi. Hal ini tercermin dalam membuat kebijakan daerah untuk melaksanakan otonomi daerah sesuai dengan fungsi masing-masing sehingga antar kedua lembaga itu membangun suatu hubungan kerja yang sifatnya saling mendukung bukan 8 Bagir Manan, Op.Cit, hlm.161

8 merupakan lawan ataupun pesaing satu sama lain dalam melaksanakan fungsi masing-masing. Lembaga perwakilan merupakan sebuah institusi dimana anggotanya dipilih rakyat dalam Pemilihan Umum. Lewat pemilihan umum, rakyat yang lebih dikenal dengan sebutan konstituen itu memilih wakil-wakilnya untuk memperjuangkan aspirasi politiknya. Bersama dengan institusi-institusi politik lainnya, wakil rakyat diharapkan mampu mendasin masa kini dan masa depan dari negara ini. Karena itu, pemilihan umum dalam konteks negara demokrasi dipandang lebih sebagai sebuah sarana kesepakatan kerja sama antara wakil dan konstituennya Itulah sebabnya, wakil rakyat yang duduk dalam parlemen, harus terlebih dahulu dapat dipertanggung-jawabkan keterwakilannya, dijamin kualitasnya (pengetahuan dan metode), dan daya peka sebagai bentuk tanggung jawab akan hak dan kewajibannya. Karena pemilihan umum bukan sebagai sarana perpisahan antara rakyat dan wakilnya, maka kerja parlemen harus diketahui oleh rakyat dan mengikutsertakan rakyat itu sendiri. Pada tingkat yang lebih praktis, mekanisme yang mengatur kerja parlemen hendaknya mengakomadasi partisipasi rakyat dan bukan menjauhkan rakyat dari urusan-urusan kelembagaan. 9 Tugas dan wewenang Dewan Perwakilan Rakyat Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2005 tentang Pedoman 9 http://www.awasiparlemen.org/tentang.php akses tanggal 30 Mei 2008 pukul 21.30 WIB

9 Penyusunan Peraturan Tata Tertib Dewan Perwakilan Daerah, Pasal 20 ayat (1), yaitu : 1. Membentuk Peraturan Daerah yang dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama; 2. Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama dengan Kepala Daerah; 3. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Daerah dan peraturan perundang undangan lainnya, keputusan Kepala Daerah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, kebijakan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan program pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di Daerah; 4. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri untuk DPRD Provinsi, dan kepada Menteri Dalam Negeri melalui Gubernur untuk DPRD Kabupaten/Kota; 5. Memberikan pendapat dan pertimbangan kepada Pemerintah Daerah terhadap rencana perjanjian internasional yang menyangkut kepentingan daerah; 6. Meminta laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah dalam pelaksanaan tugas desentralisasi; 7. Tugas tugas dan wewenang lain yang diberikan oleh Undang undang.

10 Hak Dewan Perwakilan dalam hal ini di bagi menjadi 2 (dua) yaitu hak yang bersifat kelembagaan dan hak yang bersifat personal para anggota DPRD, berikut ini akan diuraikan satu persatu : a. Hak secara kelembagaan (hak DPRD) 1) Interpelasi; Hak interpelasi adalah hak untuk meminta keterangan kepada Kepala Daerah secara lisan maupun tertulis mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara. Hak interpelasi dapat diajukan oleh sekurang kurangnya 5 (lima) anggota DPRD dan disampaikan kepada pimpinan DPRD yang disusun secara singkat, jelas, dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD. 2) Angket; Hak angket adalah hak untuk melakukan penyelidikan terhadap Kepala Daerah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada kehidupan masyarakat, daerah dan negara yang diduga bertentangan dengan Peraturan perundang-undangan. Usul pengajuan hak angket minimal diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRD dan disampaikan kepada Pimpinan DPRD, disusun secara singkat, jelas, dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPRD. Usul tersebut diajukan oleh Piminan DPRD disampaikan dalam rapat paripurna DPRD. Keputusan atas usul

11 melakukan penyelidikan terhadap kepala daerah dapat disetujui atau ditolak, ditetapkan dalam rapat paripurna DPRD. 3) Menyatakan pendapat. Para anggota DPRD dapat mengajukan usul pernyataan pendapat terhadap kebijakan Kepala Daerah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi didaerah. Usul pernyataan pendapat minimal diajukan sekurang-kurangnya 5 (lima) orang anggota DPRD dan disampaikan kepada Pimpinan DPRD, disusun secara singkat, jelas, dan ditandatangani oleh para pengusul serta diberikan Nomor Pokok oleh Sekretariat DPR. b. Hak personal (hak anggota DPRD) 1) Mengajukan Rancangan Peraturan Daerah; 2) Mengajukan pertanyaan; 3) Menyampaikan usul dan pendapat; 4) Memilih dan dipilih; 5) Membela diri; 6) Imunitas; 7) Protokoler; dan 8) Keuangan dan administratif.

12 E. Metode Penelitian 1. Objek penelitian Perbandingan pengaturan kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta menururt Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2. Subjek penelitian. Ketua dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta 3. Sumber data a. Data primer Data-data asli yang diperoleh peneliti dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang pertama yang belum diolah dan diuraikan orang lain, Pada umumnya data primer mengandung data yang bersifat aktual yang diperoleh langsung dari lapangan dengan wawancara. b. Data sekunder Data yang digunakan untuk membahas skripsi ini, meliputi : 1) Bahan hukum primer, antara lain terdiri dari : a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

13 b) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah c) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah d) Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. e) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. f) Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 2) Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan lain yang mendukung skripsi, antara lain : a) Buku yang terkait dan/atau relevan dengan tema skripsi; b) Pendapat para ahli; c) Karya tulis; d) Literatur-literatur lainnya.

14 4. Teknik pengumpulan data Data dikumpulkan dengan dua cara : a. Wawancara Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melakukan pertanyaan langsung kepada narasumber atau ahli yang berwenang dalam suatu masalah. b. Studi pustaka Studi ini dimaksudkan untuk mengumpulkan atau memahami data-data sekunder dengan berpijak pada berbagai literatur dan dokumen yang berkaitan dengan obyek penelitian. 5. Metode pendekatan Dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu metode pendekatan dimana proses penyelidikannya meninjau dan membahas obyek dengan menitikberatkan pada aspek-aspek yuridis, kemudian disesuaikan dengan perbandingan pengaturan kedudukan protokoler dan keuangan pimpinan dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta menururt Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

15 6. Analisis data Data yang diperoleh dengan metode diskriptif kualitatif, yaitu data yang diperoleh disajikan secara deskriptif dan dianalisis secara kualitatif (content analysis) dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Data penelitian dikualifisasikan sesuai dengan permasalahan penelitian. b. Hasil klasifikasi kemudian disistemasikan. c. Data yang telah disistemasikan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan. F. Kerangka Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat : judul, latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Tinjauan pustaka, Metode penelitian, Kerangka skripsi, Daftar pustaka. BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH, LEMBAGA PERWAKILAN DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH. Bab ini memuat tentang struktur dan asas pemerintahan daerah. Bab ini juga memuat sejarah lembaga perwakilan, lembaga pewakilan pada umumnya, teori lembaga perwakilan dan macammacam lembaga perwakilan. Bab ini juga membahas wewenang, fungsi dan tugas Dewan Perwakilan Rakyat

16 BAB III PERBANDINGAN PENGATURAN KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA YOGYAKARTA MENURURT PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Bab ini memuat pelaksanaan dan Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. BAB IV PENUTUP Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas pelaksanaan dan Kendala apa saja yang dihadapi dalam menerapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler Dan Keuangan Pimpinan Dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.