BAB I PENDAHULUAN. dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

Makalah Rakernas

peradilan dengan tugas pokok untuk menerima, memeriksa, mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan kepadanya. Dalam hal ini, untuk

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum di Indonesia, pembinaan dan pengarahan, perlu

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

I. TINJAUAN PUSTAKA. suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

BAB III PIDANA DAN PEMIDANAAN TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi yang Dimuat

II.TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian tentang Tindak Pidana atau Strafbaar Feit. Pembentuk Undang-undang telah menggunakan kata Strafbaar Feit untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktivitas manusia tersebut harus didukung oleh fasilitas pendukung

BAB I PENDAHULUAN. yang dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan oleh pihak yang. dapat menjadi masyarakat yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu, pleger, doen pleger, medepleger, uitlokker. Suatu penyertaan. dilakukan secara psikis maupun pisik, sehingga harus dicari

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada ujud pidana yang termuat dalam pasal pasal KUHP yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. bentuk kejahatan terhadap nyawa manusia, diatur dalam Pasal 340 yang

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP KEJAHATAN YANG MENGHILANGKAN NYAWA

BAB III PENCURIAN DENGAN KEKERASAN MENURUT HUKUM POSITIF. Menyimpang itu sendiri menurut Robert M.Z. Lawang penyimpangan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. secara konstitusional terdapat dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945

BAB II PENGATURAN HUKUM MENGENAI TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN. A. Tindak Pidana Pembunuhan dan Pembunuhan Berencana

BAB I PENDAHULUAN. Pembunuhan anak kandung diterangkan oleh undang-undang. yang penuh, dan belum sempat timbul rasa kasih sayang.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Unsur-Unsur Tindak Pidana. Belanda yaitu strafbaar feit yang terdiri dari tiga kata, yakni straf

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MEDAN AREA

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

II. TINJAUAN PUSTAKA. wajib untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Pertanggungjawaban

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I.PENDAHULUAN. perhatian di dalam kalangan masyarakat. Berita di surat kabar, majalah dan surat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMBUNUHAN BERENCANA. tertentu tanpa menyebutkan wujud dari tindak pidana. Unsur-unsur yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan tindak pidana, Moeljatno merumuskan istilah perbuatan pidana, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

BAB II UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA PENGGELAPAN. Tindak pidana penggelapan (verduistering) diatur dalam Bab XXIV Pasal

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik pelaksanaan hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. diancam dengan pidana. Pembentuk undang-undang menggunakan perkataan

I. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pidana yang bersifat khusus ini akan menunjukan ciri-ciri dan sifatnya yang khas

BAB I PENDAHULUAN. dapat di pandang sama dihadapan hukum (equality before the law). Beberapa

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tata Cara Pelaksanaan Putusan Pengadilan Terhadap Barang Bukti

Lex Crimen Vol. V/No. 2/Feb/2016

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, bagi siapa yang melanggar larangan tersebut. umumnya maksud tersebut dapat dicapai dengan menentukan beberapa elemen,

I. PENDAHULUAN. bangsa, namun pada jaman globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak faktor

I. PENDAHULUAN. disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturan-aturan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

BAB II LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN TINDAK PIDANA KARENA KELALAIANNYA MENYEBABKAN ORANG LAIN MENINGGAL DUNIA PADA KECELAKAAN LALU-LINTAS.

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai dimana-mana. Sejarah membuktikan bahwa hampir tiap Negara

BAB I PENDAHULUAN. pembunuhan. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah kasus. pembunuhan, dan tahun 2015 menjadi 48 kasus pembunuhan.

PUTUSAN Nomor : 162/Pid.B/2014/PN.Bkn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Nama : BANGUN ARITONANG Als PAK ENJEL

V. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana. Ada yang menyebutkan istilah tindak pidana tersebut sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

Pengantar Hukum Indonesia Materi Hukum Pidana. Disampaikan oleh : Fully Handayani R.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. hukum Indonesia, hal seperti ini telah diatur secara tegas di dalam Kitab Undangundang

RINGKASAN PUTUSAN. Perkara Nomor 17/PUU-V/2007 : Henry Yosodiningrat, SH, dkk

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DENGAN PEMBERATAN YANG DILAKUKAN SECARA BERLANJUT

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperiksa dan diadili oleh seorang hakim. Hakim memberikan keputusannya

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

BAB I PENDAHULUAN. Hukum materiil seperti yang terjelma dalam undang undang atau yang

BAB I PENDAHULUAN. mendorong terjadinya krisis moral. Krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

BAB III FILOSOFI ASAS NE BIS IN IDEM DAN PENERAPANNYA DI PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

BAB II PRAPERADILAN DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA INDONESIA. A. Sejarah Praperadilan dalam Sistem Peradilan Pidana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

KESAKSIAN PALSU DI DEPAN PENGADILAN DAN PROSES PENANGANANNYA 1 Oleh: Gerald Majampoh 2

Bab II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan salah satunya lembaga tersebut adalah Pengadilan Negeri. Saat

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

BAB II. PENGATURAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DALAM HUKUM PIDANA INDONESIA A. Tindak Pidana Kekerasan Dalam Hukum Pidana

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

I. PENDAHULUAN. dengan aturan hukum yang berlaku, dengan demikian sudah seharusnya penegakan keadilan

BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PUTUSAN PN DEMAK No. 62/Pid.Sus/2014/PN Dmk DALAM KASUS TABRAKAN YANG MENGAKIBATKAN KEMATIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

KEKUATAN PEMBUKTIAN VISUM ET REPERTUM BAGI HAKIM DALAM MEMPERTIMBANGKAN PUTUSANNYA. Oleh : Sumaidi, SH.MH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam tahap pemeriksaan penyidikan dan atau penuntutan. 1

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perpektif dalam hukum pidana apabila seseorang yang dinyatakan terbukti melanggar ketentuan pidana dan tidak ada alasan penghapusan pidana, maka tetap dijatuhi pidana oleh pengadilan.seseorang yang melakukan tindak pidana akan dijatuhi pidana apabila terbukti memiliki kesalahan.dengan demikian penilaian terhadap seseorang yang terbukti melakukan perbuatan pidana tetapi jika tidak memiliki kesalahan, maka seseorang tidak dapat dipidana. Berdasarkan asas tidak dipidana tanpa ada kesalahan, meskipun seseorang terbukti melakukan perbuatan pidana, tetapi jika tidak ada kesalahan maka seseorang tersebut tidak dapat dijatuhi pidana. Dengan demikianunsur kesalahan dapat dijadikan sebagai dasar dalam menjatuhkan pidana bagi seseorang yang melakukan tindak pidana. Syarat dalam menjatuhkan pidana kepada seseorang ada dua syarat yaitu : 1. Seseorang melakukan perbuatan yang melanggar hukum pidana atau perbuatan pidana. 2. Seseorang memiliki kesalahan atau kemampuan untuk bertanggung jawab. Melalui proses pengadilan yang berhasil membuktikan seseorang melakukan tindak pidana, maka kedua hal tersebut menjadi syarat yang harus dipenuhi dalam menjatuhkan pidana kepada seseorang. Realitas yang terjadi dalam proses peradilan, tidak berhasil membuktikan ada kesalahan seseorang namun pengadilan tetap menjatuhkan pidana pada yang bersangkutan.

2 Contoh kasus kesalahan pemidanaan yang pernah terjadi dan cukup mendapat perhatian masyarakat adalah pemidanaan terhadap Sengkon dan Karta tahun 1974, dan pemidanaan terhadap Budi Harjono tahun 2002.Sengkon dan Karta adalah 2 orang yang didakwa merampok dan membunuh pasangan Sulaiman dan Siti Haya pada bulan Nopember 1974, 3 tahun kemudian berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Bekasi tahun 1977 Sengkon dijatuhi pidana penjara selama 12 (dua belas) tahun, sementara Karta dijatuhi pidana penjara selama 7 (tujuh) tahun. Pada saat dipenjara itulah kebenaran terungkap, karena Sengkon bertemu Gunel yang kemudian mengaku sebagai pembunuh Sulaiman-Siti Haya. Orang yang bernama Gunel tersebut oleh Pengadilan Negeri Bekasi tanggal 15 Oktober 1980 dijatuhi pidana penjara selama sepuluh tahun. Atas dasar itu Sengkon-Karta mengajukan Peninjauan Kembali (PK) kepada Mahkamah Agung (MA) melalui Pengadilan Negeri Bekasi, dan permohonan PK tersebut dikabulkan oleh MA sehingga Sengkon-Karta kemudian dibebaskan. 1 Sedangkan pemidanaan terhadap Terdakwa Budi Harjono terjadi tahun 2002. Kasus ini terjadi di wilayah Polsek Pondok Gede, dimana dalam kasus ini polisi menyeret Budi Harjono yaitu anak dari korban sendiri sebagai tersangka pelakunya. Akibat tuduhan pembunuhan terhadap Ali Harta Winata yang tidak pernah dilakukannya, maka Budi harus menjalani tahanan selama 6 bulandi Rumah Tahanan Kepolisian Resort Metropolitan Bekasi dan Lembaga Pemasyarakatan Bulak Kapal, Bekasi. Empat tahun kemudian kebenaran baru dapat terkuak. Masin, mantan pekerja bangunan di rumah keluarga almarhum Ali 1 H.M.A. KuffalApakah Putusan PK Dapat Dilawan dengan Pengajuan PK& Hukum Pidana dan Orang Sakit Jiwa, (Malang : UMM Press, Cetakan kedua, 2003), halaman 8.

3 Harta Winata, ayah kandung Budi tertangkap. Masin mengaku sebagai pembunuh pemilik toko material Trubus pada tahun 2002. Banyak kejanggalan dirasakan oleh Budi pada waktu itu, ketika ia ditangkap dan dituduh sebagai tersangka pembunuh ayahnya, namun dia tidak mampu berbuat apa-apa karena tekanan yang dialaminya. Selanjutnya dalam upaya memahami secara komprehensif yang berkaitan dengan permasalahan pembuktian unsur kesalahan tersebut, maka penulis menganalisa beberapa kasus yang sudah diputus oleh Pengadilan Negeri Bekasi No : 2152/Pid.B/2007/PN.Bks dan No : 1948/Pid.B/2007/PN.Bks. B. Rumusan Masalah Bagaimana pertimbangan hakim dalam membuktikan unsur kesalahan sebagai dasar pemidanaan pada tindak pidana pembunuhan? C. Tujuan Penelitian : Adapun tujuan yang ingin dicapai peneliti, yaitu :Untuk memperoleh deskripsi tentang pentingnya pembuktian unsur kesalahan dalam kasus pembunuhan sebagai dasar pertimbangan seorang hakim dalam membuat keputusan. D. Manfaat Penelitian : 1. Teoritis Manfaat secara terotis, yaitumenambah wacana mengenai pentingnya pembuktian unsur kesalahan kasus pidana sehingga dapat digunakan sebagai referensi bagi hakim dalam membuat keputusan. Dengan adanya pembuktian

4 unsur kesalahan maka pemidaan akan semakin objektif sehingga mampu menjujung tinggi keadilan bagi orang yang tersangkut perkara pidana. 2. Praktis Manfaat praktis penelitian ini adalah untuk mengetahui kedudukan alat bukti yang memberikan keyakinan kepada hakim dalam memutus perkara pidana di sidang pengadilan. Bagi hakim secara praktis berguna untuk mengetahui perlu tidaknya keyakinan dalam diri hakim dalam memutus perkara pidana yang telah cukup bukti yang didasarkan atas kebenaran formil. E. Batasan Konsep Seseorangdinyatakan melakukan tindak pidana, apabila adanya unsur pertanggung jawaban dan kesalahan (schuld) maka tindakan (perbuatan) itu sendiri harus juga bertentangan dengan hukum atau dengan perkataan lain harus melawan hukum. Oleh sebab itu perlu adanya pembuktian dalam hal terjadinya suatu kasus yang berkaitan dengan dilanggarnya unsur tindak pidana. Pembuktian Membuktikan adalah membenarkan hubungan hukum, yaitu misalnya apabila hakim mengabulkan tuntutan penggugat, dikabulkannya ini mengandung arti bahwa hakim menarik kesimpulan bahwa apa yang dikemukakan penggugat sebagai hubungan hukum antara penggugat dan tergugat adalah benar. 2 Pembuktikan dalam arti luas adalah memperkuat kesimpulan hakim dengan syarat-syarat yang sah. 2 Ibid

5 Kesalahan Kesalahan(Schuld), mencakup baik kesengajaan maupun kealpaan, bagian delik subyektif yang terpenting. Akhirnya diartikan juga di dalamnya sifat tercela atau dapat dipersalahkannya, dengan maksud bahwa suatu delik itu sedemikian rupa dapat dianggap menjadi tanggung jawab seseorang pembuat, sehingga karenanya dapat dikenai pidana. 3 Kesengajaan (opzet atau dolust) adalah pelaksanaan suatu perbuatan yang didorong oleh suatu keinginan untuk bertindak (uiting van de wil) pelaksanaan dari satu kehendak, niat. Terhadap apa kehendak (niat) itu ditujukan. Kesengajaan dapat dimengerti sebagai berbuat dengan hendak dan maksud (atau dengan menghendaki dan mengetahui : willens en weten) untuk memenuhi unsur-unsur delik sebagaimana ditemukan dalam perumusan kejahatan. 4 Kealpaan atau Culpa (dalam KUHP biasa disebut sebagai schuld) adalah tidak atau kurang diperhitungkannya oleh yang bersangkutan kemungkinan munculnya akibat fatal yang tidak dikehendaki oleh pembuat undang-undang, padahal hal itu (agak) mudah dilakukannya. 5 Apabila pelaku sebenarnya tidak menginginkan perbuatan, namun tetap melakukannya padahal akibat yang tidak dikehendaki pembuat undang-undang dapat ia duga atau perhitungkan sebelumnya dan sebab itu juga dapat ia hindari dengan mudah, maka dikatakan ia melakukannya dengan kelalaian. 3 D. Schaffmeister, N. Keijzer, E.PH. Sutorius, Hukum Pidana. Kumpulan Bahan Penataran Hukum Pidana dalam Rangka Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda. ( Yogyakarta : Liberty, 1995), halaman 135. 4 Jan Remmelink, Jan, op.cit, halaman 143. 5 Ibid

6 Culpa atau kesalahan dalam arti sempit (kealpaan, kekhilafan)menurut M.v.T. yaitu : - Kekurangan pemikiran yang diperlukan. - Kekurangan pengetahuan atau pengertian yang diperlukan. - Kekurangan kebijaksanaan yang diperlukan. Pemidanaan Putusan pemidanaan terjadi jika pengadilan berpendapat bahwa terdakwa bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya (vide Pasal 193 ayat (1) KUHAP). Kejahatan Terhadap Nyawa Kejahatan terhadap nyawa (misddrijven tegen het leven) adalah berupa penyerangan terhadap nyawa orang lain. Kepentingan hukum yang dilindungi dan yang merupakan obyek kejahatan ini adalah nyawa (leven) manusia. Kejahatan terhadap nyawa yang didasarkan atas dasar kesalahannya ada 2 kelompok, yaitu : a. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan dengan sengaja (dolus misdrijven), adalah kejahatan yang dimuat dalam Bab XIX KUHP Pasal 338 s/d 350. b. Kejahatan terhadap nyawa yang dilakukan tidak dengan sengaja (culpos misdrijven), adalah kejahatan yang dimuat dalam Bab XXI KUHP Pasal 359. 6 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian 6 Ibid.

7 Jenis penelitian digunakan penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang berfokus pada norma (law in the book) dan penelitian ini memerlukan data sekunder (bahan hukum) sebagai data utama. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif (data sekunder atau bahan hukum sebagai data utama). 1) Bahan hukum primer meliputi : Peraturan perundang-undangan dan putusan hakim. 2) Bahan hukum sekunder meliputi buku, hasil penelitian, pendapat hukum. 3) Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan. 4) Metode analisis Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan menggunakan ukuran kualitatif. G. Keaslian Penelitian Peneliti terhadap Pembuktian Unsur Kesalahan Sebagai Syarat Pemidanaan Dalam Tindak Pidana Pembunuhan, bukan duplikasi atau plagiat dari penelitian lain.hal ini dapat dibuktikan dengan memperbandingankan penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, karena dalam penelitian ini memfokuskan tentang Unsur Kesalahan Sebagai Syarat Pemidanaan Dalam Tindak Pidana Pembunuhan