BAB I PENDAHULUAN. dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic. terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting. sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Tipe Quiz Team Dengan Keterampilan Bertanya Probing Question

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu dari sekian banyak hal yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang amat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

PEMBINAAN KARAKTER KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan dapat meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. menciptakaniklim budaya sekolah yang penuh makna. Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki eksistensi yang lebih bermartabat. Pendidikan formal pada hakikatnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional Republik Indonesia, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Terlepas dari hal itu, penanaman nilai-nilai melalui sikap

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kini dan masa depan peran pendidikan semakin penting,

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

BAB I PENDAHULUAN. bagi generasi penerus perjuangan bangsa ini.

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang kuat, sehingga dapat mengatasi permasalahan dan tantangan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mendapatkan pekerjaan yang baik. Sekolah harus mampu mendidik peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

om KOMPETENSI INTI 13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

PENDIDIKAN PANCASILA (2 SKS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan akhir dari proses pendidikan. dan ilmu pengetahuan yang mereka miliki sangatlah minim sekali.

BAB I PENDAHULUAN. masih jauh dari harapan nilai keadilan. Ditambah pula

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 pengertian pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada awal abad 21 ini, dunia pendidikan di indonesia menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PKn kelas VIII SMP N 40

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat vital bagi sebuah Negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan adalah dambaan dan impian setiap orang, baik anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu fondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. mewujudkan hasil pembelajaran yang efektif dan efesien, peranan guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. peradaban dunia. Menurut pasal 1 ayat (19) Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan salah satunya adalah bidang pendidikan. proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, sedangkan ayat 5. mendapatkan pendidikan sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun. maju dan sejahtera apabila bangsa tersebut cerdas.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan orang lain. Negara kesatuan Republik Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan lembaga pendidikan formal yang bertugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan seni (Ipteks) yang berlandaskan nilai-nilai keagamaan, nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 (dalam Samino, 2012: 35)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk itu dituntut PKn dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic laboratory, yang dapat menanamkan, mengajarkan dan mensosialisasikan kepada generasi muda/peserta didik tentang sikap demokratis. Untuk selanjutnya dipraktikan dan diamalkan dalam kehidupan bersama sehingga nilai demokratis yang mencerminkan sikap dan kepribadian demokratis akan terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah. Dewasa ini upaya mengembangkan sikap dan kepribadian demokratis di berbagai lingkungan di Indonesia, termasuk lingkungan sekolah menunjukan keprihatinan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kehidupan masyarakat kita saat ini, berbagai krisis dan peristiwa yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan Negara kita yang sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas. Sehingga pada ahirnya menyebabkan orang frustasi dan cenderung melupakan perasaan tanpa kendalidalam bentuk amuk masa seperti unjuk rasa mahasiswa yag anarkis, tawuran antar pelajar, da sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa disatu pihak masa reformasi hendaknya diisi dengan pembangunan masyarakat demokratis yang merupakan syarat penting 1

2 terciptanya civil society. Namun yang terjadi justru peningkatan kehendak beradaban prilaku sebagian masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal itu merupakan tantangan bagi bangsa dan Negara Indonesia yang harus segera diatasi oleh seluruh lapisan masyarakat bik itu elit politik maupun rakyat. Hal ini tampak terjadi juga di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari, diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 Mei 2012 di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari. Peneliti menemukan bahwa kurangnya sikap demokratis siswa di sekolah mengakibatkan terbentuknya suasana yang kaku, siswa cenderung apatis dan siswa kurang berani dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga siswa terlihat pasif dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah. Apabila dibiarkan begitu saja maka keadaan seperti itu akan berbahaya, maka untuk membentuk masyarakat yang demokratistentunya sekolah sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Masyarakat demokratis tentu perlu individu yang cerdas dan bertaggung jawab, hal ini sesuai dengan pendapat Tilaar (2006:25), yaitu bahwa : Sikap demokratis dapat dibangun melalui hasil pendidikan dari manusia iandonesia yang cerdas. Proses belajar-mengajar di sekolah bukan semata-mata untuk pendidikan intelektual, melainkan pula untuk mengembangkan sikap demokratis, membentuk anggota masyarakat yang bertanggung jawab, dan dapat memanfaatkan kemampuan akalnya didalam mempertimbangkan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain

3 Sejalan dengan pendapat tersebut maka salah satu tempat yang strategis untuk menanamkan sikap demokratis adalah di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi mudayang beriman, bertaqwa, berilmu, bermoral dan memiliki sikap demokratis. Kutipan diatas mengandung makna penting terutama bagi lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan, jika lingkungan sekolah, kelas sebagai lingkup kecil dapat menanamkan sikap demokratis, maka akan membawa perubahan yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat, terutama siswa akan mampu berfikir reflektif, global dan kritis. Jika siswa tidak tertantang untuk berpartisipasi dalam pembelajaran di sekolah/kelas, maka akan terjadi bangsa yang mengabaikan tanggung jawab sosialnya. Lebih lanjut menurut Henry yang dikutip dalam Zamroni, (2001:46), menyatakan: Untuk melakukan pendidikan demokrasi diperlukan dua prasyarat: 1) Kultur sekolah yang demokratis, yang mengilhami nilai-nilai, cita-cita, prinsip-prinsip demokrasi. Sekolah merupakan laboratorium masyarakat demokratis atau sebuah mini society dan, 2) Kurikulum sekolah yang demokratis, terutama ilmuilmu sosial yang memadai untuk mengembangkan sikap demokratis. Pernyataan tersebut sesuai pertimbangan bahwa demokratis sebagai wacabna dan praksis serta tuntutan reformasi yang tengah berlangsung, serta perlunya mewujudkan demokratisasi belajar di lingkungan persekolahan, terutama dengan pemberlakuan kurikulum baru KBK 2004 dan KTSP 2006 yang menggunakan pradigma konstruktivistik dan semangat demokratisasi pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu pendidikan

4 yang mampu mengarahkan peserta didik menjadi warganegara yang mengembangkan kecerdasan spiritual, rasional, emosional dan sosial serta warganegara yang baik sebagai aktor sosial maupun sebagai pemimpin/khalifah. Didalam tatanan instrumentasi kurikuler, secara historis dalam kurikulum sekolah terdapat mata pelajaran yang secara khusus mengemban misi pendidikan demokratis, yakni mata pelajaran Civices ( Kurikulum 1957/1962), Pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, Ilmu bumi, dan kewarganegaraan (Kurikulum 1964) Pendidikan Kewarganegara, yang merupakan panduan ilmu bumi, sejarah indonesia, dan Cvics (Kurikulum 1968/1969); Pendidikan Kewarganegara, dan Civics & hukum (1973); dan pendidikan moral pancasila atau PMP (Kurikulum 1957 dan 1984); dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau PPKn (Kurikulum 1994). Namun dalam kenyataanya sekarang ebagai tnampak dalam fenomena sosial-kultural dan sosial-politik saat ini, terkesan tidak menggembirakan. Hal tersebut sesuai dengan berbagai penelitian, seperti dihimpun oleh Djahiri, dkk (1998:9) menunjukan bahwa: Praksis pendidikan demokrasi, dalam hal ini melalui PMP/PPKn/Penataran P-4 cenderung menitik beratkan pada penguasaan aspek pengetahuan dan mengabaikan pengembangan sikap dan ketrampilan kewarganegaraan, dengan menggunakan pendekatan ekspositori yang cenderung indoktrinatif

5 Untuk itu dituntut adanya pendidikan kewarganegaraan dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai laboratorium demokrasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Winataputra, dkk (2007:226) bahwa : Kelas PKn hendaknya menjadi democratic laboratory, lingkungan sekolah/kampus sebagai micro cosmos of democracy, dan masyarakat luas sebagai open global slassroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warganegara yang demokratis atau learning democracy, in democracy, and for democracy Dari kutipan diatas maka seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selamaini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami. Oleh karena itu, pendidikan Kewarganegaraan harusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara terhadap nilai dan prinsip fundemantal demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud. Oleh karena itu, tugas bagi para pendidik adalah untuk membuat kebijakan, dan anggota civil society lainya, adalah mengkampanyekan pentingnya pendidikan

6 kewarganegaraan kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua instansi dan jajaran pemerintah. Profil konseptual kelas pendidikan kewarganegaraan yang digagaskan diatas, harus dikembangkan untuk menggantikan kelas pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi saat ini yang bersifat lebih dominativ dan indoktrinatif. Dengan demikian para guru dan siswa dapat melakukan refleksi betapa bermanfatnya nilai dan prinsip demokrasi diterapkan dalam kehidupan di sekolah yang di integrasikan dengan kehidupan didalam masyarakatnya. Disitulah kelas pendidikan kewarganegaraan benar-benar dikembangkan sebagai laboratorium demokrasi yang dibatasi oleh didnding ruang kelas. Begitu pula pendapat yang disampaikanj oleh Fajar (2004:6-7) bahwa : PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab, PKn memiliki peranan yang amat penting. Mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan PKn sampai saat ini, maka arah baru PKn perlu segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuanya Adapun yang salah stu hal yang perlu diperhatikan sebagai arah baru yaitu : Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman, sikap, dan prilaku demokratis dikembangkan bukan sematamata melalui mengajar demokrasi (teaching democraty), tetapi melalui model pembelajaranyang secara langsung menerapkan cara hidup demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dilakukan sebagai alat

7 kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa/mahasiswa sehingga dapat lebih berhasil dimasa yang akan datang. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang berbasis kelas Pernyataan diatas mengandung makna bahwa PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Sehingga PKn sebagai pendidikan demokrasi dapat mengembangkan cita-cita, nilai, prinsip dan pola perilaku demokrasi dalam diri individu warganegara, dalam tatanan iklim yang demokratis. Untuk itu, budaya demokratis membutuhkan orang-orang atau masyarakat demokratis yaitu masyarakat yang memiliki dan menjalankan nilai demokratis dalam kehidupanya dalam arti memiliki sikap dan prilaku demokratis. Sikap dan prilaku demokratis itu tidak tumbuh dengan sendirinya juga tidak dapat begitu saja diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya, namun sikap danprilaku demokratis harus ditanamkan, diajarkan dan disosialisasikan kepada generasi muda, salah stunya melalui sekolah sebagai tempat belajar sikap demokratis. Untuk selanjutnya dipraktikan dan diamalkan dalam kehidupan bersama sehingga kepribadian demokratis yang tercermin dalam sikap dan prilaku demokratis akan terbentuk di lingkungan sekolah. Berdasarkan pemikiran dan fakta empiris yang telah disampaikan tersebut, maka peneliti akan melakukan kajian secara mendalam mengenai

8 Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Sikap Demokratis Siswa (Studi Deskriptif Analisis di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari) B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, Secara umum masalah yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. Dari rumusan masalah tersebut, maka untuk memberikan arahan yang jelas dan pasti dalam melaksanakan penelitian, kemudian peneliti merumuskan masalah antara lain yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa? 3. Apa saja upaya yag dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengkaji secara mendalam tentang peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. Kemudian

9 untuk lebih sepesifiknya peneliti membagi tujuan penelitian menjadi 3 pokok, diantaranya adalah untuk mengetahui : 1. Bagaimana peranan Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. 3. Upaya mengatasi kendala kendala dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan untuk pengembangan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, serta memberikan gambaran secara lengkap mengenai peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa di sekolah, menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum dalam penyempurnaan materi PKn yang bermuatan demokratis yang bisa menumbuhkan sikap demokratis siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dapat memberikan motivasi pada siswa SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari agar lebih giat belajar, khususnya pada mata pelajaran

10 Pendidikan Kewarganegaraan dan untuk dapat memahami dan melaksanakan mengenai pentingnya sikap Demokratis. b. Bagi Guru Memberikan input kepada para pendidik di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari dalam mengarahkan terbangunya sikap demokratis pada siswa dan sebagai sarana bagi tenaga pendidik dalam memperkaya materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaran. c. Bagi Sekolah Diharapkan menjadi bahan input bagi sekolah SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari dalam melaksanakan segala kebijakanya supaya lebih mengarah pada pembinaan sikap dan perilaku terutama dalam pembinaan sikap demokratis siswa. d. Bagi Akademisi Sebagai bekal ilmu bagi peneliti dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik serta memberikan manfaat yang besar dalam melatih berfikir ilmiah melalui penelitian.