BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peranan yang amat penting sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab. Untuk itu dituntut PKn dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai democratic laboratory, yang dapat menanamkan, mengajarkan dan mensosialisasikan kepada generasi muda/peserta didik tentang sikap demokratis. Untuk selanjutnya dipraktikan dan diamalkan dalam kehidupan bersama sehingga nilai demokratis yang mencerminkan sikap dan kepribadian demokratis akan terbentuk dimulai dari lingkungan sekolah. Dewasa ini upaya mengembangkan sikap dan kepribadian demokratis di berbagai lingkungan di Indonesia, termasuk lingkungan sekolah menunjukan keprihatinan. Hal ini dapat dilihat dari kondisi kehidupan masyarakat kita saat ini, berbagai krisis dan peristiwa yang terus berkelanjutan melanda bangsa dan Negara kita yang sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas. Sehingga pada ahirnya menyebabkan orang frustasi dan cenderung melupakan perasaan tanpa kendalidalam bentuk amuk masa seperti unjuk rasa mahasiswa yag anarkis, tawuran antar pelajar, da sebagainya. Hal ini menunjukan bahwa disatu pihak masa reformasi hendaknya diisi dengan pembangunan masyarakat demokratis yang merupakan syarat penting 1
2 terciptanya civil society. Namun yang terjadi justru peningkatan kehendak beradaban prilaku sebagian masyarakat dan bangsa Indonesia. Hal itu merupakan tantangan bagi bangsa dan Negara Indonesia yang harus segera diatasi oleh seluruh lapisan masyarakat bik itu elit politik maupun rakyat. Hal ini tampak terjadi juga di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari, diperkuat dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 Mei 2012 di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari. Peneliti menemukan bahwa kurangnya sikap demokratis siswa di sekolah mengakibatkan terbentuknya suasana yang kaku, siswa cenderung apatis dan siswa kurang berani dalam mengeluarkan pendapatnya sehingga siswa terlihat pasif dalam menjalani proses pembelajaran di sekolah. Apabila dibiarkan begitu saja maka keadaan seperti itu akan berbahaya, maka untuk membentuk masyarakat yang demokratistentunya sekolah sangat mendambakan generasi mudanya dipersiapkan untuk menjadi warganegara yang baik dan dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Masyarakat demokratis tentu perlu individu yang cerdas dan bertaggung jawab, hal ini sesuai dengan pendapat Tilaar (2006:25), yaitu bahwa : Sikap demokratis dapat dibangun melalui hasil pendidikan dari manusia iandonesia yang cerdas. Proses belajar-mengajar di sekolah bukan semata-mata untuk pendidikan intelektual, melainkan pula untuk mengembangkan sikap demokratis, membentuk anggota masyarakat yang bertanggung jawab, dan dapat memanfaatkan kemampuan akalnya didalam mempertimbangkan keputusan-keputusan yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain
3 Sejalan dengan pendapat tersebut maka salah satu tempat yang strategis untuk menanamkan sikap demokratis adalah di lingkungan sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki tanggung jawab untuk membentuk generasi mudayang beriman, bertaqwa, berilmu, bermoral dan memiliki sikap demokratis. Kutipan diatas mengandung makna penting terutama bagi lingkungan sekolah sebagai lembaga pendidikan, jika lingkungan sekolah, kelas sebagai lingkup kecil dapat menanamkan sikap demokratis, maka akan membawa perubahan yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat, terutama siswa akan mampu berfikir reflektif, global dan kritis. Jika siswa tidak tertantang untuk berpartisipasi dalam pembelajaran di sekolah/kelas, maka akan terjadi bangsa yang mengabaikan tanggung jawab sosialnya. Lebih lanjut menurut Henry yang dikutip dalam Zamroni, (2001:46), menyatakan: Untuk melakukan pendidikan demokrasi diperlukan dua prasyarat: 1) Kultur sekolah yang demokratis, yang mengilhami nilai-nilai, cita-cita, prinsip-prinsip demokrasi. Sekolah merupakan laboratorium masyarakat demokratis atau sebuah mini society dan, 2) Kurikulum sekolah yang demokratis, terutama ilmuilmu sosial yang memadai untuk mengembangkan sikap demokratis. Pernyataan tersebut sesuai pertimbangan bahwa demokratis sebagai wacabna dan praksis serta tuntutan reformasi yang tengah berlangsung, serta perlunya mewujudkan demokratisasi belajar di lingkungan persekolahan, terutama dengan pemberlakuan kurikulum baru KBK 2004 dan KTSP 2006 yang menggunakan pradigma konstruktivistik dan semangat demokratisasi pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu pendidikan
4 yang mampu mengarahkan peserta didik menjadi warganegara yang mengembangkan kecerdasan spiritual, rasional, emosional dan sosial serta warganegara yang baik sebagai aktor sosial maupun sebagai pemimpin/khalifah. Didalam tatanan instrumentasi kurikuler, secara historis dalam kurikulum sekolah terdapat mata pelajaran yang secara khusus mengemban misi pendidikan demokratis, yakni mata pelajaran Civices ( Kurikulum 1957/1962), Pendidikan kemasyarakatan yang merupakan integrasi sejarah, Ilmu bumi, dan kewarganegaraan (Kurikulum 1964) Pendidikan Kewarganegara, yang merupakan panduan ilmu bumi, sejarah indonesia, dan Cvics (Kurikulum 1968/1969); Pendidikan Kewarganegara, dan Civics & hukum (1973); dan pendidikan moral pancasila atau PMP (Kurikulum 1957 dan 1984); dan pendidikan pancasila dan kewarganegaraan atau PPKn (Kurikulum 1994). Namun dalam kenyataanya sekarang ebagai tnampak dalam fenomena sosial-kultural dan sosial-politik saat ini, terkesan tidak menggembirakan. Hal tersebut sesuai dengan berbagai penelitian, seperti dihimpun oleh Djahiri, dkk (1998:9) menunjukan bahwa: Praksis pendidikan demokrasi, dalam hal ini melalui PMP/PPKn/Penataran P-4 cenderung menitik beratkan pada penguasaan aspek pengetahuan dan mengabaikan pengembangan sikap dan ketrampilan kewarganegaraan, dengan menggunakan pendekatan ekspositori yang cenderung indoktrinatif
5 Untuk itu dituntut adanya pendidikan kewarganegaraan dengan pradigma baru yang dapat mengembangkan kelas sebagai laboratorium demokrasi. Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Winataputra, dkk (2007:226) bahwa : Kelas PKn hendaknya menjadi democratic laboratory, lingkungan sekolah/kampus sebagai micro cosmos of democracy, dan masyarakat luas sebagai open global slassroom yang memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi dalam situasi berdemokrasi, dan untuk tujuan melatih diri sebagai warganegara yang demokratis atau learning democracy, in democracy, and for democracy Dari kutipan diatas maka seluruh rakyat hendaknya menyadari bahwa pendidikan kewarganegaraan sangat penting untuk mempertahankan kelangsungan demokrasi konstitusional. Sebagaimana yang selamaini dipahami bahwa ethos demokrasi sesungguhnya tidaklah diwariskan, tetapi dipelajari dan dialami. Oleh karena itu, pendidikan Kewarganegaraan harusnya menjadi perhatian utama. Tidak ada tugas yang lebih penting dari pengembangan warganegara yang bertanggung jawab, efektif dan terdidik. Demokrasi dipelihara oleh warganegara yang mempunyai pengetahuan, kemampuan karakter yang dibutuhkan. Tanpa adanya komitmen yang benar dari warganegara terhadap nilai dan prinsip fundemantal demokrasi, maka masyarakat yang terbuka dan bebas, tak mungkin terwujud. Oleh karena itu, tugas bagi para pendidik adalah untuk membuat kebijakan, dan anggota civil society lainya, adalah mengkampanyekan pentingnya pendidikan
6 kewarganegaraan kepada seluruh lapisan masyarakat dan semua instansi dan jajaran pemerintah. Profil konseptual kelas pendidikan kewarganegaraan yang digagaskan diatas, harus dikembangkan untuk menggantikan kelas pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan demokrasi saat ini yang bersifat lebih dominativ dan indoktrinatif. Dengan demikian para guru dan siswa dapat melakukan refleksi betapa bermanfatnya nilai dan prinsip demokrasi diterapkan dalam kehidupan di sekolah yang di integrasikan dengan kehidupan didalam masyarakatnya. Disitulah kelas pendidikan kewarganegaraan benar-benar dikembangkan sebagai laboratorium demokrasi yang dibatasi oleh didnding ruang kelas. Begitu pula pendapat yang disampaikanj oleh Fajar (2004:6-7) bahwa : PKn sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab, PKn memiliki peranan yang amat penting. Mengingat banyak permasalahan mengenai pelaksanaan PKn sampai saat ini, maka arah baru PKn perlu segera dikembangkan dan dituangkan dalam bentuk standar nasional, standar materi serta model-model pembelajaran yang efektif dalam mencapai tujuanya Adapun yang salah stu hal yang perlu diperhatikan sebagai arah baru yaitu : Kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman, sikap, dan prilaku demokratis dikembangkan bukan sematamata melalui mengajar demokrasi (teaching democraty), tetapi melalui model pembelajaranyang secara langsung menerapkan cara hidup demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dilakukan sebagai alat
7 kendali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa/mahasiswa sehingga dapat lebih berhasil dimasa yang akan datang. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang berbasis kelas Pernyataan diatas mengandung makna bahwa PKn selayaknya dapat membekali siswa dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang memadai serta pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam berpartisipasi. Sehingga PKn sebagai pendidikan demokrasi dapat mengembangkan cita-cita, nilai, prinsip dan pola perilaku demokrasi dalam diri individu warganegara, dalam tatanan iklim yang demokratis. Untuk itu, budaya demokratis membutuhkan orang-orang atau masyarakat demokratis yaitu masyarakat yang memiliki dan menjalankan nilai demokratis dalam kehidupanya dalam arti memiliki sikap dan prilaku demokratis. Sikap dan prilaku demokratis itu tidak tumbuh dengan sendirinya juga tidak dapat begitu saja diwariskan dari orang tua kepada anak-anaknya, namun sikap danprilaku demokratis harus ditanamkan, diajarkan dan disosialisasikan kepada generasi muda, salah stunya melalui sekolah sebagai tempat belajar sikap demokratis. Untuk selanjutnya dipraktikan dan diamalkan dalam kehidupan bersama sehingga kepribadian demokratis yang tercermin dalam sikap dan prilaku demokratis akan terbentuk di lingkungan sekolah. Berdasarkan pemikiran dan fakta empiris yang telah disampaikan tersebut, maka peneliti akan melakukan kajian secara mendalam mengenai
8 Peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pembentukan Sikap Demokratis Siswa (Studi Deskriptif Analisis di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari) B. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang tersebut di atas, Secara umum masalah yang menjadi inti permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. Dari rumusan masalah tersebut, maka untuk memberikan arahan yang jelas dan pasti dalam melaksanakan penelitian, kemudian peneliti merumuskan masalah antara lain yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa? 2. Apa saja kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa? 3. Apa saja upaya yag dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa? C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengkaji secara mendalam tentang peranan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. Kemudian
9 untuk lebih sepesifiknya peneliti membagi tujuan penelitian menjadi 3 pokok, diantaranya adalah untuk mengetahui : 1. Bagaimana peranan Pendidikan kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. 2. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. 3. Upaya mengatasi kendala kendala dalam pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Sebagai bahan untuk pengembangan disiplin ilmu yang ditekuni penulis yaitu Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Purwokerto, serta memberikan gambaran secara lengkap mengenai peranan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembentukan sikap demokratis siswa di sekolah, menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum dalam penyempurnaan materi PKn yang bermuatan demokratis yang bisa menumbuhkan sikap demokratis siswa. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Dapat memberikan motivasi pada siswa SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari agar lebih giat belajar, khususnya pada mata pelajaran
10 Pendidikan Kewarganegaraan dan untuk dapat memahami dan melaksanakan mengenai pentingnya sikap Demokratis. b. Bagi Guru Memberikan input kepada para pendidik di SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari dalam mengarahkan terbangunya sikap demokratis pada siswa dan sebagai sarana bagi tenaga pendidik dalam memperkaya materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaran. c. Bagi Sekolah Diharapkan menjadi bahan input bagi sekolah SMP Muhammadiyah 2 Bobotsari dalam melaksanakan segala kebijakanya supaya lebih mengarah pada pembinaan sikap dan perilaku terutama dalam pembinaan sikap demokratis siswa. d. Bagi Akademisi Sebagai bekal ilmu bagi peneliti dalam melaksanakan tugas sebagai tenaga pendidik serta memberikan manfaat yang besar dalam melatih berfikir ilmiah melalui penelitian.