BAB I PENDAHULUAN. Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mencapai lebih dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Umumnya inhibitor korosi berasal dari senyawa-senyawa organik dan

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

KATA PENGANTAR. memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga skripsi yang disusun sebagai

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

I. PENDAHULUAN. Baja atau besi banyak digunakan di masyarakat, mulai dari peralatan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

DAFTAR ISI T6 21 2l 2T 30 30

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

PENDAHULUAN. yang berasal dari bagian biji pada kebanyakan tanaman lebih banyak. diantaranya adalah daun singkong (Manihot utilisima).

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

3. Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan sektor transportasi berjalan sangat cepat. Perkembangan di bidang industri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiurma Sagita Roselina Siahaan, 2013

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

STUDI INHIBISI KOROSI BAJA 304 DALAM 2 M HCl DENGAN INHIBITOR CAMPURAN ASAM LEMAK HASIL HIDROLISA MINYAK BIJI KAPUK (Ceiba petandra)

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran yang melampui daya dukungnya. Pencemaran yang. mengakibatkan penurunan kualitas air berasal dari limbah terpusat (point

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2012 sampai Januari 2013 di

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tahu merupakan salah satu makanan yang digemari dan mudah dijumpai

TANKI PADA MOTOR DIESEL OLEH : 1. GILANG YUDA PERDANA 2. ARIF RACHMAN SAPUTRA 3. TRI NAHLIAS DARUSSALAM

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat

BAB III METODE PENELITIAN. diekstrak dari limbah pabrik tekstil sebagai inihibitor korosi dalam media yang

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai

BAB I PENDAHULUAN. baik di daerah tropis salah satunya yaitu tanaman munggur. Tanaman ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rata-rata kue kering di kota dan di pedesaan di Indonesia 0,40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Secara umum, penelitian yang dilakukan adalah pengujian laju korosi dari

BAB I PENDAHULUAN. atau yang memiliki nama ilmiah Arachis hypogeae adalah salah satu tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

MATERIAL TEKNIK LOGAM

BAB I PENDAHULUAN. Clarias sp (ikan lele) merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tempe gembus, kerupuk ampas tahu, pakan ternak, dan diolah menjadi tepung

BAB I PENDAHULUAN. Industrialisasi menempati posisi sentral dalam ekonomi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. peternakan ayam petelur dipengaruhi oleh faktor bibit dan pakan. Pakan

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DIHALUSKAN (TEPUNG) DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

II TINJAUAN PUSTAKA. Juni 2010] 6 Masalah Gizi, Pengetahuan Masyarakat Semakin Memprihatinkan. [10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

I. PENDAHULUAN. kandungan nilai gizi yang cukup tinggi. Bahan baku pembuatan tahu adalah

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi 4 jenis yaitu nikel titanium, kobalt-kromiun-nikel, stainless steel dan

ikan yang relatif lebih murah dibanding sumber protein hewani lainnya, maka permintaan akan komoditas ikan terus meningkat dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi secara bersamaan, dan dapat melakukan penggerakan gigi yang tidak mungkin

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Telur adalah salah satu bahan makanan hewani yang dikonsumsi selain

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat. Hal ini

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengandung sejumlah mikroba yang bermanfaat, serta memiliki rasa dan bau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini jumlah kendaraan bermotor di Indonesia telah mencapai lebih dari 20 juta unit. Berdasarkan data Dispenda Jabar Juni 2010, jumlah kendaraan di Jawa Barat sampai Juni 2010 adalah 8.741.498 buah sedangkan luas jalan provinsi Jawa Barat (data Dinas Bina Marga Jabar) ialah 2.199,18 kilometer. Luas wilayah Jabar adalah 44.170 km 2. (PRLM, 2010). Dari data tersebut, diperoleh informasi bahwa luas jalan di Jawa Barat hanya mencapai 5 persen dari total luas wilayah. Perbandingan jumlah kendaraan roda empat mencapai 198 unit per seribu orang. Artinya, seribu masyarakat Jawa Barat memiliki 198 unit mobil. Hal ini tentu tidak sesuai antara kapasitas jalan dengan jumlah kendaraan, maka tidak heran lalu lintas pun sering terjadi kemacetan sehingga kerja mesin lebih berat, yang dapat menyebabkan terjadinya panas berlebihan pada mesin kendaraan (overheating) dan akhirnya dapat merusak mesin. Oleh karena itu, perlu suatu sistem pengendali suhu mesin agar tidak sampai overheating. Sistem pendingin pada kendaraan otomotif biasanya menggunakan radiator coolant standar sesuai petunjuk dari produsennya. Temperatur mesin yang tinggi membuat saluran pendingin mesin mengalami korosi dan penyumbatan akibat terbentuk kerak dari air yang digunakan sebagai pendingin. Akibat dari kerak dan karat tersebut menyebabkan kerja waterpump menjadi berat karena tersumbat dan dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan perawatan atau perbaikan mesin lebih mahal. Di pasaran, umumnya kinerja radiator hanya mendinginkan mesin 1

2 saja tidak disertai pencegahan korosi. Oleh karena itu, diperlukan radiator coolant yang memiliki fungsi mendinginkan mesin sekaligus mengendalikan korosi. Korosi tidak dapat dicegah tetapi dapat dikendalikan. Ada beberapa cara untuk mengendalikan korosi, diantaranya dengan pelapisan pada permukaan logam, perlindungan katodik dan penambahan inhibitor korosi. Namun penambahan inhibitor korosi merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengendalikan korosi. Hal ini dikarenakan biayanya yang relatif murah dan prosesnya sederhana. Inhibitor korosi dapat berasal dari senyawa organik maupun senyawa anorganik. Beberapa tahun yang lalu, senyawa anorganik dijadikan sebagai bahan untuk inhibitor korosi. Namun, senyawa anorganik ini memerlukan biaya yang cukup mahal dan tidak ramah lingkungan. Oleh karena itu, maka saat ini para peneliti termotivasi untuk menggunakan beberapa produk alam untuk dijadikan inhibitor korosi. Bahan alam di Indonesia banyak manfaatnya, salah satunya sebagai inhibitor korosi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bahan alam juga memperlihatkan efisiensi yang baik dalam proses penurunan laju korosi logam, dan inhibitor organik dari ekstrak bahan alam tersebut memiliki sifat ramah lingkungan, murah dan mudah didapat serta tidak bersifat toksik. Salah satu bahan alam yang diduga dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor korosi adalah limbah ampas kecap karena masih mengandung polipeptida. Di Indonesia, kecap merupakan bagian dari menu harian karena dapat memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan atau masakan sehingga dapat meningkatkan selera makan. Kecap bisa ditemui di mana saja, mulai dari

3 warung kaki lima sampai restoran hotel bintang lima. Oleh karena itu, kebutuhan kecap pun semakin meningkat dari tahun ke tahun. Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedelai hitam. Ampas kecap yang dihasilkan sebanyak 59,7% dari bahan baku kedelai. Ampas kecap merupakan limbah dari proses pembuatan kecap dan kandungan proteinnya relatif tinggi. Nilai gizi yang terkandung dalam ampas kecap adalah protein 32,56%; serat kasar 14,07%; lemak 19,9%, air 52,98% dan abu 15,93%. Di Jawa Barat, limbah ampas kecap diproduki sekitar 100-200 ton per bulan. Selama ini, limbah ampas kecap digunakan sebagai bahan tambahan pakan ternak. Namun demikian, ampas kecap juga dapat diberdayakan sebagai mateial alternatif inhibitor korosi karena banyak mengandung polipeptida. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa polipeptida yang dihasilkan dari ampas tahu memiliki potensi sebagai inhibitor korosi pada logam baja karbon dalam media larutan NaCl 1% dengan efisiensi sebesar 70,89% (Zunita, 2009). Oleh karena itu, dalam penelitian ini digunakan senyawa organik yaitu polipeptida dari limbah ampas kecap sebagai material alternatif inhibitor korosi pada cairan pendingin radiator. Selain itu, penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan nilai ekonomis dari limbah ampas kecap yang biasanya hanya dimanfaatkan sebagai makanan hewan ternak.

4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana hasil ekstraksi polipeptida dari ampas kecap? 2. Bagaimana potensi polipeptida hasil ekstraksi sebagai inhibitor korosi dalam cairan pendingin radiator (radiator coolant)? 3. Bagaimana mekanisme inhibisi polipeptida hasil ekstraksi pada proses korosi kuningan dalam larutan radiator coolant? 1.3 Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah dan mencapai sasaran yang diharapkan maka perlu dilakukan pembatasan masalah penelitian, yaitu sebagai berikut: 1. Sampel logam yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuningan yang digunakan sebagai bahan pada radiator kendaraan roda empat. 2. Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah radiator coolant yang ada di pasaran dijenuhkan dengan CO 2 secara terus-menerus (bubbling). 3. Variasi konsentrasi sampel ekstrak yang diuji adalah 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm pada suhu kamar. 4. Variasi suhu sampel ekstrak yang diuji mulai dari 27 o C, 45 o C dan 65 o C. 5. Metode yang digunakan dalam pengujian aktivitas inhibisi korosi yaitu dengan EIS dan Tafel.

5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang potensi polipeptida yang terkandung dalam ampas kecap sebagai inhibitor korosi pada cairan pendingin radiator (radiator coolant). Secara khusus, tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengekstraksi dan mengkarakterisasi polipeptida yang terdapat dalam ampas kecap. 2. Menguji efisiensi inhibisi korosi dari polipeptida ampas kecap pada cairan pendingin radiator. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah memperoleh senyawa organik, yakni polipeptida dari ampas kecap sebagai material alternatif inhibitor korosi logam dari pemanfaatan limbah ampas kecap sehingga dapat meningkatkan nilai ekonomis dari limbah ampas kecap tersebut serta dapat meningkatkan kinerja radiator.