BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Landasan hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Yuliani, 2007) (Dendawijaya,2006:120).

BAB I PENDAHULUAN. baik secara langsung maupun tidak langsung. Banyaknya sektor yang tergantung

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana. Bank akan menerima dana dari. masyarakat (DPK) dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Peran strategis tersebut terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank merupakan suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi sebagai financial intermediary atau perantara pihak yang kelebihan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. uang. Secara umum pengertian bank adalah sebuah lembaga intermediasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. kembali dana tersebut kepada masyarakat dalam bentuk kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan bank, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Taswan (2006:4), bank adalah lembaga keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. menunjang berjalannya roda perekonomian mengingat fungsinya sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dapat bermanfaat untuk pertumbuhan ekonomi, perlu disalurkan. kegiatan yang produktif. (AnggrainiPutri,2011)

BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB I PENADAHULUAN. satunya adalah agent of trust. Agent of trust berarti dalam kegiatan usahanya bank

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan sumber dana jangka panjang bagi

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Nopirin, 2009:34). Kelangkaan dana yang dimiliki dunia perbankan memicu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomian suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah bank berasal dari bahasa Italia, yaitu banco yang artinya meja atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Rahim dan Irpa, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan tersebut semakin membaik pada akhir 2015 seiring dengan. semakin baik (Laporan Tahunan Perbankan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang penting dalam perekonomian di Indonesia. Aktifitas Bank adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian mengenai pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non. membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kredit bermasalah yang terjadi dalam suatu bank. Semakin tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bank yaitu sebagai lembaga intermediasi yang mengumpulkan dana

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam sistem keuangan di Indonesia. Pengertian bank menurut Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perbankan memegang peranan penting dalam pertumbuhan dan stabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memberikan kredit dan jasa-jasa. Adapun pemberian kredit itu dilakukan baik

BAB I PENDAHULUAN. Bank memegang peranan penting bagi pembangunan ekonomi sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang (Riyadi : 2006) (Kasmir : 2011)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 berawal dari krisis

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. Sektor perbankan berfungsi sebagai perantara keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia banco yang artinya bangku. Bangku inilah

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi, bank berperan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Peranan bank dalam kegiatan perekonomian sangat fundamental, setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan. sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

BAB V PENUTUP. penelitian serta saran untuk penelitian selanjutnya dan implikasi bagi perbankan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. besar atau paling tidak sama dengan return (imbalan) yang dikehendaki

BAB I PENDAHULUAN. ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi acuan dalam perekonomian suatu negara. Menurut UU No 10 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. bunga yang sangat tinggi. Hingga saat ini, sistem pengkreditan bank sudah merata

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding (Kasmir, 2008:

BAB I PENDAHULUAN. sistem perekonomian dan sebagai alat dalam pelaksanakan kebijakan moneter

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi tidak dapat dilepaskan dari sektor perbankan. Dunia

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis moneter pertengahan tahun 1997 perbankan nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan uang.

BAB I PENDAHULUAN. pembengkakan nilai dan pembayaran hutang luar negeri, melonjaknya non performing

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perkembangan yang sangat pesat dari tahun-tahun sebelumnya. Hal

BAB I PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Kepercayaan masyarakat terhadap bank

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bisa dipastikan bahwa semua orang sudah mengerti arti bank, baik yang

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasionalnya dengan cara menghasilkan laba tinggi sehingga. profitabilitasnya terus mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dalam bentuk simpanan giro, tabungan,

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya sektor usaha. Perbankan sebagai lembaga perantara (intermediate)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada umumnya, bank juga berorientasi untuk mendapatkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk simpanan. Sedangkan lembaga keuangan non-bank lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

I. PENDAHULUAN. penunjang pembangunan ekonomi. Pengelolaan bank dituntut untuk senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki dana (surplus unit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan pihak yang memiliki kekurangan dana. Dimana kegiatan. kepada masyarakat dalam bentuk pemberian kredit.

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. serius dalam bisnis perbankan, sebagian besar bank kesulitan karena modal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dengan bertambahnya jumlah bank yang berada di Indonesia, persaingan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan bank syariah di Indonesia menunjukan arah

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. keemasan yang puncaknya ditandai dengan keberhasilan beberapa bank besar

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan perekonomian. Peranan strategis disebabkan oleh fungsi utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Bank memiliki fungsi utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi suatu Negara. Berdasarkan Undang undang RI Nomor 10. masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk bentuk

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis moneter pada tahun 1998 yang terjadi di indonesia memberikan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perbankan memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang berjalannya roda perekonomian dan pembangunan nasional mengingat fungsinya sebagai lembaga intermediasi, penyelenggara transaksi pembayaran, serta alat transmisi kebijakan moneter. Landasan hukum yang mengatur masalah keberadaan dan usaha Bank Umum adalah ketentuan dalam Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 yang menyatakan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak. Perusahaan perbankan yang ada di Indonesia meliputi bank umum, bank persero, bank umum swasta nasional devisa, bank umum swasta nasional non devisa, bank pembangunan daerah, bank campuran, dan bank asing. Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank BUMN (Persero). Bank BUMN (Persero) adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah Republik Indonesia. Bank BUMN (Persero) terdiri dari PT. Bank Negara Indonesia, PT. Bank Rakyat Indonesia, PT. Bank Mandiri, dan PT. Bank Tabungan Negara. Bank sebagai suatu industri yang dalam kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat perlu memperhatikan tingkat kesehatan bank tersebut (Merkusiwati, 2007:100). Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan menjaga aspek likuiditasnya yaitu berupa penilaian atas kemampuan bank untuk membayar semua hutang-hutangnya terutama simpanan tabungan, giro, dan deposito pada saat ditagih serta dapat memenuhi setiap permohonan kredit (Kasmir, 2008:50). 1

2 Bank yang selalu dapat menjaga kinerja dan tingkat likuiditas yang baik, akan meningkatkan nilai saham dari bank yang bersangkutan di pasar sekunder serta meningkatkan jumlah dana dari pihak ketiga yang berhasil dikumpulkan. Kenaikan nilai saham dan jumlah dana pihak ketiga ini merupakan salah satu indikator naiknya kepercayaan masyarakat kepada bank yang bersangkutan. Menurut Lukman Dendawijaya (2009:116) menegaskan bahwa : Likuiditas suatu bank dapat diukur dari Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. LDR merupakan hal yang penting bagi bank menjalankan fungsi intermediasi, yaitu menghimpun dana (funding) dari masyarakat dan menyalurkannya (lending) dalam bentuk kredit. Kegiatan penghimpunan dana bank sebagian besar bersumber dari simpanan nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan, dan deposito berjangka. Simpanan nasabah ini sering disebut sebagai Dana Pihak Ketiga (DPK). DPK yang berhasil dihimpun sebagian besar disalurkan dalam bentuk pinjaman kredit. Hubungan antara DPK dan kredit ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio LDR dapat menunjukkan ukuran komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat yang berhasil dihimpun oleh bank (Kasmir, 2008:290). Semakin tinggi penyaluran kredit menggunakan DPK, maka fungsi intemediasi perbankan akan berjalan dengan sangat baik. Sebaliknya, rendahnya penyaluran kredit menggunakan DPK menunjukkan fungsi intermediasi tidak berjalan dengan lancar, karena DPK tidak disalurkan kembali kepada masyarakat, melainkan digunakan untuk kepentingan lain, misalnya untuk membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inventaris, dan sebagainya. Tinggi rendahnya tingkat LDR harus diawasi oleh bank tersebut, untuk itu diperlukan suatu standar mengenai tingkat LDR. Bank Indonesia selaku otoritas moneter menetapkan batas standar terbaik untuk LDR pada tingkat 78%-100% sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

3 Sejak terjadinya krisis perbankan dan dilanjutkan dengan proses rekapitalisasi perbankan tahun 1999 dimana kredit perbankan sekitar Rp 300 triliun dialihkan ke Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), maka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan langsung merosot drastis karena jumlah kredit berkurang sedangkan jumlah dana pihak ketiga tidak berubah. Begitu rendahnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) setelah rekapitalisasi tahun 1999-2000, akhirnya angka Loan to Deposit Ratio (LDR) berubah fungsi dan lebih sering digunakan sebagai indikator utama untuk mengukur kemampuan sebuah bank dalam menyalurkan kredit atau fungsi intermediasi. Sektor perbankan dijadikan salah satu indikator ekonomi secara umum. Neraca perbankan saat ini mencerminkan bahwa sebagian orang di negara maju mempunyai kecenderungan untuk meminjam dan sebaliknya sebagian masyarakat di Asia mempunyai kecenderungan menyimpan. Ditambah dengan fakta bahwa sebagian besar bank pada negara berkembang (pada umumnya BUMN) memiliki cabang luas, maka bank tersebut mempunyai kapabilitas penggalangan dana dari perorangan maupun perusahaan yang lebih besar daripada bank pada negara maju saat ini. Oleh karena itu LDR pada bank di negara berkembang relatif jauh lebih rendah dibanding pada bank di negara maju dan bahkan mempunyai kecenderungan hubungan yang berlawanan (Fitri Riski Amriani, 2012). Data Bank Indonesia mengungkapkan posisi LDR bank pelat merah pada Desember 2010 mencapai titik terendah selama lima bulan terakhir yang berkisar pada level 77,89%-79,18%. Penurunan LDR itu menunjukkan rendahnya kontribusi bank pelat merah dalam penyaluran kredit dibandingkan perolehan dana. Sampai dengan Desember, penyaluran kredit bank pemerintah Rp 642,718 triliun, naik tipis 3,3% dibandingkan dengan November senilai Rp 621,691 triliun. Sementara itu dari sisi perolehan dana tercatat Rp 898,405 triliun, naik 12,85% dibandingkan dengan bulan sebelumnya senilai Rp 798,125 triliun. Jika dibandingkan dengan kelompok Bank Asing, LDR Bank Pemerintah sepanjang tahun lalu jauh tertinggal. LDR kelompok Bank Asing mencapai posisi 90,86% dengan nilai kredit Rp 113 triliun dan perolehan dana pihak ketiga (DPK)

4 mencapai Rp 124,376 triliun. Selain itu posisi rasio kredit terhadap simpanan Bank BUMN, juga masih jauh tertinggal dibandingkan dengan rata-rata LDR perbankan nasional. Sampai Desember 2010, LDR perbankan nasional berada pada posisi 75,21% dengan total kredit sebesar Rp 1.710 triliun dan DPK mencapai Rp 2.274 triliun (www.bisnis.com). Berikut tabel tingkat LDR dari seluruh bank : Tabel 1.1 LDR Perbankan Periode 2008-2012 dalam (%) Bank 2008 2009 2010 2011 2012 Rata-rata LDR Bank Umum 74,58 72,88 75,21 78,77 83,58 77,00 Bank BUMN 70,27 69,55 71,54 74,75 79,84 73,19 Bank Umum Swasta Nasional Devisa 74,72 71,14 73,16 78,16 81,58 75,75 Bank Umum Swasta Nasional Non Devisa 81,66 81,17 79,11 79,85 82,73 80,90 Bank Pembangunan Daerah 67,28 79,31 78,26 74,74 78,57 75,63 Bank Campuran 98,63 85,45 100,61 108,03 115,63 101,67 Bank Asing 88,31 85,05 90,86 96,47 111,21 94,38 Sumber : www.bi.go.id Statistik Perbankan Indonesia diakses pada tanggal 23 September 2013, pukul 20:22. Pada tabel 1.1 diatas dapat terlihat bahwa Bank BUMN memiliki nilai rata-rata LDR terendah dibandingkan dengan bank lainnya. Terkait dengan fenomena diatas, LDR Bank BUMN pada tahun 2010 mengalami penurunan yaitu 71,54%, namun hingga kini LDR Bank BUMN mengalami peningkatan di tahun 2012 yaitu mencapai 79,84% dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu sebesar 74,75% yang sudah berada diatas standar LDR yang ditetapkan oleh BI.

5 Meskipun LDR Bank BUMN sudah mencapai standar yang ditetapkan, namun LDR masing-masing Bank Persero dari tahun 2008-2012 mengalami perubahan setiap periodenya dan masih terdapat LDR yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR). Kondisi LDR Bank BUMN (Persero) selama periode penelitian (2008-2012) dapat dilihat pada tabel 1.2 sebagai berikut: Tabel 1.2 LDR Bank BUMN (Persero) Periode 2008-2012 dalam (%) Nama Bank 2008 2009 2010 2011 2012 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk 79,93 80,88 75,17 76,20 79,85 PT. Bank Mandiri Tbk 56,89 59,15 65,44 71,65 77,66 PT. Bank Negara Indonesia Tbk 68,61 64,06 70,15 70,37 77,52 PT. Bank Tabungan Negara Tbk 101,83 101,29 108,42 102,57 100,90 Sumber : www.sahamok.com diakses pada tanggal 4 September 2013 Tabel 1.2 diatas menunjukkan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) pada seluruh Bank BUMN (Persero) periode 2008-2012 mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Kenaikan dan penurunan tingkat LDR pada setiap tahunnya dapat disebabkan oleh tingkat kepercayaan masyarakat untuk menyimpan uangnya di bank yang bersangkutan. Tingkat LDR pada Bank Mandiri tahun 2008 sangat rendah, namun di tahun selanjutnya mengalami peningkatan meskipun masih dibawah standar ketetapan. Sedangkan LDR pada Bank BTN dari tahun 2008-2012 menunjukkan tingkat LDR yang lebih tinggi dibandingkan Bank BUMN lainnya. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR) pada suatu bank terdiri dari aspek rasio permodalan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR), aspek rasio aktiva produktif yaitu Non Performing Loan (NPL), aspek rasio

6 rentabilitas yaitu Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Capital Adequacy Ratio (CAR) digunakan untuk menilai keamanan dan kesehatan bank dari sisi modal atau untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko (Lukman, Dendawijaya, 2009:121). Standar angka terbaik untuk rasio CAR pada bank menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 12%. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Risiko kredit yang diterima oleh bank merupakan salah satu risiko usaha bank, yang diakibatkan dari ketidakpastian dalam pengembaliannya atau yang diakibatkan dari tidak dilunasinya kembali kredit yang diberikan oleh pihak bank kepada debitur (Siamat, 2005:358). Angka terbaik untuk rasio NPL menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah dibawah 5%. Return On Asset adalah rasio yang mengatur kemampuan manajemen bank mengelola keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan terus meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Frianto, 2012:71). Angka terbaik untuk rasio ROA menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 1,5 %. Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil

7 (Dendawijaya, 2006:122). Angka terbaik untuk NIM menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah lebih dari 3%. Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin besar BOPO, maka semakin tidak efisien suatu bank. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba atau profitabilitas (ROA) bank yang bersangkutan (Taswan, 2008:63). Angka terbaik untuk rasio BOPO menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 adalah dibawah 94%. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai: PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), RETURN ON ASSET (ROA), NET INTEREST MARGIN (NIM) DAN BIAYA OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) TERHADAP LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) PADA BANK BUMN YANG TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2012. 1.2 Identifikasi Masalah LDR bank pemerintah (BUMN) sepanjang tahun 2010 mengalami penurunan. Penurunan LDR itu menunjukkan rendahnya kontribusi bank pelat merah dalam penyaluran kredit dibandingkan perolehan dana. Namun hingga kini LDR Bank BUMN mengalami peningkatan yang cukup baik terbukti di tahun 2012 yaitu mencapai 79,84% diatas standar yang ditetapkan oleh BI (Statistik Perbankan Indonesia). Walaupun LDR Bank BUMN sudah mencapai standar yang ditetapkan, namun LDR masing-masing Bank Persero dari tahun 2008-2012 mengalami perubahan setiap periodenya dan masih terdapat LDR yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini diakibatkan dari tidak stabilnya tingkat pertumbuhan bank dalam jangka panjang di Indonesia sehingga diperlukan prediksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR).

8 Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank BUMN periode 2008-2012? 2. Bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank BUMN periode 2008-2012? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank BUMN periode 2008-2012. 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) pada Bank BUMN periode 2008-2012.

9 1.4 Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat bagi : 1. Penulis Penelitian ini bagi penulis merupakan sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana teori yang diperoleh dapat diterapkan dalam praktek dan menambah pengetahuan dalam bidang manajemen keuangan khususnya mengenai tingkat kesehatan bank. 2. Bagi Pihak Bank Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak Bank itu sendiri sampai sejauh mana optimalisasi perusahaan dalam menetapkan tingkat kesehatan bank sehingga dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan yang berarti dalam membuat keputusan pendanaan di periode yang akan datang. 3. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai perbankan dan menjadi referensi tambahan khususnya mengenai topik-topik seputar perbankan dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja usahanya. 1.5 Kerangka Pemikiran Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Loan to Deposit Ratio (LDR), tetapi dalam penelitian ini penulis hanya mengambil lima faktor sebagai variabel independen yaitu CAR, NPL, ROA, NIM dan BOPO. Faktor modal dalam kegiatan usaha perbankan merupakan hal terpenting. Salah satu kriteria penilaian tingkat kesehatan bank adalah kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Taswan (2008:61), Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah : Rasio yang digunakan untuk menilai keamanan dan kesehatan bank dari sisi modal atau untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung resiko. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) menunjukkan kinerja bank

10 dalam memberikan kredit yang semakin baik sehingga meningkatkan kesehatan bank dan proses menyalurkan dana kepada masyarakat serta penghimpunan dana dari masyarakat berjalan dengan efektif. Semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin besar daya tahan bank dalam menghadapi penyusutan nilai harta bank yang timbul karena adanya harta yang bermasalah. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan bank untuk mengukur rasio kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. Menurut Siamat (2005:358), Non Performing Loan (NPL) adalah : Non Performing Loan (NPL) atau sering disebut kredit bermasalah dapat diartikan sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan dan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan kendali debitur. Non Performing Loan (NPL) merefleksikan besarnya risiko kredit yang dihadapi bank. Semakin kecil NPL, maka semakin kecil pula resiko kredit yang ditanggung pihak bank. NPL yang tinggi akan memperbesar biaya, baik biaya pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank. Menurut Frianto (2012:71), Return On Asset (ROA) adalah : Return On Asset adalah rasio yang mengatur kemampuan manajemen bank mengelola keseluruhan asetnya dalam memperoleh laba. ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sebelum pajak terhadap total asset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan terus meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

11 Menurut Dendawijaya (2006:122) Net Interest Margin (NIM) adalah : Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. NIM memiliki pengaruh terhadap intermediasi bank, karena baik buruknya intermediasi bank akan berdampak pada pendapatan bunga yang akan diperoleh bank. Semakin baik intermediasi perbankan maka semakin baik pula Net Interest Margin (NIM) bank yang bersangkutan. BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) mencerminkan tingkat efisiensi perbankan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Menurut Taswan (2008:63), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) adalah : Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin besar rasio BOPO, maka semakin tidak efisien suatu bank. Setiap peningkatan biaya operasional akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan menurunkan laba bank yang bersangkutan Jika BOPO semakin kecil, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan suatu perusahaan (perbankan) semakin meningkat atau membaik (Riyadi, 2006:141). LDR sangat penting dikarenakan bank menjalankan fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Menurut (Lukman Dendawijaya, 2009:116) : Likuiditas suatu bank dapat diukur dari Loan to deposit Ratio (LDR). Loan to deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Tinggi rendahnya tingkat LDR harus diawasi oleh bank tersebut, untuk itu diperlukan suatu standar mengenai tingkat LDR. Bank Indonesia selaku otoritas

12 moneter menetapkan batas standar terbaik untuk LDR pada tingkat 78%-100% sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004. Rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada dana pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan dana pihak ketiga mencakup giro, tabungan, dan deposito (tidak termasuk antar bank). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti tentang pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) terhadap Loan to Deposit Ratio (LDR) disajikan pada tabel berikut : Tabel 1.3 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel yang Diteliti Fitri Riski Amriani, Analisis Pengaruh Variabel 2012 CAR, NPL, BOPO Independen : dan NIM terhadap CAR, NPL, BOPO LDR pada Bank dan NIM BUMN Persero di Variabel dependen : Indonesia Periode LDR 2006-2010 Hasil Penelitian Secara Parsial BOPO tidak berpengaruh signifikan terhadap LDR, NPL memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap LDR, sedangkan CAR dan NIM berpengaruh positif signifikan terhadap LDR. Secara Simultan CAR, NPL, BOPO dan NIM berpengaruh

13 terhadap LDR. Hersugondo dan Pengaruh CAR, Variabel Secara parsial CAR Handy Setyo NPL, DPK dan Independen : dan ROA Tamtomo, 2012 ROA terhadap LDR CAR, NPL, DPK berpengaruh positif Perbankan dan ROA dan signifikan Indonesia Variabel dependen : terhadap LDR, NPL LDR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap LDR dan DPK tidak berpengaruh terhadap LDR. Secara Simultan CAR, NPL, DPK dan ROA berpengaruh terhadap LDR. Rina Nuraini Dewi, Pengaruh CAR, Variabel Secara Parsial CAR 2013 NPL, BOPO, ROA, Independen : dan BOPO tidak dan NIM terhadap CAR, NPL, BOPO, berpengaruh, NPL LDR pada ROA dan NIM berpengaruh negatif, Perusahaan Variabel dependen : ROA dan NIM Perbankan BUMN LDR berpengaruh positif yang Listing di terhadap LDR. Bursa Efek Secara Simultan Indonesia periode CAR, NPL, BOPO, 2006-2011 ROA, dan NIM berpengaruh terhadap LDR. Arditya Prayudi, Pengaruh CAR, Variabel Secara simultan 2010 NPL, BOPO, ROA, Independen : CAR, NPL, BOPO, dan NIM terhadap CAR, NPL, BOPO, ROA, dan NIM LDR pada ROA dan NIM berpengaruh

14 Perbankan yang Variabel dependen : terhadap LDR, Tercatat di Bursa LDR sedangkan secara Efek Indonesia parsial CAR, NPL, periode 2006-2010 BOPO tidak berpengaruh terhadap LDR, sedangkan ROA dan NIM berpengaruh terhadap LDR. Jen Kharisa Granita, Analisis Pengaruh Variabel NIM, Kurs, DPK, 2011 DPK, CAR, ROA, Independen : Suku Bunga, NPL, NPL, NIM, BOPO, DPK, CAR, ROA, Inflasi, dan CAR Suku Bunga, Inflasi, NPL, NIM, BOPO, secara parsial dan Kurs terhadap Suku Bunga, Inflasi, berpengaruh LDR pada Bank dan Kurs signifikan terhadap Umum Swasta Variabel dependen : LDR sedangkan Nasional Devisa LDR ROA dan BOPO periode 2002-2009 tidak berpengaruh terhadap LDR Berdasarkan uraian diatas maka penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut :

15 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Bank Laporan Keuangan Bank Analisa Laporan Keuangan Bank Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Manajemen Teknikal Capital Asset Earning Liquidity CAR NPL ROA NIM BOPO LDR Variabel yang diteliti : = Komponen Variabel = Variabel yang diteliti

16 Gambar 1.2 Bagan Paradigma Penelitian CAR NPL ROA LDR NIM BOPO 1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan diatas, penulis mengambil hipotesis sebagai berikut : H 1 : Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara simultan terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR). H 2 : Terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) secara parsial terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR).

17 1.7 Metode Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut maupun data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Nazir, 2005:71). Design penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian verifikatif. Pengertian metode verifikatif menurut Marzuki (2002:7) sebagai berikut : Metode verifikatif merupakan metode yang bertujuan melakukan pengujian, hipotesis, pengaruh variabel X terhadap variabel Y, yang bertujuan untuk menguji suatu pengetahuan. 1.8 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan. Namun dengan melakukan penelitian pada Bank BUMN di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan metode electronic research dan library research guna mendapatkan tambahan informasi lainnya melalui akses internet ke website Bursa Efek Indonesia (BEI), dan link lainnya yang relevan. Berikut adalah time schedule dari penelitian ini : Pengajuan Proposal Skripsi Revisi dan Penyelesaian Bab I Penyelesaian Bab II Penyelesaian Bab III Pengolahan Data Penyelesaian Bab IV- V Pengajuan Draft Skripsi Agustus September Oktober November 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

18