BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat lainnya, melalui suatu media saluran (pipa) dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan dan berlangsung kontiniu. Pompa berfungsi mengubah tenaga dari suatu tenaga (penggerak) menjadi tenaga tekanan dari fluida, dimana tenaga ini dibutuhkan untuk mengalirkan fluida dari tekanan/tempat yang rendah ke tekanan/tempat yang tinggi. 2.2 Klasifikasi Pompa Berdasarkan cara pemindahan dan pemberian energy pada pompa dibagi menjadi dua kelompok, yaitu : - Pompa Pemindah Positif (Positive Displacement Pump) - Pompa Pemindah Non Positif (Non Positive Displacement Pump) 2.2.1 Pompa Pemindah Positif Pompa pemindah positif adalah pompa yang digunakan untuk mengisi dan mengosongkan volume tertutup secara bergantian. Pompa jenis ini dikelompokkan atas : - Pompa gerak translasi (Reciprocating) Pompa jenis ini mempunnyai silinder dan plunyer/piston yang dilengkapi katup masuk, yang akan membuka silinder ke dalam pipa masuk sewaktu melakukan langkah isap dan katup keluar yang akan membuka ke arah pipa keluar sewaktu melakukan langkah pengeluaran. Pompa bergerak menggunakan tenaga melalui poros engkol dan torak atau mekanisme sejenis atau gerak langsung yang digerakkan oleh uap atau gas/udara yang bertekenan.
Jenisnya : pompa torak, pompa pluyer Gambar 2.1 Pompa Torak untuk Campuran Lumpur, Minyak dan Air (Hicks Edwards, Teknologi Pemakaian Pompa, hal.33) - Pompa Uap dengan Gerak Langsung Pompa ini dikatakan demikian, karena piston uap dihubungkan dengan pompa piston melalui batang torak tanpa pergerakan engkol atau roda gila. Jenisnya : Steam ned of a duplex pump, pump neds Gambar 2.2 Pompa Uap Gerak LangsungTurbin(Sumber;Fritz Deitzel, Turbin Pompa dan Kompresor, hal.32) - Pompa Bergerak Berputar (Rotary Pump) Pompa yang terdiri dari rumah roda gigi tetap (fixed casing) yang berisi roda gigi, ulir, vane, plunyer atau elemen yang sama dan digerakkan oleh perputaran poros. Jenisnya : pompa roda gigi, pompa lobe, pompa vane, pompa ulir dan pompa liquid ring.
Gambar 2.3 Pompa Rotasi Roda Gigi (Hicks Edwards, Teknologi Pemakaian Pompa, hal.33) 2.2.2 Pompa Pemindah Non Positif Pompa pemindah non positif adalah suatu pompa dengan volume ruang yang tidak berubah pada saat pompa bekerja. Energi mekanis secara kontinyu diberikan pada fluida sehingga fluida mengalami kenaikan kecepatan yang tinggi, energy kinetis yang terjadi pada fluida (kenaikan kecepatan), dirubah menjadi energy potensial sehingga fluida mengalami kenaikan tekanan. Pompa pemindah non positif dikelompokkan atas : - Pompa sentrifugal Pompa sentrifugal merupakan pompa yang memanfaatkan gaya sentrifugal karena putaran pada fluidanya dan merubah menjadi energy tekanan (tinggi tekanan) Jenisnya : pompa rumah keong, pompa diffuser, pompa turbin Gambar 2.4 Pompa Sentrifugal Rumah Keong, Pompa Diffuser dan Pompa Turbin(Sumber;Fritz Deitzel, Turbin Pompa dan Kompresor, hal.5) - Pompa Jet
Pompa jet merupakan gabungan pompa sentrifugal dengan nozel jet atau penyembur pada pipa isap untuk membantu memperbaiki aliran di dalam pompa. 2.3 Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu jenis pompa pemindah non positif, dimana fluida memasuki impeller secara aksial didekat poros pompa dan mempunyai energi, baik energi potensial maupun energi kinetik yang diberikan oleh sudu-sudu. Di dalam impeller fluida mengalami percepatan. setelah itu fluida memasuki rumah pompa atau satu seri laluan diffuser yang mentransformasikan energi kinetik menjadi tinggi tekanan (head) diikuti dengan penurunan kecepatan. Gambar 2.5. Penampang Pompa Sentrifugal Satu Tingkat( Fritz Deitzel, Turbin Pompa dan Kompresor, hal.244 )
2.3.1 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal Daya dari motor diberikan kepada poros pompa untuk memutar impeller, menggerakkan zat cair yang ada di dalam impeller. Karena timbul gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impeller keluar melalui saluran diantara sudu-sudu. Head tekanan zat cair menjadi lebih tinggi. Kecepatan bertambah besar karena zat cair mengalami percepatan fluida yang keluar dari impeller ditampung oleh saluran berbentuk volute (spiral) dan disalurkan keluar pompa nrelalui nozel sebagai head kecepatan aliran diubah menjadi head tekan. Impeller pompa berfungsi memberikan kerja ke fluida sehingga energi yang dikaandung bertambah menjadi besar. Selisih energi per satuan berat atau head total fluida antara plens isap dan plens keluar pompa disebut head total pompa. Gambar 2.6. Aliran Fluida pada Pompa Sentrifugal (Sularso, Pompa dan Kompresor, hal 4)
2.3.2 Klasifikasi Pompa Sentrifugal Berikut tabel klasifikasi pompa sentrifugal Tabel 2.1 Klsifikasi Pompa Sentrifugal Dasar Klasifikasi Klasifikasi Keterangan Kapasitas - Low Capacity < 20 m 3 /jam - Medium Capacity 20-60 m 3 /jam - High Capacity >60 m 3 /jam Tekanan Discharge - Low Pressure < 50 N/cm 2 50-600 N/cm 2 - Medium Pressure > 500 N/cm 2 Susunan Impeller dan Tingkat (Stage) Cara Pemasukan pada Impeller Rancang bangun casing Posisi poros - High Pressure - Single Stage - Multi Stage - Multi Impeller dan Multi Stage - Single admission - Double admission - Single Casing - Section Casing Terdiri dari satu impeller dan satu casing Terdiri dari beberapa impeller yang tersusun paralel dalam satu casing Kombinasi antara multi impeller dan multi stage Cairan masuk pompa melalui satu sisi impeller Cairan masuk pompa melalui kedua sisi impeller Terdiri dari satu casing, dapat vertical atau horizontal split. Terdiri dari beberapa casing yang tersusun secara vertical spit (terutama untuk multi stage). Pompa tegak lurus poros
Tinggi angkat (Suction Lift) Jenis Fluida yang Dialirkan Kecepatan Spesifik - Vertikal Shaft - Horizontal Shaft - Self Priming Pump - Non Priming Pump - Water Pump - Petroleum Pump - Low Speed Pump - Medium Speed Pump - High Speed Pump Poros pompa mendatar Pompa dilengkapi dengan vacum device, tidak perlu dipancing dapat menghisap sendiri Perlu dipancing pada saat start 40-80 rpm 80-150 rpm 150-300 rpm
Fluida yang masuk melalui saluran isap ke dalam pompa, kemudian masuk ke dalam impeller dan diteruskan ke rumah pompa kemudian masuk melalui nozel disalurkan keluar pipa tekan. Pompa sentrifugal akan bekerja normal ppda waktu start, apabila rongga pada sisi isap terisi penuh. Karena putaran poros yang memutar impeller maka fluida dalam sudu-sudu ikut berputar. Akibatnya timbul gaya sentrifugal yang menimbulkan tekanan pada diameter luar impeller tepatnya di sisi luar sudu-sudu. Apabila tekanan lawan (tertahan) yang terjadi lebih kecil dari pada tekanan fluida yang ditimbulkan impeller maka fluida akan mengalir. 2.4 Putaran Spesifik Putaran spesifik adalah putaran pompa model yang secara geometris sama walaupun ukuran dan putarannya berbeda, bekerja pada satu satuan jumlah aliran (debit) dan satu satuan tinggi (head) pompa nn s = nn QQ HH 3/4 (2.1) Dimana : n = Putaran poros Q = jumlah putaran H = tinggi/head rpm m 3 /det m 2.5 Head Head/tinggi energi adalah energi yang terkandung dalam fluida untuk melakukan kerja yang dinyatakan dalam meter tinggi tekanan fluida yang mengalir. Ada tiga bentuk tekanan yang terkandung dalam fluida yang mengalir, yaitu : 2.5.1 Tinggi Energi Potensial (Z) Tinggi energi ini didasarkan pada ketinggian fluida atas bidang pembanding. Jadi fluida tersebut mempunyai energi sebesar Z meter karena posisinya. Fritz Deitzel, Turbin Pompa dan Kompresor, hal.248
2.5.2 Tinggi Energi Kinetik Tinggi energi ini adalah suatu ukuran energi kinetik yang terkandung dalam satu satuan bobot fluida yang disebabkan oleh kecepatannya dan dinyatakan dalam persamaan V 2 /2g. 2.5.3Tinggi Energi Tekanan Tinggi energi ini adalah energi yang terkandung oleh fluida akibat tekanan dan sama dengan /γγ. Jadi tinggi energi (Head) total yang terkandung dalam satu aliran fluida, sesuai teori Bernoulli adalalah jumlah ketiga energi tersebut, yaitu : HH = PP γγ + VV2 2gg + zz = kkkkkkkkkkkkkk (2.2) Hal ini disebut juga dengan tinggi teoritis. Pada kenyataannya tinggi kerja pompa selalu lebih besar dari tinggi teoritis ini disebabkan adanya rugi-rugi pada saluran. Sehingga tinggi kerja pompa atau Head Total Pompa adalah jumlah tinggi energi keseluruhan ditambah dengan tinggi rugi-rugi sepanjang saluran, yaitu : HH = haa + hpp + hll + VV2 2gg (2.3) Dimana : ha = head statis M hp = head tekanan m P = Tekanan kgf/cm 2 γγ = Berat per satuan volume zat cair yang dipompakan kgf/l g = percepatan gravitasi m/s 2 hl = head rugi-rugi m (2.2) Austin H Curch, Pompa dan Blower Sentrifugal, hal 10 (2.3) Sularso, Pompa dan Kompresor, hal 27
Gambar 2.7 Tinggi Tekanan pada Sebuah Pompa Keterangan gambar hi = tinggi isap ht hst Pi Pt = tinggi tekanan = tinggi statis = tekanan pada permukaan isap = tekanan pada permukaan tekan 2.6 Kavitasi Bila tekanan pada sembarang titik di dalam pompa turun menjadi lebih rendah dari tekanan uap pada temperatur cairannya, cairan itu akan menguap dan membentuk suatu rongga uap. Gelembung-gelembung akan mengalir bersama-sama dengan aliran sampai pada daerah yang mempunyai tekanan lebih tinggi dicapai dimana gelembung-gelembung itu akan mengecil lagi secara tiba-tiba, yang akan mengakibatkan tekanan yang besar pada dinding didekatnya. Fenomena ini yang disebut kavitasi.
Masuknya cairan secara tiba-tiba ke dalam ruangan yang terjadi akibat pengecilan gelembung-gelembung uap tadi akan menyebabkan kerusakan-kerusakan mekanis, yang kadangkadang dapat menyebabkan terjadinya erosi, yaitu terjadinya lubang-lubang. Sifat-sifat lain yang terjadi akibat kavitasi dapat berupa bunyi ketukan yang kuat dan akan mengakibatkan getaran pada bagian-bagian pompa. Energi yang dibutuhkan untuk melakukan percepatan pada fluida untuk mendapatkan kecepatan yang tinggi dalam pengisian yang tiba-tiba ada ruangan kosong adalah merupakan kerugian, dengan demikian kavitasi selalu diikuti oleh penurunan effisiensi. Gambar 2.8. Hubungan Antara Koefisien Kavitasi dengan Kecepatan Spesifik (Sularso, Pompa dan Kompresor, hal 4) 2.7 Net Positive Suction Head (NPSH) Pada rangkaian pemipaan dan pengoperasian pompa, maka kavitasi biasanya terjadi bila tekanan suatu aliran fluida turun sampai di bawah tekanan uap jenuhnya. Jadi untuk menghindari kavitasi harus diusahakan agar seluruh bagian dari aliran pompa tidak ada yang mempunyai tekanan statis lebih rendah dari tekanan uap jenuh fluida pada temperatur yang bersangkutan. Sehubungan dengan ini maka didefenisikan suatu Tinggi Isap Positif Netto atau Net Positive Suction Head (NPSH), yang dipakai untuk keamanan pompa terhadap kavitasi. Berikut penguraian mengenai NPSH :
2.7.1 NPSH yang Tersedia NPSH yang tersedia adalah head yang dimiliki oleh fluida pada sisi isap pompa, yaitu tekanan mutlak pada sisi isap pompa dikurangi dengan tekanan uap jenuh fluida pada tempat tersebut. Dalam hal pompa menghisap fluida dari tempat terbuka, maka besarnya NPSH yang tersedia adalah : h sv = P a γ - P v γ -h s-h ls (2.4) dimana : h sv = NPSH yang tersedia m P a = tekanan atmosfir kg/m 2 P v = tekanan uap jenus kg/m 2 γγ = Berat fluida per satuan volume N/m 3 h s = Tinggi isap statis m h ls = kerugian head pada pipa isap m (2.4) Sularso, Pompa dan Kompresor, hal. 44
Tabel 2.2 Sifat-sifat fisik air 2.7.2 NPSH yang Diperlukan NPSH yang diperlukan besarnya berbeda untuk setiap pompa, dimana NPSH berubah menurut kapasitas dan putarannya. Agar pompa dapat bekerja tanpa mengalami kavitasi, maka harus dipenuhi persyaratan berikut : NPSH yang tersedia > NPSH yang diperlukan. NPSH yang diperlukan biasanya diperoleh dari data pabrik, namun untuk penaksiran secara kasar, dapat dihitung dengan : α= H vsn H n (2.5) Sularso, Pompa dan Kompresor, hal. 45
dimana αα = Konstanta kavitasi H vsn = NPSH yang diperlukan pada titik effisiensi maksimum H v = Head total pompa pada titik effisiensi maksimum 2.8 Hambatan/Rugi-rugi (Losses) Hambatan/Rugi-rugi (Losses) aliran fluida terjadi pada instalasi pompa mulai dari sisi masuk sampai sisi keluar yang berupa gesekan-gesekan di sepanjang instalasi. Hambatan ini terjadi pada pipa lurus, perubahan penampang pipa, dan pada sambungan-sambungan pipa, yang menimbulkan rugi-rugi kecepatan aliran fluida sehingga menurunkan efisiensi pompa. Hambatan yang terjadi sebanding dengan kecepatan ruta-rata fluida. 2.8.1 Pipa Lurus Bilangan Reynold (Re) Re= V.D v (2.6) dimana: V = kecepatan fluida D = diameter pipa v = viscositas = 0,801 x 10 6 m 2 /det (tabel 2.2 pada air 30 0 C) dari bilangan Reynold (Re) tersebut Koefisien Gesek (λ) dapat diperoleh dari Moody dengan mengetahui jenis aliran fluida, dimana jenis aliran fluida adalah : - Laminar, jika Re < 2300 - Transisi, jika 2300 < Re < 4000 - Turbulen, jika Re > 4000 Untuk aliran Laminar keofisien gesek (λ) adalah: (2.6) Sularso, Pompa dan Kompresor, Hal. 28
λ= 64 Re (2.7) Untuk aliran tulbulen keofisien gesek (λ) adalah: λ = 0.02 + 0.0005 D (2.7) Sularso, Pompa dan Kompresor, hal. 29 (2.8) Sularso, Pompa dan Kompresor, hal. 29
Gambar 2.9 Moody s Diagram(Munson Young Okiisi, Mekanika fluida Jilid 2, hal. 45)
Hambatan pada Pipa Lurus (hf 1 ) hf 1 =λ l D V 2 D2.g Dimana: λλ = koefisien gesek l = panjang pipa m v = kecepatan fluida m/det D = diameter pipa m g = gravitasi m/det 2 2.8.2 Perubahan Penampang Pipa Hambatan pada Perubahan Penampang Pipa (hf 2 ) hf 2 =f 2 V 2 2.g dimana: v = Percepatan fluida m/det g = gravitasi m/det 2 f 2 = koefisien gesek (akibat perubahan penampang pipa) Harga koefisien gesek dengan berbagai bentuk perubahan penampang ditunjukan pada table berikut : 2.8.3 Sambungan-sambungan Pipa Hambatan pada Sambungan-sambungan Pipa (hf 3 ) hf 3 =f 3 V 2 2.g
dimana: f 3 = koefisien gesek (akibat bentuk sambungan pipa) = ((0.31 + 1.847 ( DD 2RR )3.5 ))( θθ 90 )0.5 D = diameter pipa m R = radius belokan m θθ = sudut belokan v = kecepatan fluida m/det g = gravitasi m/det 2 2.9 Menentukan Kecepatan Rata-rata Saluran Kerena tekanan pada sisi isap diketahui (diukur), untuk dapat mengetahui head pompa, terlebih dahulu dicari kecepatan-kecepatan pada sisi masuk (isap) dan sisi keluar (tekan) impeller. 2.9.1 Pada Sisi Isap Kecepatan aliran pda sisi isap dihitung dengan : Vi= Q Ai = Q π 2 4 d i dimana: Vi = kecepatan air pada sisi isap m/det Q = Debit fluida m 3 /det di = diameter pipa isap m
2.9.2 Pada Sisi Tekan Kecepatan aliran pada sisi tekan dihitung dengan : Vt = Q At = Q π 2 4 d t dimana: Vt = kecepatan air pada sisi tekan m/det Q = Debit fluida m 3 /det dt = diameter pipa tekan m 2.10 Menentukan Jenis Impeller Pompa Pompa sentrifugal mempunyi beberapa bentuk impeller, yang fungsinya untuk menentukan jenis aliran. Untuk menentukan jenis impeller dapat diperoleh dengan menghitung putaran spesifik pompa, yaitu : Dimana : n s = Putaran spesifik n s = n Q H 3/4 n = Putaran poros rpm 2.11 Perhitungan Daya Pompa 2.11.1 Daya Pompa (whp) Whp = ρ g H Q Dimana: whp = daya pompa W H = Head m ρ = Kerapatan fluida kg/m 3 g = gravitasi m/det 2
Q = kapasitas m 3 /det 2.11.2 Daya yang Dibutuhkan (bhp) bhp= whp η 0 Dimana: bhp = daya yang dibutuhkan K W Whp = daya pompa K W η 0 = effisiensi overall 2.12 Ukuran-Ukuran Utama Pompa 2.12.1 Diameter Poros Pompa 3 d x = T/0.2τ 1 ijin Dimana: d y = diameter poros m T = Torsi = P/W P = Daya yang dibutuhkan W = kecepatan putar K W m/det = 2π n/60 Τ 1 ijin = 20 N/mm 2 (pompa satu tingkat) 2.12.2 Sisi Masuk Impeller 2.12.2.1 Diameter Naaf Impellr (D n ) = 10-15 N/mm 2 (pompa tingkat banyak) D n = (1,2 1,4)d s
Dimana: D n = diameter naaf in d s = diameter poros in 2.12.2 Diameter Mata Impeller (Do) D o = 4.Q. π.v o +D 2 n Dimana: Q = Kapasitas ft 3 /det V 0 = kecepatan sisi masuk ijin D n = diameter naaf ft/det in Gambar 2.10 Hubungan kecepatan sisi masuk ijin dengan kecepatan yang dibutuhkan putaran pompa( Fritz Deitzel, Turbin Pompa dan Kompresor, hal.261 ) 2.12.2.3 Kecepatan Keliling Sisi Masuk Impeller U 1 = πd 1n 60 Dimana: U 1 = kecepatan keliling masuk impeller D 1 = diameter mata impeller m/det m n = putaran poros rpm
2.12.2.4 Sudut Sisi Masuk (ββ 1 ) Fluida dianggap masuk impeller secara radial, sehingga sudut masuk absolute (αα 1 ) = 90 0, maka sudut (ββ 1 ) dihitung dengan : Tan ββ 1 = Vr 1 U r Dimana: ββ 1 = sudut sisi masuk Vr 1 = kecepatan aliran radial (diperhitungkan terhadap faktor penyempitan dan kecepatan aliran masuk ijin) = (1,1 1,3) V i V i = kecepatan aliran masuk ijin U 1 = kecepatan keliling sisi masuk 2.12.2.5 Segitiga Kecepatan Sisi Masuk Impeller Segitiga kecepatan dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 2.11 Segitiga Kecepatan Sisi Masuk Dimana: U1 = Kecepatan keliling Sisi masuk m/det Vr1 = kecepatan radial m/det
ββ 1 = sudut sisi masuk V1 = kecepatan relatif m/det 2.12.2.6 Lebar Impeller pada Sisi Masuk (b 1 ) b 1 = Q π.di.vr1.ε 1 Dimana: b1 = lebar impeller pada sisi masuk m Q = kapasitas m 3 /det D 1 = diameter sisi masuk m Vr1 = kecepatan aliran arah radial m/det ε 1 = 0.8 0.9 2.12.3 Sisi Luar Impeller 2.12.3.1 Diameter Luar Impeller (D 2 ) D 2 = 1840.. h n Dimana: D 2 = diameter luar impeller in = koefisien tinggi tekan = 0,9 1,2 H = head pump ft n = putaran poros pompa rpm
2.12.3.3 Kecepatan Radial (Vr 2 ) Kecepatan radial sisi keluar diperhitungkan dari kecepatan keluar sisi masuk yaitu : Vr 2 = Vr 1 15% Vr 1 Dimana: Vr 2 = kecepatan radial keluar m/det Vr 1 = kecepatan radial masuk m/det 2.12.3.4 Sudut Sisi Keluar (ββ 2 ) Besarnya sudut sisi keluar dibuat lebih besar dari sudut sisi masuk untuk mendapatkan lalauan yang lancar. β 2 = (15 0 40 0 ) 2.12.3.5 Segitiga Kecepatan Sisi Keluar Untuk mendapatkan besar kecepatan relative (w 2 ) dan kecepatan air keluar (V 2 ) dapat dibuat segitiga kecepatan sisi keluar impeller dengan bantuan besaran-besaran yang telah didapat terlebih dahulu, Gambar 2.12 Segitiga Kecepatan Sisi Keluar
Keterangan Gambar U 2 = Kecepatan keliling impeller sisi keluar V u2 = kecepatan keluar tangensial m/det m/det ββ 2 = sudut sisi keluar α 2 = Sudut sisi keluar actual V r2 = Kecepatan radial keluar V u2 = kecepatan keluar tangensial absolut m/det m/det 2.12.3.6 Lebar Impeller pada Sisi Keluar (b 2 ) b 2 = Q Vr2.π.D2.ε 2 Dimana: Q = jumlah aliran total m 3 /det VVVV2 = kecepatan radial keluar m/det D 2 = diameter luar impeller m εε 1 = faktor korelasi yang disebabkan ketebalan sudu = 0.9 0.95 2.12.4 Jumlah Sudu Jumlah Sudu dihitung dengan : Z=6,5 D 2+D 1 D 2 -D 1 Sinβ m Dimana: D 2 = diameter luar impeller m D 1 = diameter dalam impeller m
β m = β 1 +β 2 2 2.12.5 jarak Sudu Sisi Masuk (t 1 ) t 1 = π.d 1 z Dimana: D 1 = diameter dalam impeller m z = jumlah sudu 2.12.6 Tebal Sudu (s) s = 3 6 mm, bahan perunggu, logam ringan, dan baja tuang = 2 10 mm, untuk bahan besi tuang kelabu 2.12.7 Melukiskan Bentuk Impeller Melukiskan bentuk impeller dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : - Metode arkus tangent - Metode koordinat polar Pada perencanaan ini digunakan Metode Arkus Tangen. Metode dilakukan dengan membagi impeller atas beberapa lingkaran yang konsentris antara R 1 dan R 2. Jari-jari busur yang beradapada setiap lingkaran dihitung dengan rumus : ρρ = 2 RR bb RRaa 2 2(RR bb CCCCCCββ bb RR aa CCCCCCββ aa
Dimana: R a = jari-jari konsentris lingkaran dalam R b = jari-jari konsentris lingkaran luar a dan b = indek yang menunjukan bagian dalam dan luar lingkaran konsentris Hasil penggambaran kurva impeller akan semakin baik dengan makin banyaknya lingkaran konsentris yang dibuat, dimana tiap-tiap kedudukan dibuat grafik kecepatan dan sudut-sudut, dimulai dari sisi masuk sampai sisi keluar, dan dibuat grafik antara kecepatan, sudut terhadap jari-jari dan setelah itu dihitung jari-jari kelengkungan impeller sehingga dapat dilukiskan. 2.12.8 Perhitungan Rumah Pompa (Volute) Fungsi rumah pompa (volute) adalah untuk mengkonversi tinggi kecepatan (velocity) dari fluida menjadi pressure head. Untuk perencanaan rumah pompa dimulai dari suatu garis dasar yang dinamakan lidah (tongue). 2.12.8.1 Radius lidah tongue (R 1 ) dihitung dengan : R 1 : (1,05 1,10) R 2 2.12.8.2 Sudut antara tongue toritis dengan tongue actual ( 00 11) θ 1 0 = 132log (R1 R 2 ) tanα 2 2.12.8.3 Lebar rata-rata tiap ring (B are ) B are = b 3 + 2X. tan /2 dimana: b = lebar rumah pompa b 2 R 2 = lebar impeller pada sisi keluar = jari-jari luar impeller R = jarak antara dua radius R dan R, = R are R
R are = jari-jari rata-rata Penampang rumah pompa berbentuk trapesium dengan sudut antara dinding dengan garis horizontal 30 0. Rencana rumah pompa ditentukan oleh sudut yang dihitung. 2.12.8.4 Sudut rumah pompa ( 0 1) 1 0 = 360.R 2.V u2 Q Ro b R R2 R maka dapat dibuat tabel rencana rumah pompa dengan perhitungan berikut : - b are = b 3 +2(R are -157)tan 30 0-0 RR = 19.63 RR bb aaaaaa RR2-0 = 25,62 bb aaaaaa xx RR RR - AA = bb aaaaaa xx RR - Q = 360 xxq - V are = QQ AA 106 RR Gambar 2.17. Rumah Pompa