RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

dokumen-dokumen yang mirip
RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

KEMBALI KEPADA FITRAH (MAKNA MINAL AIDIN WAL FAIZIN)

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

PUASA SIA-SIA Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

MENYELAMI KALBU AGAMA

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Pendidikan Agama Islam

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

??????????????????????????????????:?????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

TIDAK SEKADAR PUASA BADANI

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Modul ke: KESALEHAN SOSIAL. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi AKUNTANSI.

Dua tahun setelah Rasulullah hijrah dari Makah ke Madinah, beliau

AYAT ASAS Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah


RUKUN ISLAM YANG JADI ANAK MAS DAN RUKUN ISLAM YANG MASIH JADI ANAK TIRI oleh: Drs. Syahro, M.Sy. Kasubbag Tu Kemenag Kota Metro

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Sesungguhnya Allah memerintahkan kita untuk bersedekah di jalan Allah:

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

MENANGKAP PELUANG BISNIS BERDASARKAN KISAH RASULULLAH MUHAMMAD SAW

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid


MODUL 1 Ayat-ayat Al-Qur an tentang kompetisi dalam kebaikan

KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH DASAR

BAB V PEMBAHASAN. A. Analisis Data. Setelah data hasil penelitian disajikan, dapat diuraikan sebagai sebagai. berikut:

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia

BAB V PENUTUP. menyelasaikan seluruh masalah yang ada dalam penelitian: 1. Apakah dalam teks lagu Iwan Fals mengandung nilai dakwah?

Khutbah Pertama Maasyirol Muslimin yang dirahmati Allah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP. 8) : : : : :

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

Proposal Santunan 100 Anak Yatim-piatu

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Khutbah Jum'at. Melanjutkan Spirit Qurban dalam Kehidupan. Bersama Dakwah 1

HUMANISME ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

Pendukung dan Penghalang dari Taubat

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 13 Tahun 2011 Tentang HUKUM ZAKAT ATAS HARTA HARAM

Masih Spiritualitas Bisnis

Hak-hak Anak dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

Pribadi Mandiri dan Kesalehan Sosial. Iwan Yahya Muhajirin, Ottawa, Ramadhan 1436 H 6 Juli 2015

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

ṣad, dal dan qaf, dan dari unsur aṣ-ṣidq, diambil kata sedekah karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dimana

Pendidikan Agama Islam

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

SINAR RAMADHAN 1437H SEMARAK TAQWA

KESALEHAN ESENSIAL Oleh Nurcholish Madjid

Infaq. Zakat. Shadaqoh. Apa Bedanya? #yukzakat. Zakat Bukti Tanda Cinta Cinta Allah, Cinta Sesama. Oleh :

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN YUSUF QARDAWI DAN MASDAR FARID MAS UDI MENGENAI PENYATUAN ZAKAT DAN PAJAK SEBAGAI INSTRUMEN UNTUK KEMASLAHATAN UMAT

MENUMBUHKAN JIWA SOSIAL MELALUI SANTUNAN KAUM DHUAFA Tim Penulis : Indri Astuti

Bab 8. Ibadah: Aspek Ritual Umat Islam

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

"Bersegeralah berhaji yakni haji yang wajib, sebab sesungguhnya seseorang tidak mengetahui apa yang akan menimpa kepadanya." (HR Ahmad dan lainnya)

BAB V KESIMPULAN, SARAN-SARAN DAN PENUTUP. 1. Pendapat Para Mufassir tentang Q.S. Al-Mu minun Ayat 1-9

[ Indonesia Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang disebut hablum minallah dan yang kedua bersifat horizontal,

Lailatul Qadar. Rasulullah SAW Mencontohkan beberapa amal khusus terkait Lailatul Qadar ini, di antaranya:

Menjual Rokok HUKUM SEORANG PEDAGANG YANG TIDAK MENGHISAP ROKOK NAMUN MENJUAL ROKOK DAN CERUTU DALAM DAGANGANNYA.

dengan dunianya? Mereka saling menonjolkan

IBADAH ASPEK RITUAL UMAT ISLAM

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

الز كاة. وحج البيت. وصىم رمضان. 1

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

ZIKIR Oleh Nurcholish Madjid

Bab 2 LANDASAN ETIKA DALAM ISLAM

Memahami Maksud dan Tujuan Persaudaraan Seiman

Beribadah Kepada Allah Dengan Mentauhidkannya

TAKWA, ZIKIR, DAN IKHLAS

Hukum Seputar Zakat Fitrah

BAB IV PERILAK TERPUJI

TUGAS KITA SEBAGAI HAMBA ALLAH & UMMAT NABI. Tugas sebagai hamba ialah beribadah. QS 51. Adzariyat 56:

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

BAB I PENDAHULUAN. Shalat telah diwajibkan pada malam Isra sebanyak lima puluh kali dalam

Transkripsi:

c 1 Ramadan d 27 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji, (Q 2:267). Ibadat puasa dimaksudkan agar manusia mampu mengangkat harkat kemuliaannya yang azali, primordial, yakni berada dalam kesucian. Sesungguhnya, puasa merupakan sebuah proses ke arah tercapainya tujuan kesucian tersebut. Hal yang mengindikasikan itu, di antaranya, adalah anjuran mengeluarkan zakat fitrah atau zakat individu bagi orang yang menjalankan ibadat puasa. Zakat fitrah yang dimaksud dengan pengertian fitrah penciptaan manusia yakni adanya konsep kesucian asal, kesucian primordial yang berarti zakat penyucian diri, di sisi lain sebenarnya merupakan pembuktian bahwa seseorang telah menjalani sebuah proses penyucian tersebut. Hakikat zakat, baik zakat mâl atau zakat kekayaan, maupun zakat fitrah atau zakat individu, adalah sebuah proses penyucian yang berdimensi kemanusiaan atau sosial. Dengan begitu, baik

c Nurcholish Madjid d zakat mâl maupun zakat fitrah merupakan wujud dimensi konsekuensial sebuah pelaksanaan perintah Allah swt. Di samping itu, juga merupakan sebuah penegasan, mengingatkan bahwa dalam agama Islam setiap ibadat selalu memiliki korelasi positif dengan amal saleh yang berdimensi kemanusiaan. Seperti halnya shalat yang diawali oleh hubungan vertikal, yang disimbolisasikan dengan melakukan takbir, dan diakhiri dengan mengucapkan salam, yang berarti memberikan kesejahteraan kepada seluruh manusia, bahkan kepada alam semesta. Dalam ungkapan yang lebih sederhana, salam sebagai dimensi konsekuensial praktik ibadat shalat merupakan wujud dan tanggung jawab terhadap tugas-tugas kemanusiaan. Paralel dengan shalat adalah ibadat puasa, yang pada satu sisi merupakan ibadat yang penuh dengan misteri atau bahkan sangat misterius yakni merupakan ibadat yang paling personal antara hamba dengan Allah swt, apalagi kalau dibandingkan dengan ibadat haji umpamanya, yang selalu diikuti oleh upacara seremonial juga menekankan arti pentingnya dimensi konsekuensial yang wujudnya adalah adanya anjuran mengeluarkan zakat fitrah. Berkenaan dengan ketentuan secara kuantitatif, sesuai kesepakatan para ulama, zakat fitrah dikeluarkan sebesar satu shâ, yakni untuk ukuran orang Indonesia sama dengan 3,5 liter beras. Itu karena beras adalah makanan pokok mayoritas bangsa Indonesia. Para ulama pun telah sepakat, setiap Muslim tidak saja yang berpuasa yang mampu diperintahkan menunaikan zakat fitrah. Ide dasar zakat fitrah adalah mengajarkan orang beriman bahwa ibadat puasa tidak hanya berdimensi sangat pribadi seperti dalam hadis qudsi, Ibadat puasa adalah untuk-ku, maka Aku (Allah) yang akan memberi balasannya. Namun juga kemudian ada keharusan mengeluarkan zakat fitrah yang berfungsi sebagai prasyarat menyempurnakan puasa. Di sini, fungsi dan kedudukan zakat fitrah dengan sendirinya paralel dengan salam dalam shalat. Shalat dinyatakan tidak sah kalau tidak melakukan salam, begitu pula dengan puasa yang tidak dianggap sah bila tidak diiringi

c 27 1 Ramadan d dengan membayar zakat fitrah. Ini sekadar sebuah analogi dengan melihat ide dasarnya. Perlu kiranya dipahami bahwa zakat fitrah, yang dianjurkan senilai dengan yang dimakan oleh setiap orang dalam sekali makan, ternyata memiliki pesan yang dinamik. Tentunya, tidak hanya seharga satu kali makan kebanyakan orang, umpamanya Rp. 3.500,- atau hanya berupa 3,5 liter beras semata. Namun, hal itu menjadi sangat variatif, bergantung pada kondisi perekonomian atau daya konsumsi makan setiap hari orang per seorangan yang sudah pasti juga beragam. Sebagai contoh, kalau ada orang yang setiap hari mengeluarkan uang sebesar seratus ribu rupiah untuk satu kali makan, tentunya akan tidak adil kalau kemudian ia hanya mengeluarkan zakat fitrah berupa beras kira-kira seharga Rp 3.500,- saja. Hal yang demikian sebenarnya sudah diingatkan dan ditegaskan oleh al-qur an bahwa dalam bersedekah, termasuk dalam mengeluarkan zakat fitrah, orang beriman hendaknya memberikan yang terbaik. Sesungguhnya, sedekah, baik zakat mâl maupun fitrah, efeknya akan kembali kepada dirinya sendiri. Seperti dalam al- Qur an yang berbunyi: Hai orang-orang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk, lalu kamu nafkahkan darinya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji, (Q 2:267). Dari pernyataan dan teguran al-qur an tersebut, sebenarnya kita diingatkan, apakah yang biasa memakan makanan dengan nilai dan kualitas makanan sekali makan senilai Rp 100.000,- umpanya kemudian juga mau memakan atau menerima makanan yang nilainya hanya Rp 3.500,-? Tentulah kita menjadi tidak suka,

c Nurcholish Madjid d tersinggung, atau bahkan barangkali memicingkan mata karena merasa malu menerima atau memakannya. Kembali pada masalah ide dasar zakat, baik mâl maupun fitrah. Ide itu bersumber pada ajaran dan nilai kemanusiaan yang universal atau umum. Dengan demikian, kiranya, dapat dipahami bahwa menyantuni fakir miskin dan anak yatim pada hakikatnya menyantuni seluruh umat manusia, inklusif di dalamnya kita yang melakukan. Berbuat baik menyantuni atau menolong yatim piatu dan fakir miskin sesungguhnya menolong kemanusiaan universal, sebagaimana halnya qiyâs atau analogi bahwa membunuh seseorang sama artinya dengan membunuh manusia secara universal. Barangsiapa membunuh seseorang tanpa alasan yang dapat dibenarkan sesuai dengan ajaran al-qur an, ia harus di-qishâsh atau dibunuh. Contoh tersebut diilustrasikan oleh al-qur an lewat kisah Habil dan Qabil kisah pembunuhan umat manusia pertama dalam sejarah manusia. Kasus pembunuhan atas Habil yang dilakukan oleh Qabil dapat diasumsikan dan dipandang sebagai pembunuhan atas kemanusiaan universal. Dalam al-qur an dinyatakan: Oleh karena itu, Kami (Allah) tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa barang siapa membunuh seorang manusia bukan karena orang itu (membunuh orang lain) atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan ia membunuh manusia seluruhnya..., (Q 5:32). Dengan begitu perlu dipahami bahwa setiap manusia memiliki nilai kemanusiaan universal. Sama dengan kasus memerdekakan atau membebaskan seseorang dari belenggu perbudakan dan kemiskinan, sesungguhnya ia juga telah memerdekakan kemanusiaan universal. Dalam surat al-mâ ûn juga ditegaskan bahwa sesungguhnya iman seseorang yang tidak diiringi kepedulian pada nasib dan pen

c 27 1 Ramadan d deritaan orang lain yang susah dalam al-qur an disimbolisasikan dengan kepedulian kepada fakir miskin dan yatim piatu adalah palsu. Mereka kemudian didekritkan oleh al-qur an sebagai orangorang yang mendustakan agama. Dalam al-qur an, orang tersebut diilustrasikan sebagai orang yang menjalankan atau mengerjakan shalat, tapi ternyata ia melalaikan pesan-pesan dan makna yang dikandung di dalam shalatnya. Perlu ditegaskan di sini bahwa pengertian kata lalai tidak berarti menunjuk kepada orang yang lupa tidak melaksanakan shalat karena alasan tertidur, kesibukan kerja, dalam perjalanan, dan sebagainya. Kelalaian yang demikian itu justru dimaafkan. Akan tetapi, yang dimaksudkan dengan lalai pada ayat tersebut adalah kelalaian akan pesan dan makna yang terkandung dalam amalan shalatnya. Seperti yang dinyatakan dalam al-qur an: Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang-orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang-orang shalat, yaitu orangorang yang lalai dalam shalatnya, (Q 107:1-5). Itulah sebabnya, barangkali, surat al-mâ ûn sering disebut-sebut para ulama sebagai surat yang menentang bentuk kesalehan formal (formal piety). Dikatakan kesalehan formal karena ia mengejar bentuk kesalehan pribadi yang tidak dibarengi dan diiringi komit men sosial atau amal saleh atau juga kesalehan sosial. Kerelaan mengeluarkan zakat, baik mâl atau fitrah, yang dinyatakan sebagai salah satu ciri orang beriman, juga dianjurkan untuk terus dilakukan meski dalam kondisi menyusahkan. Sepertinya, tidak ada excuse untuk tidak bersedekah dalam Islam. Sebagai ciri orang beriman, zakat juga menjadi sarana untuk mengangkat harkat dan martabat seseorang sebagaimana dalam al-qur an disebutkan, (Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit..., (Q 3:134).

c Nurcholish Madjid d Sesuai dengan ajaran Islam, orang beriman diajarkan untuk menjadi tangan di atas, sebuah idiom yang artinya menjadi pemberi pada satu sisi dan melarang berbuat meminta-minta yang dipandang sebagai tindakan merendahkan martabat dan harga diri pada sisi lain. Dalam kasus tersebut, agama Islam mengajarkan agar setiap pribadi orang Islam dapat berlaku terhormat dan memelihara serta menjaga harga dirinya dengan bersikap sebagai seorang prawira ( afîf) menjaga kehormatan diri. Ibadat puasa diharapkan akan dapat memelihara dan meningkatkan harkat dan martabat kemanusiaan dengan pencapaian pengalaman batin atau ruhaniah yang berupa tumbuhnya sikap empati (kondisi psikologis dapat menempatkan diri pada posisi orang lain yang dalam kesusahan). Ini berkaitan erat dengan pelajaran mengentaskan kemiskinan sebagai upaya penyucian diri. Menyantuni yatim piatu dan orang miskin dianjurkan tidak hanya sepanjang bulan puasa, tetapi juga terus dapat berkesinambungan sehingga kepekaan batin terus terpelihara. [v]