INDA RAHMAWATI SINAGA NIM F

dokumen-dokumen yang mirip
TRI WIYANTO F

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS DENGAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. dasawarsa terakhir ini, ternyata belum sepenuhnya mampu menjawab. kebutuhan dan tantangan nasional dan global dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penataan sumber daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan

BAB I PENDAHULUAN. penentu tinggi rendahnya mutu hasil pendidikan. Guru mempunyai posisi

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keuntungan bisa didapat antara lain dengan cara meningkatkan performance

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada unsur manusianya. Unsur manusia yang paling menentukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. dalam komunitas sosial untuk mengimbangi laju perkembangan ilmu. bersamaan terhadap perkembangan dan sistem pendidikan bagi

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penyelenggaraan pendidikan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan dapat dilakukan dengan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tajam dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di dunia pendidikan, menyangkut

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi masa depannya. Sasaran pendidikan yaitu memajukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Kepala sekolah selaku pemimpin secara langsung merupakan contoh nyata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang paling penting dalam membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dini Syamsiah,2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lembaga Pendidikan merupakan wadah untuk generasi muda agar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung berupaya mempengaruhi mengarahkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI PEER LESSONS DAN LEARNING START WITH A QUESTION (LSQ) PADA SISWA KELAS VII SMP

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

DAMPAK STATUS AKRIDITASI SEKOLAH, SARANA PRASARANA DAN KOMPETENSI SOSIAL TERHADAP DISIPLIN KERJA GURU SD KECAMATAN KEDUNGTUBAN BLORA TESIS.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik dan lingkungannya. Artinya guru memiliki tugas dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pembangunan dalam dunia pendidikan dilaksanakan dalam. rangka meningkatkan kualitas manusia yang berhubungan dengan proses

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

Bab 1. Pendahuluan. Dalam sebuah organisasi, pengakuan terhadap pekerjaan yang telah dilakukan karyawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah Dasar RSBI Kebon Jeruk 11 Pagi merupakan sekolah yang sudah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatkan mutu pendidikan adalah sebuah keharusan, untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. nasional. Padahal, penyelenggaraannya telah menguras sekitar dua pertiga dari

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

DAFTAR ISI. Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan... 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut membahas mengenai latar belakang

PENGARUH PENGALAMAN KERJA, DISIPLIN KERJA DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. KHARISMA SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dari proses kependidikan adalah pendidik. Di

menyumbang calon tenaga kerja terdidik. Fenomena yang terjadi di masyarakat sekarang banyak pengangguran yang berasal dari orang terdidik.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tidak akan dapat menjalankan fungsinya sebagai tempat belajar jika tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

: Pengaruh kemampuan awal, motivasi belajar, dan kecemasan menghadapi tes matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan khusus. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. profesional. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

HUBUNGAN ANTARA KEBUTUHAN AKAN PENGHARGAAN DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN PERUSAHAAN. Oleh : RASI GRA VIDEKA NIM F

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna untuk meningkatkan mutu bangsa secara. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa belajar maka tidak ada ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pertumbuhan dan perkembangan perusahaan disisi lain

2015 KONTRIBUSI PENGEMBANGAN TENAGA AD MINISTRASI SEKOLAH TERHAD AP MUTU LAYANAN D I LINGKUNGAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI SE-KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya). 1 Istilah pendidikan ini semula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru sebagai teladan bagi peserta didik harus memiliki sikap dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berperan sebagai pendengar saja, ketika guru menerangkan mereka justru

INTERAKSI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH STANDAR NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. juga seorang guru mampu memberikan bekal-bekal kepada siswanya dalam

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Gelar S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh : SITI ANA MISROKHAH A

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam pembangunan

Transkripsi:

0 PERBEDAAN KOMPETENSI GURU BERDASARKAN STATUS KEPEGAWAIAN DAN SEKOLAH DALAM LINGKUNGAN PENDIDIKAN SMU DI WILAYAH SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : INDA RAHMAWATI SINAGA NIM F 100 050 054 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tempat pendidikan formal dilakukan di sekolah. Di sekolah kegiatan belajar mengajar antara siswa dan guru terjadi interaksi. Pembelajaran guru akan berhasil apabila terjadi interaksi pendidikan (interaksi edukatif). Guru menyampaikan materi pelajaran, siswa mampu menerima materi pelajaran. Keberhasilan siswa dalam pembelajaran dipengaruhi oleh kualitas atau keprofesionalan guru. Mada (2009) menyatakan bahwa kualitas guru mendesak untuk diperbaiki. Pasalnya, kualitas guru amat mempengaruhi kualitas peserta didik. Pakar Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Surabaya Yatim Rianto menuturkan, berbagai penelitian menunjukkan faktor guru mempengaruhi kualitas lulusan siswa hingga 85 persen. Sebaliknya banyak penelitian menunjukkan kualitas guru SD belum baik. Kualitas guru bekum baik karena masih banyak guru tidak menguasai metode-metode pengajaran. Guru hanya tahu metode pembelajaran versi monolog. Penguasaan beragam metode amat dibutuhkan. Hal itu antara lain mengingat murid mempunyai kebutuhan berbeda sehingga harus dipenuhi dengan cara berbeda. Raditya (2008) mengungkapkan penelitiannya di sejumlah sekolah di Madura menunjukkan bahwa 70 persen guru (informan penelitian) menganggap proses pembelajaran di sekolah perlu diikuti dengan metode kekerasan. Tujuannya agar siswa menjadi patuh dan disiplin. Penelitian ini pun semakin menguatkan hasil riset Yayasan Semai Jiwa Amini (2007) yang menunjukkan 10 persen guru 1

2 melakukan kekerasan fisik sebagai bagian dari hukuman. Sepuluh persen guru berpendapat bahwa hukuman fisik adalah cara efektif menegur siswa. Sedangkan 27,5 persen guru beranggapan bahwa kekerasan tidak akan berdampak kepada psikologis siswa. Ini menyiratkan satu makna penting bahwa masih banyak guru di sekolah yang menganggap kekerasan adalah bagian penting dalam proses pendidikan. Segala perilaku kekerasan yang dilakukan para siswa merupakan cerminan dari pendampingan dan perhatian guru dan orangtua yang sangat rendah. Harman (2008) berpendapat bahwa kasus satuan Densus 88 dalam kasus pembocoran soal ujian nasional. Karena iba terhadap murid-murid yang tidak mampu mengerjakan ujian nasional bahasa Inggris, beberapa guru di Deli Serdang, Sumatra Utara, mengubah jawaban untuk menolong murid mereka. Namun, iba yang selintas beraroma manusiawi itu akhirnya membawa mereka berurusan dengan Densus 88. Dua perkara mencuat secara eksesif dalam kasus guru yang jatuh ke tangan Densus 88 ini. Pertama, ujian nasional yang terus menimbulkan pro dan kontra menjadi teror yang tidak saja menakutkan para murid dan orang tua, tetapi juga guru. Guru-guru diteror kegagalan siswa mereka, siswa diteror ketidaklulusan, dan para orang tua diteror kegagalan anak-anak mereka di bangku sekolah. Melakukan kecurangan dalam UN tentu mencederai kesucian lembar jawaban UN sebagaimana dikatakan Menteri Pendidikan Nasional. Namun, tetap melanggengkan kebijakan UN seperti sekarang juga mencederai kesucian martabat guru yang jika diteruskan akan berakibat fatal bagi kelangsungan pendidikan di negeri ini dalam jangka panjang. Atas dasar permasalahan guru tentang ketidakmampuan guru dalam menggunakan berbagai metode, tindak kekerasan yang dilakukan oleh guru pada

3 siswa, dan kasus tertangkapnya sebgaian guru oleh satuan Densus 88 dalam kasus pembocoran soal ujian nasional merupakan permasalahan-permasalahan yang menunjukkan kurangnya kemampuan atau kompetensi guru dalam keprofesiannya sebagai pendidik. Mulyasa (2007) menyatakan bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Guru berkompetensi menciptakan suasana pendidikan yang amat menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis merupakan tuntutan yang harus dipenuhi untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurangnya penguasaan guru dalam berbagai metode menimbulkan persepsi negatif siswa terhadap kualitas guru dalam mengajar. Sebagai pendidik, seorang guru bukan hanya mengkomunikasikan fakta, gagasan dan pengetahuan. Pada dasarnya mendidik adalah proses menumbuhkembangkan kepribadian seseorang menjadi pribadi yang positif dan dapat menguntungkan bagi pihak yang bersangkutan. Minat dalam diri siswa dapat ditumbuhkan oleh guru akan memudahkan proses pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan diperlukan kualitas guru. Sepuluh dari kompetensi guru adalah menguasai bahan, mengelola program pembelajaran, mengelola kelas, menggunakan media, menguasai landasan pendidikan, mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa, mengelola bimbingan dan penyuluhan, mengenal dan mampu menyelenggarakan administrasi sekolah, menguasai prinsip-prinsip kompetensi guru (Rahayu, 2008).

4 Guru sebagai ujung tombak dalam kenyataannya sekarang ini kinerja kurang baik. Ketidak mampuan guru daam menggunakan metode, sikap guru yang kurang pedagogis, dan sikap memberikan jawaban ujian kepada siswa dapat menurunkan prestasi belajar siswa dan memberikan teladan yang kurang bermoral kepada siswa menjadikan guru dijadikan sasaran kesalahan masyarakat. Masyarakat menilai kinerja guru gagal membina anak didik yang bermoral dan memiliki prestasi. Di sisi lainnya, sikap sebagian kecil guru yang arogan mendidik anak dengan hukuman fisik membuat citra guru semakin menurun. Memang semua kesalahan yang menurunkan kredibilitas guru menurun bukan dari faktor guru saja, faktor tersebut dapat dipengaruhi oleh siswa. Akan tetapi, pandangan negatif terhadap kinerja guru tetap dipertanyakan. Hal ini dapat terjadi karena guru sebagai orang yang mencerdaskan anak didik sebagai tunas-tunas bangsa dituntut keprofesionalannya sebagai seorang pendidik yang memiliki kinerja tinggi sehingga dapat menciptakan anak didik yang berkualitas (Riwandi, 2008). Peningkatan kualitas yang berkaitan dengan kompetensi guru itu harus beriringan dengan peningkatan kesejahteraan karena keduanya bagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dengan demikian, guru akan menjadi profesi yang utuh dan terhormat, bukan lagi sebagai profesi kelas dua yang identik dengan "kekurangan" dalam konteks ekonomi dan profesionalisme (Rahman, 2008). Pemerintah menanggapi kualitas guru untuk meningkatkan kompetensi dengan menetapkan Sispendiknas 2003, Bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Pasal 40 ayat (2), dengan tegas menyatakan bahwa guru diharapkan menjalankan kewajibannya untuk: a) menciptakan suasana pendidikan yang amat

5 menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis; b) mempunyai komitmen secara profesional dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan; c) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukannya sesuai kepercayaan yang diberikan kepadanya (Raditya, 2008) Masalah kompetensi guru merupakan masalah penting. Oleh sebab itu, diperlukan upaya-upaya tambahan untuk menyebarluaskannya. Salah satu hambatan potensial yang akan dihadapi adalah kenyataan bahwa masih banyak guru yang kurang menyadari akan tanggung jawab dan kurang memiliki kemampuan sesuai dengan bidang yang ditekuni. Agar dapat menghasilkan program kinerja yang produktif diperlukan suatu pandangan yang luas yang menempatkan unsur manusia sebagai titik sentralnya. Di sini peran guru menjadi menentukan sebagai prasyarat utama keberhasilan upaya kinerja guru yaitu dukungan dan komitmen terhadap upaya-upaya guna meningkatkan pendidikan secara konsisten dan profesional (Anwar, 2008). Salah satu faktor penyebab kompetensi guru menurun karena kurangnya guru memahami komponen kompetensi yang harus dimiliki. Kemampuan memahami komponen kompetensi sebagai tanggung jawab guru satu dengan lainnya berbeda. Perbedaan tanggung jawab guru berdasarkan status kepegawaian atau jabatan. Status kepegawaian guru dibedakan atas guru yang sudah diangkat menjadi pegawai negeri dan guru yang masih magang atau guru honorer. Guru dengan yang sudah memiliki status pegawai negeri diharuskan untuk memiliki dedikasi dan tanggung jawab tinggi terhadap profesinya. Berbeda dengan guru yang masih berstatus magang atau honorer, pekerjaan yang dibebankan lebih ringan sehingga tanggung jawab yang dimiliki lebih kecil.

6 Di sisi lainnya, jenis sekolah dibedakan atas sekolah swasta dan sekolah negeri. Karyawan sekolah swasta dan sekolah negeri dituntut untuk memiliki kemampuan sesuai profesinya sebagai guru. Guru swasta bertanggung jawab kepada pimpinan yayasan dan guru negeri bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah. Sebagian besar orang tua akan memilihkan sekolah anaknya ke negeri. Apabila ke sekolah negeri tidak diterima, baru orang tua memasukkan ke sekolah swasta. Berdasarkan penjelasan pada latar belakang dapat disimpulkan terjadi permasalahan kinerja guru sekarang ini rendah karena guru kurang menyadari profesinya sebagai pendidik, pembimbing, dan teladan bagi anak didik. Guru yang kurang menyadari akan profesinya sebagai pendidik dipengaruhi oleh minat dan kemampuan sebagai pendidik belum maksmal. Di sisi lain, hasil kerja guru dalam mendidik anak kurang berhasil. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peristiwa kenakalan-kenakalan yang dilakukan anak didik di luar sekolah dan sikap guru yang arogan dengan memberikan hukuman fisik pada anak didik. Atas dasar permasalahan di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini yaitu apakah ada perbedaan kompetensi guru berdasarkan status kepegawaian dan sekolah dalam lingkungan pendidikan SMU di Wilayah Sukoharjo. B. Tujuan Penelitian Tujuan ini dimaksudkan untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi guru honorer dan guru pegawai negeri dalam Lingkungan Pendidikan SMU di Wilayah Sukoharjo. 2. Untuk mengetahui perbedaan kompetensi guru di sekolah swasta dan negeri dalam Lingkungan Pendidikan SMU di Wilayah Sukoharjo.

7 C. Manfaat Penelitian 1. Bagi lembaga pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dan bahan pertimbangan bagi lembaga pendidikan bahwa kepuasan kerja merupakan faktor penting untuk meningkatkan kinerja pendidik sehingga dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas. 2. Bagi guru Dapat memberikan tambahan wawasan bagi guru untuk mengetahui tentang keprofesian sebagai guru dapat diketahui melalui kinerja dan kepuasan guru sebagai pendidik dan pembimbing anak didik sehingga guru dapat meningkatkan kompetensi sebagai guru dan menciptakan kualitas pendidikan yang tinggi. 3. Bagi peneliti lain Bagi peneliti lain diharapkan dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dalam meneliti masalah yang sama.