BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan-kegiatan tersebut diantaranya seperti usaha perhotelan usaha

BUPATI MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI MANDAILING NATAL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 18 TAHUN 1994 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 35 TAHUN 2006 SERI E.15 PERATURAN BUPATI CIREBON BUPATI CIREBON

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2015 TENTANG USAHA WISATA AGRO HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10.TAHUN TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IZIN USAHA JASA PARIWISATA

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 18 Tahun 1994

BAB II KAJIAN TEORI. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

Peraturan Pemerintah No. 67 Tahun 1996 Tentang : Penyelenggaraan Kepariwisataan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG DESA WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 1986 TENTANG RETRIBUSI USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR LAMPUNG,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 4 Tahun 2002 Seri: C

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1. Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta;

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PERTEMUAN 9 Divisi Ekonomi Lingkungan Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Manajemen

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN KABUPATEN SINJAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

NOMOR 67 TAHUN 1996 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1990 T E N T A N G K E P A R I W I S A T A A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN

DATA PRIBADI. :SAKAR SUDARWANTO,M..M.Pd TTL : TANGERANG. 12 MART 1962 KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA : BALARAJA KAB,TANGERANG HP :

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata muncul sebagi salah satu sektor yang cukup menjanjikan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kata yaitu pari yang berarti banyak, berkali-kali,berputar-putar, sedangkan wisata

PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 6 TAHUN 2002 (6/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA PERJALANAN WISATA

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. wisatawan itu sendiri. Sejak dahulu kegiatan pariwisata sudah banyak dilakukan oleh

V. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

WALIKOTA TARAKAN PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 27 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 1999 SERI D NO. 9 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN DAERAH BUPATI MALINAU NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

DEFINISI- DEFINISI A-1

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BUPATI PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBURAN SENI DAN BUDAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang konsisten dari tahun ke tahun. World Tourism

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PRAMUWISATA DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, MA.

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Peranan Dinas Pariwisata Kabupaten Badung Dalam Mengembangkan. Potensi Pariwisata Badung. Oleh:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA BATU

BAB I PENDAHULUAN. mengunjungi daerah-daerah wisata tersebut. dan berpengaruh terhadap perkembangan pariwisata.

DAFTAR PERIKSA TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA (TDUP)

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 01 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukannya terhadap alam, pembuatan berbagai macam industri yang

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH KABUPATEN SIAK

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

Transkripsi:

29 BAB II PENGATURAN IZIN USAHA PARIWISATA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NO. 4 TAHUN 2014 TENTANG KEPARIWISATAAN A. Pengertian Usaha Pariwisata Kata pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta yaitu dari kata pari yang berarti lengkap, berputar-putar dan kata wisata yang berarti perjalanan atau bepergian. Dengan demikian secara tata bahasa dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ketempat lain Pengertian pariwisata yang dikemukakan oleh Marpaung sebagai berikut: Pariwisata merupakan kegiatan rekresi yang dilakukan di luar rumah yang mengambil waktu lebih dari 24 jam, seperti: kunjungan keluarga diluar kota selama 2 (dua) hari. 16 Pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ketempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. 17 Pariwisata adalah perjalanan yang dilakukan disuatu tempat ketempat lainnya dengan maksud tertentu, selalu mengingatkan perjalanan itu dengan tujuan untuk bersenang-senang dan perjalanannya dilakukan lebih dari 24 jam. 18 16 Happy Marpaung. Pengetahuan Pariwisata.Bandung:Alpabeta, 2002, hal 21 17 http://ibbi.ac.id/ibbiacid/bahan/hasrul-4.pdf (diakses tanggal 1 April 2015) 18 Yoeti, Oka. Tours and Travel Marketing. Jakarta:Pradnya Paramita, 2006, hal 101

30 Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan, wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan/mengusahakan objek wisata dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait dengan bidang tersebut. Objek dan daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata. Kawasan wisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata. 19 Pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 tahun 2009 Bab I Pasal 1 butir tiga menyatakan bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pariwisata mencakup 3 (tiga) Komponen, yakni wisata, pengusahaan objek, dan daya tarik wisata, serta usahausaha lain diluar bidang tersebut namun masih terkait dengan pariwisata. 20 Dalam mengembangkan suatu potensi pariwisata, setiap daerah memiliki upaya dan 19 Totoksuharto.blogspot.com/2010/04/pengertian-dan-jenis-usaha-pariwisata.html, diakses tanggal 10 Januari 2015 20 Ditjen Pariwisata, Pengantar Pariwisata Indonesia, Jakarta, Direktorat Jendral Pariwisata,2014 hal 3

31 kebijakan yang harus dilakukan demi terwujudnya tujuan bersama khususnya di bidang pariwisata yang meliputi beberapa aspek seperti Aspek Ekonomi Perdagangan, Aspek Kebudayaan, Aspek Lingkungan Hidup, Aspek Hukum. Berdasarkan Undang- Undang No. 23 Tahun 2014 setiap daerah memiliki kewenangan untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri. Kota Medan merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak sekali daerah wisata yang sudah terkenal sampai mancanegara. Selain pariwisata merupakan salah satu pemasukan atau devisa negara, pariwisata juga membawa nama negara Indonesia hingga terkenal sampai di dunia. Oleh karena itu pemerintah wajib untuk memperhatikan dan menjaga kelestarian daerah wisata yang ada di Indonesia melalui instansi- instansi yang telah dibentuk oleh setiap pemerintah Kabupaten yang ditugaskan untuk menangani permasalahan-permasalahan khususnya di bidang pariwisata. Dalam struktur pemerintahan Kota Medan, Dinas Pariwisata memiliki tugas pokok dalam bidang pariwisata yang secara umum yaitu menyusun rencana, kebijakan operasional, mengendalikan dan menyelenggarakan kegiatan dalam bidang pariwisata yang meliputi ketatausahaan, sarana pariwisata, obyek dan daya tarik wisata, promosi dan pemasaran pariwisata. 21 Pariwisata adalah sebagai segala kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan. 22 Pariwisata memberikan peluang kepada masyarakat untuk berusaha atau berwirausaha, jenis-jenis usaha yang ada 21 Ida Bagus Wyasa Putra, Dkk.Hukum Bisnis Pariwisata,Cet I, Bandung: Refika, 2003, hal 9. Soekadijo, R.G. Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai Systemic Linkage. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2000, hal 21

32 kaitannya dengan pariwisata tergantung dari kreativitas para pengusaha swasta baik yang bermodal kecil maupun besar untuk memberikan jasa atau menawarkan produk yang sekiranya diperlukan oleh wisatawan. Usaha pariwisata secara menyeluruh dapat dikatakan sebagai industri pariwisata, tetapi tidak diibaratkan sebagai pabrik yang mengolah barang mentah menjadi barang jadi, serta ada produknya. Industri pariwisata adalah keseluruhan usaha-usaha yang dapat dinikmati wisatawan semenjak awal mula proses ketertarikan untuk berwisata, menikmati lokasi daerah tujuan wisata sampai pada proses akhir wisatawan tersebut pulang menginjakkan kakinya sampai di rumah, kemudian mengenangnya. Industri pariwisata sebagai rangkuman dari berbagai macam bidang usaha, yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk maupun jasajasa/layanan-layanan atau service, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan oleh para wisatawan selama perlawatannya. 23 Usaha-usaha pariwisata, dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) golongan besar, sebagai berikut. 1. Transportasi. 2. Akomodasi dan Perusahaan Pangan. 3. Perusahaan Jasa Khusus. 4. Penyediaan Barang. Dari ke empat pengelompokan tersebut secara rinci dapat dilihat sebagai berikut. 23 Karyono, A.H. Kepariwisataan. Jakarta: Grasindo. 1997, hal 98

33 a. Transportasi 1) Dengan kapal. 2) Dengan kereta api. 3) Dengan mobil dan bus. 4) Dengan pesawat terbang. b. Akomodasi dan Perusahaan Pangan 1) Jenis akomodasi: hotel, apartemen, sanatorium, bungalow, pondok, perkemahan, pusat peristirahatan, dan sebagainya. 2) Jenis perusahaan pangan: restoran, rumah makan, cafe, warung, kantin. Bar, pub dan sebagainya.. c. Perusahaan Jasa Khusus Dapat berupa biro perjalanan, agen perjalanan, pelayanan wisata, pramuwisata, pelayanan angkutan barang atau porter, perusahaan hiburan, penukaran uang, asuransi wisata dan lain sebagainya. d. Penyediaan Barang Barang disini adalah sesuatu benda ataupun hasil bumi yang dapat ditawarkan atau dijual kepada wisatawan yang mempunyai keterkaitan dengan lokasi daerah tujuan wisata. Barang tersebut dapat berupa souvenir, kerajinan tangan, patung seni dari kayu dan batu, soeseki, papan selancar, buah-buahan dan sebagainya.

34 B. Tata Cara dan Syarat untuk Memperoleh Izin Usaha Pariwisata Pelaksanaan Prosedur Pendirian Perizinan Usaha Pariwisata yang dilakukan di Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Medan memang tidaklah serumit yang dibayangkan sebelumnya, namun prosedur-prosedur yang harus dijalani sampai dengan seorang pengusaha itu memperoleh surat Izin Usaha, memerlukan waktu yang relatif cukup lama, hal ini karena ketatnya pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan sendiri untuk menderegulasi perkembangan tempat-tempat usaha yang semakin banyak berdiri diwilayah Medan. Setiap usaha masyarakat yang dalam hal ini masuk ke dalam jenis usaha pariwisata maka pengusaha wajib mendaftarkan tempat usahanya melalui Kantor Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Medan. Adapun langkah pertama yang harus dilakukan pengusaha untuk memperoleh izin usaha adalah pengajuan izin prinsip terlebih dahulu. Sebelum Kepala Dinas mengeluarkan Izin Usaha maka langkah awal yang harus dijalani pengusaha wisata adalah terlebih dulu mereka harus mengajukan permohonan izin prinsip, dimana yang dimaksud izin prinsip ini adalah izin persiapan membangun bagi pengusaha untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam kegiatan usahanya nanti. Menyimpulkan wawancara di atas bahwa jangka waktu penerbitan surat izin usaha relatif cepat karena cukup menunggu 2 minggu maka pengusaha bisa segera mengoperasikan usahanya secara resmi dengan catatan persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengajuan permohonan sudah lengkap dan benar.

35 Persyaratan teknis yang harus dipenuhi prosedur yang harus dilakukan sampai dengan seorang pengusaha mendapatkan surat perizinan maka terlebih dahulu harus lolos dari izin prinsip. Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa izin prinsip ini adalah persetujuan sementara dalam hal pengusaha melakukan persiapan mendirikan usaha mereka. Izin Prinsip berlaku selama 1 tahun. Selama 12 bulan itu usaha yang telah terdaftar akan selalu dipantau keberadaannya apakah bisa lolos dari syarat-syarat perizinan prinsip ataukah tidak. Persyaratan yang harus dipenuhi tidak hanya dalam bentuk tertulis saja tapi juga ada persyaratan teknisnya, yang mana hal ini wajib dilakukan pengusaha. Pada dasarnya persyaratan teknis untuk izin usaha adalah sama untuk semua kategori usaha pariwisata, yang sedikit berbeda hanya pada saat pengajuan izin prinsip karena persyaratan teknis antara usaha yang satu dengan yang lain berbeda jenisnya, apabila pengusaha sudah dikatakan lulus dari izin prinsip ini maka selanjutnya tinggal melanjutkan apa yang sudah ada ditambah dengan menjalankan beberapa hal yang menjadi persyaratan teknis untuk izin usaha guna mencapai ketertiban, keamanan, serta kelancaran untuk pengusaha itu sendiri. Adapun persyaratan teknis untuk mendapatkan izin usaha adalah sebagai berikut :jenisnya, apabila pengusaha sudah dikatakan lulus dari izin prinsip ini maka selanjutnya tinggal melanjutkan apa yang sudah ada ditambah dengan menjalankan beberapa hal yang menjadi persyaratan teknis untuk izin usaha guna mencapai ketertiban, keamanan, serta kelancaran untuk pengusaha itu sendiri. Adapun persyaratan teknis untuk mendapatkan izin usaha pariwisata adalah sebagai berikut :

36 1. Dalam melaksanakan mendirikan usaha rekreasi dan hiburan umum, pemegang izin wajib mentaati ketentuan perundangan yang berlaku. 2. Dalam melaksanakan kegiatan usaha rekreasi dan hiburan umum wajib menjaga ketertiban dan ketentraman lingkungan disekitarnya. 3. Kepada pemegang izin wajib membayar retribusi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan wajib daftar ulang sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 4. Apabila dalam mendirikan usaha terjadi perubahan dari rencana semula wajib memberikan laporan kepada Walikota Cq. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan. 5. Untuk mengajukan izin usaha tersebut pemegang izin wajib mengajukan permohonan kepada Walikota lewat Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan. 6. Membuat laporan bulanan kepada Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan. Persyaratan memperoleh izin izin pariwisata antara lain : 1. Mengajukan permohonan tertulis kepada Walikota Medan melalui Kepala Kantor Penanaman Modal dan PTSP Kota Medan 2. Memiliki kantor atau lokasi yang jelas 3. Memiliki tenaga kerja yang berpengetahuan dan berpengalaman di bidang usahanya 4. Memenuhi ketentuan dan persyaratan pengusahaan 5. Melampirkan salinan akte jual beli

37 6. Melampirkan akte pendirian perusahaan pemilik baru 7. Melampirkan foto copy KTP 8. Nomor peserta wajib pajak 9. Mengisi formulir model A-H C. Hak dan Kewajiban Pemegang Usaha Pariwisata Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik setiap orang dan penggunaannya tergantung kepada orangnya sendiri, sedangkan kewajiban adalah kewajiban adalah sesuatu yang dilakukan dengan tanggung jawab. Adapun kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pengusaha dari wisata tirta, menurut Perda Kota Medan nomor 4 tahun 2014 tentang Pariwisata, yaitu sebagai berikut: 1. Mengajukan permohonan izin dan mendaftarkan usaha penyediaan sarana kepada walikota melalui Dinas dengan melampirkan persyaratan secara lengkap dan benar. Sesuai Perda Kota Medan nomor 4 tahun 2014 tentang Kepariwisataan 2. Pengusaha usaha pariwisata wajib mendaftarkan ulang izin usahanya setiap 3 tahun sekali, diatur dalam Perda Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 tentang Kepariwisatan. Pengusaha wajib melaporkan kegiatan usahanya secara berkala kepada walikota. 3. Pengusaha wajib mencegah pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dalam penyelenggaraan usaha pariwisata. 4. Pengusaha wajib membayarkan pajak kepada Pemerintah dalam penyelenggaraan usaha pariwisata miliknya.

38 Setiap orang berkewajiban: a. Menjaga dan melestarikan daya tarik wisata; b. Membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, c. Menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata Setiap pengusaha pariwisata berkewajiban: a. Menjaga dan menghormati norma agama, adat istiadat, budaya, dan nilai nilai yang hidup dalam masyarakat setempat; b. Memberikan informasi yang akurat dan bertanggung jawab;. c. Memberikan pelayanan yang tidak diskriminatif; d. Memberikan kenyamanan, keramahan, perlindungan keamanan,dan keselamatan wisatawan; e. Memberikan perlindungan asuransi pada usaha pariwisata dengan kegiatan yang berisiko tinggi; f. Mengembangkan kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan koperasi setempat yang saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan; g. Mengutamakan penggunaan produk masyarakat setempat, produk dalam negeri, dan memberikan kesempatan kepada tenaga kerja lokal; h. Meningkatkan kompetensi tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan; i. Berperan aktif dalam upaya pengembangan prasarana dan program pemberdayaan masyarakat;. j. Turut serta mencegah segala bentuk perbuatan yang melanggar kesusilaan dan kegiatan yang melanggar hukum di lingkungan tempat usahanya; k. Memelihara lingkungan yang sehat, bersih, dan asri;

39 l. Memelihara kelestarian lingkungan alam dan budaya; m. Menjaga citra negara dan bangsa indonesia melalui kegiatan usaha kepariwisataan secara bertanggung jawab; dan n. Menerapkan standar usaha dan standar kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 24 Kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan daerah untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. D. Pengaturan Izin Usaha Pariwisata Pengaturan izin usaha pariwisata berdasarkan peraturan daerah kota Medan No. 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan, Undang-Undang No. 19 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Daerah Kota Medan No. 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan. 24 Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 4 Tahun 2014 Tentang Kepariwisataan Pasal 49