BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberian materi pembelajaran sejarah bangsa sejak belia dapat menumbuhkan semangat nasionalisme sejak dini. Berdasarkan pendapat Nuraeni dikutip Gemari edisi 88 (2008 : 06), pembelajaran wawasan kebangsaan saat ini menjadi sangat penting di tengah arus deras globalisasi yang begitu kuat. Demikian pula terhadap anak Indonesia agar sejak dini sudah mulai diperkenalkan dengan berbagai nilai-nilai nasionalisme bangsanya, sehingga mereka bisa tumbuh menjadi generasi-generasi bangsa yang mencintai negeri dan tanah airnya. Sebab, jika tidak dibekali nilai-nilai wawasan kebangsaan yang kuat, anak-anak bangsa ini mendatang akan sangat rentan di- jajah oleh berbagai hal dari luar. Di antaranya adalah budaya, tingkah laku, dan lainnya. Selain itu, dengan mempelajari catatan sejarah sejak dini, kita akan lebih menghargai apa yang kita miliki sebagai bangsa dan juga menimbulkan rasa bangga terhadap negara, ditengah hadirnya sosok-sosok panutan idola yang belum sepantasnya untuk anak-anak. Dalam sejarah bangsa Indonesia, banyak kita mengenal Pahlawan Nasional yang masa lampau ikut andil dalam mempersatukan Negara ini. Pahlawan sering dikaitkan dengan keberhasilan dalam memperjuangkan nama suatu bangsa dalam sejarah. Pada umumnya pahlawan adalah seseorang yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa, atau umat manusia tanpa menyerah dalam mencapai perjuangannya yang mulia, sehingga rela berkorban demi tercapainya tujuan, dengan dilandasi oleh sikap tanpa pamrih (biokristi.sabda.org/arti_pahlawan diakses pada Senin 03/03/2014 21:02). Arti dari Pahlawan menurut Kementrian Sosial (kemensos.go.id/modules.php/pahlawan diakses pada Rabu 26/02/2014 09.07) adalah gelar yang diberikan kepada warga negara atau seseorang yang berjuang melawan penjajah di wilayah yang sejarang menjadi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang gugur atau meninggal dunia demi membela bangsa dan negara, atau yang semasa hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan atau menghasilkan prestasi dan karya yang luar biasa bagi pembangunan dan kemajuan bangsa dan negara. Tindakan kepahlawanannya adalah perbuatan nyata yang dapat dikenang dan diteladani sepanjang masa bagi warga masyarakat lainnya. Sikap dari nilai kepahlawanannya diambil dari suatu prilaku perjuangan yang mempunyai mutu dan jasa pengabdian serta pengorbanan terhadap bangsa dan negara.
Banyak cara untuk membuat anak mengenang para pahlawan. Salah satunya dengan mengenal lebih dekat tokoh tersebut, terutama dengan mengenalkan pahlawan wanita dari Indonesia seperti Cut Nya Dien, Cut Mutia, Dewi Sartika, Ny Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan juga R.A Kartini. Karena pahlawan wanita dapat menjadi panutan yang juga tidak kalah dari pahlawan laki-laki, serta memiliki kiprah perjuangan bangsa tanpa memandang gender, suku bangsa, agama yang dimilikinya melalui berjuang dengan mengangkat senjata, lewat pendidikan, maupun organisasi (www.tokoh indonesia.com/biografi/pejuang-kemajuan-wanita diakses pada 04/03/2014 01:39). Sebut saja salah satunya yaitu R.A Kartini yang telah akrab dibenak anak dengan perayaan Hari Kartini yang tiap tahunnya selalu diadakan di sekolah. Karena selain berjuang dalam emansipasi wanita, Kartini dapat dikenang sebagai pahlawan pendidikan dan pembangun kecerdasan yang dapat menginspirasi bagi anak. Perjuangannya akan cita-cita, tekad, ide yang mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan. Hari Kartini diperingati pada tanggal 21 April setiap tahunnya dimana hari tersebut merupakan hari kelahirannya. Namun, sudah sekian lama kita memperingati Hari Kartini, sekian lama pula makna dari peringatan tersebut terkikis. Padahal perayaan Hari Kartini adalah salah satu diantara berbagai landasan filosofi dan nilai fundamental bagi kehidupan pendidikan dan kecerdasan bagi bangsa ini. Menurut Kompasiana (sosbud.kompasiana.com/2013/04/23 diakses pada Selasa 04/03/14 02:47) berbagai acara dibuat untuk memeriahkan Hari Kartini. Seperti halnya sekarang ini, baik di sekolah-sekolah selalu memperingati hari Kartini dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat monoton. Kegiatan tersebut hanya sebatas karnaval dengan menggunakan baju adat daerah, peragaan busana adat, pembacaan puisi tentang Kartini dan beberapa kegiatan yang hanya bersifat formal. Sehingga anak-anak lupa akan makna perjuangan dan makna positif dari hari tersebut seperti nilai perjuangan yang ditujukan untuk bangsa. Meskipun, pada tingkatan pendidikan dasar, peringatan tersebut mungkin cukup untuk mengenalkan kepada anak-anak kita untuk mengenal siapakah sosok R.A Kartini. Selain itu, sekarang ini sudah sangat sedikit tokoh-tokoh yang dapat menginspirasi untuk usia anak-anak, karena hadirnya tokoh-tokoh idola melalui media elektronik yang bergaya dewasa, namun sudah ditiru oleh anak. Melalui upaya untuk memperkenalkan dan mengembangkan sikap nasionalisme sejak dini yang dapat menginspirasi bagi anak diperlukan suatu media sebagai penunjang terwujudnya informasi yang menggambarkan karakteristik dari nilai-nilai perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia, untuk mengingatkan bahwa wanita berperan dalam gerakan-
gerakan mengangkat derajat bangsa Indonesia, mengingat pada zaman mereka posisi kaum wanita masih demikian tertinggal, sehingga apa yang dilakukan oleh pahlawan-pahlawan wanita itu tentu saja luar biasa untuk ukuran zamannya, bahkan diukur dengan ukuran prestasi zaman sekarang sekalipun. Oleh karena itu dengan pembuatan perancangan ini,dimaksudkan agar anak lebih mencintai dan mencontoh sifat kepahlawanan dari tokohtokoh tersebut, ditengah hadirnya tokoh idola yang belum sepantasnya untuk anak. Dan juga, nilai-nilai pemahaman dan pengembangan sikap yang menginspirasi akan sosok perjuangan Pahlawan Wanita Indonesia bisa lebih mudah ditanamkan melalui contoh-contoh konkret, seperti buku cerita sejarah biografi yang disajikan menarik dengan menyuguhkan ilustrasi. Peran Ilustrasi bisa mempermudah anak untuk mengerti karena dapat membayangkan apa yang disampaikan. Shari Lewis menekankan bahwa memberikan cerita kepada anak-anak dapat bermanfaat untuk perkembangan anak. Selama sepuluh tahun, para psikolog telah mengemukakan pengaruh positif dari membaca sebuah cerita bagi anak-anak. Memberikan cerita yang positif dari buku maupun dari orang tuanya sendiri merupakan cara yang baik sekali untuk mengajari anak-anak berpikir realistis karena cerita dapat menunjukkan bagaimana orang secara realistis memecahkan masalah-masalahnya (T Handayu, 2001:76). Menyikapi hal tersebut, dengan perancangan sebuah media buku cerita bergambar dengan pop up yang bertemakan biografi Pahlawan Wanita Indonesia berseri yang di fokuskan pada tokoh R.A Kartini karena diupayakan dapat meningkatkan interaksi secara langsung dan daya tarik tersendiri agar anak-anak lebih mudah memahami rasa nasionalisme yang mencerminkan tokoh pahlawan tersebut. Menurut Dgi-Indonesia (2011 : 02) Buku pop-up dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik bagi anak, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih berdimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka. Buku cerita bergambar dengan pop up ini ditargetkan kepada anak yang berusia 6-9 tahun. Penggunaan buku cerita bergambar menggunakan teknik pop up ini bertujuan agar menyajikan suatu buku yang berbeda dari buku sejarah pada umumnya dan menjadikan salah satu daya tarik untuk anak saat membaca buku ini karena gambarnya yang bersifat interaktif dapat bergerak dan agar anak dapat ikut merasakan suasana dari isi buku serta mempermudah pemahaman peristiwa sejarah yang terjadi. 1.2 Permasalahan
1.2.1 Identifikasi Permasalahan a. Kurangnya pemahaman semangat nasionalisme pada anak. b. Sekolah-sekolah selalu memperingati hari Kartini dengan melakukan kegiatankegiatan yang bersifat monoton sehingga lupa akan makna perjuangan dan makna positif dari hari Kartini. c. Kurangnya tokoh-tokoh idola bagi anak yang dapat menginspirasi. d. Kurangnya gambar ilustrasi yang dapat merangsang ketertarikan anak dalam media pembelajaran sejarah. 1.2.2 Rumusan Masalah Bagaimana merancang buku cerita bergambar dengan pop up tentang sejarah Pahlawan Wanita Indonesia R.A Kartini untuk anak usia 6-9 tahun? 1.3 Fokus Permasalahan Perlunya penggunaan media edutaiment sebagai proses bimbingan belajar yang lebih menyenangkan untuk penunjang untuk merangsang ketertarikan siswa Sekolah Dasar untuk tertarik memahami pelajaran sejarah pahlawan. 1.4 Tujuan Penulisan Tujuan perancangan ini adalah sebagai penunjang proses bimbingan belajar sejarah pahlawan di Sekolah Dasar yang lebih menyenangkan untuk merangsang ketertarikan anak untuk memahami tokoh pahlawan melalui buku cerita bergambar dengan sistem pop-up, sehingga selain menarik perhatian anak, juga agar lebih fokus dalam mempelajari tentang sejarah beserta tokoh pahlawannya. 1.5 Metode Pengumpulan Data Dalam menyusun laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan tiga jenis metodologi, yaitu: a. Wawancara Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian. Dengan wawancara data yang diperoleh akan lebih mendalam, karena mampu menggali pemikiran atau pendapat secara detail. Oleh karena itu dalam pelaksanaan wawancara diperlukan ketrampilan dari seorang peneliti dalam berkomunikasi dengan responden.
Karena buku ini ditujukan pada kalangan menengah keatas, dalam pengumpulan data, penulis melakukan dialog kepada Guru Sejarah Sekolah Dasar Soka 34 Bandung yang merupakan sekolah yang sesuai pada target sasaran. Demi penguat data tugas akhir ini, penulis juga melakukan wawancara kepada penulis buku anak yaitu Eka Wardhana, dan Sandy Solihin sebagai kolektor buku pop. b. Studi Pustaka Dalam pengumpulan data ini penulis melakukan studi pustaka dengan mencari buku teori, literatur dan buku pendukung lainnya untuk menguatkan alasan penulis untuk merancang buku anak ini. c. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang diakukan (Riduwan,2004:104) Teknik observasi digunakan untuk mengamati buku sejarah anak sebagai objek pengamatan dalam perancangan desain nantinya. Selain itu observasi digunakan untuk meneliti secara langsung anak-anak usia 6-9 tahun dalam mempelajari sejarah pahlawan di kehidupan sehari-hari. 1.6 Metodologi Analisis Metodologi analisis adalah suatu metode yang bertujuan untuk mengetahui ciri masing-masing bagian secara sistematik dan menyederhanakan data yang terkumpul. Penelitian ini akan dianalisis dengan cara : a. Matriks Perbandingan Matriks juga berguna untuk membuat perbandingan yang berupa data. Pada matriks ini, Penulis akan membandingkan beberapa buku anak mengenai sejarah serta buku cerita anak dengan melihat keunikan dari masing-masing buku. 1.7 Kerangka Perancangan
Analisis Masalah Kurangnya buku sejarah pahlawan yang menarik dimata anak Kurangnya pemahaman perjuangan Pahlawan pada anak, yang dapat menumbuhkan semangat nasionalisme Kurangnya tokoh yang menginspirasi bagi anak Perancangan Solusi Perancangan buku cerita bergambar dengan Pop- Up mengenai sejarah pahlawan R.A Kartini Menambahkan rasa pengetahuan sejarah dan nasionalisme pada anak 1.8 Pembabakan - Bab I Pendahuluan
Berisi tentang penjelasan permasalahan, identifikasi masalah, rumusan masalah, ruang lingkup permasalahan, tujuan perancangan buku cerita bergambar dengan pop-up, pengumpulan data, skema perancangan dan pembabakan. - Bab II Dasar Pemikiran, Menjelaskan teori atau dasar pemikiran tentang ilustrasi, buku cerita bergambar, genre dari buku cerita bergambar, buku pop-up, sistem dari buku pop-up, storytelling, warna, tipografi, dan psikologi anak usia 6-8 tahun, dan metodi analisis. - Bab III Data dan Analisis Masalah - Data Menjelaskan berbagai data yang berkaitan dengan obyek perancangan. Seperti lembaga yang bekerjasama, proyek yang sejenis, tentang sejarah pahlawan R.A Kartini, acuan gaya gambar dan acuan sistem pop-up. - Analisis Berisi pengolahan berbagai data yang berkaitan dengan obyek perancangan. Dilakukan dengan analisis yang sesuai dengan tujuan perancangan, untuk menghasilkan strategi perancangan. - Bab IV Konsep dan Hasil Perancangan Menjelaskan konsep komunikasi, konsep kreatif, konsep media, dan konsep visual yang dipergunakan dalam perancangan.hasil Perancanganmulai dari sketsa, storyline, storyboard hingga penerapan visualisasi pada media. - Bab V Penutup Saran dan kesimpulan yang diberikan oleh pembimbing dan penguji untuk perancangan sedang dibuat.