LONTAR AJI SWAMANÐALA

dokumen-dokumen yang mirip
DUDONAN UPAKARA/UPACARA LAN RERAHINAN SUKA DUKA HINDU DHARMA BANJAR CILEDUG DAN SEKITARNYA TAHUN 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aplikasi Kalender Bali Berbasis Mobile Application pada Android Platform

PERANCANGAN APLIKASI KALENDER BALI PADA SMARTPHONE BERBASIS ANDROID

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

DEWATA NAWASANGA: Dewa Siwa sebagai Pusat Jagat Raya

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

Pengembangan Aplikasi Kalender Saka Bali pada Sistem Operasi Machintos

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

Tahun Baru 1435 H 1947 J. Selamat Tahun Baru, 1 Muharram 1435 Hijrah Selamat Tahun Baru, 1 Sura 1947 Jawa

TUMPEK PENGARAH SEBAGAI SALAH SATU SARANA UNTUK MELESTARIKAN TUMBUH-TUMBUHAN Oleh Dra. Ni Luh Yaniasti, M.Hum. 9

TUMPEK KANDANG SEBAGAI SARANA PELESTARIAN TERNAK Oleh Ni Putu Sri Wahyuni, S.P., M.M.A. 9

Desain Penjor, Keindahan Yang Mewarnai Perayaan Galungan & Kuningan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

DUDONAN KARYA PADUDUSAN AGUNG, TAWUR TABUH GENTUH, MAMUNGKAH LAN NGENTEG LINGGIH RING PURA DALEM, PRAJAPATI, SEGA, CATUS PATA, LAN PURA ULUN SUWI

SURAT KETERANGAN. Nomor:...

Aplikasi Sistem Kalender Bali Berbasis Mobile Application Pada Blackberry Platform

Analisis Fenomena Swing Voters Pada Pemilu Reformasi di Kabupaten Rembang. Oleh : Susi Dian Rahayu D2B

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan dambaan setiap orang, yang kehadirannya sangat dinanti-natikan

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

Seri Iman Kristen (4/10)

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

PEMERINTAH KOTA BONTANG DINAS PENDIDIKAN KOTA BONTANG

BAB V ANALISA DATA. A. Upacara Kematian Agama Hindu Di Pura Krematorium Jala Pralaya

Diri manusia merupakan alam Akbar (besar). Sedangkan langit dan bumi merupakan alam Asghar (kecil).

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL DAN KENDALA PENDAMPINGAN KELUARGA

Surat Petrus yang kedua

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

UNTAIAN KISAH KEHIDUPAN (JATAKAMALA) Kisah Ajastya

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

BAB III PENYAJIAN DATA. 1. Sejarah Berdirinya Pura Tirtha Gangga Suraba. dalam Islam disebut dengan musholla. Pada waktu itu dibangunlah Pura yang

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #24 oleh Chris McCann

TATA IBADAH NUANSA PEMUDA TEMA TEOLOGI DAN TEKNOLOGI

Pengetahuan Baik & Jahat. "Bilamana mereka menolak Allah dalam pengetahuan-nya, Hati yang tegar itu digelapkan."

LITURGI PERSIAPAN PERJAMUAN KUDUS JBOT RABU, 04 OKTOBER 2017

Janji YESUS KRISTUS. 2. Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan TUHAN dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

2 Petrus. 1 1 Dari Simon Petrus, hamba dan

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

Alkitab untuk Anak-anak memperkenalkan. Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Surat Paulus yang pertama kepada jemaat Tesalonika

Renungan tentang kehidupan

PARISADA HINDU DHARMA INDONESIA PROVINSI BALI PEDOMAN PELAKSANAAN HARI RAYA NYEPI TAHUN SAKA 1938

Berdasarkan 10 Perintah Allah

Rasulullah saw. memotong tangan pencuri dalam (pencurian) sebanyak seperempat dinar ke atas. (Shahih Muslim No.3189)

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

LITURGI MINGGU GEREJA KRISTEN INDONESIA JATIMURNI MINGGU, 3 SEPTEMBER 2017 Tema: MENYELAMI PEMIKIRAN ALLAH JEMAAT BERHIMPUN

SEMUA ORANG BERDOSA. Sebab tidak ada perbedaan. Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.

Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan FPTK IKIP Singaraja Edisi Januari Tahun 2004 (ISSN )

Pelajaran 12 HIDUP DI SINI DAN SEKARANG. Dasar yang Kokoh - Pilihan kedua. 23 Maret 2013

Kesalehan Ayub (Ayub 1-2) Ev. Bakti Anugrah, M.A.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UPT PERPUSTAKAAN ISI YOGYAKARTA JANMASTAMI. Oleh: Kadek Sumiasih

5. Kisah-kisah dan Sejarah 5.8 Nabi Syu aib AS.

Minggu, 21 Januari 2018 ALLAH MENYESAL. Yunus 3:1-10 PERSIAPAN T A T A I B A D A H M I N G G U G K I K E B A Y O R A N B A R U 0

Dengarkanlah Allah Agar Hidup Selamanya

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

Jenis-jenis hewan yang ditugaskan memberi petanda, antara lain : Burung

Pelajaran untuk Murid STUDENT LESSON HIDUP DI SINI DAN SEKARANG Dasar yang Kokoh Pilihan kedua 21 Maret 2015

1 Tesalonika. 1 1 Dari Paulus, Silas, dan Timotius. 2 1 Saudara-saudara, kamu tahu bahwa

Yehezkiel: Manusia Penglihatan

Revelation 11, Study No. 13 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu Pasal 11, Pembahasan No. 13, oleh Chris

Seri Kitab Wahyu Pasal 14, Pembahasan #32 oleh Chris McCann

Kalender Doa Februari 2017

BAB III PENYAJIAN DATA. A. Pelaksanaan Kenduri Arwah sebagai rangkaian dari ritual kematian dalam

Entahlah, suamiku. Aku juga tidak pernah berbuat jahat dan bahkan selalu rajin beribadah, jawab sang isteri sambil menahan air mata.

Siapakah Yesus Kristus? (4/6)

Keindahan Desain Tamiang, Menghiasi Hari Raya Kuningan di Desa Penarungan

Siapakah Yesus Kristus? (5/6)

Ayub adalah seorang hamba Allah yang luar biasa. Hal itu tercermin pada riwayat hidupnya di pasal 1 dan perkataannya di pasal

Pdt. Gerry CJ Takaria

Hukum Allah. Hormatilah ayahmu dan ibumu. Jangan membunuh. Jangan Berzinah. Jangan Mencuri.

A. JEMAAT BERHIMPUN TATA IBADAH MINGGU, 24 JUNI 2018 (MINGGU BIASA - HIJAU) DALAM BADAI TUHAN BERTINDAK

Revelation 11, Study No. 39 in Indonesian Language. Seri Kitab Wahyu pasal 11, Pembahasan No. 39, oleh Chris McCann

Mempertimbangkan Pendekatan Saudara

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

Menyibak Kegelapan: Kapan Sebuah Hari Dimulai?

Mengenai mayat Musa ini iblis sempat berdebat dengan malaikat Tuhan yang bernama Mikhael (Yudas 1 : 9).

Beberapa pasal terakhir dari kitab Wahyu menggambarkan peristiwa akhir dari Pertentangan Besar:

MAKALAH : MATA KULIAH ACARA AGAMA HINDU JUDUL: ORANG SUCI AGAMA HINDU (PANDHITA DAN PINANDITA) DOSEN PEMBIMBING: DRA. AA OKA PUSPA, M. FIL.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia didalam perjalanannya di dunia mengalami tiga peristiwa

Seperti Musa, Paulus rela kehilangan keselamatannya sendiri untuk menyelamatkan bangsa Israel.

Hari Pertama Kerajaan Kristus Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Kedua Doakan Yang Menyatukan Bagi Gereja-Nya Bagi Dunia Kita Hari Ketiga

BAB III PENANGGALAN SUNDA. Orang Sunda diperkirakan telah mengenal sistem perhitungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor penting dalam pembentukan kebudayaan. Manusia harus menjaga

Para rasul dan orang-orang Kristen yang mula-mula menganggap kedatangan Kristus kedua kali adalah pengharapan yang penuh bahagia (Tit.

!" # $ % ! "# $ %&&' ( ) " $( ***# ) $+++ ( "" & $%, &&' /0 1 '-(-2 3 #45 6. (. (-/ 7 -( $ $%, &&&' % * '!*% % +, " () % %!( 0 (.

Perempuan dan Seekor Penyu dalam Senja

Sekilas tentang LONTAR SIWAGAMA

TATA IBADAH HARI MINGGU I SESUDAH EPIFANIA PERSIAPAN

GEREJA PROTESTAN DI INDONESIA BAGIAN BARAT TATA IBADAH KELUARGA MALAM PERGANTIAN TAHUN

Tata Ibadah Umum I GKI Soka Salatiga Minggu,17 Juni 2018 Pukul WIB USIA INDAH JEMAAT BERHIMPUN

GKI MENGALAMI PEMBARUAN BUDI Roma 12:1-2

APAKAH SAUDARA INGIN BERTUMBUH?

Tata Upacara Pernikahan Sipil

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

Transkripsi:

LONTAR AJI SWAMANÐALA Inilah Sang Hyang Aji Swamandala mengajarkan tentang baik dan buruk, seperti memperbaiki parhyangan, hari baik bila menyelenggarakan karya, seperti makiis, mañcawalikrama pada waktu tilêm cetra, sesudah wuku Galungan, sebelum, Bu, Ka, Paang, jangan mekangsungkan tawur kesanga, sebelum pêgatuakan pang. Bila hal itu dilaksanakan, karya tidak akan berhasil, para dewata akan pergi, dewa menghilang. Bila ada halangan berat, dapat dilaksanakan pada tilêm kedasa pangasangan itu sebagai penyelesaiannya. Jangan yang lain. tetapi itu ada permohonan ampun kepada Sang Hyang Widhi di Besakih, karena masyarakat berhalangan, dan kepada Hyang Bairawi Durga, mohon ampun dengan segenap upakaranya yaitu mempersembahkan bantên tumpêng guru, peras penyeneng, daksina. Upakara itu hanya satu dipersembahkan di Besakih. (Lontar Aji Swamandala Paragraf ke 2) Bila orang mempersembahkan tawur, sebelum pergantian wuku pang, pada waktu Tilêm Kasanga, sesudah wulu Galungan, Dungulan, sebelum Wuku Paang, dunia akan rusak. Demikian penjelasannya. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 3) Inilah alanya (buruknya) hari: wuku tidak mempunyai guru, sasih yang tidak mempunyai tumpek, bulan yang tidak mempunyai sirah, demikian juga tanggal dan panglong. Janganlah sangsi, tidak ditimpa kesusahan, halangan. Hendaknya saudara mengetahui, tahu saudara-saudaranya di Bhuwana Alit dan di Bhuwana Agung, tempat matahari dan bulan dan tempat para Dewata Nawasanga. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 13) Ini adalah dewasa pager bhumi yang patut dipergunakan untuk mengupacarai calon raja untuk menjadi raja, atau hari baik utuk memilih raja (pemimpin) kembali untuk menduduki keratin. Phalanya adalah: panjang umur, berlimpah kemuliaan, rakyat sejahtera dan penuh hormat. Dijauhi penyakit selalu dalam keadaan bahagia. Hari baik itu adalah, hari Rabu, Pahing Landep tanggal ke 13 bertemu dengan Guru, Waya, Tulus. Itulah yang disebut dengan

dewasa pager bhumi. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 39) Dan Rabu Pon tanggal ke 10 adalah hari baik untuk mengupacarai bayi, pahalanya adalah panjang umur, jarang ditimpa penyakit. Hari Rabu Wage tanggal ke 10 adalah hari yang penuh kesejahteraan dan kebahagiaan. Hari baik untuk memuja Hyang Hayu (Tuhan, phalanya para dewa berkenan dan menganugrahkan panjang umur. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 40) Hari Sabtu Wage bertemu guru tanggal ke 3 adalah hari penuh kesejahteraan dan kasih sayang. Hari baik untuk memuja Bhaþàra Sri Sedana, sewata kekayaan. Hari Sabtu Wage tanggak ke 1 adalah hari baik untuk mengambil istri. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 41) Hari jumat Umanis tanggal ke 5 adalah hari penuh kebajikan. Hari baik untuk memuja Hyang Hayu (Tuhan), pahalanya pada dewata melimpahkan anugrah dengan penuh kebahagiaan. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 42) Hari Rabu Killeen tanggal ke 1 disebut Mreta adalah hari baik untuk menyelenggarakan upacara di Sanggah. Hari Kamis Wage tanggal ke 7 disebut hari Dana Teke (harta datang) adalah hari baik untuk mengupacarai rumah (agar memperoleh) kesejahteraan. hari Abu Pahing tanggal ke 3 adalah hari baik embangun rumah, phalanya dijauhi segala penyakit. Hari Sabtu Pahing tanggal ke 3 disebut Pagerwesi adalah hari baik membangun tembok. (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 43) Inilah caru alaning dewasa (caru untuk menolak pengaruh buruknya hari), wuku tanpa guru, nyalawadi, wulan tan pasirah, Erangan,, Kala, dangu, Pasah. Semua hari yang tidak baik ada upacara untuk menjadikannya hari baik. Pahalanya (orang yang melaksanakan yajña) maupun orang yang memberi dewasa tidak akan mendapatkan rintangan dari sanak saudaranya yang ada di dalam dirinya sendiri maupuns anak saudaranya yang berada di makrokosmos (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 44) Uku Prangbakat, Landep, Wayang, Medangkungan dan

Kuningan dapat dipakai (untuk melaksanakan upacara yajña), tetapi upacara caru-nya besar. Uku Sinta, Sungsang, Dungulan, Tambir, Bala, Watugunung, Gumbreg dan Pahang adalah hari baik untuk melaksanakan upacara yajña, demikian disebutkan di dalam ajaran (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 47) Menurut Sang Hyang Swamandala, yaitu ajaran yang patut dipegang oleh Sang sadaka apabila hendaknya menganugrahkan dewasa kepada masyarakat tentang hari yang disebut baik atau buruk dan keburukan dari wuku yang disebut wala-wadi yaitu: Sinta, Landep, Gumbreg, Medangkungan, Sungsang, Dungulan, Pahang, Tambir, Perangbakat, Bala, Wayang, Watugunung. Kesemua wuku tersebut di atas adalah wuku yang tidak baik untuk membangun atau melaksanakan upacara memuja Hyang, menyucikan diri, membuat rumah, melaksanakan upacara atiwa-tuwa (ngaben), narpana pitra, perkawinan, mengupacarai bayi, upacara agunting (memotong rambut). Akibat mendapat rintangan, umur pendek. Tidak mendapat kebahagiaan, selalu menderita penyakit. Jika (pada waktu tersebut di atas) membangun rumah, (rumah itu) akan ditempati oleh Bhuta Dengen (pemiliknya) akan sakit-sakitan lalu mati (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 48) Jika memuja Bhatara akan mendapatkan duka bertubi-tubi. Menyebabkan penyakit lepra. Sesajen yang dipersembahkan dicampur kotoran oleh Bhuta Kingkara. Oleh karena sehari-hari tersebut kumpulan hari tidak suci. Jika (pada hari-hari tersebut) membangun tempat suci, akan ditempati oelh kala. Akibatnya selalu mendapatkan bahaya. Jika melaksanakan upacara padudusan, tirta amreta jadi racun. Menjadi penyakit yang menyebabkan mati. Uku yang dapat disucikan adalah; uku Landep, Perangbakat, Wayang, dan Kuningan, keburukan Uku tersebut sama dengan keburukan Uku tan Paguru (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 49) Ini adalah keburukan dari Dewasa. Orang tidak boleh melakukan pekerjaan untuk kebaikan, memuja para Dewa, membangun rumah. Hari yang tidak baik dimaksud adalah wuku tan

Paguru, Sasih tan Patumpek, Wulan tan Pasirah, Erangan, Kala, Dangu, PAsah juga adalah Prawani wulan. Jika pada wuku tan atiwatiwa, pitra tarpana, perkawinan, mengupacarai bayi dan upacara agunting, maka akibatnya mendapatkan halangan besar, pendek umur, menderita, selalu menderita penyakit. Jika membangun rumah, rumah itu akan ditempati oleh Bhuta Dengen (yang punya rumah) mati mendadak (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 50) Ini yang disebut alaning dewasa: wuku tan paguru, sasih tan patumpek, wulan tan pasirah, Erangan, Kala, dangu dan Pasah. Semua hari buruk itu, ada upacara untuk menjadikannya hari baik, sehingga menyebabkan yang punya kerja tidak mendapatkan rintangan. Demikian juga yang menganugrahkan dewasa, (yang menganugrahkan Dewasa) sepatutnya mengetahui kedudukan saudaranya di dalam diri pun di alam makro (juga sifatnya mengetahui) kedudukan matahari dan bulan, serta kedudukan Dewata Nawasanga yang mengganggu orang yang membuat upakara. Ini disuguhkan, upakaranya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 56) Ini adalah hukuman Sang Hyang Swamaóðala dan Sang Hyang Hayu: jika ada orang yang melaksanakan upacara kematian mengubur, menghanyutkan mayat di sungai atau membakar mayat dan yang sejenisnya. Janganlah melaksanakan pada hari Kamis, Wage, Uku Sungsang. Sebab hari itu adalah hari turunnya Ida Bhaþàra Amangkurat diiringi olh semua Dewata Nawasanga, para Resi, Gendarwaraja untuk menyaksikan upacara pemujaan yang dilaksanakan oleh umat manusia di dunia. Tidak dibenarkan menghaturkan upacara Byakala pada hari Sugian, Kamis Wage dan Jumat Kliwon. (jika itu dilanggar) ia akan menganugrahkan umur pendek. Dan warga desa akan mati setiap lima hari sekali. Maka akibatnya manusia selalu cuntaka, kotor. Ia yang melaksanakan upacara ngaben, leluhurnya akan dimasukkan ke dalam Lumpur blagadabah, demikian akibat buruknya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 62) Jika ada pada hari baik ada pujawali Ida Bhatara di

Prahyangan, warga dewa tidak boleh melaksanakan upacara kematian. Pahala buruknya adalah ia yang memberi petunjuk maupun yang melaksanakan upacara itu akan mendapatkan kutuk besar. Desa akan selalu mendapatkan celaka. Pada hari Rabu Kliwon Dungulan dan Selasa Umanis Kuningan juga tidak dibenarkan mengubur mayat dan melakukan upacara ngaben. Pada hari itu para dewa turun dari sorga bestana di kahyangan di dunia. Jika (ketentuan itu) dilanggar, pastilah mendapat kutuk, rohnya menjelma menjadi binatang neraka, cacing, lintah atau ular. Demikianlah prihalnya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 63) Inilah ucap-ucap Sang Hyang Aji Swamandala, ialah ajaran Bhaþàra Sùrya Candra yang diwarisi oleh para Pendeta dari sejak dahulu kala. Yaitu tatacara orang untuk mendapat hari baik, dewasa ayu, untuk melaksanakan upacara kecil, menengah ataupun besar. Baik upacara menyucikan diri, aguntinga dan upacara mengangkat anak untuk melanjutkan keturunan. Inilah hari baik yang mesti didapat yaitu hari: Rebo Umanis Perangbakat Sasih ke 3, 4, 5, tanggal ke 10 adalah hari yang sangat baik, disebut hari Mretabumi. Akibatnya mendapatkan panjang umur anak yang diangkat jarang tertimpa penyakit. Dan orang yang merawat dirinya dengan baik, jaya, bahagian yang didapatnya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 84) Sabtu Umanis Tolu Sasih ke 5 tanggal ke 13 disebut hari Mretaresi adalah hari baik untuk membangun tempat suci, sanggar. Pahalanya dikasih para dewa. Para Bhùta menunduk horma, berlimpah kemakmuran (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 85) Kemis Wage Sasih Karo tanggal ke 5 adalah hari baik untuk melaksanakan upacara Agunting. Pahalanya jarang tertimpa penyakit (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 86) Rebo Wage Sasih ke 5 disebut hari wrediguna adalah hari baik untuk mengupacarai sanggar. Pahalanya mendapat manfaat (wibawa?) (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 87) Rebo Paing, nuju Guru, Sasih ke 10, tanggal ke 1 disebut hari Wibuh Mretadewa, adalah hari baik untuk menyucikan diri dan

bayi. Tetapi tidak boleh dilaksanakan pada hari Kresnapaksa. Laksanakanlah pada hari suklapaksa. Pahalanya berlimpa kebahagiaan dan kemakmuran(lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 88) Ini adalah tatacara orang menanyakan hari baik kepada sang pendeta mulya. Orang hendaknya menanyakan hari baik untuk melaksanakan upacara yajña sebaiknya sang bertanya menghaturkan, daksina, diantaranya; sreh ampinan, buah bancangan, canang atanding, uang 250, dihaturkan kepada Hyang Saraswati, karena beliau perwujudan dan Bhaþàra Trisakti, beliau yang menjaga Khayangan Sang Hyang Saraswati, kalau tidak demikian, nantinya akan menemukan mreta wiûya (makanan menjadi racun) yajña yang dilakukan ditinggalkan oleh Bhagawan Garga (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 89) Dan janganlah anda bertanya, sastra kebaikan/kebajikan pada sang pendeta, pada waktu Purwani, pahalanya tidak baik, akan disusupi oleh Sang Kala-kali pada akhirnya, prilaku orang yang beryajña, setiap pekerjaan janganlah dilakukan pada Wuku tan Paguru, Sasih tan Patumpek, wulan tan Pasirah, erangan, Kala, Dangu, hati tidak baik untuk menyucikan diri dan mengangkat anak untuk dijadikan anak, pahalanya akan pendek umur (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 90) Ini adalah Aji Swamandala. Swamandala adalah tempat berwujud matahari dan bintang. Beliau yang menentukan hari-ahri semuanya. Baik buruknya hari, didalam kitab Wariga yang dianugrahkan oleh sang penddeta di dunia. Beliaulah yang menjaga (menentukan) hidup matinya seseorang di dunia. Beliau berwujud kata-kata, tenaga dan pikiran, bàyu- úabda idêp (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 91) Ini adalah hari atau dewasa tidak boleh dipakai untuk orang mati perinciannya: wuku walang hati namanya, sinta, gumbreg, warigadian,kuningan, Pahang, Medangkungan, Prangbakat, Bala, Wayang,Klawu, Watugunung, kalau dilanggar kena kutukan oleh Bhaþàra (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 98)

Ini hari yang tidak boleh dipergunakan untuk mengupacarai orang mati, tidak boleh dilalui diantaranya: pada hari Minggu, Landep, pada hari senin, ukir hari selasa, kemis, jumat, kulantir, merakih hari Rebi, Julungwangi, Lngkir, Pahang, Medangkungan, Menail, Watugunung, Senin, Rabu, Jumat, sungsang, Kuningan, Klurut, Selasa, Kemis, Medangsia, Puju, Matal, Uye, Klawu, Dukut, sabtu, tolu amat buruk, tidak dapat dijalani walaupun melaksanakan kebaikan. Kalau hal ini dilanggar akibatnya mati disambar ayam, seapi, burung, krebayak, disambar petir, dimakan ikan besar (jagul), harimau, dipatuk ulat, mati disawah, mati jauh, mati melahirkan, mati masuk kedalam air, mati masuk kedalam api, menderita penyakit yang tidak disebut-sebut, salah lihat, salah berkata-kata, wabah penyakit meraja lela, menemui keburukan, dikutuk oleh Bhatàra Guru. Demikian tersebut dalam kitab sastra (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 99) Ini hari baik (dewasa) mengupacarai mayat, abik, sorga, terbuka perinciannya: landep, julungwangi, klurut, perangbakat, pada hari minggu. Pananggal ke 1, ke 6, ke,(lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 100) Kamis Umanis Sinta, panglong ping 4, baik, Bhatàra Siwa menerima atmanya, senang, kaya/sejahtera, digger oleh kebaikan namanya, Jumat Umanis, Merakih panglong ping 8, baik, Bhaþàra Guru menerima atma, bekal menikmati kerahayuan namanya. Jumat Pahing Matala pananggal ping 11, baik, senang, berhasil Bhaþàra Úiwa, Paramaúiwa menerima atmanya. Kemis Pon Uye, panglong ping 9, Bhaþàra Sinuhun menerima atma, baik, pikiran senang namanya. Senin Pon Ugu, pananggal ping 3 Bhaþàra Siwa menerima atmanya, senang, sejahtera rahayu (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 102) Senin Wage Dukut pananggal ping 11 Bhaþàra Úiwa jagat yang menerima atama, senang, kesucian, kalau lahir kembali senang mempelajari sastra, baik. Senin Pahing, Jumat Pahing namanya Purwaning dina (awalnya hari, apabila pada pananggal ping 1, ping 4, ping 6, ping 8, itu namanya pañca purwani) (Lontar

Aji Swamandala, Paragraf ke103) Ini namanya Kala Têmah tidak boleh dilanggar pada saat melakukan kegiatan, sangat buruk, mengakibatkan kematian namanya. Sinta, Landep, Wariga, warigadian, pada hari senin tidak baikl; Ukir, Selasa, Kemis, Jumat, Sabtu, sama tidak baik; Kulantir, Dungulan pada hari Rabo, tidak baik, Tolu pada hari Senin, Kemis, Jumat adalah tidak baik. Julungwangi, Langkir, Pahang, Medangkungan, Menail, watugunung, pada hari senin, Jumat adalah buruk. Medangsia; Pujut Klawu, Dukut pada hari Minggu, sabtu itu semuanya buruk. Agar selalu diingat oleh yang mengetahui semua hari baik/buruk (dewasa) (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 104) Kalau Sasih Jyesta, penanggal ping 7, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Sada, panglong ping 7, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Kasa, panglong ping 5, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Karo, penanggal ping 8, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau sasih Katiga, penanggal ping 8, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Kapat, penanggal ping 9, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau sasih Kalima, penanggal ping 13, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Keenem, pananggal ping 8, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Kapitu, penanggal ping 5, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Kaulu, penanggal ping 4, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Kasanga, penanggal ping 7, Wintang Mangan Bumi namanya; Kalau Sasih Kadasa, penanggal ping 10, Wintang Mangan Bumi namanya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 106) Ini penjelasan tentang Kala Dangu, tidak boleh dilanggar, tempat atau rumahnya kala-kala, kalau dilawan/dilanggar buruk, mati akibatnya, demikian peredarannya Kala Dangu, apabila mamakuh (mendirikan) rumah dan mulai memasuki karang (angaub karang); dan perkawinan (kawin) semua pekerjaan buruk, apabila dilanggar berakibat sakit, bahaya, gila, mengamuk namanya. Demikian khirnya akibatnya, tidak dapat ditawar (ditebus) karena amat samarnya kala itu, karena banyak jenis atau bermacammacam jenisnya, sang Kala Dangu namanya (Lontar Aji

Swamandala, Paragraf ke 107) Tempatnya Kala itu, mengikuti turunnya, sesuai dengan semua wuku, lima warna tempat pertemuannya, sesuai dengan semua wuku, uraiannya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 108) Sinta di Utara tempatnya, sang Kala Dangastra Mangap, sang Kala Mrak, empat buah namanya, diawali dengan ala jatuh, jatuh tanpa sebab, bengkak (beteg bangsel), pingsan dan akhirnya mati (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 109) Landep di Barat Laut, tempatnya pada tanah/pertiwi, sang Kala Sada Guna-guna, empat banyaknya, Sang Kala Timpang dua banyaknya. Dan lagi akhirnya sakit akibat jatuh, picang, patah, pejen, lumpuh namanya, akhirnya menemui kematian (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 109) Ukir di Tenggara tempatnya Sang Kala Petang bàyu namanya, tiga jumlahnya, Kala Spaksa Pataka, empat jumlahnya, dan cirinya: pusing, bengong, panas dingin, gelisah, sakit pada emua persendian, ngereres (mati pelan-pelan akibat sakit), sesak nafas, batuk, yang menyebabkan kematian (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 110) Kulantir, pada pertiwi/tanah tempatnya, sang Kala Bhùta Mngasa, tiga banyaknya, dan Sang Kala Sor menjadi empat, serta pada wuku itu tidak boleh melaksanakan upacara mendirikan bangunan dan mencari rumah, mencari desa. Adapun mulainya segala bentuk kerja di pertiwi, dapat berakibat fatal, bahkan menemui ajal (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 111) Tolu, tempatnya di Barat Laut, penguasa, Sang Bhùtakala Raksasa yang jumlahnya enam, akibat yang ditinggalkannya sakit gila, suka mengamuk. Gumbreg, tempatnya di tenggara; penguasanya; sang Kala Tapaksa, empat banyaknya, sang Kala Raksasa, jumlahnya empat menjadi delapan, akibat yang ditinggalkannya sakit gila, berkata-kata karuan bahkan dapat menemui ajal. Wariga; bertempat di sembilan penjuru, perwujudan Sang Kala Turunan yang jumlahnya lima, Sang Kala Pati jumlahnya empat, dengan akibat yang ditinggalkannya mati karena jatuh,

hingga patah dan remuk, dilarang memanjat ditinggalkannya mati karena jatuh, hingga patah dan remuk dilarang memanjat pohon. Warigadian, tempatnya di Utara; penguasanya, sang Kala Yaciri, Kala Gandara yang jumlahnya enam, kabyoncah, jumlahnya tiga; dengan laki dan perempuan suka berbuat ulah (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 113) Julungwangi; tempatnya di Barat Daya; penguasanya Sang Kala Nalapati yang jumlahnya enam, akibat yang ditinggalkannya sengsara akibat penyakit, lesu dan mati baranak. Sungsang, tempatnya di timur, berstana Sang Kala berjumlah delapan; Kala bàyubajra berjumlah dua, Kala Wang sanggana berjumlah enam, dengan akibat yang ditinggalkannya, sakit berkepanjangan, batu berat, hingga manamui ajal (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 114) Dungulan; tempatnya di Timur Sang Kala Desa marep berjumlah dua, sang Kala Kalimbur jumlahnya dua, berpenyakit kulit, sakit kelamin, hingga manamui ajal. Kuningan, tempatnya di Barat, sang Kala Kuning jumlahnya dua, sang Kala Wasatasti yang jumlahnya tiga, menjelmanya berbagai penyakit, sakit beri-beri, sakit paru-paru, hingga manamui ajal. Langkir, tempatnya di Tenggara, berstana Sang Kala Paksa, dan sang Kala Alpayusa dengan jumlahnya empat, dan Sang Kala Kungpati yang berjumlah dua, selalu dirundung rasa prihatin, sakit berkepanjangan (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 115) Medangsya, tempatnya di Alam pertiwi, berjumlah tujuh, Sang Kala Mangsayoda jumlahnya empat, dan sang Kala Gutilana jumlahnya dua, Sang Kala Sor, dan lagi pula pada wuku ini pantangan untuk memakuh, pantangan untuk mulai menempati rumah, mulai menempati pekarangan baru, dan segala kegiatan yang berkaitan dengan alam pertiwi semuanya tidak diperbolehkan. Jika dilanggar segala penyakit bermunculan dengan tiba-tiba, dimangsa oelh roh-roh jahat hingga menemui ajal. Pujut bertempat di barat Laut, sang Buta Kala Raksasa Sangga, dengan penyakit gila tak henti-hentinya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 116)

Pahng tempatnya di segala penjuru, sang Kala Dangu dengan seluruh pengikutnya; dan lagi pula wuku ini, tidak diperbolehkan untuk memulai menempati rumah atau pekarangan, jika itu dilanggar akan berakibat tidak baik berpenyakitan kusta, gatalgatal, dan sakit berkepanjangan. Krulut, tempatnya di selatan, stananya Sang Kala Kingkingan yang berjumlah empat, sang Kala Sura Punggung jumlahnya tiga, dengan akibat yang ditinggalkannya, sengsara karena disisihkan, anal-anak hidupnya sengsara. Merakih, berstana Sang Kala Sundel jumlahnya lima, sang Kala Ulanyar jumlahnya dua, laki dan perempuan suka berkhianat. Tambir tempatnya di Barat, sang Kala Durga dengan jumlahnya empat sang Katangguran jumlahnya dua, sengsara akibat disakiti oleh guna-guna ilmu hitam. Medangkungan tempatnya di timur, Sang Kala Durga Wisaya berjumlah empat Sang Kala Kipkip berjumlah dua, suami istri sering berdusta. Matal; tempatnya di timur Laut, Sang Kala Marep berjumlah dua, Sang Kala Sirep jumlahnya enam, dengan akibat yang ditinggalkannya, sering kecurian senang berbuat dusta (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 117) Uye tempatnya di arah Barat, sang Kala Wiûya dengan jumlah empat, Sang Kala dekesan jumlahnya tiga dengan akibat yang ditinggalkan sering disakiti oleh orang-orang dusta. Menial; tempatnya di tenggara, penguasanya, sang Kala Wipasa dengan jumlah empat, sang Kala Anel dengan jumlah tiga, sering bertengkar, angkuh, suka menantang (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 119) Prangbakat, tempatnya di pertiwi, penguasanya Sang Kala Dangu dan sang Kala Sor serta pengikutnya yang berjumlah tiga, sang Kala Suliwalikatan dengan akibat yang ditinggalkannya, sakit pada perut, sakit pada telinga. Bala, tempatnya di Barat Laut, berstana Sang Kala Medangsah dengan jumlah empat, dengan akibat yang ditinggalkannya, gatal-gatal, dan sakit kulit lainnya di malam hari. Ugu, tempatnya di selatan, berstana Sang Kala Naga

jumlahnya enam, dengan akibat yang ditinggalkannya, sakit mendadak, disantap kala, pendarahan tanpa sebab hingga menemui ajal (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 20) Wayang, tempatnya di angkasa, berstana Sang Kala Mangap yang jumlahnya tiga, Sang Kala Rungsung jumlahnya empat, dengan perwujudannya, jatuh, patah tulang hingga hancur, hingga menemui ajal, dan lagi pula pad wuku wayang tidak boleh memanjat pohon (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 121) Klawu, tempatnya di utara, pengusanya, sang Kala Nagamaksa yang jumlahnya empat, dengans akit mendadak, suka ngamuk, muntah-muntah, pendarahan hingga menemui ajal. Dukut, bertempat di Barat; penguasa Sang Kala Gaóapati dengan jumlah empat, sang Kala Tungguwan tiga jumlahnya, sakit kepala, pusingpusing, sering merana, selalu mendapat musibah hingga menemui ajal (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 122) Watugunung, tempatnya di seluruh Pertiwi (alam tanah), penguasanya Sang Kala Undur-Undur yang jumlahnya sembilan, Sang Kala Rancananen di angkasa tempatnya, Sang Kala Tengah ditengah-tengah tempatnya (Lontar Aji Swamandala, Paragraf ke 123) Kajian Wariga Dalam Lontar Aji Swamandala Lontar Aji Swamandala, banyak hal yang diuraikan terkait dengan wariga. berkaitan dengan ala-ayuning dewasa yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan upacara yadnya. Sudah sangat jelas diuraikan tentang padewasan yang nantinya dapat dijadikan pedoman dalam menjalanan suatu upacara. Dalam Lontar Aji Swamandala menguraikan tentang dewasa dewa yadnya, mengubur mayat dan yang lainya yang berkaitan dengan orang meninggal. Serta ala ayuning dewasa dalam sasih, pananggal, panglong panca wara, sapta wara dan uraian tengtang wuku mulai dari sinta hingga watu gungung.