AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KONSEP DASAR. dapat dilewati (Sabiston, 1997: 228). Sedangkan pengertian hernia

LAPORAN PENDAHULUAN HNP

BAB I PENDAHULUAN. melalui struktur yang secara normal berisi (Ester, 2001).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah modal utama bagi manusia, kesehatan

diafragma lembut melalui dinding abdomen yang lemah disekitar 4) Omfalokel : Protrusi visera intra abdominal kedasa korda umbilical

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu defek pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, secara

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

LAPORAN PENDAHULUAN (KONTRAKTUR)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

LAPORAN PENDAHULUAN (Hernia Irreponibilis) Oleh:M. Syaiful Islam, S. Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

Instabilitas Spinal dan Spondilolisthesis

BAB I PENDAHULUAN. dinding abdomen dan uterus (Fraser, 2009). Sedangkan menurut Wiknjosastro

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

: Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar

BAB II TINJAUAN TEORI KONSEP DASAR MEDIS

- Nyeri dapat menyebabkan shock. (nyeri) berhubungan. - Kaji keadaan nyeri yang meliputi : - Untuk mengistirahatkan sendi yang fragmen tulang

REHABILITASI PADA NYERI PUNGGUNG BAWAH. Oleh: dr. Hamidah Fadhil SpKFR RSU Kab. Tangerang

APPENDISITIS. Appendisitis tersumbat atau terlipat oleh: a. Fekalis/ massa keras dari feses b. Tumor, hiperplasia folikel limfoid c.

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi

BAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Latihan Aktif Dan Pasif / Range Of Motion (ROM) Pada Pasien. Stroke Non Hemoragik

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA LOW BACK PAIN SPONDYLOSIS LUMBALIS 4-5 DENGAN MWD ULTRA SOUND DAN WILLIAM FLEXION EXERCISE DI RSUD SRAGEN

ASKEP HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

APPENDICITIS (ICD X : K35.0)

MODUL KEPANITERAAN KLINIK BEDAH

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR VERTEBRA (LUMBAL)

BAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. merupakan bagian pinggang atau yang ada di dekat pinggang.

BAB I PENDAHULUAN. dengan penutupan dan penjahitan luka (Syamsuhidajat, 2011). dibagian perut mana saja (Dorland, 1994 dalam Surono, 2009).

BAB II TINJAUAN TEORI. penyebab abdomen akut yang paling sering (Mansjoer, 1999).

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TRAUMA PADA KORNEA DI RUANG MATA RSUD Dr. SOETOMO SURABAYA. Trauma Mata Pada Kornea

PANDUAN PRAKTIK KLINIS (PPK) TATA LAKSANA KASUS

BAB I PENDAHULUAN. Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mengunakan cara

BAB I PENDAHULUAN. dan kemajuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seumur hidup sebanyak 60% (Demoulin 2012). Menurut World Health

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

Manifestasi Klinis a. b. c. d. Asuhan Keperawatan Pengkajian

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

LAPORAN PENDAHULUAN Soft Tissue Tumor

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

BAB I PENDAHULUAN. Apendisitis paling sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda. Insidens

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : POST OP HERNIA INGUINALIS DI BANGSAL ANGGREK RSUD WONOGIRI

Tinjauan Pustaka. Tanda dan Gejala

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. pegal yang terjadi di daerah pinggang bawah. Nyeri pinggang bawah bukanlah

BAB V PENUTUP. Setelah menguraikan asuhan keperawatan pada Ny. W dengan post

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIPERPITUITARISME

BAB I PENDAHULUAN. tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Mobilisasi

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

Obat Alami Diabetes Dapat Mencegah Amputasi Pada Diabetesi

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam era globalisasi sekarang ini aktivitas penduduk semakin meningkat, dalam

BAB I PENDAHULUAN. 2006). Infeksi bakteri sebagai salah satu pencetus apendisitis dan berbagai hal

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PASKA OPERASI HERNIA NUCLEUS PULPOSUS DI VERTEBRA L5-S1 DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

PENGARUH PEMBERIAN KOMPRES AIR HANGAT TERHADAP INTENSITAS NYERI PUNGGUNG IBU HAMIL TRIMESTER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

Keluhan-keluhan Selama Kehamilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di setiap negara. Di dunia, sedikitnya 50% dari semua petugas. mencapai 80% dari semua tenaga kesehatan.

SKRIPSI HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN TIMBULNYA NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PENGEMUDI MOBIL

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST OPERASI FRAKTUR KOMPRESI VERTEBRA THORAKAL XII LUMBAL 1 dengan FRANKLE A

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CERVICAL ROOT SYNDROME DENGAN MODALITAS IR, & TERAPI LATIHAN DI RSAL Dr. RAMELAN SURABAYA

CARA YANG TEPAT DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas ini berkepanjangan akan mengakibatkan luka. regangan dan gesekan (Potter dan Perry, 2005; Hidayat, 2006).

TUGAS NEONATUS. Pengampu : Henik Istikhomah, S.SiT, M.Keb POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA JURUSAN KEBIDANAN TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah persalinan sectio caesarea. Persalinan sectio caesarea adalah melahirkan janin

CATATAN PERKEMBANGAN. vital. posisi semi fowler. tenang.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manakala seseorang menderita sakit maka seseorang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hemoroid adalah bagian vena yang berdilatasi dalam kanal anal.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN : PRE DAN POST HERNIORAPHY LATERALIS (DEKSTRA) DI RUANG FLAMBOYAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDANARANG BOYOLALI

KONSEP TEORI. 1. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. progresif. Perubahan serviks ini memungkinkan keluarnya janin dan produk

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.K DENGAN POST OPERASI HERNIOTOMI DI RUANG ANGGREK RS PANDAN ARANG BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. oksigen (O2). Yang termasuk relaksan otot adalah oksida nitrat dan siklopropane.

LAPORAN PENDAHULUAN. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE, INTRA, POST OPERASI HAEMOROIDEKTOMI DI RUANG DIVISI BEDAH SENTRAL RS. Dr.

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA PASIEN PASKA STROKE NON HEMORAGIK DEKSTRA STADIUM AKUT

BAB I PENDAHULUAN. langsung, kelelahan otot, atau karena kondisi-kondisi tertentu seperti

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RSUD SUKOHARJO

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN POST OPERASI HERNIA INGUINALIS LATERALIS DI RUANG KANTHIL RSUD KARANGANYAR

Bab IX. Perempuan dengan Keterbatasan Fisik. Kepercayaan diri. Pemeliharaan kesehatan. Seksualitas dan kesehatan seksual.

A. DEFINISI Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusakatau hilang. Ketika luka tim

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO

FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA AKADEMI KEPERAWATAN PANTI WALUYA MALANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

AHMAD SAHRANI ISSA INA JARINI MUHAMMAD WILDANI SRIWATI

Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal suatu defek pada fasia dan muskukaponeurotik dinding perut, baik secara kongenital atau di dapat, yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. (Arief Mansjor dkk, 2000) Hernia adalah masuknya lapisan perut (kadang-kadang disertai dengan isi perut, seperti usus) ke dalam kantong kemaluan atau lipat paha. Hal tersebut karena ada gangguan dalam pembentukan alat genetalia eksterna. Hernia pada umumnya berbentuk lonjong, tidak terbatas tegas, kenyal-kenyal dan karena isinya lebih padat, maka tidak tembus bila disorot sinar. Pada umumnya, hernia merupakan benjolan yang hilang timbul. Bagian hernia terdiri dari cincin, kantong dan isi hernia itu sendiri. Isi hernia x usus, ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum). Bila ada bagianlemah dari lapisan otot dinding perut, maka usus det keluar ke tempat yang tidak seharusnya yakni bisa diafragma, lipatan paha, atau di pusar. Umumnya hernia tidak menyebabkan nyeri namun akan terasa bila hernia terjadi pada cincin hernia.

Hernia dapat terjadi karena ada sebagian dinding rongga lemah. Lemahnya dinding ini mungkin merupakan cacat bawaan atau keadaan yang didapat sesudah lahir, contoh hernia bawaan adalah hermia omphalokel yang terjadi karena waktu bayi lahir tali pusatnya tidak segera berobliterasi (menutup) dan masih terbuka. Demikian pula hernia diafragmatika. Hernia dapat diawasi pada anggota keluarga misalnya bila ayah menderita hernia bawaan, sering terjadi pula pada anaknya. Pada manusia umur lanjut jaringan penyangga makin melemah, manusia umur lanjut lebih cenderung menderita hernia inguinal direkta. Pekerjaan angkat berat yang dilakukan dalam jangka lama juga dapat melemahkan dinding perut (Oswari. 2000 : 217).

Disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membrane pleuroperitonei, septum transversum dan pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu dapat berupa kegagalan pembentukan seperti diafragma, gangguan fusi ketiga unsure dan gangguan pembentukan seperti pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia, sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan menimbulkan eventerasi. Para ahli belum seluruhnya mengetahui faktor yang berperan dari penyebab hernia diafragmatika, antara faktor lingkungan dan gen yang diturunkan orang tua.

1. Menangis terus 2. Muntah 3. Distensi abdomen 4. Feces berdarah 5. Nyeri bila sudah ditemukan komplikasi 6. Benjolan yang hilang timbul di paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan dan menghilang setelah berbaring 7. Gelisah, kadang-kadang perut kembung 8. Konstipasi 9. Tidak ada flatus

Jepitan hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi odem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam kantong hernia. Timbulnya odem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Jika isi hernia terdiri dari usus, maka dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga perut (Schwarts, 2001).

1. Foto ronsen spiral : memperlihatkan adanya perubahan degeneratif pada tulang belakang / ruang mengesampingkan kecurigaan patologis lain. 2. Elekromiografi : dapat melokalisasi lesi pada tingkat akar saraf spiral utama yang terkena 3. Venogram epidural : dapat dilakukanm pada kasus dimana keakuratan dan miogram terbatas 4. Pungsi lumbal : mengesampingkan kondisi yang berhubungan, infeksi, adanya darah. 5. Tanda seqiu (test dengan mengangkat kaki lurus keatas) : mendukung diagnosa awal dari herniasi diskusi invertebralis ketika muncul nyeri pada kaki posterior. 6. Skan CT : dapat menunjukkan kanal spinal mengecil, adanya protrusi diskus invertebralis. 7. MRI : pemeriksaan monivosit yang dapat menunjukkan adanya perubahan tulang dan jaringan lunak dan dapat memperkuat bukti adanya herniasi diskus. 8. Micologram : mungkin normal atau memperlihatkan penyempitan dari ruang diskus, menentukan lokasi dan ukuran herniasi secara spesifik.

1. Pembedahan Tujuan : Mengurangi tekanan pada radiks saraf untuk mengurangi nyeri dan mengubah defisit neurologik. Macam : a. Disektomi : Mengangkat fragmen herniasi atau yang keluar dari diskus intervertebral b. Laminotomi : Pembagian lamina vertebra. c. Disektomi dengan peleburan. 2. Meredakan Nyeri Kompres lembab panas, analgesik, sedatif, relaksan otot, obat anti inflamasi dan jika perlu kortikosteroid.

A. pengkajian Identitas Klien Keluhan utama Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan dahuli Riwayat kesehatan keluarga Pola-pola fungsi kesehatan

1. Nyeri berhubungan dengan Kompresi saraf, spasme otot 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus 3. Ansietas berhubungan dengan tidak efektifnya koping individual 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis dan tindakan pengobatan.

1. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, spasme otot Intervensi a. Kaji keluhan nyeri, lokasi, lamanya serangan, faktor pencetus / yang memperberat. Tetapkan skala 0 10 b. Pertahankan tirah baring, posisi semi fowler dengan tulang spinal, pinggang dan lutut dalam keadaan fleksi, posisi telentang c. Gunakan logroll (papan) selama melakukan perubahan posisi d. Bantu pemasangan brace / korset e. Batasi aktifitas selama fase akut sesuai dengan kebutuhan f. Ajarkan teknik relaksasi g. Kolaborasi : analgetik, traksi, fisioterapi

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan degan nyeri, spasme otot, terapi restriktif dan kerusakan neuromuskulus intervensi a. Berikan / bantu pasien untuk melakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif b. Bantu pasien dalam melakukan aktivitas ambulasi progresif c. Berikan perawatan kulit dengan baik, masase titik yang tertekan setelah rehap perubahan posisi. Periksa keadaan kulit dibawah brace dengan periode waktu tertentu. d. Catat respon emosi / perilaku pada immobilisasi e. Demonstrasikan penggunaan alat penolong seperti tongkat. f. Kolaborasi : analgetik

3. Ansietas berhubungan degan tidak efektifnya koping individual Intervensi a. Kaji tingkat ansietas pasien b. Berikan informasi yang akurat c. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalah seperti kemungkinan paralisis, pengaruh terhadap fungsi seksual, perubahan peran dan tanggung jawab. d. Kaji adanya masalah sekunder yang mungkin merintangi keinginan untuk sembuh dan mungkin menghalangi proses penyembuhannya. e. Libatkan keluarga

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai kondisi, prognosis Intervensi a. Jelaskan kembali proses penyakit dan prognosis dan pembatasan kegiatan kepada keluarga b. Berikan informasi kepada keluarga mengenai mekanika tubuh sendiri untuk berdiri, mengangkat dan menggunakan sepatu penyokong c. Diskusikan kepada keluarga mengenai pengobatan dan efek sampingnya. d. Anjurkan kepada keluarga untuk menggunakan papan / matras yang kuat, bantal kecil yang agak datar dibawah leher, tidur miring dengan lutut difleksikan, hindari posisi telungkup. e. Hindari pemakaian pemanas dalam waktu yang lama f. Berikan informasi kepada keluarga mengenai tanda-tanda yang perlu diperhatikan seperti nyeri tusuk, kehilangan sensasi / kemampuan untuk berjalan.

1. Nyeri berkurang atau hilang 2. Klien mampu melakuka aktivitas secara mandiri 3. Ansietas yang dialami klien berkurang 4. Keluarga / klien mengetahui tentang penyakit dan penanganannya.