BAB I PENDAHULUAN. terdapat beberapa tujuan pendidikan. Pertama, tujuan umum, yakni tujuan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2005 tentang guru dan dosen serta UU RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), hlm.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan yang dicita-citakan. Untuk mencapai tujuan yang dicitacitakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan tetapi lebih dari itu adalah transfer prilaku.

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB I A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan, yaitu mendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami goncangan jiwa (tingkat menengah). 2

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. (beribadah) kepada penciptanya. Oleh karena itu Islam memandang kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. serta prinsip-prinsip, sehingga membantu memiliki makna bagi subjek didik.

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran Biologi, siswa dituntut tidak hanya sekedar tahu

BAB I PENDAHULUAN. Islam dimana norma-norma agama senantiasa dijadikan sumber pegangan. 1

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan di mulai dari kandungan, hingga dewasa yang didapatkan

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Dengan adanya pendidikan maka sumber daya manusia bisa menjadi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Audio-Visual Terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan yang berkaitan dengan lainnya, yaitu belajar ( learning) dan. konsep pembelajaran berakar pada pihak pendidik 1.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan guru untuk membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak seorangpun yang dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pendidikan dapat dikatakan membawa anak ke arah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar. Secara detail dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa di mana pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan

I. PENDAHULUAN. butuhkan, baik dalam bidang pendidikan, sosial, budaya dan ekonomi. Semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memegang peranan yang amat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya suatu bangsa tidak terlepas dari perkembangan Ilmu. Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), salah satu produk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi Guru Dalam Mengembangkan Metode Pembelajaran Untuk. Meningkatkan Motivasi Belajar Akidah Akhlak Siswa MAN Kunir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. sains mempunyai potensi besar untuk memainkan peran strategis dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK USIA DINI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa supaya dapat meningkatkan prestasi belajarnya. 1. dan menyukainya. Dengan kreatifitas guru dalam mengajar itulah yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. 1. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

dengan baik dan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Ali Muhdi Amnur (ed.), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. akan cepat dicapai bila mana didukung oleh sumber daya alam yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mengajar merupakan suatu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERVARIATIF UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENGAJAR GURU DI SDN 113 PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, PT Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 80.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu pekerjaan yang sangat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ASPEK SIKAP PADA MATA PELAJARAN PKn DI SMP NEGERI 24 BULUKUMBA

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan tujuan dan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. hipotesis penelitian; f) kegunaan penelitian; g) penegasan istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Dengan dewasaan ini diharapkan anak akan dapat diketahui bahwa pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUN. daya manusia. Dalam bidang kependidikan seorang guru harus berperan secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pendidikan Islam itu adalah implikasi dari karakteristik (ciri-ciri) manusia

BAB I PENDAHULUAN. Shop Pembelajaran Guru bagi Guru SMAN Banjarangkan, 2007), hlm. 3

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.

PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU KIMIA TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA KELAS XII IPA DI MAN 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. belajar memerlukan keterlibatan mental dan kerja sendiri. 1 Artinya bahwa proses

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara, begitu pula di Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Hal ini dapat di lihat dari isi pembukaan UUD 1945 alinia IV yang menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut Zakiyah Daradjat dalam bukunya Ilmu Pendidikan Islam, terdapat beberapa tujuan pendidikan. Pertama, tujuan umum, yakni tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. tujuan itu meliputi seluru aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Kedua, tujuan akhir, yakni dapat dipahami dalam firman Allah pada Qs. Ali-Imran ayat 102: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenarbenar takwa kepada-nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam Keadaan beragama Islam. 1 1 Depag RI. Al-Qur an dan Terjemah, (Bandung: Diponegoro, 2012), h. 136

2 Berdasarkan QS. Al-Imran ayat 102 guru harus mencapai tujuan dari pengajaran pendidikan Islam bagi peserta didik adalah kebaikan hingga akhir hayat dalam keadaan berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa sebagai akhir dari proses hidup yang berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan kamil yang mati dan akan menghadap Tuhannya merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan Islam. 2 Kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru, artinya guru bukan saja harus pintar, tetapi juga harus pandai mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Sebagai seorang pendidik, guru bertugas mengajar dan menanamkan nilainilai dan sikap kepada siswanya. Untuk melaksanakan tugasnya tersebut diperlukanberbagai kemampuan serta kepribadian. Sebab, guru juga dianggap sebagai contoh oleh siswa sehingga ia harus memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang guru. Kompetensi Profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya dengan berhasil. 3 2 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), cet. Ke- 5, h. 30-31 3 H. Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 18

3 Kompetensi profesional sebagaimana dimaksud pada Permenag Nomor 16/2010 ayat(1) meliputi, penguasan materi, penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) pengembangan materi PAI secara kreatif, pengembangan profesionilitas secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 4 SMPN 3 Bandar lampung sebagai lembaga pendidikan formal yang sudah berdiri cukup lama juga sudah dapat diterima dan diakui oleh masyarakat secara keseluruhan khususnya baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, baik melalui standar kompetensi dan sertifikasi gurunya. Sebagai sekolah negeri, SMPN 3 Bandar Lampung bertanggungjawab untuk menjadikan anak didiknya memiliki kemampuan dan pengetahuan yang akan berimplikasi pada hasil belajar yang baik yang diimbangi dengan pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu kompetensi professional guru Agama Islam sangat diperlukan, sehingga nilia-nilai luhur agama Islam yang diajarkan di sekolah bukan hanya menjadi ilmu pengetahuan saja (kognitif), tetapi dapat dihayati (afektif), dan diamalkan (psikomotor) dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru PAI kelas VIII di SMPN 3 Bandar Lampung, menyatakan bahwa sebagai guru PAI sudah menerapkan strategi dalam proses pembelajaran tetapi masih ada sebagian siswa yang tidak focus ketika guru sedang menjelaskan materi pelajaran. 5 4 Kemenag RI., Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2010 Tentang Pengelolaan Pendidikan Agama pada Sekolah., (Jakarta: Kemenag, 2010), h. 3 5 Wawancara, Guru PAI SMPN 3 Bandar Lampung tanggal 14 April 2016

4 Lembaga pendidikan yang bermutu akan menghasilkan out put yang berkualitas, sehingga dapat bersaing dalam era globalisasi ini. Oleh karena itu pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan seluruh potensi anak didik menuju manusia yang sempurna sebaiknya dikelola oleh tenaga guru yang memiliki profesionalitas tinggi dan kompeten dalam bidang pendidikan, karena jika tidak demikian tunggulah kehancurannya. Dalam sebuah hadits dijelaskan sebagai berikut: Artinya: Abu hurairoh berkata, suatu hari Nabi Muhammad SAW bercengkramah dengan kaum dalam satu majlis, kemudian datanglah seorang badui dan ia bertanya: kapan kehancuran terjadi? Rasulullah meneruskan bicaranya pada kaum dan sebagian kaum telah mendengar apa yang dikatakan oleh orang badui sehingga mereka tidak senang terhadap Rasulullah atas perkataannya, akan tetapi menurut sebagian kaum lain bahwa Rasulullah tidak mendengarnya sampai Rasulullah menyelesaikan pembicaraannya. Rasulullah bertanya: dimana orang yang ingin mengetahui tentang kehancuran?, orang badui itu menjawab: saya ya rasul, kemudian Rasulullah berkata: terjadinya kehancuran yakni ketika sebuah amanah disia-siakan. Lalu orang badui itu kembali bertanya: bagaimanakah amanah itu disia-siakan?, Rasulullah menjawab: ketika sebuah urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. 6 Guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan. Kompetensi profesional menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen 6 Zainuddin Hamidi, dkk. Shahih Buchori, Jilid I, (Jakarta: Wijaya, 1969), h. 69

5 beserta strategi penerapannya. Profesionalitas bukan sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen, tetapi lebih merupakan sikap. 7 Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakan, oleh karena itu harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar siswa dengan memperbaiki kualitas mengajar. Hal ini menunjukkan guru diharapkan mampu berperan aktif sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertindak sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan organisasi kelas, penggunaan metode mengajar maupun sikap dan karakteristik guru dalam mengelola belajar mengajar. 8 Mengajar adalah tugas yang harus dilakukan oleh guru dengan mengunakan berbagai kemampuan atau kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki. Dengan demikian guru yang mempunyai kompetensi mengajar akan mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan serta akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal, Kompetensi dalam proses interaksi belajar dapat pula menjadi alat motivasi eksterinsik, guna memberikan dorongan dari luar diri siswa. 9 Motivasi diberikan agar murid belajar lebih bergairah, baik dalam mendengarkan pelajaran maupun di saat diskusi dengan guru dan dengan teman lainnya di dalam kelas. 7 Muhammad Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002 ), h. 15 8 Syafruddin Nurdin, Guru Profesinal dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h. 16 9 Djamarah,Prestasi Belajar dan Kompetensi Mengajar. (Surabaya: Usaha Nasional, 2011) h. 17

6 Kompetensi yang dimiliki oleh guru merupakan wujud dari pelaksanaan profesinya, yang mana pada dasarnya guru professional adalah guru yang memiliki keterampilan, kompetitif, cakap dalam pengajaran serta memiliki pribadi yang baik dan mampu melakukan penyesuaian diri dalam masyarakat. Kompetensi professional guru sangat penting dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan untuk mencetak siswa yang cerdas dan mampu menjadi penerus generasi yang handal. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah: 1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik secara filosofi, psikologis, maupun sosiologis 2. Mampu menyusun program pembelajaran 3. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran bervariasi 4. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media, dan sumber belajar yang relevan 5. Mampu mengoraganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 6. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa. 10 Jabatan profesional guru harus memenuhi kegiatan intelektual, karena dalam proses mengajar melibatkan upaya-upaya yang sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Lebih lanjut dapat diamati bahwa jabatan profesi guru mempunyai monopoli pengetahuan yang memisahkan dari orang awam, dan memungkinkan guru profesional disegani oleh siswa, teman sejawat bahkan masyarakat sekitar karena kewibawaan, kepandaiannya atau yang lainya. Guru yang professional pada intinya adalah guru yang memiliki kompetensi dalam melakukan tugas pendidikan dan pengajaran. 11 Pada proses pengajaran guru dituntut untuk menguasai materi, pengelolaan kelas yang baik serta menggunakan 10 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen serta UU no. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Penerbit Citra Umbara, 2006), h. 27 11 Asdiqoh, Siti. Etika Profesi Keguruan. (Yogyakarta: Trust Media Publising, 2013), h. 23

7 media pembelajaran yang tepat, sehingga peserta didik termotivasi dalam pembelajaran. Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan gairah belajar siswa.walaupun media pembelajaran bukan satu-satunya faktor penentu untuk meningkatnya belajar siswa, namun sangat berpengaruh untuk dapat menarik siswa dalam belajar.untuk sekarang ini banyak sekali tawaran media pembelajaran baik itu secara langsung maupun secara tak langsung. Banyak sekali sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan sebagai media belajar. Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi multi arah. Pada proses pembelajaran seorang guru tidak seharusnya hanya memberi, dan memberi pengetahuan pada siswa tanpa memperhatikan adanya komunikasi antara pengirim pesan yaitu guru dan penerima pesan yakni murid itu sendiri. Dengan media pembelajaran, siswa diajak ikut berperan aktif dalam proses belajar. Pesan pembelajaran disampaikan lewat media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimanfaatkan bisa berupa media audio, bahan cetak, audio cetak, visual proyeksi diam, AV proyeksi diam, visual gerak, AV gerak, objek fisik, dan bisa juga menggunakan computer atau multimedia. Adanya media seperti itu maka anak akan lebih mudah mengakses informasi dan akan membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang diinginkan. Perlu diketahui belajar dengan menggunakan berbagai indra seperti indra pandang dan juga indra pendengaran akan jauh lebih menguntungkan jika dibanding dengan hanya menggunakan satu indra saja. Baugh dan Achsin dalam Arsyad mengatakan bahwa kurang lebih 90% hasil belajar seseorang diperoleh

8 melalui indra pandang, dan hanya 5% diperoleh melalui indra dengar dan 5% lagi dengan indra lainnya. 12 Dengan melihat pernyataan itu maka penggunaan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran dirasa sangat penting digunakan guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Arshad menuliskan ada beberapa hasil dari penelitian menunjukan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai berikut: 1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap siswa yang melihat atau mendengar melalui media menerima pesan yang sama. 2. Pembelajaran yang dilakukan oleh guru lebih menarik. 3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif. 4. Banyaknya penggunaan media dalam pembelajaran membantu guru mempersingkat waktu dalam penyampaian pesan dan isi pembelajaran. 5. Kualitas hasil belajar dapat meningkat jika media yang digunakan dapat mengkomunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan baik. 6. Dapat meningkatkan sikap positif siswa. 7. Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif. 13 Inilah yang sedang dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 3 Bandar Lampung. Selain memberikan materi tentang Pendidikan Agama Islam, guru PAI di SMPN 3 Bandar Lampung juga memiliki peranan dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Salah satu contohnya adalah melalui penggunaan media pembelajaran yaitu, guru PAI dianjurkan memanfaatkan media pembelajaran sebagai bentuk implementasi kemampuan profesionalnya, dengan demikian diharapkan peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi. 14 12 Azhar Arsyad, Op.cit., h. 7 13 Ibid., h. 21-23 14 Observasi, tentang Pembelajaran PAI di SMPN 3 Bandar Lampung pada hari selasa pada tanggal 14 April 2016

9 Dari observasi awal yang penulis lakukan di SMP Negeri 3 Bandar Lampung, penulis masih menjumpai beberapa peserta didik yang masih mengobrol dengan teman sebangkunya, malas mengerjakan tugas, tidak memperhatikan pembelajaran. Walaupun pelanggarannya tidak bersifat berat, tetapi ini harus menjadi perhatian seorang guru apalagi seorang guru PAI yang tugasnya tidak hanya menyampaikan materi tetapi harus bisa membangun motivasi belajarnya. Ketika ada jam pelajaran peserta didik ribut sendiri, kemudian ada peserta didik tidak mengerjakan tugas. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, dapat di tarik permasalahan yang terjadi di SMPN 3 Bandar Lampung seperti motivasi belajar siswa masih perlu ditingkatkan dengan menggunakan media pembelajaran sehingga dapat meningkatan motivasi belajar siswa. Indikator kurangnya motivasi siswa seperti; masih banyak yang tidak mengerjakan tugas, kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran merupakan indikator motivasi belajar siswa masih kurang maksimal. 15 Jadi, esensi dari tingginya motivasi belajar siswa di SMPN 3 Bandar Lampung adalah siswa harus terlibat langsung dalam pembelajaran. Untuk mewujudkan hal ini, siswa harus terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan bukan hanya objek tidak bernyawa yang hanya di beri dengan berbagai macam ilmu tetapi secara naluri tidak memiliki motivasi untuk belajar dan meningkatkan prestasi. Guru harus lebih kreatif dan aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan belajarnya. Motivasi belajar siswa yang 15 Observasi, Kondisi Permasalahan di SMPN 3 Bandar Lampung, 14 April 2016

10 tinggi sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kinerja guru yang baik. Motivasi belajar siswa akan meningkat pesat dibutuhkan dalam mewujudkan efektifitas dan pencapaian tujuan pendidikan yang terdapat pada kurikulum. Hamalik menyatakan fungsi motivasi adalah : a. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar di dalam diri siswa. b. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian dan kegiatan belajar dan tujuan yang diinginkan; c. Sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat dan lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. 16 Proses dan kegiatan belajar-mengajar guru harus bisa membangun dan menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu merasa butuh dan berkeinginan untuk belajar. Terkait dengan peran edukatif untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar yang tinggi, siswa memerlukan motivasi dari dalam diri sendiri (intrinsic) maupun dari luar (ekstrinsik). 17 Sehingga diharapkan seorang guru selalu membimbing bakat siswa serta memberi motivasi untuk meraih prestasi yang lebih baik demi mencapai cita-cita dan masa depan yang lebih cerah. Guru harus bisa memahami dan mengetahui seluk beluk latar belakang siswa, agar dalam pemberian arahan maupun motivasi sesuai dengan kondisi siswa, Karena banyak kasus yang terjadi di ranah pendidikan. Misalnya : menurut Sardiman, 18 seorang yang malas apabila dipaksa menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang di ceramahkan, tidak akan mencamkan apalagi mencatat isi ceramah tersebut. 16 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2004), h. 175 17 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 2013), h. 90-91 18 Ibid., h. 75

11 Mengingat demikian penting motivasi bagi siswa dalam belajar, sehingga guru diharapkan dapat mengarahkan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan belajar dengan maksimal. Dalam sekolah baik dalam pembelajaran maupun yang lainnya banyak sekali anak yang malas, maupun bertindak kurang menyenangkan dan sebagainya. Dalam hal yang demikian berarti guru kurang berhasil dalam memberikan motivasi yang tepat untuk mendorong agar siswa bekerja dengan segenap tenaga dan pikiranya. 19 Hubungan guru dengan siswa di dalam proses belajar-mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran dan sempurnanya metode yang dipergunakan, namun jika hubungan guru dengan siswa kurang harmonis maka akan membentuk keluarga yang tidak diinginkan serta tujuan pendidikan pun tidak akan tercapai secara maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan di SMPN 3 Bandar Lampung, terdapat indikasi bahwa tingkat kompetensi profesional guru di sekolah tersebut bisa dikatakan cukup tinggi. Salah satu indikasi kompetensi profesional guru yang diamati yaitu guru selalu terampil dalam menyampaikan materi ajar, mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, serta mampu memberikan teladan atau panutan bagi siswa. Kompetensi profesional guru yang tinggi seharusnya mampu melahirkan motivasi belajar yang tinggi pada diri siswa. Namun selama melakukan pengamatan masih menjumpai tidak sedikit dari siswa yang kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran, seperti masih cukup banyak siswa yang tidak 70 19 M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Remaja Rosdakarya, 2011), hlm

12 mengerjakan tugas rumah yang diberikan guru, melanggar tata tertib sekolah, tidur dalam kegiatan pembelajaran, dan membuat gaduh kelas sehingga kegiatan pembelajaran tidak kondusif. Sehingga hal ini bertentangan dengan teori yang telah dipaparkan. Berdasarkan paparan latar belakang di atas, Penulis untuk meneliti tentang IMPLEMENTASI KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI DAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMPN 3 BANDAR LAMPUNG. B. Identifikasi dan Batasan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, selanjutnya perlu dikemukakan identifikasi dan pembatasan masalah sebagai berikut : 1. Identifikasi Masalah a. Guru PAI di SMPN 3 Bandar Lampung sudah memiliki kompetensi professional yang tinggi dalam pembelajaran, namun masih banyak peserta didik yang belum termotivasi dalam belajar. b. Ketersediaan Media Pembelajaran di SMPN 3 Bandar Lampung sudah memadai, namun guru PAI belum optimal menggunakannya dalam pembelajaran. c. Guru PAI di SMPN 3 Bandar Lampung sudah melaksanakan pembelajaran dengan baik, namun masih banyak peserta didik yang kurang termotivasi dalam belajar.

13 2. Batasan Penelitian Berdasarkan identifikasi masalah di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini difokuskan pada : a. Kompetensi professional guru PAI dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. b. Penggunaan Media Pembelajaran oleh Guru Pendidikan Agama Islam dalam upaya meningkatkan motivasi belajar peserta didik. C. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah di atas maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kompetensi professional guru PAI dan media pembelajaran dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Bandar Lampung? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kompetensi profesional guru PAI dalam membina akhlak dan meningkatkan motivasi belajar peserta didik di SMPN 3 Bandar Lampung. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoristis Sebagai bahan masukan dan infomasi yang berguna untuk memverifikasi dan mengembangkan konsep-konsep kompetensi profesional guru

14 Pendidikan Agama Islam dalam rangka pengembangan ilmu Tarbiyah Konsentrasi Pendidikan Agama Islam. b. Kegunaan Praktis 1) Memberi dorongan pada guru untuk bekerja lebih baik dan meningkatkan profesionalisme yang dapat berguna bagi peningkatan kualitas pendidikan di kota Bandar Lampung. 2) Sebagai masukan serta kontribusi terhadap pihak kepala sekolah dan guru dalam rangka pengembangan Ilmu-ilmu Tarbiyah konsertasi Pendidikan Agama Islam. E. Kerangka Pikir 1. Kompetensi Profesional Guru PAI Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan adalah kompetensi guru, karena guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah. 20 Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang diterapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus 20 Undang-Undang RI No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen serta UU no. 20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas, (Bandung: Penerbit Citra Umbara, 2006), h. 26.

15 dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas utamanya yaitu mengajar. Adapun ruang lingkup kompetensi profesional guru adalah: 1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik secara filosofi, psikologis, maupun sosiologis 2. Mampu menyusun program pembelajaran 3. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran bervariasi 4. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media, dan sumber belajar yang relevan 5. Mampu mengoraganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 6. Mampu melaksanakan evaluasi hasil belajar siswa. 21 Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sector harus mendapatkan perhatian besar bagi bangsa dibandingkan dengan sektor kehidupan yang lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang bermoral dan beradab sangat ditentukan dari aspek kehidupan agama, terutama dalam hal pembinaan bagi generasi muda. 22 2. Media Pembelajaran Schramm dalam Eliyawati, mendefinisikan mengenai media yaitu teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan. 23 Penggunaan media dalam kegiatan pendidikan untuk anak usia dini pada umumnya untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, memberikan penguatan maupun motivasi. Beberapa peranan penting media dalam kegiatan pembelajaran adalah memperjelas penyajian pesan dan mengurangi verbalitas, memperdalam pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, memperagakan pengertian yang abstrak kepada pengertian yang konkret dan jelas, 21 Ibid., h. 27 22 Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Cet, IV; Jakarta PT. Bulan Bintang, 1982), h. 12 23 Eliyawati, C., dkk. Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar untuk Anak Usia Dini, (Jakarta: Dikti Depdiknas, 2005), h. 108

16 mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera manusia, penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran akan mengatasi sikap pasif pada anak, mengatasi sifat unik pada setiap peserta didik yang diakibatkan oleh lingkungan yang berbeda, media mampu memberikan variasi dalam proses belajar-mengajar, memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengulang pelajaran yang diberikan, memperlancar pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar dan mempermudah tugas guru. Audio visual adalah media kombinasi antara audio dan visual yang diciptakan sendiri seperti slide dikombinasikan dengan kaset audio 24. Sedangkan menurut Wina Sanjaya audio visual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar bisa dilihat, misalnya rekaman video, berbagai ukuran film, slide suara, dan sebagainya. 25 Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar. Sistem pengajaran kelas telah menempatkan guru pada suatu tempat yang sangat penting, karena guru yang memulai dan mengakhiri setiap aktivitas pembelajaran yang dipimpinnya. Seorang guru perlu memiliki kemampuan merancang dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang dianggap cocok dengan minat dan bakat serta sesuai dengan taraf perkembangan siswa termasuk di dalamnya memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efektivitas pembelajaran. Guru merupakan seorang yang memiliki tanggung jawab membantu orang lain untuk belajar dan 24 Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta : Media Abadi, 2009), h. 321 25 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. (Jakarta: Kencana, 2010), h. 172

17 berperilaku dengan cara baru yang berbeda. Dengan demikian, seorang guru perlu memiliki kemampuan khusus, kemampuan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang yang bukan guru. Selain guru, hal yang menentukan keberhasilan suatu proses belajar adalah siswa. Dalam kegiatan belajar, setiap siswa mempunyai tingkatan motivasi yang berbeda-beda. Tugas gurulah untuk membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau melakukan belajar. 26 3. Motivasi Belajar Motivasi merupakan suatu hal yang penting dalam pencapaian tujuan pendidikan serta mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kegiatan belajar siswa, Sardiman A.M mengatakan bahwa, Dalam belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek tersebut dapat tercapai. 27 Seorang yang memiliki profesi guru harus mempunyai kompetensi yang mendukung pelaksanaan profesi itu, karena kompetensi merupakan salah satu kualifikasi guru yang terpenting. Bila kompetensi itu tidak ada pada seorang guru, ia tidak akan kompeten melaksanakan tugasnya. Setiap guru harus dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan masyarakat dan siswa, karena kompetensi itu guru yang baik ia dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam mengajar. Di 26 M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h. 5. 27 Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV. Rajawali, 2013), h. 75.

18 samping itu ia akan sadar dan mengerti akan tugas dan kewajibannya sebagai pendidik yang baik yang didambakan oleh masyarakat. 28 Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitan ini perlu diketahui bahwa cara dan jenis menumbuhkan motivasi adalah bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi ekstrinsik kadang-kadang tepat, dan kadang-kadang juga bisa kurang sesuai. Dalam hal ini guru harus hati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi bagi kegiatan belajar para anak didik. Sebab mungkin maksudnya memberikan motivasi tetapi justru tidak menguntungkan perkembangan belajar siswa. siswa yakni: Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi belajar a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. Siswa memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil menguasai materi dan mmendapatkan nilai yang tinggi dalam kegiatan belajarnya b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. Siswa merasa senang dan memiliki rasa membutuhkan terhadap kegiatan belajar c. Adanya harapan dan cita-cita di masa yang akan datang. Siswa memiliki harapan dan cita-cita atas materi yang dipelajarinya. d. Adanya penghargaan dalam belajar. Siswa merasa termotivasi oleh hadiah atau penghargaan dari guru atau orang-orang disekitarnya atas keberhasilan belajar yang ia capai. e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. Siswa merasa tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran. f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik Siswa merasa nyaman pada situasi lingkungan tempat ia belajar. 29 28 Zakiyah Darajat, Metodologi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), Cet ke-2, h. 262.. 29 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 31

19 Seorang siswa dalam meraih tujuan belajarnya harus memiliki minat yang kuat karena dengan memiliki minat yang kuat sudah pasti siswa tersebut memiliki motivasi belajar yang tinggi untuk meraih dan mengejar tujuan belajarnya. Berdasarkan penjelasan menurut para ahli di atas maka, mengambil enam point yang berkaitan dengan kompetensi profesional guru. Untuk memudahkan dalam mengembangkan teori, penyajian dan analisis data maka penulis tuangkan dalam skema pikir dibawah ini: Kompetensi Profesional Guru PAI 1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan 2. Mampu menyusun program pembelajaran 3. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran bervariasi 4. Mampu mengembangkan dan menggunakan alat, media, dan sumber belajar yang relevan 5. Mampu mengoraganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. 6. Mampu melaksanakan evaluasi pembelajaran Media Pembelajaran Media Audio Visual Motivasi Belajar a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil. b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar. c. Adanya harapan dan cita-cita di masa yang akan datang. d. Adanya penghargaan dalam belajar. e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar. f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik Skema Kerangka Pikir Penelitian Kompetensi Profesional Guru PAI dan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik