FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BADAN JALAN UMUM SEBAGAI OBJEK PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA PEKANBARU. Oleh:

dokumen-dokumen yang mirip
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI PARKIR TEPI JALAN

BAB I PENDAHULUAN. memaksa untuk keperluan negara yang diatur oleh undang-undang.

IMPLEMENTASI RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

BAB V PENUTUP. maka bab ini akan mengambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KETERTIBAN TERMINAL PENUMPANG

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

Civic Education Program Study Social Education Department Teacher s Training and Education Faculty University of Riau

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

ANALISIS IMPLEMENTASI PERUBAHAN ATAS PERDA TENTANG ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. pungutan, tetapi hanya merupakan pemberian sukarela oleh rakyat kepada raja

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG TERMINAL BARANG

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan pembangunan daerah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

BABI PENDAHULUAN. pendapatan asli daerah (PAD) adalah merupakan salah satu sumber. penerimaan daerah selain sumber penerimaan lainnya.

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum yang

ANALISIS POTENSI SUBJEK PAJAK DAN KONTRIBUSI PAJAK ATAS PENGAMBILAN DAN PEMANFAATAN AIR TANAH DI KOTA BATU

BAB I PE DAHULUA. sesuai dengan perkembangan masyarakat dan Negara baik di bidang. kenegaraan maupun di bidang sosial dan ekonomi. Pada mulanya pajak

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

IMPLEMENTASI PERATURAN DISIPLIN PNS

BAB III PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR KOTA SURABAYA. A. Pengaruh Retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IMPLEMENTASI RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KERINGANAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR PADA KANTOR DINAS PENDAPATAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 10 Tahun 2002 Seri: C

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARBARU

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Pembangunan daerah juga

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah perubahan dari Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemungutan Pajak Daerah dalam upaya peningkatan Pendapatan Asli

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA MPANAU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR : 2 TAHUN 2003 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

PELAKSANAAN TUGAS SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DALAM MENERTIBKAN PEDAGANG MOBIL KELILING

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

JURNAL ASET (AKUNTANSI RISET)

BAB I PENDAHULUAN A. GAMBARAN UMUM DISHUBKOMINFO SURAKARTA. a. Sejarah Dishubkominfo Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan dengan memberikan keleluasaan pada

Evaluasi Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2009 (Studi Kasus Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum Kota Pekanbaru)

BAB I PENDAHULUAN. adalah kewenangan untuk mengelola potensi daerah dalam rangka menggali

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan harkat, martabat,

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL DAN RESTORAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RETRIBUSI PARKIR DI PASAR PAGI DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA SAMARINDA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Manusia hidup

STUDI TENTANG PELAYANAN PARKIR WISATA BONTANG KUALA OLEH KANTOR DINAS PERHUBUNGANKOTA BONTANG

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan. Ketersediaan dana, menjadi salah satu factor yang

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BAB II PENGELOLAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA MEDAN. dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho mendefinisikan bahwa : 29

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya otonomi daerah. Otonomi daerah diberlakukan di Indonesia

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERPARKIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KONTRIBUSI RETRIBUSI PASAR DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN TABANAN Oleh

BAB I PENDAHULUAN. adalah ketersediaan dana oleh suatu negara yang diperlukan untuk pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena Reformasi Birokrasi yang bergulir menuntut perubahan dalam

P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Akuntansi

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 4.1 Gambaran Umum Dinas Perhubungan Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya pembangunan itu dilaksanakan ditiap-tiap daerah. Dalam. ini ditandai dengan dikeluarkannya Undang-Undang No.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

PENYELENGGARAAN RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN DI KOTA DENPASAR

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab secara profesional dalam menggali sumber-sumber. meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan merata dan terpadu.

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA BANJARBARU

IMPLEMENTASI PERDA KOTA SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2012 PADA KASUS RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM JALAN PANDANARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

OPTIMALISASI PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Retribusi parkir merupakan salah satu potensi yang dikelola untuk dijadikan

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan perpajakan Indonesia dari sistem Official Assessment ke sistem Self

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga keuntungan selisih nilai tukar rupiah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

I. PENDAHULUAN. meningkatkan nilai tambah sumber daya alam. Sumber daya potensial yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data dalam penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Untuk menunjang pembangunan yang merata di Indonesia serta

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN KARAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

P E R A T U R A N D A E R A H

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NO.2 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PARKIR DI TEPI JALAN UMUM DI KAWASAN TEMBALANG

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan di segala bidang, maka konsekuensinya Pemerintah

IMPLEMENTASI PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN DI KABUPATEN INDRAGIRI HULU. Oleh : Reni Sabrina

ANALISIS PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DALAM RANGKA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) (Studi Kasus pada Pemerintah Kota Kediri)

PEMERINTAH KABUPATEN LANDAK

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAH DALAM MEWUJUDKAN PELAYANAN PRIMA

BAB I PENDAHULUAN. diberi kewenangan untuk menjalankan pemerintahan, 1 pembangunan. nasional merupakan serangkaian upaya pembangunan yang

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan tersebut dapat meliputi berbagai hal, mulai dari aspek sosial,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR : 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PEMINDAHAN KENDARAAN DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPLEMENTASI BADAN JALAN UMUM SEBAGAI OBJEK PENERIMAAN RETRIBUSI PARKIR DI KOTA PEKANBARU Oleh: Zenni Ardina Email: zenniardina@yahoo.co.id Dosen Pembimbing: Prof. Dr. H. Sujianto, M.Si Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip Universitas Riau Kampus Bina Widya Panam, Pekanbaru 28293, Telp/fax (0761) 63277 Abstract The using of public road as the parking facilities is implemented to arrange the parking and to increase the local own source revenue of Pekanbaru city. However, the income of parking retribution in Pekanbaru was not stable because of the increasing and decreasing of using the public road, and then did not success to achieve the target. The parking retribution s target that determined by Department of Communication and Information was still far from the parking retribution potential. An illegal parking practical was one of the problems that caused of the unstable of parking retribution s revenue. This study aimed to know the factors affecting the implementation of public road as the object of parking retribution s revenue in Pekanbaru city. In the theory of Edward III, there are 4 (four) implementation s indicators, i.e. communication, resource, disposition, and bureaucratic structure. The method of descriptive qualitative with purposive sampling technique was used in this research. The interviewees of this research were Department of Communication and Information, parking coordinators, and parking service users. Based on the result of analyzing a data qualitative descriptively, factors affecting the implementation of public road as the object of the parking retribution s revenue in Pekanbaru city was not successfully yet. An ineffectively communication between stake holders caused the problem, and the unfair effect to target of the policy was caused stake holders did not surely understand about their duties and responsibilities. Keywords : Implementation, Road, Retribution Jom FISIP Volume 4 No. 1 Februari 2017 Page 1

PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang sedang berkembang. Setiap negara pasti memiliki potensi-potensi yang tinggi baik dari sektor sumber daya alam, sumber daya manusia, dan lain-lain. Adapun dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembagunan nasional, Indonesia menganut asas desentaralisasi dengan memberikan kesempatan pada Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Otonomi Daerah dalam Undangundang Nomor 23 tahun 2014 adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan dari Kebijakan otonomi daerah dimaksudkan untuk semakin mendekatkan pemerintah dengan masyarakat, agar pelayanan yang diberikan oleh pemerintah menjadi semakin baik. Untuk mencapai hal ini, maka diperlukan kesiapan dana yang relatif cukup besar, sehingga daerah diharapkan mampu menggali berbagai potensi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan asli daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam wilayah yang bersangkutan yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah. Pelaksanaan Otonomi Daerah dititik beratkan pada daerah Kabupaten dan Kota. Daerah otonom memiliki hak dan wewenang dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Adapun hak yang dimiliki oleh daerah otonom adalah hak untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya, memilih pimpinan daerah, mengelola aparatur daerah, mengelola kekayaan daerah, memungut pajak daerah dan retribusi daerah, mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah, mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah, mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundangundangan. Dengan adanya otonomi daerah diharapkan daerah dapat untuk memberdayakan sumber daya yang ada didaerah baik itu fisik maupun non fisik. dengan adanya penyerahan kewenangan (urusan) dari pemerintah pusat ke daerah. Kota Pekanbaru adalah Ibu Kota Provinsi Riau yang merupakan daerah yang terus mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat pesat, dan memiliki hak dan wewenang untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sedang berkembang menuju Kota Metropolitan Berkembangnya Kota Pekanbaru menuju Kota Metropolitis dimulai dengan ditetapkannya Visi dan Misi Kota Pekanbaru 2021 yaitu: Terwujudnya Kota Pekanbaru Sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, Pendidikan serta Pusat Kebudayaan Melayu, Menuju Masyarakat Sejahtera yang Berlandaskan Iman dan Taqwa. Dan visi Kota Pekanbaru 2021 adalah Mewujudkan penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik Meningkatkan infrasturuktur perkotaan, sistem transformasi yang memadai dan kualitas lingkungan Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 2

kota serta penataan ruang terintegrasi. Dan Meningkatkan perekonomian rakyat dengan dukungan fasilitas yang memadai dan iklim usaha yang kondusif serta penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial. Dan Meninkatkan kualitas sumber daya manusia melalu pelayanan pendidikan umum dan agama yang berkualitas dan terjangkau, pengembangan kehidupan beragama dan budaya melayu. Serta Meningkatkan kualitass pelayan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat kota serta meningkatnya pemahaman masyarakat. pemerintah Kota Pekanbaru terus melakukan pembenahan dan perbaikan infrastruktur untuk mewujudkan Visi tersebut. Hal ini menyebabkan Kota Pekanbaru terus mengalami perkembangan dalam bidang ekonomi, bidang sosial dan bidang transportasi. Transportasi merupakan salah satu bidang yang berkembang cukup pesat dikota pekanbaru, karena transportasi merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan oleh masyarakat dari kebutuhan mereka. Keadaan ini dimanfaatkan oleh Pemerintah Daerah Kota Pekanbaru dalam menunjang peningkatan pendapatan asli daerahnya dengan salah satu upaya yang dilakukan adalah merumuskan suatu kebijakan sebagai dasar dan ketentuan yang jelas agar suatu objek kebijakan dapat dipungut pajak atau retribusinya sebagai kontribusi dengan mempertimbangkan kepentingan masyarakat umum. Melalui Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Umum.. Pemerintah Kota Pekanbaru berusaha untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Pekanbaru dari sektor Retribusi Parkir dengan menetapkan badan jalan umum sebagai fasilitas parkir. Parkir diatur dalam perda Nomor 2 tahun 2009 angka 35 menyebutkan parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak bersifat sementara. Dan fasilitas parkir dalam peraturan daerah Nomor 2 pasal 1 angka 38 yang menyebutkan fasilitas parkir pada badan jalan adalah (on street parking) adalah fasilitas untuk parkir kendaraan dengan menggunakan sebagian badan jalan. Seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan di kota pekanbaru, maka pemerintah daerah kota pekanbaru menetapkan badan jalan umum sebagai fasilitas parkir yang di pungut retribusinya kepada oorang pribadi maupun atau badan. Adapun implementor dari perda No 2 tahun 2009 ini adalah dinas perhubungan komunikasi dan informatika.seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan di kota pekanbaru, badan jalan umum yang di jadikan sebagai lookasi parkir tidak mencukupi. Hal ini menyebabkan banyaknya badan jalan umum yang di jadikan sebagai lokasi parkir. Dan ini menyebabkan tidak ertibnya perparkiran dan semakin macet. Untuk meningkatkan pendapatan asli daerah melalu pemungutan retribusi, pemerintah daerah menetapkkan target retribusi. Berikut jumlah target dan realisasi penerimaan retribusi parkir di kota pekanbaru pada tahun 2013 2014. Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 3

Tabel 1. 3 Target dan Realisasi Penerimaan Retribusi Parkir di Kota Pekanbaru No. Tahun Target (dalam rupiah) Realisasi (dalam rupiah) Persentase (%) 1. 2012 5.444.459.500 5.152.778.000 95% 2. 2013 6.200.000.000 5.353.190.000 86% 3. 2014 7.194.000.000 6.123.065.000 85% Sumber : UPTD Parkir Dishubkominfo Kota Pekanbaru, 2015 Penerimaan retribusi parkir di kota pekanbaru mengalami peningkatan walaupun yang terealisasi masih jauh dari yang mereka targetkan untuk retribusi parkir itu sendiri. Tidak tercapainya target penerimaan retribusi parkir yang di tetapkan oleh Dishubkominfo karena terjadinya parkir liar. Namun, dari target yang di tetapkan oleh dishubkominfo, hal ini sudah tidak sesuai lagi dengan potensi dari retribusi parkir karena meningkatny jumlah kendaraan di kota pekanbaru. target yang di tetapkan oleh dishubkominfo masih terlalu kecil untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Retribusi parkir yang dibayar oleh pengguna jasa parkir untuk kendaraan roda dua dipungut retribusinya Rp. 1000.00 dan kendaraan roda empat dipungut retribusinya 2000.00. Masih jauhnya potensi dengan target yang di tetapkan oleh dishubkominfo kota pekanbaru ini terjadi karena kurang adanya komunikasi yang terjalin dan kurang adanya pengawasan yang di lakukan sehingga hal ini menyebabkan banyaknya parkir liar. berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh penulis, mengenai sanksi terhadap orang yang melanggar kebijakan kurang tegas, karena implementor dari PERDA tersebut hanya memberi teguran saja kepada mereka. Sedangkan didalam perda Nomor 2 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 249 ayat 9 disebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan kegiatan pemungutan retribusi parkir tanpa izin dari Pemerintah Kota Pekanbaru atau penyelenggara fasilitas parkir yang ditunjuk. Apabila melanggar maka akan di kenakan sanksi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 267 ayat 1 yang berbunyi: Pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dapat diancam dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda sebanyakbanyaknya Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah). METODE Metode penelitian yang di pergunakan dalam penelitian ini mengandalkan hasil wawancara antara peneliti dengan informan, denggan penentuan informan pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kota Pekanbaru bagian UPTD parkir (Kasubag TU UPTD Parkir), koordinator parkir, juru parkir, serta masyarakat yang menggunakan lokasi parkir sesuai Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 4

dengan informasi yang di butuhkan. Selanjutnya observasi observasi untuk melihat dan menganalisa kejadian kejadian di lapangan, kemudian dengan menghubungkan wawwancara, data tau laporan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena Faktor faktor Implementasi Badaan Jalan Umum Sebagai Objek Penerimaan Retribusi Parkir Dik Kota Pekanbaru. kemudiaan data di olah melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. HASIL A. Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi badan jalan umum sebagai objek penerimaan retribusi parkir di kota pekanbaru Badan jalan umum di gunakan sebagai lokasi parkir oleh pemerintah daerah kota pekanbaru yang di tetapkan pada perda No 2 tahun 2009 sebagaimana penyelenggara dari kebijakan tersebut adalah Dishubkominfo bidang UPTD parkir. Serta melakukan adanya pungutan retribusi untuk setiap kendaraan yang menggunakn badan jalan umum sebagai tempat pemberhentian (parkir). Implementasi badan jalan umum sebagai lokasi parkir merupakan bentuk pelayanan yang di berikan pemerintah kepada masyarakat. Adapun tujuan dari kebijakan menetapkan badan jalan umum sebagai lokasi parkir adalah untuk menertibkan penyelenggaraan perparkiran serta untuk meningkatkan pendapatan asli daerah Kota Pekanbaru. Mengacu pada teori yang di kemukakan oleh Edward III dalam Sujianto (2008 : 38-39) mengatakan faktor faktor yang menentukan keberhasilan implementasi adalah komunikasi, sumber daya, disposisi dan struktur birokrasi. 1. Komunikasi Komunikasi adalah salah satu variabel penting yang mempengaruhi implementsi kebijakan publik, komunikasi sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan. Implementasi kebijakan yang efektif akan dapat terlaksana, jika para pembuat kebijakan dan pelaksana kebijakan mengetahui dan paham mengenai apa yang akan mereka kerjakan, apa yang menjadi tujuan dan sasaran dari suatu kebijakan tersebut. Dan hal itu hanya dapat di peroleh melalui komunikasi yang baik, yang juga dari komunikasi tersebut membentuk partisipasi masyarakat. Adapun untuk melihat tingkat komunikasi di mulai dari kelancaran penyampaian informasi, kejelasan informasi, konsistensi. Komunikasi yang terjalin disini adalah melalui pembuat kebijakan dengan (DPRD dan Wali Kota) dengan pihak dishubkominfo, setterusnya di lanjutkan dengan pihak koordinator dan juru parkir. Namun, dari hasil penelitian tidak lancarnya komunikasasi yang mana hal ini menyebabkan tidak lancarnya penyampaian perintah kepada pelaksana kebijakan dalam hal ini dishubkominfo kepada koordinator dan juru parkir selaku yang mengatur perparkiran di lapangan melalui adanya sosialisasi atau penyampaian arahan masih kurang efektif, sehinga hal ini menyebabkan masih banyak juru parkir yag tidak memberikan pelayanan yang sesuai dengan yang seharusnya. Dan dalam hal ini masyarakat selaku sasaran dari kebijakan ini menerima begitu saja, Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 5

karena mereka tidak mengetahui perda tersebut lebih tepatnya tidak mengetahui kewajiban dari juru parkir itu sendiri. 2. Sumber Daya Sumber daya merupakan salah satu faktor yang penting dalam implementasi kebijakan/ program, karena bagaimanapun baiknya kebijakan atau program itu di rumuskan (telah memenuhi kejelasan perintah dan arahan, lancar dalam penyampaian, dan konsistensi dalam menyampaikan perintah dan arahan atau informasi) tanpa ada dukungan sumber daya yang memadai, maka kebijakan akan mengalami kesulitan dalam mengimplementassikannya. Dan kebijakan yang di implementasikan tersebut tidak akan dapat tercapai tujuannya. Adapun untuk meliha sumber daya di lihat dari staff, fasilitas daan wewenang. Dari hasil penelitian dapat di lihat bahwa staff yang di butuhkan untuk mengatur penyelenggaraan lokasi perparkiran di badan jalan umum masih kurang memadai untuk menjangkkau 122 ruass jalan dengan 197 lokasi parkir di kota pekanbaru, karena seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di kota pekanbaru, sehingga dalam pelaksanaan belum dapat di katakan efektif. Hal ini dapat di lihat dari kurangnya tertibnya perparkiran di lapangan karena terkadang kurangnya staf dalam pelaksanaan kebijakan. Serta jumlah petugas parkir masih di nilai kurang cukup di karenakan masih banyaknya juru parkir bahkan kooordinator parkir yan gmemegang tanggung jawab di berbagai tempat, sehingga hal ini menyebabkan tidak tertibnya perparkiran. Dan menyebabkan pada tidak efektifnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dan fasilitas yang di berikan oleh pemerintah daerah kepada masyarakat selaku yang menjadi sasaran dari perda Nomor 2 tahun 2009 ini juga kurang memadai. Namun fasilitass yang di berikan oleh pemerintah daerah kepada juru parkir hanya berupa markas, papan tarif, rambu rambu. Sedangkan pada taha kewenangan, banyaknya pihak pihak yyang terkait dalam perda Nomor 2 tahun 2009 kurang menjalankan kewenangannya. Hal ini dapat di lihat dari juru parkir selaku implementor yang ada di lapangan hanya mengetahui tugas dan tanggung jawab mereka di lapangan hanya menjaga honda, namun padahal kewenangan dari seorang juru parkir itu sangat luas. Yang mana hal ini membuktikan baha kewenangan dari koordinator parkir tidak di jalankan secara efektif. 3. Disposisi a. sikap para pelaksana untuk mempunyai kemauan atau niat, motivasi untuk melaksanaan program. Adanya pemahaman dan pengetahuan, arah respon, dan motivasi para pelaksana terhadap implementasi badan jalan umum sebagai lokasi parkir oleh dishubkominfo bidang UPTD perparkiran. sikap seseorang itu merupakan perpaduan antara masa lalu dengan keadaann lingkungan masa kini, tetapi kondisi seperti masih menjadi pertanyaan lebih lanjut begaimana kondisi masa lalu itu sama kondisinya dengan masa sekarang. Adapun faktor lainnya adalah sikap seseorang berkaitan dengan prasangka. Prasangka ini dapat bersifat positif dan dapatt pulla bersifat negatif. Adapun untuk Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 6

melihat berjalannya suatu kebijakan di lihat pada tahap Pemahaman pelaksana, Arah respon pelaksana dan Intensif pelaksana. Dari hasil penelitian dapat di lihat bahwa juru parkir selaku orang yang mengatur perparkiran di badan jalan umum masih tidak paham akan kewajiban, tugas dan tanggung jawab yang di bebankan kepada mreka selaku petugas parkir sebagaimana tercantum dalam Perda Nomor 2 Tahun 2009. Adapuntidak tegasnya sanksi yang di berikan oleh dishubkominfo kepada yang melanggar kebijakan ini menyebabkan pada tidak adanya efek jera kepada juru parkir ilegal. Sertaa hal ini juga menyebabkan bahwa bahwa adanya rasa ketidak puasan dalam diri masyarakat terhadap pelayanan yang di berikan oleh juru parkir di lapangan. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dari juru parkir akan kewajiban mereka. 4. Struktur Birokrasi Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana kebijakan. Birokrai secara sadar atau tidak sadar memilih bentuk bentuk organisasi untuk kesepakatan kolektif, dalam rangka memecahkan masalah masalah sosial dalam kehidupan modern. Walaupun sumber sumber untuk melaksanakan kebijakan mengetahui apa yang sebenarna di lakukan, dan mempunyai keinginan untuk melaksanakan suatu kebijakan, kemungkinan kebijakan tersebut tidak dapat terlaksana atau terealisasi karena terdapatya kelemahan dalam struktur birokrasi. Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya kerja sama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif pada kebijakan yang tersedia, maka hal ini akan menyebagiankan sumberdaya sumberdaya menjadi tidak efektif dan menghambat jalannya koordinasi dengan baik. Adapun untuk melihat standar operasional prosedur dan fragmentasi. Dari hasil penelitian ini di dapat bahwa standar Operasional Prosedur, pelaksanaan perparkiran di badan jalan umum yang di pungut retribusinya maka penulis mengambil kesimpulan bahwa telah di berikannya arahan kepada para juru parkir untuk memenuhi segala atribut dari juru parkir agar sesuai dengan SOP, namun terkadang di lappangan berdasarkan hasil observasi yang di lakukan penulis masih ada juru juru parkir yang tidak mematuhi SOP yang telah di tetapkan oleh Dishubkominfo. dan jika di lihat dari pragmatis kinerja dari perda Nomor 2 tahun 2009 sudah mempertanggung jawabkannya dengan baik oleh pihak pihak yang terkait dalam pelaksanaan perda Nomor 2 tahun 2009 sudah mmpertanggungjawabkan kinerja meeka, walaupun masih kurang efektif. Hal ini dapat di lihat dari tidak tegasnya sanksi yang di berikan kepada orang yang melaanggar kebiijakan tersebut. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan peneliti tentang faktor faktor yang mempengaruhi implementasi badan jalan umum sebagai objek penerimaan retribusi parkir di kota pekanbaru dapat di simpulkan bahwa hasil penelitian adalah Kondisi parkir pada badan Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 7

jalan yang masih tidak teratur, sehingga tidak memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang menggunakan layanan jasa parkir. Dan tidak lancarnya komunikasi yang terjalin antara pihak UPTD parkir denga juru parkir. Hal ini menyebabkan karena pihak UPTD parkir hanya berkomunikasi dengan koordinator saja. Namun juru parkir selaku orang yang mengatur perparkiran di badan jalan umum tidak mengetahui akan jelas kewajiban dan tanggung jawab mereka yang menyebabkan pada tidak efektifnya pelayanan yang di berikan kepada masyarakat, sehingga tujuan dari suatu kebijakan tidak untuk menertibkan perparkiran, memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dan peningkatkan PAD tidak tercapai, karena kurangnyya pemahaman pelaksana kebijakan terhdap perintah. Kepastian hukum kepada masyarakat belum maksimal dilakukan mengingat masih banyaknya terjadi penyimpangan seperti karcis parkir yang tidak diberikan kepada pengguna jasa parkir serta petugas parkir yang tidak menggunakan seragam atau identitas khusus parkir resmi. Selain itu kriteria sumber daya juga tidak tercapai, karena kurangnya saff yang di gunakan untuk melakukan pengawasan, serta tidak efektifnya fasilitas yang di berikan begitu juga dengan tidak adaanya komitmen dari mereka pelaksana kebiijakan untuk melaksanakan wewenang yang di berikan dengan sesuai sehingga hal ini mempengaruhi pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru. Bagitu juga dengan kriteria disposisi juga tidak terpenuhi karena dalam pelaksanaan kebijaakan, penyelenggara perparkiran juga masih tidak paham akan tugas mereka sehingga ini menyebabkan respon dari pelaksaana kurangnya keseriusan begitu juga intensifitasnya masih sangat kurang. Dan kriteria struktur birokrasi juga masih kurang, karena para pelaaksana kebijakan di lapangan masih banyak yang tidak mengetahui SOP yang harus mereka jalankan, begitu juga dengan pragmatiss masih sangat kurang karena dapat di lihat dari tidak konsistennya penyelenggara kebijakan dalam melaksanakan kebijakan. DAFTAR PUSTAKA Buku: Agustino, leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung : Alfabeta. Islamy, M. Irfan. 2003. Prinsip- Prinsip perumusan kebijakan Negara : Jakarta. Bumi aksara. Kaho, Josep Riwu. 2003. Prospek Otonomii Daerah Di Negara Republic Indonesia (Identifikasi Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyelenggaraannya). Jakarta: Rajawali Press. Nugroho, D. Riant 2003. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: PT Gramedia.. 2004. Kebijakan Publik: Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta: PT Gramedia. Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 8

Nugroho, D. Riant. 2012. Public Policy. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Pasolong, Harbani. 2008. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Siahaan, P. Marihot. 2005. Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo. Soekartono, Irawan. 2002. Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial Dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rodaskarya. Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.. 2009. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugandi, Yogi. Saputra. 2011. Administrasi Publik: Konsep dan Perkembangan Ilmu Di Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Administrassi. Bandung: Alfabeta. Suharto, Edi. 2008. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta. Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Winarno, Budi. 2002.Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media Presindo.. 2012. Kebijakan Publik (Teori, Proses, dan Studi Kasus). Yogyakarta: CAPS. Karya Ilmiah : Nurhasni, Yuke. 2011. Evaluasi Peratran Daerah Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru (Studi Kasus: Parkir pada Badan Jalan). Skripsi tidak di Publikasikan, Jurusan Ilmu Administrasi, Program Studi Administrasi Negara, FISIP, Universitas Riau, Pekanbaru. Dokumen : Undang-undang No. 28 Tahun 20009 tentang Pajak Daerah dan Retribui Daerah. Undang Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Peraturan Daerah Kota Pekanbaru No. 2 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di Kota Pekanbaru. Sujianto. 2008. Implementasi Kebijakan Publik (Konsep, Teori, dan Praktik). Pekanbaru: Alaf Riau. Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Di Jom FISIP VOLUME 4 No. 1 Februari 2017 Page 9