BAB I PENDAHULUAN. inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. latihan sehingga mereka belajar untuk mengembangkan segala potensi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

Studi Deskriptif mengenai Self Regulation dalam Bidang Akademik pada Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dibutuhkan bagi peningkatan dan akselerasi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pendidikan sangat penting. Hal ini disebabkan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

Studi Mengenai Self Regulator pada Mahasiswa Underachiever di Fakultas Psikologi Unisba

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring ketatnya persaingan didunia pekerjaan, peningkatan Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. perhatian serius. Pendidikan dapat menjadi media untuk memperbaiki sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu perguruan tinggi terdapat proses belajar dan mengajar, proses ini

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, berbagai kebutuhanpun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

Bab I PENDAHULUAN. belajar selama 12 tahun dimanapun mereka berada, baik di desa maupun di kota

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya peranan pendidikan dalam kehidupan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menengah. Tujuan pendidikan perguruan tinggi ialah untuk

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.

BAB I PENDAHULUAN. setingkat dengan perguruan tinggi (Siswoyo, 2007). Berdasarkan Indonesian

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya. Salah satu faktor penentu kualitas sumber daya manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. informal (seperti pendidikan keluarga dan lingkungan) dan yang terakhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

Penyesuaian Akademis Mahasiswa Tingkat Pertama

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan seluruh mata kuliah yang diwajibkan dan tugas akhir yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya salah satunya untuk suatu keahlian tingkat sarjana.

BAB I PENDAHULUAN. tanpa terkecuali dituntut untuk meningkatkan sumber daya manusia yang ada.

PENGANTAR. Dalam rutinitas kegiatan perkuliahan yang padat, maka saya mohonkan kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan formal maupun nonformal. mempermudah mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data dari Badan

BAB I PENDAHULUAN. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangannya, individu yang baru saja

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dunia pekerjaan. Mendapatkan predikat lulusan terbaik dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada saat ini, menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. (Nasir, 1999 : 17).

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lemah dan penuh ketergantungan, akan tetapi belum mampu ke usia yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Definisi mahasiswa menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Kamisa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, pada setiap jenjang pendidikan, baik itu Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. yang kini lebih dikenal sebagai KKNI (Kurikulum Berbasis Kerangka Kualifikasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dididik secara formal dan diberikan wewenang untuk menerapkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan yang teratas dan juga terakhir adalah

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i. KATA PENGANTAR...ii. DAFTAR ISI...v. DAFTAR BAGAN...ix. DAFTAR LAMPIRAN...x Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB 4 HASIL DAN PENELITIAN. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah responden dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini sedang memasuki era baru yaitu era globalisasi dimana hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dan bidang kehidupan, termasuk di dalamnya bidang pekerjaan. Tidak terkecuali

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, perubahan di berbagai sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. dunia kerja nantinya. Perguruan Tinggi adalah salah satu jenjang pendidikan setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menengah Pertama individu diberikan pengetahuan secara umum, sedangkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

STUDI MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG. Eni Nuraeni Nugrahawati, 2 Yuaninta Sari, 3 Delis Irmawati

1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendukung Pendidikan Khusus untuk Siswa Cerdas/Berbakat Istimewa, terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah pelajar yang berada dalam jenjang pendidikan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakannya ( Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang membangun negara

Lampiran 1. Surat Pernyataan. 1. Tujuan dari kuesioner ini adalah pengambilan data untuk skripsi.

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan individu dimana mereka dituntut untuk belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang kehidupan, yaitu politik, ekonomi, sosial dan budaya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. menyadari pentingnya memiliki pendidikan yang tinggi. Untuk mengikuti perkembangan

LAMPIRAN. Lampiran 1 Skala Uji Coba Self Regulated Learning. Lampiran 2 Skala Penelitian Self Regulated Learning

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada penelitian-penelitian psikologi yang terdahulu ditemukan bahwa inteligensi adalah faktor utama yang menentukan academic performance. Para peneliti tidak berhenti pada fakta tersebut. Mereka terus mengembangkan berbagai penelitian mengenai belajar dan motivasi, dan ternyata para peneliti menemukan bahwa seorang mahasiswa dapat mempelajari cara untuk menjadi mahasiswa yang sukses dengan menggunakan strategi yang tepat untuk mengatur motivasi, perilaku dan cara belajar mereka. Carrol (Schunk & Zimmerman, 1994), menegaskan konsep waktu pada sebuah model cara belajar mahasiswa. Dalam teorinya, tiga elemen belajar yang disebutkannya berhubungan dengan penggunaan waktu, yaitu aptitude, kesempatan untuk belajar dan ketekunan (Carrol, 1963; dalam Schunk &Zimmerman, 1994). Aptitude didefinisikan sebagai sejumlah waktu yang dibutuhkan untuk belajar dan mengerjakan tugas, ketekunan berkenaan pada sejumlah waktu yang tersedia dimana mahasiswa tersebut bersedia untuk menggunakan waktunya belajar, dan kesempatan untuk belajar didefinisikan sebagai berapa banyak waktu yang tersedia. Konsep waktu yang diajukan Carrol memberikan pemahaman mengenai pentingnya penggunaan waktu mahasiswa selama menjalani perkuliahan.

Menurut Gall, Longman dan Atkinson ; Walter dan Siebert (dikutip oleh Macan, dkk, 1990) penyebab kurang optimalnya academic performance (IP atau IPK) pada mahasiswa adalah ketidakmampuan dalam mengatur waktu yang mereka miliki. Mahasiswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam mengelola waktu cenderung akan mencapai IPK yang tinggi dibandingkan mahasiswa yang memiliki kemampuan yang buruk dalam mengelola waktu. Hal serupa juga dikemukakan oleh Macan, Shahani, Dipboye dan Philips (1990), melalui penelitian pada mahasiswa Universitas Missouri membuktikan bahwa ada korelasi positif antara kemampuan diri dalam mengelola waktu dengan prestasi belajar. Berdasarkan survei yang dilakukan MSDC UKM terhadap 77 mahasiswa yang melakukan konsultasi selama periode semester ganjil tahun akademik 2004-2005, yang terdiri dari mahasiswa angkatan 1998 hingga angkatan 2003, didapatkan hasil yaitu masalah studi berkenaan dengan gaya belajar yang tidak efektif 35%, masalah motivasi 18%, masalah waktu belajar berkenaan dengan ketidakmampuan membagi waktu 9%, masalah keluarga 8%, masalah kegiatan belajar mengajar 1%, masalah diri (kepercayaan diri, tegang), masalah minat 8% dan masalah sosial 1%. Menurut wawancara yang dilakukan peneliti terhadap konselor MSDC UKM, bahwa mahasiswa-mahasiswa dari setiap fakultas yang dikirim untuk melakukan konseling mempunyai masalah yaitu nilai indeks prestasi kumulatif (IPK) yang kurang memuaskan (dibawah 2.00). Bila dilihat dari data yang ada dan dikaitkan dengan faktor penunjang dalam mencapai prestasi, dapat diuraikan bahwa penerapan ujian saringan masuk Universitas Kristen Maranatha melalui tes potensi akademik dan tes psikologi dapat dijadikan tolak

ukur bagi gambaran potensi kecerdasan calon mahasiswa. Bagi mereka yang berhasil lolos dalam ujian saringan masuk tersebut memiliki potensi kecerdasan yang berada pada kisaran rata-rata keatas sehingga mereka diharapkan mampu mengikuti kegiatan kuliah serta menyelesaikan studi dan mampu memecahkan permasalahan yang ditemui selama proses kuliah dengan hasil yang cukup memuaskan. Namun dalam kenyataannya tidak semua mahasiswa berhasil memperoleh academic performance yang dapat dikatakan memuaskan. Dari hasil wawancara dengan konselor MSDC, para mahasiswa yang memiliki prestasi dibawah rata-rata yang diharapkan, diperoleh keterangan terdapat beberapa hal yang menghambat mereka dalam memperoleh academic performance yang memuaskan, antara lain malas mengikuti praktikum yang membutuhkan effort yang tinggi, harus mencari subjek penelitian, membuat laporan dan tugas-tugas kuliah yang diberikan hampir disetiap mata kuliah. Tidak memahami cara belajar yang sesuai dengan kondisi belajar di fakultasnya masingmasing. Beberapa diantaranya memberikan keterangan ketidakcocokan minat mereka dengan fakultas yang mereka pilih, mengikuti keinginan orang tua dan hanya sekedar mengisi waktu setelah lulus SMA, hal ini membuat tujuan kuliah mereka menjadi tidak jelas. Untuk masalah yang berhubungan dengan pengelolaan waktu, konselor mengatakan bahwa adanya ketidakmampuan mahasiswa tersebut membagi waktu dalam melakukan berbagai kegiatan yang dilakukannya, baik kegiatan di kampus maupun kegiatan di luar kampus, mereka merasa lebih senang melakukan kegiatan organisasi kemahasiswaan sehingga lupa membagi waktu dengan kuliah. Ketidakmampuan mengelola waktu tersebut bersumber pada

ketidakmampuan mahasiswa tersebut melihat manakah prioritas atau yang tidak prioritas, ketidakmampuan melihat manakah yang penting atau yang tidak penting. Mahasiswa seringkali melakukan hal-hal yang penting menurut dirinya namun hal tersebut bukanlah hal yang merupakan tujuan belajarnya dikampus, contohnya mahasiswa mendahulukan latihan band untuk persiapan pentas besok malam dibandingkan belajar untuk menghadapi kuis dua hari lagi. Hal-hal yang didahulukan seringkali bukanlah prioritas-prioritas yang berhubungan dengan akademik. Konselor juga menambahkan bahwa sebagian besar mahasiswa tersebut memiliki inteligensi yang menunjang, memiliki niat belajar dan memiliki keluarga yang mendukung upaya belajarnya. Namun sejauh ini, mahasiswa-mahasiswa tersebut tidak bisa mengatur waktu yang dimilikinya karena mereka belum bisa menentukan prioritas-prioritas yang bertujuan akademik. Peneliti perkembangan Mihaly Csikszentmihalyi dan Reed Larson (Santrock, 2003) meneliti berapa banyak waktu yang remaja habiskan disituasi yang berbeda, apa yang mereka lakukan di waktu-waktu tersebut dan dengan siapa mereka menghabiskan waktu mereka. Sejauh ini, yang menduduki jumlah terkecil adalah kegiatan produktif (belajar dan tugas sekolah). Berdasarkan hasil survei MSDC di atas hal yang sama juga terjadi di, yaitu mahasiswa-mahasiswa melakukan berbagai kegiatan, baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Banyak mahasiswa yang berkuliah akan tetapi memiliki prioritas-prioritas yang tidak berhubungan dengan akademik, dimana seharusnya mereka memfokuskan tujuannya kuliah adalah untuk belajar. Tampaknya mahasiswa UKM tidak menganggap bahwa belajar merupakan prioritas utamanya selama perkuliahan,

untuk itulah perlunya penyadaran bagi mahasiswa UKM untuk menyadari bahwa walaupun setiap individu memiliki prioritas yang berbeda kepentingannya tetapi untuk tetap melakukan kegiatan belajar. Upaya-upaya yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan akademiknya tidak hanya dengan menggunakan ketrampilan dan pengetahuan yang memadai. Mahasiswa diharapkan dapat mempersiapkan dirinya dengan menanamkan tata nilai dan kerja keras untuk mencapai sukses dan juga membentuk beberapa sikap, antara lain diharapkan lebih mampu belajar mengatur dirinya agar dapat mencapai setiap tujuan (goal) yang direncanakannya. Kemampuan mahasiswa untuk mengelola academic study time melibatkan kemampuan meregulasi diri dalam bidang akademik (Schunk & Zimmerman, 1994). Kemampuan mahasiswa untuk mengarahkan pikiran, perasaan dan tindakan yang diterapkan secara berulang-ulang untuk mencapai tujuan akademik yang didasari atas keyakinan dan motivasi dari dalam diri disebut kemampuan meregulasi diri dalam bidang akademik (Zimmerman, dalam Boekaerts, 2000). Time regulation diikuti tiga komponen, sebagai berikut goal setting, planning dan self-monitoring. Proses dari ketiga komponen ini memainkan peran utama dalam regulasi diri menurut pandangan para ahli social cognitive (Bandura,1989; Schunk,1989;Zimmerman,1989;dalam Schunk & Zimmerman,1994) Peneliti melakukan wawancara terhadap 25 orang mahasiswa, yaitu sebanyak 18 orang yang memiliki masalah pengelolaan waktu (dengan IPK antara 1,99 1,30) dan melakukan konsultasi, sisanya sebanyak tujuh (7) orang adalah mahasiswa yang tidak memiliki masalah akademik (dengan IPK antara 2,00-3,00)

dan tidak melakukan konseling. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa 12 mahasiswa masih tinggal bersama orang tuanya dan sisanya enam (6) mahasiswa menyewa tempat kost. Meskipun kost, mereka mengatakan orang tua selalu memperhatikan kebutuhan kuliah ataupun kebutuhan hidup sehari-hari dan berusaha untuk selalu mencukupi kebutuhan tersebut, sehingga mereka tidak akan kesulitan untuk membeli buku-buku literatur ataupun mem-fotocopy catatan kuliah. Namun begitu, mahasiswa-mahasiswa ini merasa prestasi belajarnya kurang optimal. Dari hasil wawancara diketahui bahwa mereka memiliki kesulitan meregulasi diri dalam waktu untuk kepentingan belajar. Sepuluh (10) orang mahasiswa membiarkan waktu berjalan dengan apa adanya dan tidak menentukan prioritas yang harus dilakukan saat ini untuk kepentingan belajar. Mereka tidak mengatur jadwal belajar dan hanya belajar bila menghadapi ujian saja. Mereka merasa tidak perlu terburu-buru (santai) dalam mengerjakan tugas-tugas perkuliahan. Delapan (8) mahasiswa lainnya mengatakan bahwa mereka menggunakan lebih banyak waktunya untuk bersosialisasi daripada belajar, karena merasa memiliki banyak waktu luang dibandingkan saat duduk dibangku SMU. Mereka merasa bebas untuk kuliah atau tidak kuliah, untuk belajar atau tidak belajar. Tujuh (7) mahasiswa yang tidak memiliki masalah akademik mengatakan bahwa mereka menyisihkan waktunya untuk membaca catatan-catatan kuliah setiap harinya walapun hanya beberapa jam saja. Selain itu, mereka menyalin kembali catatan kuliah sambil menghapal. Mereka mengatakan bahwa walaupun mereka

memiliki banyak waktu luang untuk bermain, tetapi mereka juga merasa berkewajiban untuk menyisihkan waktunya untuk belajar setiap harinya. Hasil wawancara di atas mengungkapkan bahwa dari ke-25 mahasiswa dari berbagai fakultas angkatan 1998-2003 Bandung, 18 mahasiswa memiliki kesulitan dalam mengatur jadwal kegiatan yang mereka miliki, yaitu mereka tidak menetapkan prioritas dari apa yang akan mereka kerjakan untuk kepentingan belajar. Sedangkan pada tujuh (7) mahasiswa lainnya memiliki kesadaran untuk menyisihkan waktu luang mereka untuk belajar setiap harinya. Mereka membaca catatan kuliah, menyalin kembali catatan tersebut dengan rapi dan menghapal catatan-catatan kuliah tersebut. Dari uraian ini dapat dilihat bahwa mahasiswa-mahasiswa ini memiliki kemampuan regulasi diri dalam waktu yang kurang efektif, yaitu ketidakmampuan menentukan apakah hal-hal yang menjadi prioritas atau penting bagi mereka berhubungan dengan kegiatan akademik, ketidakmampuan melihat apakah hal-hal prioritas atau penting akan mengganggu kegiatan belajar mereka ataukah tidak. Dalam menjalani berbagai kegiatan tentunya dibutuhkan untuk menentukan prioritas dari hal-hal apa atau kegiatan apa yang didahulukan, dikarenakan jika mahasiswa tidak menentukan prioritas dan melakukan semua hal yang dianggapnya penting maka ia akan sulit mencapai target. Contohnya, seorang mahasiswa belum menentukan prioritas pada minggu ini, sehingga ketika dihadapkan pada pilihan berlatih band atau mengerjakan tugas, maka ia akan memilih berlatih band dengan pemikiran ia akan mencontek tugas temannya. Dengan demikian, mahasiswa diharapkan lebih mampu mengatur dirinya dan mulai merencanakan hidupnya secermat mungkin

agar dapat mencapai setiap tujuan/goal yang direncanakannya. Kemampuan meregulasi diri dalam waktu berkenaan dengan goals, planning dan self-control. Proses dari ketiga komponen ini memainkan peran utama dalam regulasi diri menurut pandangan para ahli social cognitive (Bandura,1989; Schunk,1989 ; Zimmerman,1989 ; dalam Schunk & Zimmerman,1994). Goals dapat membantu mahasiswa untuk mengarahkan perhatian mereka pada tugas-tugas yang diberikan, dan mendorong upaya dan ketekunan mereka dalam belajar. Semakin tinggi goal-goal yang mereka tentukan bagi dirinya dan semakin tinggi pula komitmen mereka untuk mencapai goal-goal tersebut. Pada proses pencapaian goals tersebut, mahasiswa akan menyusun perencanaan dalam kegiatan belajarnya seperti membuat jadwal, serta mengendalikan diri untuk bertahan menjalankan perencanaan yang dibuatnya. Salah satu upaya dalam membantu masalah belajar dan prestasi mahasiswa yang memiliki prestasi di bawah standar rata-rata, peneliti merancang modul pelatihan yang diharapkan dapat membantu masalah belajar dan prestasi mahasiswa. Perancangan modul pelatihan ini ditujukan bagi mahasiswa dengan prestasi di bawah rata-rata dan bertujuan membantu mereka untuk dapat memahami dan mengenali proses regulasi diri di dalam dirinya, dapat memahami bagaiman hubungannya dengan tindakan dan tingkah laku, serta mampu bertindak dan menanggapi lingkungan sebagaimana layaknya seseorang yang memiliki dorongan kuat untuk berprestasi. Tujuan diadakan pelatihan ini secara umum adalah berdasarkan atas kebutuhan belajar yang didapatkan melalui needs

assessment, yaitu kuesioner dan wawancara dari beberapa mahasiswa underachiever dan konselor MSDC. Beranjak dari permasalahan itulah, maka penulis tertarik untuk meneliti Studi tentang Regulasi Diri dalam Waktu terhadap Mahasiswa Fakultas Psikologi sebagai upaya peningkatan Academic Performance, untuk kemudian merancang modul pelatihan Regulasi Diri dalam Mengelola Waktu yang sesuai bagi mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan survei yang dilakukan MSDC UKM terhadap 77 mahasiswa yang melakukan konsultasi selama periode semester ganjil tahun akademik 2004-2005, yang terdiri dari mahasiswa angkatan 1998 hingga angkatan 2003 dengan IPK dibawah 2.00, yaitu salah satu masalah utamanya pengelolaan waktu. Dalam upaya mengatasi permasalahan-permasalahan diatas maka untuk mengidentifikasi masalah mahasiswa dalam hal penentuan prioritas dalam waktu akan dilakukan needs assessment, dan merancang modul pelatihan yang sesuai dengan kondisi mahasiswa UKM yang tergali. 1.3 Maksud Dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui gambaran regulasi diri mahasiswa yang memiliki prestasi di bawah standar rata-rata di Universitas

Kristen Maranatha sehingga didapat pemahaman yang lebih mendalam mengenai hambatan yang mungkin dihadapi sebagai mahasiswa dalam meregulasi diri dalam waktu untuk mencapai prestasi studi yang diinginkan. 1.3.2 Tujuan Merancang suatu modul pelatihan yang sesuai kondisi Universitas Kristen Maranatha untuk mengatasi masalah-masalah regulasi diri dalam waktu berdasarkan temuan dari survei MSDC UKM pada mahasiswa Universitas Kristen Maranatha sebagai upaya untuk mencapai prestasi studi yang diinginkan. Dalam modul pelatihan yang akan dibuat menggunakan metoda kuliah, games, dan simulasi yang diharapkan proses belajar dapat terjadi dan mampu memberikan insight dan selanjutnya mengubah pemahaman/kognitif peserta dan penghayatan dan keyakinan para peserta sehingga tergerak untuk menunjukkan tingkah laku yang melakukan regulasi diri dalam waktu. 1.4 Kegunaan Penelitian Diharapkan bahwa pelatihan ini dapat memberikan bekal pemahaman kepada MSDC UKM mengenai kemampuan regulasi diri dalam waktu pada mahasiswa sesuai dengan kebutuhan yang tergali dari penelitian ini, terutama untuk mendapatkan academic performance yang memuaskan.

1.5 Asumsi Regulasi diri dalam waktu merupakan salah satu coping yang diperlukan mahasiswa baru dalam memasuki dunia perkuliahan dan tiap mahasiswa memiliki kemampuan manajemen waktu yang berbeda. Regulasi diri dalam waktu yang dibutuhkan mahasiswa sebagai salah satu strategi untuk meningkatkan acaedemic performance, dimana pada seorang mahasiswa dituntut kemandiriannya dalam belajar. 1.6 Lokasi Penelitian Adapun lokasi untuk pengambilan data adalah Maranatha Student Development and Counseling Centre (MSDC).