BAB IV KESIMPULAN A. KESIMPULAN Situs Manusia Purba Sangiran merupakan salah satu situs manusia purba yang mempunyai peran penting bagi dunia ilmu pengetahuan. Di situs ini ditemukan beragam jenis fosil fauna dan flora, serta fosil Hominid sebagai fosil manusia pelaku kebudayaan. Fosil fauna yang ditemukan di Sangiran, antara lain kelas Probosidae, kelas Bovidae, dan kelas Cervidae. Jenis flora yang pernah tumbuh di lingkungan ini seperti keluarga tumbuhan pohon bakau yang hidup di rawa-rawa, serta tumbuhan-tumbuhan tropis berdaun jarum. Jenis fosil fauna dan jenis flora di Situs Sangiran yang telah diketahui menunjukkan bahwa dahulunya Sangiran merupakan kawasan yang memungkinkan untuk ditinggali oleh semua makhluk hidup. Selain fosil fauna dan flora dan fosil Hominid, jumlah temuan artefak batu di Situs Sangiran tak kalah banyaknya. Artefak batu inilah yang kemudian menjadi pendukung manusia kala itu dalam beraktivitas, misalnya untuk berburu demi mencari makanan ataupun untuk mengolah makanan. Berdasarkan ukurannya, artefak batu dibagi menjasi dua jenis yakni kelompok kapak perimbas dan kelompok alat serpih yang berukuran kecil. Kelompok kapak perimbas yang ditemukan biasanya terbuat dari batuan andesit, sedangkan untuk kelompok alat serpih yang ditemukan berasal dari batuan mineral silikaan keras, seperti kalsedon, jaspis (jasper), rijang (chert), kuarsa,dan lempung kersikan. Ukuran panjang alat serpih biasanya kurang dari 5 cm, sehingga ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan kelompok kapak perimbas. 87
Artefak batu di Situs Sangiran, khususnya alat serpih, merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Sebagai sampel penelitian, dipilihlah Sektor Dayu yang merupakan salah satu bagian Situs Sangiran yang mengandung temuan artefak batu paling banyak dibanding bagian situs yang lain. Setelah penelitian terhadap alat-alat serpih di Sektor Dayu, Sangiran dilakukan dapat diketahui bahwa luka dapat terlihat jelas pada 44 sisi alat. Setelah 44 sisi alat tersebut dianalisis lebih jauh, diambillah kesimpulan yang menjadi inti hasil dari seperti berikut. 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya luka pada alat batu adalah sebagai berikut. a) Luka yang dipengaruhi faktor pemakaian terdapat pada 28 buah sisi alat atau 63,63%. Alat-alat yang dimaksud adalah alat bernomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 10, 11, 17, 18, 21, 22, 26, 27, 38, 39, 40, 44, 48, 50, 51, 52, 55, 56, 59, dan 60. b) Luka yang dipengaruhi oleh faktor penyerpihan terdapat pada 12 sisi alat atau 27,27%. Alat-alat yang dimaksud adalah alat bernomor 5, 9, 12, 13, 14, 17, 23, 29, 32, 35, 45, dan 46. c) Luka yang dipengaruhi oleh faktor penyerpihan dan pemakaian terdapat pada empat sisi alat atau 9,1%. Alat tersebut bernomor 20, 15, 28, dan 58. 2. Pola luka yang muncul adalah sebagai berikut. a) Tipe A yakni pola luka dengan bentuk oval dan ukurannya kecil. 88
Luka pemakaian yang mempunyai pola luka tipe A ini terdapat pada enam alat, yakni alat bernomor 1, 8, 40, 55, 56, dan 59. Luka penyerpihan yang mempunyai pola luka tipe A ini terdapat pada tiga alat, yakni alat bernomor 13, 17, dan 35. Luka penyerpihan dan pemakaian yang mempunyai pola luka tipe A ini terdapat pada dua alat, yakni alat bernomor 28 dan 58. b) Tipe B yakni pola luka dengan bentuk oval dan ukurannya sedang. Luka pemakaian yang mempunyai pola luka tipe B ini terdapat pada satu alat, yakni alat bernomor 21. Luka penyerpihan yang mempunyai pola luka tipe A ini terdapat pada satu alat, yakni alat bernomor 32. c) Tipe D yakni pola luka dengan bentuk luka oval dan ukurannya kecil serta sedang. Luka pemakaian yang mempunyai pola luka tipe D terdapat pada 19 alat. Alat-alat tersebut bernomor 2, 3, 4, 6, 7, 10, 11, 18, 22, 26. 27, 38, 39, 44, 48, 50, 51, 52, dan 60. Luka penyerpihan yang mempunyai pola luka tipe D terdapat pada tujuh alat. Alat tersebut bernomor 9, 12, 14, 23, 29, 43, 45, dan 46. 89
Luka penyerpihan dan pemakaian yang mempunyai pola luka tipe D terdapat oada satu alat, yakni alat bernomor 20. d) Tipe H Yakni pola luka dengan bentuk luka oval dan ukurannya kecil, sedang, hingga besar. Tipe H ini merupakan tipe pola luka akibat penyerpihan dan pemakaian pada alat bernomor 15. e) Tipe S yakni pola luka dengan bentuk tidak beraturan dan ukurannya kecil serta sedang. Tipe S ini merupakan tipe pola luka penyerpihan yang terdapat pada alat bernomor 5. Faktor-faktor pembentukan luka serta pola luka dari alat-alat serpih di Formasi Pucangan Atas memberikan pengetahuan tentang pemanfaatan yang cukup tinggi oleh manusia terhadap alat-alat serpih yang berukuran kecil. Hal tersebut ditunjukan dengan ditemukannya luka pemakaian dan penyerpihan. Banyaknya luka akibat pemakaian menunjukkan kebutuhan manusia yang cukup tinggi terhadap alat tersebut. Manusia dapat menggunakan alat-alat serpih untuk berbagai kegiatan, seperti misalnya menguliti biinatang, memotong tumbuhan, menusuk daging binatang, atau berbeuru hewan-hewan kecil. Pemanfaatan alat untuk berbagai kegiatan akan berimbas pada pemanfaatan bahan batuan yang tersedia secara maksimal. Pemilihan bahan batuan yang digunakan sebagai alat, tidak lepas dari perkembangan pemikiran manusia kala itu demi mendapatkan alat yang berkualitas. Kekerasan yang berkisar 6-7 skala Mohs dari bahan batuan menjadi alasan pemilihan. Selain itu, proses adaptasi merupakan faktor-faktor yang ikut mempengaruhi manusia dalam pemilihan bahan batuan. Kearifan lokal ditunjukan manusia kala itu ketika mereka harus mencari bahan batuan dengan 90
kualitas yang sama dengan yang biasa mereka gunakan sebagai alat. Menurut poendapat para peneliti yang melakukan pengamatan dan penelitian di Situs Sangiran, bahan pembuatan artefak batu non-masif di Situs Sangiran tidak berasal dari wilayah situs itu sendiri. Sumber batuan mineral silikaan didapat manusia di suatu wilayah yang jaraknya puluhan kilometer di sebelah barat ataupun sebelah utara Situs Sangiran. Akan tetap, berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Sektor Dayu, bahan batuan berukuran kecil dapat diperoleh pada endapan-endapan sungai disekitar situs, seperti Sungai Cemoro. Ukuran alat batu yang dibuat manusia ikut menjadi salah satu bentuk kearifan lokal pada saat itu. Ukuran alat yang kecil dan sedang disesuaikan dengan bahan batuan yang mereka miliki dan yang ada disekitar mereka. Bentuk adapatasi manusia terhadap ukuran bahan batuan yang ada adalah dengan menggunakan segala ukuran tersebut, karena mereka lebih mengutamakan jenis bahan. Luka penyerpihan yang ditemukan pada alat serpih, menunjukkan bahwa ukuran alat tidak menjadi suatu masalah bagi manusia kala itu, untuk membuatnya menjadi sebuah alat. Selain itu luka penyerpihan memberikan suatu gambaran perkembangan pemikiran manusia saat itu. Perkembangan pola pemikiran ditunjukkan dengan keadaan manusia yang akan semakin dituntut beradaptasi dengan ukuran serta bahan batuan yang jumlahnya semakin sedikit. Perkembangan pemikiran yang terjadi akan diikuti dengan perkembangan cara adaptasi manusia dan perkembangan tekhnologi pembuatan alat. 91
B. SARAN : 1) Penelitian tentang luka pada alat-alat serpih di Situs Sangiran masih perlu dilakukan lebih lanjut, mengingat belum banyak penelitian tentang identifikasi luka dan fungsi alat pada alat serpih masa paleolitik. 2) Sumber bahan batuan yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan alat perlu diteliti lebih jauh, karena berkaitan dengan dugaan pemilihan jenis batuan digunakan. 92