I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu proses yang ditujukan untuk meningkatkan produksi pertanian bagi konsumen, yang sekaligus dapat meningkatkan pendapatan dan produktivitas usaha petani. Dinyatakan oleh Mosher (dalam Widarta, 2014) pembangunan pertanian merupakan suatu bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara umum. Secara umum pembangunan pertanian sendiri bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, meningkatkan pendapatan petani, serta meningkatkan kesejahteraan petani. Pembangunan pertanian dilakukan untuk menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi, terutama dalam meningkatkan pendapatan sebagian besar masyarakat dalam produksi dan nilai tambah, serta dapat mendorong laju pertumbuhan ekonomi di desa tertinggal. Beberapa hal seperti perluasan lahan usahatani dan diversifikasi produproduk pertanian diperlukan untuk menghindari terancamnya pembangunan pertanian di Bali dan juga demi tercapainya tujuan pembangunan pertanian tersebut. Diversifikasi pertanian dilakukan oleh beberapa daerah penghasil produk pertanian, yang dalam hal ini digunakan sebagai usaha untuk mengembangkan produk produk pertanian yang bernilai ekonomis tinggi. Dikatakan oleh Anonimus (1989), diversifikasi pertanian pada seluruh sumberdaya diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal, melalui perluasan dan pemanfaatan azas keunggulan komparatif yang dinamis. Lebih rinci dinyatakan bahwa komoditi pertanian yang digunakan dalam diversifikasi haruslah bersifat komersial. 1
2 Komoditi pertanian yang telah mengarah kepada pertanian yang bersifat komersial adalah komoditi hortikultura. Hortikultura adalah usaha membudidayakan tanaman buah-buahan, sayuran dan tanaman hias (Janick, 1972). Pembangunan sektor pertanian di Bali masih menjadi prioritas dalam pembangunan daerah, karena masih mampu memberi kontribusi yang besar dalam hal penyerapan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat pada hasil sensus BPS Bali tahun 2013. Jika dibandingkan dengan masyarakat yang berprofesi dibidang tenaga professional (7,43%), tenaga kepemimpinan (2,07%), pejabat (8,18%), tenaga usaha penjualan (17,61%), tenaga usaha jasa (7,92%) serta lainnya (1,17%), pertanian merupakan bidang yang member kontribusi paling besar dalam hal penyerapan tenaga kerja dengan presentase (23,48%). Secara lebih rinci data mengenai jumlah masing-masing presentase bidang pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1 (BPS Provinsi Bali, 2013). Jumlah angka tenaga kerja di bidang pertanian menunjukkan bahwa sudah sepantasnya sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan Bali di masa mendatang. Namun, dilihat dari tahun ke tahun, pembangunan pertanian di Bali mulai terancam oleh tingginya angka konversi lahan pertanian. Umumnya tingkat konversi lahan dipengaruhi oleh kondisi petani di Bali yang umumnya sebagai petani marginal, yang hanya memiliki lahan, peralatan, modal, daya kerja, dan kemampuan mengelola yang sangat terbatas untuk dapat mengolah usaha pertanian yang menghasilkan keuntungan (Sutjipta dan Windia, 1990). Usahatani hortikultura yang ada di daerah pariwisata, seperti Pulau Bali dimanfaatkan untuk konsumsi pribadi dan juga untuk kebutuhan pariwisata.
3 Secara umum produk-produk hortikultura yang dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata adalah produk bernilai ekonomi tinggi dan kualitasnya jauh lebih baik dibandingkan jika dijual ke pasar tradisional. Wisatawan yang mengkonsumsi produk produk hortikultura nantinya tidak akan merasa kecewa dan akan datang kembali untuk membelinya. Salah satu desa wisata di Bali yang daerahnya menjadi penghasil produk produk hortikultura untuk konsumsi pribadi maupun konsumsi wisatawan adalah Desa Wisata Candikuning yang terletak di Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Hampir seluruh penduduk yang ada di Desa Candikuning berprofesi sebagai petani yang mengusahakan tanaman hortikultura. Baik yang termasuk dalam anggota kelompok tani maupun yang tidak termasuk anggota kelompok tani di desa tersebut. Produk-produk hortikultura yang dihasilkan oleh Desa Wisata Candikuning diantaranya seperti kentang, wortel, kol, bawang perai, tomat, stroberi, dan lain sebagainya. Usaha para petani di Desa Wisata Candikuning memproduksi produk-produk hortikultura dan menjualnya, menurut warga setempat yaitu Bapak Kadek Sucika sudah berlangsung dalam kurun waktu yang lama kurang lebih 20 tahun dan masih berlanjut hingga saat ini. Petani di Desa Wisata Candikuning, terbagi dalam petani yang termasuk dalam anggota kelompok tani dan petani yang tidak termasuk dalam anggota kelompok tani pada masing-masing banjarnya. Tidak semua petani tergabung dalam kelompok tani, hanya 20-30 orang petani tiap banjarnya. Ini menyebabkan motivasi petani di luar kelompok tani dalam berusahatani hortikultura menjadi masalah penting yang perlu dikaji, karena dalam melakukan suatu tindakan seseorang akan didorong dengan motivasi. Pentingnya meneliti petani di luar
4 kelompok tani, karena mereka umumnya berusahatani berdasarkan keinginan sendiri. Mereka yang tidak tergabung dalam kelompok tani umumnya mencari informasi dari tahap awal hingga akhir secara individu, yaitu dalam memperoleh informasi jenis tanaman yang akan ditanam, bibit tanaman yang unggul, alat-alat produksi tani, dan pemasaran hasil usahatani. Sedangkan jika petani yang tergabung dalam kelompok tani mendapat kemudahan sejak awal hingg akhir, yaitu telah mendapat bantuan dari pemerintah, mendapat informasi tentang jenis tanamana, bekerjasama dengan lembaga-lembaga kemitraan, dan memiliki supplier pada tiap kelompoknya untuk memasarkan hasil usahataninya. Sehingga, perlu diketahui hal-hal yang menjadi dorongan mereka untuk berusahatani hortikultura. Dorongan atau motivasi tersebut bisa yang bersumber dari dalam diri petani sendiri maupun yang bersumber dari luar petani. Oleh karena itu sangat penting adanya untuk mengetahui aspek intrinsik maupun ekstrinsik dari petani di luar anggota kelompok tani, yang berperan dalam mendorong dan mempengaruhi kegiatan usahatani hortikultura di Desa Wisata Candikuning. Bertolak dari pemikiran tersebut, kiranya menarik dilakukan suatu penelitian tentang dua aspek yang menjadi motivasi petani di luar anggota kelompok tani dalam berusahatani hortikultura di Desa Wisata Candikuning, Kecamatan Baturiti. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang penelitian tersebut sebagai berikut.
5 1. Apa motivasi intrinsik petani di luar anggota kelompok tani dalam berusahatani hortikultura di Desa Wisata Candikuning? 2. Apa motivasi ekstrinsik petani di luar anggota kelompok tani dalam berusahatani hortikultura di Desa Wisata Candikuning? 1.3 Tujuan Tujuan dari diadakannya penelitian ini sebagai berikut. 1. Untuk menganalisis motivasi intrinsik petani di luar anggota kelompok tani dalam berusahatani hortikultura di Desa Wisata Candikuning. 2. Untuk menganalisis motivasi ekstrinsik petani di luar anggota kelompok tani dalam berusahatani hortikultura di Desa Wisata Candikuning. 1.4 Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi mahasiswa; bermanfaat untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan dalam melakukan penelitian sejenis. 2. Bagi petani; bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan masukan untuk lebih mengoptimalkan usahataninya demi memenuhi kebutuhan pariwista di bidang hortikultura di kawasan Desa Wisata Candikuning. 3. Bagi pemerintah; bermanfaat untuk menambah informasi dan masukan tentang usahatani hortikultura petani di Desa Wisata Candikuning sehingga dapat memberikan program bantuan yang lebih jitu bagi pengembangan usahatani hortikultura. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Motivasi ini merupakan usaha yang dilakukan manusia untuk menimbulkan dorongan untuk berbuat atau melakukan tindakan. Pada penelitian
6 ini menekankan pada tingkat motivasi petani di luar anggota kelompok tani yang ada di Desa Wisata Candikuning dalam berusahatani hortikultura, karena umumnya mereka berusahatani dari proses awal hingga akhir pemasaran dengan mengandalkan informasi yang diperoleh sendiri. Tingkat motivasi yang dilihat adalah berdasarkan sumber motivasinya, yaitu motivasi intrinsik diantaranya kebutuhan pokok, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan akan penghargaan, serta kebutuhan aktualisasi diri. Selain motivasi intrinsik, sumbernya berasal dari luar atau motivasi ekstrinsik diantaranya wisatawan, penyuluh pertanian, petani lain, pedagang atau pengepul, serta harga. Penelitian ini juga terbatas pada usahatani hortikultura yang banyak diminati oleh wisatawan dan memiliki peluang pasar tinggi mencakup komoditas, seperti wortel, kentang, kol, stroberi, bawang perai, tomat, dan brokoli.