BAB I PENDAHULUAN. Jumlah Misa Setiap Akhir Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat

dokumen-dokumen yang mirip
GEREJA KATOLIK SANTO AGUSTINUS SURABAYA

GEREJA PAROKI SANTO YUSUP BATANG Dengan Penekanan Desain Tadao Ando

BAB I PENDAHULUAN. lebih khusus akan ditinjau adalah sejumlah bangunan peribadatan dari Gereja. maupun relokasi (pembangunan bangunan baru).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proyek

BAB VI KONSEP. Tabel 6.1 Kebutuhan Ruang dan Dimensi Ruang pada Gereja Katolik. Kebutuhan Ruang Kapasitas Standar Dimensi Ruang. = 14,5 m².

REDESAIN KOMPLEKS GEREJA KATOLIK PAROKI SANTA THERESI BONGSARI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

Gereja Katolik Kristus Raja di Wasuponda, Luwu Timur, Sulawesi Selatan BAB I PENDAHULUAN

GEREJA KATOLIK SANTO PAULUS DI PRINGGOLAYAN, BANTUL

GEREJA PAROKI KRISTUS RAJA UNGARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Ciputra News, 21 November Sumantri, Y, SJ. Akar dan Sayap, hal. 11, Kanisius Yogyakarta, 2002.

Gereja Katolik Paroki Rasul Barnabas di Tangerang BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Redesain Gereja Khatolik Mater Dei Paroki lamper Sari di Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM. Redesain Kompleks Gereja Kristus Raja Semesta Alam di Kelurahan Tegalrejo, Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan yang kedua, Gereja adalah umat Katolik itu sendiri. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Eksistensi Proyek

TUGAS AKHIR 135. Landasan Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (LP3A) Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo-Vernakular

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

dilatarbelakangi oleh bertambahnya di kawasan BSD dan sekitarnya, sehingga dibutuhkan sebuah bangunan gereja yang dapat mengakomodasi kegiatan Gereja

PETUNJUK PELAKSANAAN. Kata Pengantar dari Pastor Paroki Santa Theresia (merangkap sebagai Ketua Dewan Paroki)

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Semarang dan sebagian masuk wilayah Kabupaten Kendal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

GEREJA KATOLIK PAROKI SAMBIROTO SEMARANG

RUMAH RETRET KHATOLIK DI TUNTANG DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR NEO-VERNACULAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan sebuah negara yang pluralis. Salah satu contoh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan perhimpunan dari keluarga-keluarga Katolik. Terlepas dari kegiatan

kicau. 1 Memasuki dekade 90-an mulai dapat dijumpai beberapa jenis

ABSTRAK Kastiana, Dasar Dan Tujuan Partisipasi Umat Paroki Parenggean Dalam Perayaan Ekaristi (Suatu Tinjauan Teologis),

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

PROPOSAL RENCONTRE ORANG MUDA KATOLIK

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA ANGGARAN PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL 2017 BIDANG LITURGI

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

ISLAMIC CENTRE BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang meliputi sandang, pangan, dan papan serta kebutuhan rohaniah. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Latar Belakang Perancangan. Pusat perbelanjaan modern berkembang sangat pesat akhir-akhir ini.

(Disampaikan sebagai pengganti Homili, pada Misa Sabtu/Minggu, 28/29 September 2013)

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB Il TINJAUAN UMUM. : 6,5 dari tepi jalan alam sentosa di hadapan tapak. : Gereja dan Hunian terdiri dari Imam lanjut usia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan Latar Belakang. Tugas Akhir 122

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

GEREJA KATOLIK IBU TERESA DI LIPPO CIKARANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan batas-batas tertentu. Keuskupan umumnya dibagi-bagi menjadi bagian yang kecil,

Perihal: Permohonan dana untuk pembangunan gereja, pastoran dan gedung serba guna.

Rencana Pembelajaran

KAMIS DALAM PEKAN SUCI. Misa Krisma

BAB I PENDAHULUAN. Hanna, 2004, p Prapti Nitin, Buku Lustrum ke-25 Panti Wreda Hanna dalam Pendampingan Para Lanjut Usia di Panti Wreda

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu pelajaran yang kurang. menyenangkan bagi beberapa siswa. Penyebab pelajaran fisika kurang

Biar Kanak-kanak datang kepada-ku : Evaluasi dan Refleksi Perayaan Ekaristi bersama Anak-anak (missis cum pueris)

BAB I PENDAHULUAN. Bambu merupakan salah satu material lokal Indonesia yang sering. kita jumpai di lingkungan masyarakat. Namun dalam pemanfaatannya

RUMAH RETRET KATHOLIK DI AMBARAWA DENGAN PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR KARYA YB. MANGUNWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V KAJIAN TEORI. Tema desain yang digunakan pada proyek Komples Wisata Budaya di Kota

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pariwisata di Kota dan Kabupaten Madiun tidak lepas dari semakin

KATA PENGANTAR. Penyusun

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

Rumah Retret Kaum Muda di Tuntang

BAB I PENDAHULUAN. agama mempunyai rumah ibadah masing-masing.

STIKOM SURABAYA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dalam berbagai bidang kehidupan

TAHUN SUCI LUAR BIASA KERAHIMAN ALLAH

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

GEREJA HKBP DI SEMARANG

PANDUAN PENGURUS LINGKUNGAN PAROKI SANTO YUSUP - GEDANGAN STASI SANTO IGNATIUS - BANJARDAWA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

Pengabdian Masyarakat. Sekolah SMPK Santo Josef Freinadementz. Disusun Oleh: Franseno P, ST., MT. Yenny Gunawan, ST., MA. Reinaldi Primanizar

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRACTION... BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ide Gagasan Rumusan Masalah 4

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PROGRAM KERJA DEWAN PASTORAL Paroki Ratu Rosari Kesatrian - Malang

BAB II GAMBARAN UMUM ORGANISASI. Yohanes Bosco, yang merupakan bagian dari Paroki Katedral Hati Kudus Yesus.

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu unsur penting yang mendukung kehidupan di alam

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

LINGKUNGAN ST URSULA WILAYAH X PAROKI ST BONAVENTURA JAKARTA, AGUSTUS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

KONTRAK / RENCANA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (MPK 103 / UNI

BAB I PENDAHULUAN. Keuskupan Surabaya. Menurut pernyataannya, jaman sekarang umat di

Bab I PENDAHULUAN. : bangunan untuk tempat tinggal (KBBI) : mengundurkan diri dari kegiatan sehari hari dalam jangka. sendirian) - artikata.

BAB I PENDAHULUAN. Sasaran yang hendak dicapai dengan adanya Wedding Hall ini adalah:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kebudayaan, banyak

LANDASAN TEORI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Masjid Dengan Konsep Eco Desain Di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. ketegangan ketegangan yang sedang dialami. Manusia memiliki kecerdasan pikiran dan

BAB 1 PENDAHULAN I.1. LATAR BELAKANG. Latar Belakang Proyek. Jakarta adalah Ibukota dari Indonesia merupakan kota yang padat akan

PANDUAN Pengurus Lingkungan Paroki Santo Yusup - Gedangan Stasi Santo Ignatius - Banjardawa Semarang

GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA DI WASUPONDA, LUWU TIMUR, SULAWESI SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada saat ini keterbatasan lahan menjadi salah satu permasalahan di Jakarta

BAB I PENDAHULUAN A. JUDUL B. LATAR BELAKANG MASALAH. Desain Interior Lansia Therapist Center di Surakarta dengan Konsep. Surga

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

8 Mei 8 September 2017 PETUNJUK TEKNIS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI... iv. DAFTAR GAMBAR... vii. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR DIAGRAM... x

BAB I PENDAHULUAN. Elka Desty Ariandy TGA PONDOK PESANTREN DI YOGYAKARTA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya merupakan salah satu paroki yang memiliki jumlah umat cukup banyak di Keuskupan Surabaya. Berawal dari satu Gereja Paroki pada tahun 1968, saat ini berkembang dengan bangunan Gereja yang semakin luas setelah mengalami renovasi dan memiliki satu Kapel Stasi yaitu Kapel Santo Agustinus. Perkembangan Umat Katolik yang cukup pesat menyebabkan bangunan Gereja beberapa kali mengalami renovasi sampai pada akhirnya menambah satu Kapel Stasi agar mampu menampung kebutuhan umat untuk beribadah. Jumlah umat di Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya saat ini adalah ± 13000 umat. Jumlah ini berdasarkan hasil sensus Keuskupan Surabaya 2011. Berikut ini adalah data-data perbandingan antara jumlah umat dengan kapasitas bangunan Gereja Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya dan Kapel Stasi Santo Agustinus: Tabel 1.1 Perbandingan Jumlah Umat dengan Kapasitas Gereja di Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya 2011 Bangunan Gereja Katolik Kapasitas Bangunan Jumlah Misa Setiap Akhir Jumlah Umat yang Dapat Tertampung Pekan Gereja Katolik Santa Maria 1500 umat 5 kali 7500 umat Tak Bercela Surabaya Kapel Stasi Santo Agustinus 800 umat 2 kali 1600 umat Jumlah Total Umat yang Dapat Tertampung 9100 umat (Sumber: Blog Gereja Santa Maria Tak Bercela Surabaya, September 2011) Saat ini Kapel Stasi Santo Agustinus hanya mampu melayani dua kali misa karena bangunan Kapel menggunakan aula dan beberapa ruang kelas SMAK Santo Hendrikus, sehingga kapasitas bangunannya masih terbatas. Tidak jarang, kantin dan halaman sekolah juga dipergunakan sebagai tempat duduk umat saat misa berlangsung. Selain itu, apabila ada acara 1

sekolah dan acara kapel menjadi satu, maka akan timbul beberapa hambatan seperti akses masuk, kebisingan, dan kemacetan. Berdasarkan data-data di atas, masih ada ± 4000 umat yang belum tertampung. Oleh karena itu, adanya bangunan Gereja Stasi yang lebih memadai diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan beribadah umat di Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya. Terutama pada hari raya dengan jumlah misa yang lebih sedikit, salah contohnya pada perayaan tri hari suci, maka jumlah umat yang tidak tertampung akan semakin banyak. Perencanaan Gereja Stasi yang baru ini juga dipersiapkan untuk menjadi Gereja Paroki pada beberapa tahun ke depan, sehingga perancangan Gereja nantinya akan mengacu pada perancangan Gereja Paroki bukan Gereja Stasi. (Sumber: Hasil wawancara dengan Bapak Emmawan Haryono MSc, Panitia Pembangunan Kapel Santo Agustinus Surabaya, Oktober 2011) I.2. Latar Belakang Permasalahan Gereja Katolik adalah tempat beribadah Umat Katolik yang perlu menampilkan kesakralan untuk memenuhi kebutuhan emosi umatnya yang beribadah di sana. Pembangunan sebuah Gereja Katolik hendaknya merupakan hasil studi, refleksi, dan perwujudan dari konteks masyarakat, liturgi, dan arsitektur. (Sumber: Some Guidelines in Building A Parish Center According to The Spirit of The Liturgical Renewal of The Second Vatican Councill, Widjaja) Landasan rancangan Gereja Stasi Santo Agustinus yang baru untuk Paroki Santa Maria Tak Bercela Surabaya adalah Gereja Katolik dapat menjadi panutan Umat Katolik untuk menanggapi masalah lingkungan hidup. Berawal dari Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) yang merumuskan masalah Lingkungan Hidup dalam Nota Pastoralnya tahun 2004 bahwa Kerusakan lingkungan sudah sampai tahap membahayakan hidup manusia. Salah satu faktor penting yang menyebabkan kerusakan lingkungan adalah pembabatan hutan. Sejak tahun 1985, terjadi pembabatan hutan sebesar 1,6 juta hektar per tahun dan pada tahun 1997 meningkat tajam menjadi 2,83 juta hektar per tahun. Beberapa waktu yang lalu, Televisi Republik Indonesia setiap hari menayangkan iklan yang menyatakan bahwa setiap hari lebih dari 83 milyar Rupiah dirampok dari hutan Indonesia. Kerusakan itu sudah 2

mengakibatkan kerusakan lingkungan baru. Bukan hanya pohon-pohon yang hancur, tetapi iklim pun terpengaruh oleh kerusakan itu. Selain pembabatan hutan, masih banyak faktor lain yang menyebabkan kehancuran lingkungan, misalnya pembuangan limbah-limbah beracun, eksploitasi sumber-sumber daya alam yang tanpa kendali. Masalah lingkungan hidup sudah terlampau besar dan semakin mengancam kelangsungan hidup manusia, sehingga untuk mengatasinya tidak cukup secara orang-perorangan, tetapi harus melibatkan banyak orang dan lembaga. Terutama di kota besar seperti Surabaya yang ramai dan padat penduduk, di mana masyarakatnya cenderung indvidualis dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga hal ini menjadi tantangan bagi Gereja sebagai wadah persekutuan Umat Katolik untuk ikut serta membantu menanggapi masalah lingkungan hidup. Salah satu upaya Gereja Katolik untuk menjadi panutan di dalam menanggapi masalah lingkungan hidup adalah melalui rancangan bangunan Gereja Katolik yang mencerminkan suasana keterbukaan terhadap hubungan manusia, baik dengan Tuhan, sesama umat manusia, dan alam sekitarnya. Tanpa mengganggu konsentrasi umat yang terpusat ke altar, umat juga diajak untuk dapat merasakan dan menghargai alam sekitarnya yang juga merupakan ciptaan Tuhan. Rancangan bangunan Gereja Katolik yang menggunakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur sebagai dasarnya, dapat menjadi salah satu upaya untuk mendukung hal tersebut. Pembangunan rumah sebagai kebutuhan kehidupan manusia dalam hubungan timbal-balik dengan lingkungan alamnya dinamakan arsitektur ekologis atau eko-arsitektur. Arsitektur ekologis tidak menentukan apa yang seharusnya terjadi dalam arsitektur karena tidak ada sifat khas yang mengikat sebagai standar atau ukuran baku, melainkan arsitektur ekologis menghasilkan keselarasan antara manusia dengan lingkungan alamnya. Arsitektur ekologis juga mengandung dimensi lain seperti waktu, lingkungan alam, sosial-budaya, ruang, serta teknik bangunan. Hal ini menunjukkan bahwa arsitektur ekologis bersifat lebih kompleks, padat, dan vital dibandingkan dengan arsitektur pada umunya. Walaupun demikian, 3

pembangunan (arsitektur) mau tidak mau mempengaruhi lingkungan di alam sekitarnya. Arsitektur ekologis dalam hal ini merupakan arsitektur yang hendak merusak lingkungan sesedikit mungkin. (Sumber: Dasar-Dasar Arsitektur Ekologis, Heinz Frick dan FX. Bambang Suskiyatno) I.3. Rumusan Permasalahan Bagaimana tata letak dan tata rupa bangunan Gereja Katolik Santo Agustinus Surabaya yang mencerminkan keterbukaan terhadap hubungan manusia dengan Tuhan, sesama umat manusia, dan alam melaui pendekatan desain yang menggunakan dasar-dasar arsitektur ekologis. I.4. Tujuan dan Sasaran Tujuan yang diharapakan dari penekanan studi di atas adalah sebuah rancangan bangunan Gereja Katolik yang tidak hanya mengajak umatnya untuk beribadah kepada Tuhan, tetapi juga bersama-sama dengan sesamanya untuk ikut menjaga kelestarian alam yang juga merupakan ciptaan Tuhan. Sasaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan adalah: a. Rancangan bangunan Gereja Katolik yang menggambarkan keterbukaan terhadap hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam sekitarnya. b. Rancangan bangunan Gereja Katolik seperti di atas, dapat didukung dengan penggunaan dasar-dasar arsitektur ekologis. I.5. Lingkup Studi Penataan letak dan rupa bangunan Gereja Katolik menggunakan dasar-dasar arsitektur ekologis untuk mencapai target studi yaitu Gereja Katolik Santo Agustinus Surabaya yang mampu mencerminkan keterbukaan terhadap hubungan manusia, baik dengan Tuhan, sesama umat manusia, dan alam. 4

I.6. Metode Studi Metode studi akan dijelaskan ke dalam dua bagian, yaitu pola prosedural dan tata langkah. Pada bagian tata langkah (I.6.2) akan disajikan dalam bentuk bagan pada halaman 6. I.6.1. Pola Prosedural Metode yang digunakan meliputi beberapa cara, yaitu studi pustaka, studi lapangan, dan wawancara yang kesemuanya akan dilakukan dalam tahap pengumpulan data, intepretasi data, analisaanalisa, dan pengolahan data. Metode penalaran deduktif dipergunakan untuk menguraikan permasalahan ke dalam pembahasan yang lebih mendalam. I.7. Sistematika Penulisan 1. Abstraksi; berisi uraian secara singkat dan jelas tentang keseluruhan isi penulisan Tugas Akhir. 2. BAB I Pendahuluan; menguraikan tentang latar belakang eksistensi proyek, latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan dan sasaran, lingkup pembahasan, dan sistematika penulisan. 3. BAB II Tinjauan Proyek; menguraikan hal-hal yang mendukung di dalam perancangan Gereja Katolik Santo Agustinus Surabaya. 4. BAB III Tinjauan Wilayah; menguraikan data-data mengenai wilayah Surabaya Timur, di mana proyek berada. 5. BAB IV Tinjauna Pustaka; menguraikan teori-teori yang mendukung di dalam perancangan Gereja Katolik Santo Agustinus Surabaya. 6. BAB V Analisis; kajian untuk memperoleh gambaran rinci dan konkretisasi rencana solusi bagi perwujudan rancangan Gereja Katolik Santo Agustinus Surabaya. 7. BAB VI Konsep; pemertegasan kembali secara singkat tentang hasil kajian yang telah dilakukan pada bagian analisis. 8. Daftar Pustaka 9. Lampiran 5