BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. ini diakibatkan oleh peningkatan populasi lanjut usia (lansia) dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam sejarah, kebanyakan penduduk dapat hidup lebih dari 60 tahun. Populasi

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa otot-otot tubuh. Penurunan fungsi organ tubuh pada lansia akibat. dari berkurangnya jumlah dan kemampuan sel tubuh, sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Proporsi dan jumlah usia lanjut dalam populasi dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

KEBIJAKAN PROGRAM LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

Promosi dan Pencegahan Penyakit Tidak Menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kesehatan masyarakat merupakan kombinasi antara teori (ilmu) dan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proses penuaan mengakibatkan kerja otak melambat dan fungsi organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 62 tahun pada negara berkembang dan 79 tahun pada negara maju (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. killer) diantara pembunuh lainnya seperti diabetes, hiperkolesterolemia dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB 1 PENDAHULUAN. Harapan Hidup (UHH)/Angka Harapan Hidup (AHH). Namun, dalam bidang kesehatan karena meningkatnya jumlah penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi lebih dapat terjadi pada semua tahap usia mulai dari anak -

BAB I PENDAHULUAN. perubahan penting juga terjadi pada komposisi umur penduduk (Bongaarts, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerataan dan meningkatkan derajat kesehatan yang menjangkau seluruh lapisan

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2020 Indonesia diperkirakan merupakan negara urutan ke-4

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy); semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2025, jumlahnya akan mencapai 36 juta

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi di abad ke-21 ini mampu mengubah

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari semakin meningkatnya jumlah penduduk lansia (lanjut usia)

PERINGATAN HARI GIZI NASIONAL KE JANUARI 2017 TEMA : PENINGKATAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH NUSANTARA MENUJU MASYARAKAT HIDUP SEHAT

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 7%, sehingga Indonesia mulai masuk dalam kelompok negara berstruktur

BAB 1 : PENDAHULUAN. Fenomena ini dikenal sebagai penuaan penduduk yang terjadi di seluruh dunia. Pada Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayanan kesehatan. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan. Indonesia tergolong Negara aging structured population, karena

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi di Sulawesi Utara (3,7%) diikuti oleh Jambi (2,8%) dan Bali (2,7%).

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan program kesehatan pada umumnya dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT ( PERKESMAS ) PUSKESMAS KESAMBEN TAHUN I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Ayat 1 dan UU NO.36 Tahun 2009) dan sekaligus sebagai investasi, kesehatan yang optimal (Komnas Lansia, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu riset menunjukkan setidaknya 3,5 juta anak meninggal tiap tahun karena

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

KONSEP DASAR ASKEB KELOMPOK KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut merupakan tahap akhir kehidupan manusia. Seseorang pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH)/angka harapan hidup (AHH). Keberhasilan pembangunan kesehatan salah satunya ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup yakni dari 68,8 tahun pada tahun 2004 ke 70,5 pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Lansia di dunia dengan usia 60 tahun keatas tumbuh sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Hasil prediksi menunjukkan persentase lansia akan mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020 (Untari, 2014). Periode usia lanjut (Lansia) merupakan masa transisi kehidupan terakhir yang dijalani manusia. Lansia juga merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Seseorang yang usianya menuju pada fase lansia biasanya akan merasakan perubahan-perubahan bertahap pada dirinya seperti mengalami kemunduran dan penurunan baik kondisi fisik maupun mentalnya (Sutarti, 2014). Perubahan mental pada lansia dapat dilihat dengan menurunnya kemampuan kognitif yakni mengingat dan kemampuan berfikir yang sering disebut dengan demensia. Demensia merupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan hilangnya kemampuan intelektual yang cukup menghalangi hubungan sosial dan fungsi kerja 1

dalam kehidupan sehari-hari (Asrori, 2014). Demensia sangat berpengaruh terhadap seluruh aktivitas lansia dalam kehidupan bermasyarakat baik di keluarga, lingkungan, pekerjaan ataupun lainnya, sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia itu sendiri (Kemenkes RI, 2014). Dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Untari (2014) di Panti Wreda Darma Bakti Surakarta, diperoleh hasil dari 60 responden, sebanyak 28 lansia (46,7%) mengalami demensia berat. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Jati (2014) di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta, dari 88 responden, sebanyak 29 lansia (32,95%) mengalami demensia. Dari kondisi tersebut, apabila tidak ada upaya pencegahan yang efektif dengan adanya peningkatan jumlah populasi lansia, maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan demensia (Mongisidi et al. 2013). Menurut Larasati (2013), terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi demensia seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, diabetes melitus, hipertensi dan stroke. Dengan banyaknya faktor risiko tersebut, maka sangat diperlukan pengobatan awal pada demensia, sehingga dapat membantu memperpanjang kualitas hidup penderita dan mempersiapkan pengasuh untuk mengatasi masalah yang lebih berat (Asrori, 2014). Menurut Kemenkes RI (2014), penanggulangan penurunan fungsi kognitif pada lansia pelaksanaan awalnya dilakukan oleh kader dalam kegiatan posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukaan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor pemerintah dan nonpemerintah, swasta dan organisasi lain dengan menitikberatkan pelayanan ada upaya promotif dan preventif. Posyandu dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan 2

derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat untuk bisa mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga (Artinawati, 2014) Di Bali khususnya di Kabupaten Tabanan, posyandu lansia sudah berjalan cukup aktif. Dari 20 puskesmas yang ada, terdapat 134 posyandu lansia yang aktif di bina dengan 4184 lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulannya. Dari 134 posyandu tersebut, wilayah puskesmas Selemadeg Barat merupakan wilayah yang memiliki jumlah posyandu lansia yang paling banyak yaitu sebanyak 35 posyandu dengan jumlah lansia yang aktif mengikuti posyandu setiap bulannya sebanyak 503 lansia. Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan kegiatan ini belum terlaksana di Bali khususnya di Kabupaten Tabanan. Hal ini terlihat dari tidak adanya data yang tercatat di dinas kesehatan baik dinas kesehatan kabupaten maupun dinas kesehatan provinsi mengenai demensia pada lansia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran serta faktor risiko demensia yang terjadi pada lansia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah Bagaimanakah prevalensi dan determinan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan Tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui prevalensi dan determinan penyakit demensia pada lansia 3

1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 2. Untuk mengetahui hubungan umur dengan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 3. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 4. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan demensia pada lansia 5. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 6. Untuk mengetahui hubungan riwayat hipertensi dengan demensia pada lansia 7. Untuk mengetahui hubungan riwayat diabetes melitus dengan demensia pada lansia 8. Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan demensia pada lansia 9. Untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan demensia pada lansia 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis 1. Bagi Puskesmas diharapkan menjadi masukan atau sumber informasi tentang prevalensi dan determinan demensia yang dihadapi oleh lansia. 4

2. Bagi Dinas kesehatan sebagai laporan dan sebagai acuan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan deteksi demensia pada lansia di masing-masing posyandu lansia. 1.4.2 Manfat teoritis 1. Penelitian ini diharapkan menjadi kajian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya mengenai peningkatan kegiatan penanggulangan demensia pada lansia. 2. Sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih baik dimasa mendatang. 5