BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat dari peningkatan taraf hidup dan umur harapan hidup (UHH)/angka harapan hidup (AHH). Keberhasilan pembangunan kesehatan salah satunya ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup yakni dari 68,8 tahun pada tahun 2004 ke 70,5 pada tahun 2007 (Kemenkes RI, 2014). Semakin meningkat usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Lansia di dunia dengan usia 60 tahun keatas tumbuh sangat cepat bahkan tercepat dibanding kelompok usia lainnya. Hasil prediksi menunjukkan persentase lansia akan mencapai 9,77% dari total penduduk pada tahun 2010 dan menjadi 11,34% pada tahun 2020 (Untari, 2014). Periode usia lanjut (Lansia) merupakan masa transisi kehidupan terakhir yang dijalani manusia. Lansia juga merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai usia lanjut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihindari. Seseorang yang usianya menuju pada fase lansia biasanya akan merasakan perubahan-perubahan bertahap pada dirinya seperti mengalami kemunduran dan penurunan baik kondisi fisik maupun mentalnya (Sutarti, 2014). Perubahan mental pada lansia dapat dilihat dengan menurunnya kemampuan kognitif yakni mengingat dan kemampuan berfikir yang sering disebut dengan demensia. Demensia merupakan kondisi yang dikarakteristikkan dengan hilangnya kemampuan intelektual yang cukup menghalangi hubungan sosial dan fungsi kerja 1
dalam kehidupan sehari-hari (Asrori, 2014). Demensia sangat berpengaruh terhadap seluruh aktivitas lansia dalam kehidupan bermasyarakat baik di keluarga, lingkungan, pekerjaan ataupun lainnya, sehingga akan menyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia itu sendiri (Kemenkes RI, 2014). Dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Untari (2014) di Panti Wreda Darma Bakti Surakarta, diperoleh hasil dari 60 responden, sebanyak 28 lansia (46,7%) mengalami demensia berat. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Jati (2014) di Panti Sosial Tresna Werdha Yogyakarta, dari 88 responden, sebanyak 29 lansia (32,95%) mengalami demensia. Dari kondisi tersebut, apabila tidak ada upaya pencegahan yang efektif dengan adanya peningkatan jumlah populasi lansia, maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dengan demensia (Mongisidi et al. 2013). Menurut Larasati (2013), terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi demensia seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, diabetes melitus, hipertensi dan stroke. Dengan banyaknya faktor risiko tersebut, maka sangat diperlukan pengobatan awal pada demensia, sehingga dapat membantu memperpanjang kualitas hidup penderita dan mempersiapkan pengasuh untuk mengatasi masalah yang lebih berat (Asrori, 2014). Menurut Kemenkes RI (2014), penanggulangan penurunan fungsi kognitif pada lansia pelaksanaan awalnya dilakukan oleh kader dalam kegiatan posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan suatu wadah pelayanan kepada usia lanjut di masyarakat, dimana proses pembentukaan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat, lintas sektor pemerintah dan nonpemerintah, swasta dan organisasi lain dengan menitikberatkan pelayanan ada upaya promotif dan preventif. Posyandu dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan 2
derajat kesehatan dan mutu pelayanan kesehatan usia lanjut di masyarakat untuk bisa mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna bagi keluarga (Artinawati, 2014) Di Bali khususnya di Kabupaten Tabanan, posyandu lansia sudah berjalan cukup aktif. Dari 20 puskesmas yang ada, terdapat 134 posyandu lansia yang aktif di bina dengan 4184 lansia yang aktif mengikuti kegiatan posyandu lansia setiap bulannya. Dari 134 posyandu tersebut, wilayah puskesmas Selemadeg Barat merupakan wilayah yang memiliki jumlah posyandu lansia yang paling banyak yaitu sebanyak 35 posyandu dengan jumlah lansia yang aktif mengikuti posyandu setiap bulannya sebanyak 503 lansia. Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan kegiatan ini belum terlaksana di Bali khususnya di Kabupaten Tabanan. Hal ini terlihat dari tidak adanya data yang tercatat di dinas kesehatan baik dinas kesehatan kabupaten maupun dinas kesehatan provinsi mengenai demensia pada lansia. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti tentang gambaran serta faktor risiko demensia yang terjadi pada lansia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah Bagaimanakah prevalensi dan determinan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan Tahun 2016? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui prevalensi dan determinan penyakit demensia pada lansia 3
1.3.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui prevalensi demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 2. Untuk mengetahui hubungan umur dengan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 3. Untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 4. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan demensia pada lansia 5. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan demensia pada lansia di wilayah kerja Puskesmas Selemadeg Barat. 6. Untuk mengetahui hubungan riwayat hipertensi dengan demensia pada lansia 7. Untuk mengetahui hubungan riwayat diabetes melitus dengan demensia pada lansia 8. Untuk mengetahui hubungan perilaku merokok dengan demensia pada lansia 9. Untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman beralkohol dengan demensia pada lansia 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat praktis 1. Bagi Puskesmas diharapkan menjadi masukan atau sumber informasi tentang prevalensi dan determinan demensia yang dihadapi oleh lansia. 4
2. Bagi Dinas kesehatan sebagai laporan dan sebagai acuan untuk lebih meningkatkan pelaksanaan deteksi demensia pada lansia di masing-masing posyandu lansia. 1.4.2 Manfat teoritis 1. Penelitian ini diharapkan menjadi kajian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya mengenai peningkatan kegiatan penanggulangan demensia pada lansia. 2. Sebagai bahan kajian untuk penelitian lebih baik dimasa mendatang. 5