HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi untuk maju, sejahtera,

KELUARGA SEBAGAI RANAH UTAMA KESEJAHTERAAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebijakan publik tentang masalah anak dan rencana anak, isu utama kebijakan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP NEGERI 16 SURAKARTA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

KESEJAHTERAAN SISWA YANG BERSEKOLAH DI YAYASAN ANAK JALANAN DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA MASYARAKAT MISKIN DI BANTARAN SUNGAI BENGAWAN SOLO JEBRES SURAKARTA.

PENYESUAIAN SOSIAL DAN SCHOOL WELL-BEING: Studi pada Siswa Pondok Pesantren yang Bersekolah di MBI Amanatul Ummah Pacet Mojokerto

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ADVERSTY INTELLIGENCE DENGAN SCHOOL WELL-BEING (Studi pada Siswa SMA Kesatrian 1 Semarang)

HUBUNGAN ANTARA KEBERSYUKURAN DENGAN EFIKASI DIRI PADA GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR MUHAMMADIYAH

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA LANSIA MUSLIM NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA NASKAH PUBLIKASI

PROCEEDING SEMINAR NASIONAL Selamatkan Generasi Bangsa dengan Membentuk Karakter Berbasis Kearifan Lokal

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN SUBJECTIVE WELL- BEING SISWA SMA NEGERI 1 BELITANG NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk. salah satunya dengan pendidikan di sekolah. Pendidikan di sekolah

HUBUNGAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAINAN.,, dan

Hubungan antara Self-Efficacy dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Negeri 1 Belitang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

PRESTASI BELAJAR EKONOMI DITINJAU DARI KEAKTIFAN DAN KEMAMPUAN INTELEKTUAL SISWA KELAS X IPS SMA MTA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat. Kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN SIKAP SOSIAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V SD SE-GUGUS II DEPOK SLEMAN ARTIKEL JURNAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS SATU SEKOLAH DASAR PROGRAM FULLDAY

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Prasyaratan Guna Mencapai Drajat Sarjana S-1. Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas baik melalui pendidikan informal di rumah

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

Disusun Oleh : LINA FIRIKAWATI A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. yaitu SD, SMP, SMA/SMK serta Perguruan Tinggi. Siswa SMP merupakan

MOTIVASI BELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BERORGANISASI DISEKOLAH DAN PERENCANAAN KARIR PADA SISWA KELAS X DAN XI SMK N 6 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan. warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Berdasarkan Undang-undang No. 20 pasal ke-3 (2003)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

Marina Tri Handhani. Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Untuk tercapainya tujuan nasional tersebut harus ada perhatian dari. pemerintah dan masyarakat yang sungguh-sungguh.

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

JURNAL RELATIONSHIP BETWEEN SOCIAL INTERACTION WITH INDEPENDENCE PEERS TEENS ON STUDENTS CLASS X IN SMK MUHAMMADIYAH 2 KEDIRI LESSON YEAR 2016/2017

HUBUNGAN ANTARA PERCAYA DIRI DENGAN INTENSI MENYONTEK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN KECENDERUNGAN PERILAKU BULLYING NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

INDAH TRI SUBEKTI A

Dedy Kintaka Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA GURU HONORER NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

KONTRIBUSI KONTROL DIRI TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DAN SUBJECTIVE WELL- BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

HUBUNGAN ANTARA PERGAULAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMK NEGERI 1 TANJUNGANOM TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MENYEDIAKAN LAYANAN ROOM SERVICE PADA KESIAPAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI SMK ICB CINTA WISATA

BAB I PENDAHULUAN. diri sendiri dan tanpa tanggung jawab untuk keselamatan atau kebahagiaan dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PROFESIONALISME GURU DITINJAU DARI MOTIVASI KERJA DAN PENGALAMAN MENGAJAR GURU PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI KECAMATAN MOJOLABAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pribadi manusia secara normative. Pendidikan tidak hanya diperoleh di lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEJAHTERAAN SISWA DARI KELUARGA PRA SEJAHTERA NASKAH PUBLIKASI. Disusun Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEBAHAGIAAN PADA SISWA SISWI DI SMA MUHAMMADIYAH 1 KLATEN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

HUBUNGAN ANTARA CITRA TUBUH DENGAN SELF ESTEEM PADA WANITA YANG MELAKUKAN PERAWATAN DI SKIN CARE HALAMAN SAMPUL DEPAN NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR NONFORMAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi

ARTIKEL ILMIAH HUBUNGAN ATMOSFER KELAS DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 8 KOTA JAMBI. Oleh : SRI ARFINA YULIA NENGSIH ERA1D010025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata 1 (S1) Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pondasi bagi majunya suatu negara. Bahkan pendidikan

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh: LUCKY ERVIANA MUSTIKAWATI F 100 090 189 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEM DENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : LUCKY ERVIANA MUSTIKAWATI F 100 090 189 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

HUBUNGAN ANTARA SELF-ESTEEMDENGAN KESEJAHTERAAN SISWA DI SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA Lucky Erviana Mustikawati Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengetahui apakah ada hubungan antara self-esteem dengan kesejahteraan siswa, 2) mengetahui sumbangan efektif self-esteem dengan kesejahteraan siswa, 3) mengetahuai tingkat kesejahteraan siswa, 4) mengetahui tingkat selfesteem. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMP Muhammadiyah 8 Surakarta kelas VII, VIII, dan IX. Metode menggunakan pendekatan kuantitatif dengan alat ukur skala. Teknik analisis data digunakan dalam penelitian ini adalah Product Moment dari Pearson. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh koefisien sebesar r xy = 0,384 dengan sig = 0,002; p < 0,01, sehingga hipotesis diajukan diterima, Sehingga dapat dikatakan adalah ada hubungan positif signifikan antara self-esteem terhadap kesejahteraan siswa. Sumbangan efektif self-esteem mempengaruhi kesejahteraan siswa sebesar 14,8% dan 95,2% sisanya dipengaruhi variabel lain. Tingkat self-esteem termasuk dalam kategori tinggi dengan rerata empirik sebesar 29,08 dan rerata hipotetik skala self-esteem sebesar 25. Sedangkan tingkat kesejahteraan siswa termasuk dalam kategori tinggi dengan rerata empirik sebesar 60,63 dan rerata hipotetik skala kesejahteraan siswa sebesar 47,5. Kata kunci : self-esteem, kesejahteraan siswa Pendahuluan pendidikan di Indonesia berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis

serta bertanggung jawab. Dengandemikiandapatdikatakanpendidikan bagisiwa di Indonesia bukanhanyamenekannkanpadapengemban ganakademiksaja, akantetapijugamenjadikanseorangsiswama nusia sehatsecarafisik, sosial, rohani, dan juga psikologis, seperti dikemukakan oleh World Health Organization (WHO) bahwa sehat mmiliki keluasan makna yaitu kesejahteraan, kebahagiaan, kepuasan hidup dan kualitas hidup (Saptandari, 2012). Sekolah sendiri merupakan sarana secara sengaja dirancang untuk upaya peningkatan mutu masukan instrumental dari sekolah, seperti kurikulum, tenaga pendidikan profesional, sarana atau prasarana berkualitas, tetapi juga mampu membuat perkembangan diri sehat dan produktif untuk membantu para anak didik mencapai semua tujuan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia. Sekolah setiap harinya selalu berusaha untuk memberikan pengalamanpengalaman terbaik bagi siswasiswanya, sehingga dapat membuat seluruh siswanya merasa sejahtera, karena kesejahteraan siswa dapat mempengaruhi seluruh aspek berkaitan dengan pengoptimalisasian fungsi siswa di sekolah (Victorian General Report, 2010). Kesejahteraanseorang siswa dapat dilihat dari sejauhmanasiswamerasabaikdalamemosida nperasaanmereka ketikaberada di lingkungansekolahnya (De Fraine, dkk, 2005). Dalam dunia pendidikan seolaholah menggambarkan dua situasi saling bertolak belakang. Di salah satu situasi, sekolah mampu menjadi lingkungan baik dan penuh dukungan positif bagi perkembangan siswa, sehingga siswa mampu mengembangkan diri mereka secara optimal, namun situasi lain, sekolah juga dapat menjadi lingkungan banyak menimbulkan masalah baik itu masalah berkaitan dengan emosi ataupun dengan perilaku siswa (Kumara, 2012). Salah satu masalah dalam dunia

pendidikan adalah adanyabullying. Terkadang sekolah, guru, orangtua dan sesama siswa sering tidak berdaya mencegahnya. Dari segi apa pun, tindakan seperti ini sesungguhnya tidak diterima. Namun dalam kenyataannya, tetap berlanjut. Relasi antar siswa dan antar pihak-pihak terkait dalam pendidikan, khususnya di sekolah, seharusnya menjadi bagian penting untuk memfasilitaskan perkembangan siswa mencapai titik optimal (Faturochman & Tyas Tri dkk, 2012). Penelitian lain mendukung tentang kurangnya fungsi efektif di dunia pendidikan yaitu adanya fakta menunjukkan ancaman terhadap kesejahteraan siswa terkait dengan hubungan guru dan siswa. Dikemukakan bahwa seorang guru seringkali melakukan tindakan kurang menyenangkan bagi siswanya, diantaranya adalah pandangan negatif guru terhadap siswanya, mengajarkan siswa menyerah sebelum melakukan tindakan atau usaha, lebih mudah menyalahkan daripada memuji, memunculkan kekerasan di sekolah misalnya menghukum siswa secara fisik, membiarkan siswa terperosok semakin dalam, mementingkan hasil daripada proses, dan menilai kesuksesan siswa hanya dari nilai matapelajaran tertentu saja (Susetyo, 2012). Kejadian-kejadian bullying dan hubungan guru dan siswa tersebut pada umumnya diketahui oleh komunitas sekolah umum tampaknya mereka tidak berdaya atau bukan menganggap hal tersebut sebagai hal biasa. Baker & Maupin (2009) berpendapat bahwa ada beberapa faktor mempengaruhi munculnya kesejahteraan siswa, yaitu faktor dari dalam diri dan faktor dari lingkungan. Faktor dari dalam diri meliputi demografi seperti jenis kelamin, ras dan status sosial ekonomi. Selain itu, ada variabel kemampuan akademik siswa dapat mempengaruhi kesejahteraan siswa di sekolah dan variabel kesejahteraan jiwa siswa, di dalamnya mencakup

variabel self-esteem, self-efficacy, kecenderungan untuk mengalami depresi dan stres. Sementara itu faktor dari lingkungan meliputi kontek sosial dan budaya, seperti pengaruh teman sebaya dan keluarga. Berdasarkan pada penjelasan diatas maka, peneliti merasa penting memfokuskan penelitian ini pada faktor dari dalam diri individu yaitu self-esteem. Self-esteem merupakan suatu penilaian diri dibuat oleh individu terhadap dirinya sifatnya relatif tetap, diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungan dan perlakuan orang lain terhadap dirinya Coopersminth (dalam Buss, 1995). Self-esteem diperoleh dari penelitian seseorang terhadap dirinya sendiri, sedangkan penilaian diri tersebut sebagian dipengaruhi oleh penilaian orang lain terhadap dirinya. Jadi secara tidak langsung self-esteem seseorang juga dipengaruhi oleh penghargaan diri orang lain. Tinggi rendahnya self-esteem seseorang sangat dipengaruhi terhadap sikap, perilaku dan kebiasaan orang tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan seseorang memiliki cukup harga diri akan mempunyai sifat percaya diri, lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil, sebaliknya jika harga diri kurang atau rendah maka seseorang akan diliputi rasa rendah diri, tidak berdaya dan putus asa. Seseorang memiliki selfesteemtinggi tidak akan membiarkan dirinya ditekan orang lain, merasa yakin akan dirinya, sehingga ia akan lebih berhasil dalam banyak bidang kehidupan. Rasa percaya diri tinggi sangat dibutuhkan oleh seseorang, karena dengan percaya diri akan merasa yakin atas kemampuannya dan merasa bisa mengungguli orang lain. Berdasarkan uraian di atas, maka menjadi rumusan masalah penelitian adalah Apakah ada hubungan antara selfesteemterhadap Kesejahteraan Siswa?. penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

self-esteem terhadap kesejahteraan siswa. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif self-esteem terhadap kesejahteraan siswa. Denganmengambiltiapkelompokkelasdala msuatupopulasi dari kelas VII, kelas VIII dan kelas IX. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Karl Pearson dengan Metode Penelitian bantuan program SPSS 17 for Windows. penelitian ini delakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan skala sebagai Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasilanalisis data pelengkap datanya. Skala digunakan ada dua, yaitu skala self-esteem dan skala kesejahteraan siswa. Skala self-esteem menggunakan aspek-aspek yaitu : penerimaan diri dan penghormatan diri. Sedangkan skala kesejahteraan siswa dikemukakan oleh Allardt (Konu & Rimpela, 2002) yaitu : Having (kondisi dikemukakanolehcoopersminth sekolah), Loving (hubungan sosial guru dan teman-teman), Being (pemenuhan diri) dan Health (status kesehatan). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Muhammadiyah 8 Surakarta. Teknik sampling digunakan dalam mengambil subjek penelitian adalah teknik cluster sampling. diperolehkoefisiensebesarr xy = 0,384 dengan sig = 0,002; p < 0,01, sehinggahipotesis diajukanditerima, Sehinggadapatdikatakanadalahadahubunga npositif signifikanantaraselfesteemterhadapkesejahteraansiswa. Hasilpenelitianinimendukungpendapat (dalamprihadi K & Chua M, 2012) menyatakanbahwa orang mempunyaiselfesteemtinggipercayabahwamerekaadalahpr ibadi berhasil, menerimadiri, bahagia, bisamemenuhiharapanlingkungan, memandangdirinyasebagai orang

beruntungdandapatmenikmatihidup, dapatmenerimakegagalandankeberhasilans ecarawajardanlebihrealitas, Variabeltersebutmisalnyademografis, selfefficacy, kecenderunganuntukmengalamidepresidan stres (Baker & Maupin, 2009).Hal mempunyaimotivsi inimenandakanbahwakesejahteraansiswam kuatuntukmenghadapikegagalan, empunyaisifat mencobamenghadapisituasikompetitif, lebihpercayadiridanmampu, cenderungcemerlangdanlebihberaspirasi. Dapatdikatakansuasana diciptakan di kompleks.kesejahteraansiswaadalahsejauh manaseorangsiswamampuberfungsisecarae fektifdalamkomunitassekolahnyamenurutf aillon (dalamaustralian Ctholic University sekolahmaupun di and Erebus International, kelsakanmemberikanpengalamanbagiseora 2008).Kesejahteraansiswaitusendiridimaks ngsiswa, udsebagaikeadaanberkelanjutan mood sehinggamampumemberikanpengalamanp positifdansikap, suasanahati, kesehatan, ositif, resiliensidankepuasansiswaterhadapdirisen akanmembuatsiswamemilikiself-esteem baik, sedangkansiswa memilikipengalaman negatif, makaakanmembuatsiswamemilikiselfesteem kurangbaik. dirisertahubungandengan orang lain danpengalamandisekolah. Sehinggakesejahteraansiswasangatberkaita ndenganlingkungansekolah. Secaraumumduniapersekolahanme Variabel self-esteem sebesar 14,8 nggambarkanduasisi % terhadap variabel kesejahteraan siswa. salingkontradiktif.disatusisisekolahmamp Hal ini menandakan masih ada 85,2 % umenjadilingkungan variabel lain mempengaruhi variabel suportifbagiperkembangananakdanremajau kesejahteraan siswa. ntukmengembangkandirisecara optimal, namundisisilainsekolahjugadapatmenjadili

ngkungan justrumenimbulkanmasalahekonomidanper 2. Sumbanganefektifselfesteemterhadapkesejahteraansiswasebe ilakupadasiswa (Kumara, sar 14,8 % dan85,2 % 2012).Inidapatdilihatdarihasilkategorisasis sisanyadipengaruhivariabellainnya. kalakesejahteraansiswa 3. Secara umum sisw-siswi di SMP diketahuibahwa35 siswa (53,8 %) telahmerasasejahteraandanpuasketikaberad a di sekolah, sedangkan 1 siswa (1,5 %) Muhammadiyah 8 Surakarta sudah merasa sejahtera dan puas ketika berada di sekolah adalah tinggi 53,8 %. belummerasasejahteradanpuasketikaberada di sekolah. Hal ini berartisecaraumumsiswasudahmerasasejah teradanpuasketikaberada di sekolah. Tingginyatingkatkesejahteraansiswainisala hsatusebabnyakarenamerekamemilikiselfesteem tinggi (positif). Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan positif signifikan antara self-esteem terhadap kesejahteraan siswa. Nilai koefisienkorelasiadalahr xy = 0,384 dengan sig = 0,002, p < 0,01. Daftar Pustaka Australia Catholic University National & Erebuss International (2008). Scoping study into approaches to student well-being : Final report, Department of Education, Employment & Workplace Relations. Canberra. Baker, J.A & Maupin, A.N (2009). School Satisfaction & Children s Positive School Adjustment. In Gilman, R., Huebner, E. S., & Furlong, M. (Eds), A hanbook of positive psychology in the schools. New York : Routledge. Buss, A.H. (1995). Personality :Temperament, Social behavior & the self. Boston : Allyn & Bacon. De Fraine, B., Van Landeghem, G., & Van Damme J. (2005). An analysis of well-being in secondary school with multilevel growth curve models and multilevel multivariate models. Quality & Quantity, 39, 297-316. Faturochman, Tyas, T.H., Minza, W.M. & Lufityanto, G. (2012). Psikologi

untuk Kesejahteraan Masyarakat, Yogkakarta: Pustaka Pelajar & Fakultas Psikologi UGM. Konu, A.& Rimpela, M. (2002). Wellbeing in school: a conceptual model. Health Promotion International, Vo. 17 (1), 79 89. Kumara, A. (2012). Kesehatan Mental di Sekolah. Dalam Faturochman, Tri Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza, & Galang Lufityanto (penyunting), Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat, Yogkakarta: Pustaka Pelajar & Fakultas Psikologi UGM. Faturochman, Tri Hayuning Tyas, Wenty Marina Minza, dan Galang Lufityanto (penyunting), Psikologi untuk Kesejahteraan Masyarakat, Yogkakarta: Pustaka Pelajar & Fakultas Psikologi UGM. Susetyo, Y.F. (2011). Rahasia sukses menjadi motivator siswa. Panduan guru memotivasi siswa dikelas. Yogyakarta : Penerbit pinus. Victorian General Report. (2010). The Effectiveness of Student Wellbeing Programs & Services. Februari 2010. Prihadi K, &Chua M. (2012). Students Self-esteem at School: The Risk, the Challenge, & the Cure. Journal of Education & Learning. Vol.6 (1) pp. 1-14. Saptandari, E.W. (2012). Peran Sekolah untuk Kesejahteraan Mental Anak dan Remaja. Dalam